METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam kegiatan ini adalah true experimental (eksperimen sesungguhnya). Eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang memperlakukan dan memanipulasi subjek penelitian dengan kontrol secara ketat. Dengan kata lain penelitian eksperimen murni memiliki ciri yaitu ada perlakuan (memanipulasi suatu varibel), ada randominasi dan semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol hampir semua pengaruh factor penelitian terhadap variabel hasil penelitian yang diteliti (Rajab, 2009).
3.1.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
The Postest Only Control Group Design. Dalam rancangan ini pengukuran
awal tidak dilakukan karena diasumsikan bahwa di dalam suatu populasi tertentu tiap unit populasi adalah homogen maka pengukuran variabel dilakukan setelah pemberian perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah dengan pemberian berbagai konsentrasi ekstrak ekstrak daun ketul konsentrasi konsentrasi 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% .
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang yang beralamat di Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang. Penelitian dilaksanakan selama 2 minggu, yaitu pada tanggal 10 September-23 September 2016.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generaslisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan sebanyak 28 ekor yang diperoleh dari tempat peternakan tikus di daerah Dau.
3.3.3 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2013). Teknik sampling yang digunakan yaitu Purposive
Sampling. Purposive sampling yaitu responden yang terpilih menjadi anggota
sampel pada penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang berusia 2-3 bulan dengan bobot 100-200 gram.
3.3.4 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan acak lengkap (RAL). Rancangan acak lengakap (RAL) merupakan rancangan yang peletakan perlakuan dilakukan secara acak pada seluruh materi percobaan. Hal ini berarti seluruh unit percobaan mempunyai peluang yang sama besar untuk menerima perlakuan.
Besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan prosedur baku dalam penetapan jumlah sampel yang menggunkan hewan coba (tikus) sebagai sampel percobaan. Selanjutnya untuk menentukan jumlag pengulangan digunakan rumus Federer (1963) sebagai berikut:
(t-1)(r-1)≥ 15
Dimana, t = banyak perlakuan
r = banyak ulangan (Dewi et al, 2013).
(r-1)(t-1) ≥ 15
(r-1)(7-1) ≥ 15
6 (r-1) ≥ 15
6r- 6 ≥ 15 6r ≥ 21
Jadi jumlah sampel keseluruhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 28 ekor tikus putih yang meliputi:
A. Kelompok kontrol negatif (tidak diberi perlakuan dengan tidak diberi ekstrak daun ketul)
B. Kelompok kontrol positif (tidak diberi perlakuan dengan tidak diberi salep luka bakar)
C. Kelompok perlakuan I : pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 5% sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
D. Kelompok perlakuan II : pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 7,5% sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
E. Kelompok perlakuan III : pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 10% sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
F. Kelompok perlakuan IV : pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 12,5% sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
G. Kelompok perlakuan V : pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 15% sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
Rancangan Acak Lengkap dengan gambaran:
Kelompok Ulangan 1 2 3 4 A A1 A2 A3 A4 B B1 B2 B3 B4 C C1 C2 C3 C4 D D1 D2 D3 D4 E E1 E2 E3 E4 F F1 F2 F3 F4 G G1 G2 G3 G4
3.4 Jenis Variabel 3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2013). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah berbagai jenis konsentrasi ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.) yaitu dengan konsentrasi 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% .
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penyembuhan luka sayat yang ditandai dengan indikator tidak adanya eritrema (fase inflamasi), tidak adanya pembengkakan( fase proliferasi),dan luka menutup (fase maturasi). Luka dikatakan sembuh apabila luka telah tertutup oleh jaringan baru. Waktu observasi dilakukan selama 2 minggu pada masing-masing kelompok.
3.4.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2013). Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah batas waktu penyembuhan luka bakar yaitu selama 2 minggu pada punggung tikus putih (Rattus norvegicus), jenis tikus strain wistar jantan , umur 2-3 bulan, berat badan 100-200 gram, suhu ruang 25ºC, kandang bersifat homogen, perawatan dilakukan setiap hari sekali, jenis makanan yaitu pakan ayam (BR-1) dan minuman air aquades.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi kesalahan makna dalam tiap variabel maka perlu didefinisikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun operasional variabel tersebut, yaitu:
1. Jenis tanaman yang digunakan sebagai ekstrak adalah bagian tanaman yang memiliki potensi sebagai penyembuh luka sayat. Jenis tanaman yang digunakan yaitu daun ketul (Bidens pilosa L.).
