• Tidak ada hasil yang ditemukan

MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

MERESAPI SABDA – TERLIBAT DI DALAM DUNIA

Sambutan Pembukaan Konferensi Umum Oktober 2014 - Canoas, Brazil, Suster Mary Kristin Battles, SND

Kasih Ilahi yang mengalir keluar dan energi dalam ciptaan menarik segala sesuatu untuk bersatu dengan Allah. Nabi Yesaya menangkap misteri tindakan Allah yang dinamis ini dengan menggunakan dunia alam sebagai metafora untuk menggambarkan dampak yang melimpah dari sabda Allah lewat perikop berikut ini:

Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ

melainkan mengairi bumi membuatnya subur

dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan

demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku; ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki

dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya (Yesaya 55:10-11) Allah menyampaikan sabda-Nya dan sabda itu mengalir seperti hujan melalui dunia kita, menembus, meresap, membawa kehidupan yang berkelimpahan. Sabda itu mengisi setiap celah dan retakan dalam hidup kita, meluap dalam sumber pengetahuan dan memancar dari mata air pengertian dan kebijaksanaan. Bunga tandus di padang gurun dan jeram sungai dipenuhi aliran Roh yang

menciptakan sesuatu yang baru. Sabda Tuhan melegakan kehausan mereka yang datang untuk disegarkan. “Barangsiapa yang haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum” (Yoh 7:37-39). Sebagaimana air dapat mengubah demikian juga apa yang disentuh oleh Sabda Tuhan akan berubah dan perubahan itu memenuhi kehendakNya untuk membawa segala sesuatu kepadaNya.

Ada suatu cerita yang berkisah tentang seorang murid kitab suci yang berkata kepada gurunya, “Saya telah meresapi semua Hukum Taurat.” Kemudian guru itu bertanya kepadanya, “Bagus, namun apakah Hukum Taurat itu sudah meresapi dirimu juga?” Inilah salah satu hal yang terjadi dalam mempelajari kitab suci, hal lainnya yaitu membiarkan kitab suci itu memiliki pikiran dan hatimu.

William H. Shannon, Seeking the Face of God

Kita harus membiarkan Sabda itu terjadi dalam diri kita dengan membiarkan diri diresapi olehNya. Kita harus membiarkan sabda itu memasuki hidup kita, menyuburkan dan menghasilkan buah.

(2)

2 Dengan mengkontemplasikan misteri Hati Allah yang berubah dan pencerahan yang menuntun kepada visi. Allah kita adalah Allah yang berproses. Apa yang telah dimulai di suatu waktu akan mencapai kepenuhan di waktu yang lain. Rahmat mengalir setiap menit, hari, tahun, abad dan milenium. Segalanya demi menjalankan visi. Kita membiarkan Sabda Tuhan terjadi dalam diri kita ketika kita mempelajarinya, mengkontemplasikannya, membiarkannya memasuki hati kita dan menerangi segala tindakan kita, dan menjelma di dalam diri kita. Kemudian dengan daya Roh Kudus kita akan mengikuti perintah Yesus, “Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. (Mat 10:27)

Karena keterbatasan manusiawi kita sehingga kita tidak selalu mengerti bahasa Allah. Oleh karena itu Allah dalam kebaikanNya mengutus SabdaNya dalam diri Yesus. Yesus Sang Sabda dari Bapa, menunjukkan dalam hidupNya apa arti mengkontemplasikan sabda itu dan mewujudkannya dalam tindakan. Melalui Yesus, kita semakin memahami bahwa Sabda Allah penuh dengan potensi. Sabda Allah selalu bergerak dinamis. Tujuannya untuk mengubah. Aliran rahmat Allah, aliran daya Roh Kudus di hati alam semesta akan selama-lamanya terus membuat dunia ini subur dan menghasilkan buah. Hidup baru akan memancar keluar saat kita ikut serta dalam proses menjadi diri kita yang

sesungguhnya. Sabda Tuhan tidak akan kembali kepadaNya dengan sia-sia— Pasti akan ada

panenannya.

