• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus Frozen Shoulder

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kasus Frozen Shoulder"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien :

Nama : Bp. P

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur ` : 67 tahun

Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

Status Pernikahan : Sudah menikah

Alamat : Plosorejo 05/03, Jagoan Sambi, Boyolali No rekam medis : 27.53.xx

Tanggal Pemeriksaan : 29 Juni 2015 II. Anamnesis :

Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis di Poliklinik Rehabilitasi Medik RS Ortopedi Prof. DR. R Soeharso tanggal 29 Juni 2015.

Keluhan Utama

Nyeri pada bahu kanan Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSO dengan keluhan nyeri pada bahu kanan dan gerakan menjadi terbatas pada bahu tersebut. Keluhan itu dirasakan tiba-tiba dan sudah 1 bulan ini. Awal keluhan dirasakan pasien saat sulit mengkancingkan baju, sehingga pasien memeriksakan di puskesmas terdekat. Kemudian pasien dirujuk ke RSO pada awal mei 2015. Semenjak itu pasien sering kontrol 1 minggu sekali hingga saat ini.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat penyakit serupa : disangkal  Riwayat penyakit asma : disangkal

 Riwayat hipertensi : disangkal

(2)

 Riwayat trauma : disangkal

 Riwayat DM : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat keluhan serupa : disangkal  Riwayat penyakit asma : disangkal  Riwayat penyakit hipertensi : disangkal  Riwayat penyakit jantung : disangkal

 Riwayat penyakit DM : disangkal

Riwayat pribadi

 Riwayat alergi : Alergi debu (-), dingin(-), makanan (-), obat (-)

 Riwayat aktivitas : Pasien bekerja sebagai petani, waktunya tidak menentu, tetapi sering kali aktivitas macul dimulai pagi hingga siang hari.

 Riwayat lingkungan sosial : Pasien merupakan tamatan SD yang pekerjaan sehari harinya menjadi seorang petani.

 Riwayat psikiatri : Tidak ada gangguan mental. Pohon keluarga

(3)

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan

Pasien merupakan kepala keluarga. Pasien memiliki seorang istri dan memiliki 7 orang putra.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien berusia 67 tahun dengan pekerjaan sebagai petani. Pasien merupakan kepala keluarga dari istri dan 7 orang anaknya. Penghasilan pasien kurang lebih 1.000.000 - 1.500.000. Pendidikan pasien SD. Istri pasien juga bekerja sebagai petani dengan penghasilan yang kurang lebih sama dengan pasien.

III. Anamnesis sistemik

Sistem cerebrospinal Gelisah (-), lemah (-), demam (-)

Sistem cardiovasculer Akral hangat(+), sianosis(-), anemis(-), deg-degan(-) Sistem respiratorius Batuk (-), sesak nafas (-)

Sistem genitourinarius BAK sulit (-), BAK sedikit (-), nyeri saat BAK (-) Sistem gastrointestinal Nyeri perut (-), mual (-), muntah (-), BAB sulit (-) Sistem muskuloskeletal Nyeri pada bahu kanan (+), gerakan yang sedikit

terbatas (+)

IV. Pemeriksaan Fisik : a. Status Generalis

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4V5M6 Vital Sign

(4)

Suhu : 36,7ºC

N : 88 kali/menit reguler, isi dan tegangan cukup RR : 18 kali/menit

Pemeriksaan Kepala

Kepala : Mesosepal, simetris, rambut hitam

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), gangguan fungsi pembauan (-)

Mulut : bibir sianosis (-), stomatitis (-).

Telinga : sekret (-), nyeri tekan tragus (-), gangguan fungsi pendengaran (-)

Pemeriksaan Leher

Trachea di tengah, pembesaran kelenjar getah bening (-). Pemeriksaan Thorax

Bentuk dada normochest, simetris, retraksi otot-otot respirasi (-), pembesaran kelenjar limfe supraklavikular (-), infraklavikular (-). Paru-Paru

Paru Depan

Inspeksi : Simetris pengembangan , ketinggalan gerak (-/-), retraksi (-/-).

Palpasi : Fremitus kanan kiri sama normal

Perkusi : Sonor (+/+), batas paru hepar SIC VI dextra

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+) normal, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Paru belakang

Inspeksi : Simetris pengembangan , ketinggalan gerak (-/-), retraksi (-/-).

Palpasi : Fremitus kanan kiri sama normal Perkusi : Sonor (+/+)

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+) normal, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

(5)

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 1 cm medial LMC sinistra , tidak kuat angkat, thrill (-)

Perkusi : Batas jantung kanan atas di SIC II Linea sternalis dextra Batas jantung kanan bawah di SIC IV Linea sternalis dextra.