2. Luka sayat adalah luka yang diakibatkan oleh terkena benda tajam sehingga tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke eksternal. Dalam penenelitian ini luka sayat dibuat pada punggung tikus putih dengan menyayat menggunakan scalpel steril dengan panjang 2 cm dan kedalaman sampai area subkutan (Amaliya, 2013).
3. Ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.) adalah ekstrak yang dibuat secara maserasi yang kinetik dengan menggunakan pelarut etil alkohol (etanol) 90%. Tanaman daun B. pilosa diambil dan ekstrak dibuat di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Ekstrak dibuat dengan konsentrasi 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% . Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Kakki et al , 2016) yaitu dengan konsentrasi 5% pada ekstrak B. pilosa yang digunakan dalam penyembuhan luka.
3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Persiapan Penelitian
1. Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan - Kandang tikus - Penutup kandang - Pencukur otomatis/razer - Sarung tangan/handscoen - Gunting - Botol air - Plester transparan - Kertas saring - Gelas ukur - Pipet tetes kecil - Pipet tetes besar - Corong - Labu takar - Timbangan analis - Kertas label - Blender - Nampan plastik - Ayakan - Oven
- Pisau bedah (Scapel) - Sekam
- Pakan ayam (BR-1) - Air
- Daun Ketul
- Kertas lembar observasi - Etanol 90%
- Aquades
2. Pembuatan Ekstrak Daun Ketul
Dalam pembuatan ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L) peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyiapkan daun ketul (Bidens pilosa L) .
b. Mengeringkan daun ketul (Bidens pilosa L) dengan oven 50ºC sampai daun ketul kering secara fisiologis dengan ditandai ketika diremas daun mudah hancur (Sutjipto et al,2009).
c. Menghaluskan daun ketul (Bidens pilosa L) yang sudah kering dengan menggunakan blender dan mengayak serbuk yang sudah jadi hingga halus.
d. Menimbang serbuk daun ketul (Bidens pilosa L) yang sudah halus dengan timbangan analitik sebanyak 250 gram (Edefia, 2015).
e. Merendam serbuk daun ketul (Bidens pilosa L) kedalam larutan etanol 90% sebanyak 750 ml selama 72 jam.
f. Menyaring larutan daun ketul (Bidens pilosa L) dengan kain saring dan kertas saring untuk memisahkan ampas dengan filtratnya.
g. Menguapkan etanol dalam ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L) dengan rotary evaporator dengan suhu 55ºC sampai ekstrak berubah menjadi kental.
h. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% dan kontrol. Pembuatan masing-masing kepekatan dilakukan dengan cara pengenceran dari sediaan 100%. Larutan konsentrasi daun ketul (Bidens pilosa L.) yang dibuat adalah 30 ml pada tiap-tiap konsentrasi. (Lampiran 4).
3. Adaptasi Tikus
Sebelum dilakukan percobaan, tikus diadaptasikan dalam kandang yang diletakkan di Laboratorium Kimia UMM selama 7 hari agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan yang baru.
4. Pembuatan Luka Sayat
Pada penelitian ini luka sayat dibuat pada punggung tikus dengan menggunakan scapel setelah punggung tikus diberi alcohol. Panjang luka dibuat ± 2 cm, kedalaman sampai area subkutan. Perawatan luka dilakukan 1 kali sehari pada waktu yang sama. 5. Perlakuan Luka Sayat
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Menncuci tangan, mengatur posisi tikus senyaman mungkin c. Memakai sarung tangan yang bersih
d. Pada kelompok perlakuan I luka ditetesi ekstrak daun ketul konsentrasi 5 % sebanyak 5 tetes lalu ditutup dengan kain kassa, Pada kelompok perlakuan II luka ditetesi ekstrak daun ketul konsentrasi 7,5 % sebanyak 5 tetes lalu ditutup dengan kain kassa, Pada kelompok perlakuan III luka ditetesi ekstrak daun ketul konsentrasi 10 % sebanyak 5 tetes lalu ditutup dengan kain kassa, Pada kelompok perlakuan IV luka ditetesi ekstrak daun ketul konsentrasi 12,5% sebanyak 5 tetes lalu ditutup dengan kain kassa, Pada kelompok perlakuan V luka ditetesi ekstrak daun ketul 17,5% sebanyak 5 tetes lalu ditutup dengan kain kassa masing-masing 1 kali sehari dan diteteskan sama rata. Pada perlakuan kontrol (-) hanya diganti dengan kain kasa saja dan pada perlakuan kontrol (+) ditetesi dengan povidone iodine dan ditutup dengan kain kassa setiap 1 hari sekali. Perlakuan sediaan dilakukan setiap hari pada pukul 9 pagi WIB.