Kontemplasi sabda telah menuntun Yesus untuk memahami Allah sebagai pribadi yang sosial dan berelasi. Dalam doa Yesus menemukan Allah yang berkomitmen untuk memanusiakan kehidupan, Bapa mahakasih yang merangkul dan merengkuh semua orang – mereka yang sakit, terbuang, wanita dan anak-anak, para pendosa, dan yang tersesat jalannya. Yesus datang untuk memahami Allah sebagai suatu kekuatan yang hanya mencari kebaikan. Kekuatan yang hendak membebaskan kehidupan dari kejahatan apapun, dari segala kelemahan dan gangguan atau pun yang

menghancurkan keutuhan. Allah yang Yesus temukan dalam kontemplasi adalah Allah pembawa perubahan. Allah yang menghendaki terciptanya dunia baru yang diresapi oleh KerajaanNya.

Kerajaan yang berkelimpahan dan bukan berkekurangan. Kerajaan yang diciptakan oleh penjelmaan kasihNya. Kerajaan yang dapat menemukan Allah di dalam segalanya karena Roh Kudus adalah energi yang berada di pusat dunia yang tercipta ini, yang memancarkan kasih yang berbelaskasih. Kita tidak dapat memisahkan doa Yesus dari segala pekerjaanNya. Dalam doa Ia mendapat pencerahan yang menggerakkanNya dalam perutusan. Pencerahan ini merupakan jendela pengetahuan dan kebijaksanaan Allah dan juga sumber utama pengajaran Yesus. Yesus mengatakan kepada para pengikutNya, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Mat 4:4). Sabda Allah yang memberi makan Yesus. Sabda itu memenuhinya dengan segala kepenuhan Allah. Dalam doa Yesus membuka segala kekosongan kemanusiaanNya kepada misteri Allah yang tanpa batas.

Sebagai murid-murid Yesus, misiNya adalah juga misi kita dan kita menyiapkan diri bagi misi itu dengan mengikuti cara hidupNya yang selalu bersemangat dalam doa juga bersemangat dalam tindakan. Dengan mengkontemplasikan Sabda Allah, kita terpecah dan terbuka terhadap Roh seperti Yesus, dan kita akan semakin memahami Allah yang mengungkapkan diriNya kepada kita, bahwa

(3)

3 kerajaanNya hadir di sini, sekarang dalam diri semua orang, suku, agama. Seperti Yesus, kita adalah bejana yang menjelma yang meneruskan kerajaanNya.

Perutusan Yesus sebagaimana diberitakanNya di sinagoga di Nazaret sangatlah jelas: "Roh Tuhan ada pada-Ku,

oleh sebab Ia telah mengurapi Aku,

untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku

untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,

untuk membebaskan orang-orang yang tertindas,

untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang Luk 4:18-19

Sebagai murid-muridNya, kita adalah agen tindakan keselamatan Allah di dalam dunia kita. Kita diurapi untuk membawa kabar baik kepada orang miskin, membebaskan yang tertindas,

memberikan penglihatan kepada yang buta dan membebaskan mereka yang tertindas. Kita dipanggil untuk hidup di dalam dunia dengan kontemplasi dan aksi yaitu menemukan Allah di dalam segala hal. Kita dipanggil untuk berada bersama sesama dimana pun mereka berada, melakukan apa yang mereka kerjakan dalam peristiwa harian hidup kita. Melalui kegiatan manusiawi ini kita

menghadirkan Kristus di tengah dunia.

Paus Fransiskus dalam Surat Apostolik terbarunya berjudul Evangelii Gaudium, Kegembiraan Injil, mengajak kita untuk terlibat penuh dalam kehidupan.