Batas jantung kiri atas di SIC II Linea Parasternalis Sinistra.

Batas jantung kiri bawah di SIC V 1 cm medial LMCS Pinggang jantung di SIC III Linea Parasternalis sinistra Kesan : batas jantung tidak melebar.

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : distended (-), venektasi (-) Auskultasi : Peristaltik (+)

Perkusi : Timpani, pekak alih (-), undulasi (-)

Palpasi : nyeri tekan (-), masa (-), hepar dan lien tidak teraba. Pemeriksaan Ekstremitas

Superior : atrofi (-/-) Inferior : atrofi (-/-)

Pemeriksaan neuromuskuler

Extremitas superior Extremitas inferior Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Kekuatan 3/3/3/3 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5

Tonus Normal Normal Normal Normal

Reflek fisiologis

Normal Normal Normal Normal

Reflek patologis

- - -

-Sensibilitas Normal Normal Normal Normal

b. Status Lokalis

Shoulder Joint Dekstra Shoulder Joint Sinistra Look Edem (-), deformitas (-) Edrm (-), deformitas (-)

(6)

Movement

Fleksi 90º ; Ekstensi 0-30º ; Abduksi 0-70º ;

Endorotasi 0-30º ; Eksorotasi 0-30º ; Apley test (+) ; Drop arm test (-)

Normal

V. Diagnosis

Frozen Shoulder Dekstra VI. Diagnosis Banding :

1. Robekan rotator cuff 2. Tendinitis supraspinatus VII. Problem Rehabilitasi Medik

 Impairment  Nyeri pada shoulder joint dextra

 Dissability  Terdapat keterbatasan dalam lingkup gerak sendi (LGS) bahu kanan.

 Psikologi  Penyesuaian diri terhadap kondisi tersebut.

 Sosial ekonomi  Penyesuaian diri terhadap pendapatan pekerjaan.

VIII. Terapi

Medikamentosa

 Tidak diberikan medikametosa Non medikametosa

 Fisioterapi

o General exercise (GE)  ROM Exercise o IR

 Okupasi terapi

o Activity daily living (ADL)  Ortotik Prostetik belum diperlukan  Terapi Bicara  belum diperlukan

(7)

 Terapi Sosial medik  belum diperlukan  Terapi Psikologi  belum diperlukan

IX. Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam Quo ad sanam : dubia ad bonam

BAB II

PROYEKSI KASUS

Telah diajukan kasus seorang laki-laki berumur 67 tahun, dengan diagnosis frozen shoulder dextra. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik.

Dari alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan nyeri pada bahu kanan dan gerakan menjadi terbatas pada bahu tersebut. Keluhan itu dirasakan tiba-tiba

(8)

dan sudah 1 bulan ini. Awal keluhan dirasakan pasien saat sulit mengkancingkan baju, sehingga pasien memeriksakan di puskesmas terdekat. Kemudian pasien dirujuk ke RSO pada awal mei 2015. Semenjak itu pasien sering kontrol 1 minggu sekali hingga saat ini. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, nyeri tekan serta spasme pada musculus supraspinatus. Selain itu terdapat ROM yang terbatas. Kemudian dilakukan Apley test menunjukkan hasil positif pada bahu kanan.

Diagnosis di atas sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa telah terjadi keterbatasan pada lingkup gerak sendi bahu, sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa seperti mengkancingkan baju. Kemudian pada pemeriksaan ditemukan apley test positif pada bahu kanan.

Diagnosis banding penyakit ini adalah robeknya otot rotator cuff. Manifestasi klinis pada kasus tersebut hampir sama dengan frozen shoulder. Diagnosis banding ini dapat disingkirkan karena pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya drop arm test. Diagnosa banding lainnya tendinitis supraspinatus. Hal tersebut menyerupai pada pasien yaitu spasme serta nyeri tekan pada musculus supraspinatus. Akan tetapi hal tersebut dapat disingkirkan karena pada tendinitis supraspinatus ROM masih bisa bebas digerakkan.

Penatalaksanaan pada pasien ini tidak diberikan terapi medikametosa, karena dirasa masih belum diperlukan bagi pasien dan pasien masih bisa menahan rasa nyeri tersebut. Apabila medikamentosa diperlukan bisa diberi NSAID. Pasien ini diberikan terapi fisik berupa fisioterapi dan okupasi terapi yang bertujuan melatih otot-otot yang mengalami nyeri serta kaku pada bahu kanan tersebut. Selain itu diberikan terapi ADL yang bertujuan supaya pasien dapat beraktivitas sebagai petani seperti biasanya.

Prognosis pasien ini baik, akan tetapi harus diikuti dengan exercise yang dilakukan terus menerus untuk meningkatkan ROM pasien tersebut dan mencegah terjadinya kontraktur.

(9)

KEPUSTAKAAN

1. Soeharyono. 2004. Sinkronisasi gerak persendian daerah gelang bahu pada gerak abduksi lengan. Maj Fisioterapi 2004: 2(23).

2. Priguna, Sidharta. 2003. Sakit neuromuskuloskeletal dalam praktek umum. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

3. William E. Morgan, DC & Sarah Ptthoff, DC. Managing the Frozen Shoulder. Available online at : http://drmorgan.info/data/documents/frozen-shoulder-ebook.pdf [diakses tanggal 7 Juli 2015]

(10)

Society for Sports Medicine. Available online at : https://www.sportsmed.org/uploadedFiles/Content/Patient/Sports_Tips/3ST

%20Frozen%20Shoulder%2008.pdf [diakses tanggal 7 Juli 2015]

5. David. Ring. 2009. Aprroach to The Patient with Shoulder Pain. In Primary Care Medicine. Lippincott Williams and Wilkins.p:150.

6. Setianing, Retno., Kusumawati, K., Siswarni. 2011. Pelatihan Ketrampilan Medis Pemeriksaan Muskuloskeletal Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.

7. Djohan Aras. 2004. Penatalaksanaan fisioterapi pada frozen shoulder. Akfis: Ujungpandang.

8. Keith, Strange. 2010. Passive Range of Motion and Codman’s Exercise. American Academy of Orthopaedic Surgeons.

9. Patient Information Guide Frozen Shoulder Syndrome (Adhesive Capsulitis) in Seacoast Orthopedics & Sports Medicine. Available online at : http://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCoQFjAC& url=http%3A%2F%2Forthodoc.aaos.org%2Fmobyparsons%2FPat%2520Guide %2520Frozen

%2520Shoulder.doc&ei=4AabVaDLKcPx8gX2qb_YDg&usg=AFQjCNHCxmUC6 DBOpwuMS4ypPdiRcspYDw&bvm=bv.96952980,d.dGc [diakses tanggal 7 Juli 2015]

10.Brett Sanders, MD. 2003. Frozen Shoulder – Adhesive Capsulitis. Center For Sports Medicine and Orthopaedic 2415 McCallie Ave.

Available online at :

http://sportmed.com/wp-content/uploads/Frozen_Shoulder.pdf [diakses tanggal 7 Juli 2015]

11.Thomson, Ann M. 2001.Tidy’s physiotherapy, 12th ed, Butterworth-Heinemann, 2001. hal: 71.

12. Donatelli, Robert, Wooden, Micheal J. 1999. Orthopaedic Physical therapy. Churchil Livingstone Inc. hal: 160.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Micro wave diathermy dapat mengurangi nyeri pada bahu kiri dalam kondisi Frozen Shoulder e.c capsulitis adhesiva , terapi manipulasi dapat meningkatkan lingkup gerak

Untuk mengetahui pengaruh SWD dan terapi latihan dalam mengurangi nyeri. dan spasme pada sendi bahu pada kasus

Untuk mengetahui apakah terapi latihan dapat meningkatkan kekuatan otot-otot bahu serta meningkatkan aktifitas fungsional dan meningkatkan luas lingkup gerak sendi pada

bahu kanan tetapi ada keterbatasan LGS karena timbul nyeri. - Pasien dalam aktivitas toilet secara mandiri, eating secara mandiri, dan dreassing secara mandiri tetapi pasien

tenaga kesehatan umumnya bahwa terapi latihan dan terapi manipulasi secara dini dan intensif sangat efektif untuk meningkatkan lingkup gerak sendi bahu pada pasien frozen

Modalitas yang dapat diberikan fisioterapi pada kondisi frozen shoulder berupa Infrared (IR) digunakan untuk mengurangi nyeri, serta Terapi Manipulasi yang dapat

Frozen shoulder, atau adhesive capsulitis adalah suatu kelainan di mana terjadi inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral, sehingga

Frozen Shoulder merupakan wadah untuk semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan keterbatasan lingkup gerak sendi.. Frozen Shoulder atau kapsulitis adhesiva mempunyai