Suatu komunitas pewartaan terlibat lewat kata dan tindakan dalam kehidupan harian sesamanya; menjembatani jarak yang ada, bila perlu bersedia merendahkan diri sendiri, merengkuh kehidupan manusia, menyentuh penderitaan Kristus dalam diri sesama. Seorang pewarta juga harus “berbau seperti dombanya” dan domba-dombanya mau mendengarkan suara mereka. Komunitas pewarta adalah komunitas yang mendukung, mendampingi sesama dalam setiap jejak mereka, tidak peduli seberapa sulit dan panjang yang harus dibuktikan. Sama dengan kesabaran dalam pengharapan dan ketahanan merasul. Pewartaan kebanyakan berisi kesabaran dan mengabaikan kendala waktu. Kesetiaan atas karunia Allah juga akan menghasilkan buah. Komunitas pewartaan selalu memperhatikan hasil karena Allah

menghendakinya untuk berbuah. Komunitas ini juga memperhatikan gandumnya dan tidak sabar bertumbuh di antara ilalang. Ketika penabur melihat ilalang tumbuh di antara gandum ia tidak marah-marah dan membuat reaksi yang berlebihan. Ia akan mencari jalan untuk bertumbuh dalam situasi tertentu dan menghasilkan buah kehidupan baru, namun hasilnya mungkin tidak sempurna atau mungkin nampak tidak selesai. Seorang murid harus siap sedia untuk menempatkan diri pada barisannya, bahkan untuk menerima kemartirannya,

menanggung kesaksian akan Yesus Kristus, walaupun tujuannya bukan untuk mencari musuh namun agar Sabda Allah diterima dan kapasitasnya untuk pembebasan dan pembaharuan da-pat dinyatakan. [24]

(4)

4 Selanjutnya Bapa Suci mengajak kita untuk menjadi agen-agen pembaharu lewat perkataannya: (Evangelii Gaudium)

Saat ini sebagaimana Gereja berusaha mencari untuk mengalami pembaharuan semangat misioner yang mendalam, ada suatu jenis pewartaan yang terjadi pada kita sebagai

tanggungjawab harian. Ini berhubungan dengan mewartakan Injil kepada mereka yang kita jumpai entah itu saudara-saudari di sekitar kita maupun orang asing. Inilah bentuk

pewartaan informal yang hadir dalam percakapan, sesuatu yang sering dikerjakan oleh para misionaris ketika melakukan kunjungan keluarga. Menjadi seorang murid berarti siap sedia secara terus menerus untuk mewartakan kasih Yesus kepada sesama dan ini bisa terjadi secara tidak terduga di mana pun baik itu di jalanan, di pusat kota, saat bekerja dan dalam perjalanan. [127]

Pewartaan ini yang sifatnya selalu menghargai dan lembut menggunakan langkah-langkah yang pertama yaitu dialog pribadi, ketika orang lain berbicara dan membagikan pengalaman kegembiraan, harapan dan perhatian mereka kepada orang-orang yang mereka kasihi atau yang sungguh-sungguh membutuhkan. Hanya sesudah itu apakah mungkin mewartakan Sabda Tuhan, mungkin dengan membacakan satu ayat Kitab Suci atau menghubungkan dengan cerita, namun harus selalu diingat pesan intinya yaitu Kasih Allah yang personal yang menjadi manusia, memberikan diriNya kepada kita, yang hidup dan memberikan

keselamatan serta persahabatan kepada kita. Pesan ini hendaknya dibagikan dengan rendah hati sebagai pernyataan dari setiap pribadi yang bersedia belajar, dengan kesadaran bahwa pesan ini sangatlah kaya dan mendalam sehingga selalu melampaui jangkauan kita. Saat dimana pesan bisa diwartakan secara langsung adalah saat seseorang memberikan kesaksian pribadinya atau lewat bahasa tubuh atau dengan cara yang digerakkan oleh Roh Kudus dalam situasi tertentu… [128]

…Ini selalu menjadi proses yang lambat dan bisa membuat kita terlalu takut. Namun bila kita membiarkan segala keraguan dan ketakutan itu mengurangi keberanian kita, maka

sebaliknya tidak membuat kita semakin kreatif, tapi malah akan membuat kita tetap nyaman dan tidak membuat kemajuan sama sekali. Dalam hal semacam ini, kita tidak mengambil bagian aktif dalam proses sejarah, namun hanya semata-mata sebagai penonton yang membuat Gereja berhenti perlahan-lahan. [129]

Panggilan untuk lebih terlibat diungkapkan oleh St. Yohanes XXIII di saat sebelum wafatnya tanggal 24 Mei 1963 ketika beliau berkata:

Saatnya telah tiba untuk mengamati tanda-tanda zaman, untuk merebut kesempatan dan melihat ke depan… Hari ini lebih baik dari sebelumnya… kita dipanggil untuk melayani

manusia tidak semata-mata karena kita adalah orang Katolik; namun untuk membela hak-hak asasi manusia di atas segalanya dan dimana pun. Dalam dunia kita saat ini,kebutuhan

(5)

5 mengenai doktrin telah mengantar kita pada situasi baru…Ini bukan berarti bahwa Injil telah berubah; Ini berarti bahwa kita telah mulai memahami dengan baik. Bagi siapa yang hidup lama seperti saya…bisa membandingkan perbedaan budaya dan tradisi dan mengetahui bahwa saatnya telah tiba untuk melihat tanda-tanda zaman dan menggapai kesempatan serta memandang lebih jauh ke depan.

Vatikan II mengubah cara Gereja untuk memahami dirinya. Dengan mengartikan Gereja sebagai umat Allah dan mengajak gereja untuk berbalik melihat dunia dan bukan meninggalkannya. Gereja semakin menyadari keberadaannya yang muncul dalam perjalan waktu sebagai suatu kenyataan historis yang berkembang. Gereja mulai menyampaikan sejarahkeselamatan sebagai suatu proses dan Gereja adalah bagian dari proses itu.

Sebagaimana Allah menjadi manusia dalam diri Yesus, Gereja menjadi bagian dari dunia yang kepadanya sebagai Tubuh Kristus telah diutus.

Sandra Schneiders IHM, Buying the Field

Pemahaman baru tentang Gereja dan perannya di dalam dunia menggerakkan kita sebagai religius kepada paradigma baru sesudah Vatikan II. Dari kehidupan “meninggalkan dunia” kita mulai masuk kembali ke dalam dunia.” Kita berangkat dari keterasingan kepada penyelaman/pembenaman diri , ekslusivitas kepada inklusivitas, sistem tertutup kepada sistem terbuka, dari hak kepada solidaritas. Hidup menjadi lebih manusiawi dan kita menjadi rekan seperjalanan bagi saudara saudari kita sebagaimana kita menjalani ziarah suci ini bersama yaitu KEHIDUPAN.

Dengan memfokuskan kembali untuk membuka mata kita terhadap kenyataan bahwa Allah adalah Allah perubahan dan rahmat akan tersingkap dalam kehidupan itu sendiri bila kita terbuka terhadap Roh Kudus. Dunia adalah tempat dimana kesucian yang kreatif dan Kerajaan Allah selalu muncul dengan cara baru dan tak terduga. Kita melanjutkan proses dengan ikut serta dalam sejarah

keselamatan dengan cara kita sendiri yang unik yaitu menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara.

Dalam Konstitusi kita artikel 67 menganjurkan keterlibatan ini: Sebagai anggota sebuah Kongregasi internasional,

Secara aktif kita memberi perhatian kepada perkembangan Gereja universal dan masayarakat.

Seperti St. Yulia Billiart, Suster Maria Aloysia Dan Suster-suster kita yang pertama di Coesfeld, Hendaknya kita dipenuhi dengan semangat misioner, Siap sedia membawa kabar gembira

(6)

6 Semangat ini menantang kita

Untuk menerjunkan diri

Ke dalam kebudayaan sesama yang kita layani

Dan bersama mereka menentukan kebutuhan-kebutuhan mereka. Dengan hidup bersama mereka

Kita dapat solider dengan mereka Dan saling memperkaya.

Dalam kesetiaan terhadap kharisma kita Kita melayani kaum miskin dan terpinggirkan,

Membantu mereka mengakui martabat kemanusiaan mereka Dan memberi mereka harapan dan keberanian

Dalam perjuangan merka untuk keadilan dan hidup.

Tugas kita sebagai penabur adalah terus menerus bertanya pada diri kita: tanah apakah yang perlu kita persiapkan? Benih apa yang perlu ditaburkan? Tanaman mana yang perlu dirawat? Tanaman mana yang perlu dibiarkan bertunas? Mana yang perlu disirami? Jadi dengan perutusan yang dipercayakan kepada kita, kita menampakkan dalam hidup kita apa yang yang telah ditunjukkan kepada kita dalam kontemplasi. Dengan mengalami sabda, kita terlibat dalam dunia kita dengan menempatkan diri kita di altar kehidupan sehingga kita menyatu dalam Tubuh dan Darah Yesus. Selama hari-hari kebersamaan kita di Konferensi Umum ini, kita membiarkan diri kita terbuka mendengarkan,berdialog dan menerima pencerahan dan rahmat-rahmat satu sama lain sehingga kita sebagai Suster-suster Notre Dame dapat menanggapi tanda-tanda di zaman kita ini dan membuat keputusan yang memajukan Kerajaan Allah di dalam dunia kita ini.

Pertanyaan untuk Refleksi pribadi:

● Apakah Sabda Tuhan sungguh berakar dalam hidupku?

● Sabda mana yang telah mendorongku untuk melangkah lebih dalam? ● Apakah ada sabda yang sedang kurenungkan?

● Dalam cara apa hidup baru itu memancar dalam diriku?

● Bagaimana saya menyikapi apa yang diungkapkan kepadaku lewat kontemplasi sabda Tuhan ke dalam perutusanku sebagai Suster Notre Dame?

● Apakah aku melihat diriku sebagai seorang murid yang membawa perubahan dan terlibat dalam tindakan yang satu dengan Bapa yang menarik segala sesuatu kepada diriNya? ● Bagaimana sikapku terhadap perutusan telah berubah semenjak aku mengucapkan kaul

pertama?

● Dengan mengalami sabda maka kita terlibat di dalam dunia dan menempatkan diri di altar kehidupan sehingga kita menyatu dengan Tubuh dan Darah Yesus. Apa arti ungkapan ini bagiku?

(7)

7

Diskusi Kelompok:

Berikan tanggapan terhadap pernyataan berikut ini:

● Kita berasal dari kasih dan pada akhirnya kita akan kembali kepada kasih dan segala sesuatu di antara keduanya adalah perubahan.

● Cepat atau lambat rahmat akan menang atas segala hambatan, tidak peduli seberapa besar nampaknya.

● Proses alam telah membuka mata kita akan karya keselamatan Allah di dalam dunia kita. ● Hidup baru akan terus memancar bila kita terus menerus terlibat dalam proses

keberadaannya.

● St. Yohanes Paulus II menyatakan bahwa evangelisasi baru adalah “Baru di dalam semangat, metode dan ungkapannya.”

Diskusikan pertanyaan berikut ini:

Sebagai penabur benih, apa yang perlu kita lakukan sebagai Suster-suster Notre Dame di zaman kita ini untuk terlibat dalam dunia kita dan memperluas kerajaan Allah?

Referensi

Dokumen terkait

elektrik sesuai dengan konsentrasi pada kotak perlakuan, siapkan kotak perlakuan, tutup lubang pada kotak kasa, tempatkan alat reppelensi elektrik pada kotak perlakuan

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan di aatas kinerja guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri untuk meningkatkan aktivitas belajar

Bahasa Arab telah mendapat penghormatan dan pengakuan Antarabangsa apabila ia dipilih menjadi salah satu bahasa rasmi bagi Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu, iaitu sejak tahun 1973

Tι θα απαντούσατε; — Eχετε σκεφθεί τι αναστάτωση θα είχε δημιουργηθεί στη ζωή της Oρθοδξου Aυτοκεφάλου Eκκλησίας της Aλβανίας, αλλά ακμη και

&ari eerapa pengertian terseut dapat disimpulkan aha leukopenia adalah suatu kondisi klinis di mana sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah  putih

Bagaimana kualitas keamanan sistem Docushare yang diterapkan PT Astragraphia Tbk menggunakan domain deliver, service and support (DSS05) sebagai upaya proteksi aset

koefisien toleransi yang dihitung dari mulai sarana dihidupkan pada depo awal sampai stasiun awal keberangkatan, ditambah dengan waktu tempuh dari stasiun tujuan/ akhir sampai ke

Dari ketiga kriteria yang telah disebutkan, adanya perilaku positif dan negatif dari pengunjung, tingkat kunjungan ke audio visual dan museum, serta alur pengunjung, dapat