3.6.2 Pelaksanaan Penelitian
Gambar 3.1 Pelaksanaan Penelitian
28 ekor tikus putih (Rattus norvegicus)
Melakukan adaptasi pada tikus selama 7 hari
Mencukur bulu punggung dan pembuatan luka sayat panjang luka dibuat dengan ± 2 cm, kedalaman sampai area subkutan
Melakukan perlakuan luka dilakukan setelah 15 menit dari pembuatan luka
Kelompok Kontrol (-) (4 ekor tikus tidak diberi ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.)
Kelompok Perlakuan I pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 5% sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
Menutup bagian luka pada punggung tikus dengan menggunakan kain kassa. Perlakukan dilakukan sampai hari ke 14 dan diukur luas luka dari semua kelompok setiap hari
Pengumpulan data Analisis data Hasil dan Pembahasan
Kelompok Kontrol (+) (4 ekor tikus diberi povidone iodine)
Data hasil penelitian dimanfaatkan menjadi sumber belajar biologi berbentuk Leaflet Kelompok Perlakuan II pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 7,5%
sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
Kelompok Perlakuan III pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 10% sebanyak (5 tetes) setiap 1 kali sehari.
Kelompok Perlakuan IV pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 12,5% sebanyak (3 tetes) setiap 1 kali sehari.
Kelompok Perlakuan V pemberian ekstrak daun ketul dengan konsentrasi 15% sebanyak (3 tetes) setiap 1 kali sehari.
3.6.3 Pengamatan Penelitian
Pengamatan dilakukan setiap 1 x 24 jam selama 2 minggu di Laboratorium Kimia UMM Malang. Parameter yang diamati penyembuhan luka sayat yang ditandai dengan indikator tidak adanya eritrema, tidak adanya pembengkakan, luka mulai menutup dan luka menutup. Luka dikatakan sembuh apabila luka telah tertutup oleh jaringan baru dan dilihat dari hari percepatan penyembuhan luka.
3.7 Prosedur Pengambilan Data 3.7.1 Data dan Sumber Data
Data yang diambil adalah data dalam penelitian tentang kecepatan menutupnya permukaan luka adalah kecepatan menutupnya permukaan luka dilihat dari hari tercepat penyembuhan luka, tidak adanya eritrema, tidak adanya pembengkakan, luka mulai menutup dan luka menutup. Penentuan kecepatan penyembuhan luka sayat dilakukan secara objektif dengan mengambil foto setiap hari sekali sejak diberi perlakuan berbagai konsentrasi ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.).
3.7.2 Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah observasi eksperimen. Teknik pengumpulan data secara langsung dengan prosedur berencana yang melibatkan kegiatan melihat dan mencatat kegiatan tertentu. Observasi eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tidak adanya eritrema, tidak adanya pembengkakan, luka mulai menutup dan luka menutup. luka yang
dilakukan pengukuran setiap hari sekali sejak diberi perlakuan. Penentuan kecepatan penyembuhan luka sayat dilakukan secara objektif dengan mengambil foto setiap hari sekali sejak diberi perlakuan berbagai konsentrasi ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.).
3.8 Tahap Pengembangan Pembuatan Leaflet Sebagai Sumber Belajar Proses kegiatan belajar dan pembelajaran membutuhkan sumber belajar yang menjadi sarana penunjang kegiatan pembelajaran. Sumber belajar yang digunakan yaitu leaflet yang mampu memberikan visualisasi yang dapat menarik minat siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode dalam studi pengembangan dengan modifikasi dari metode Learning Cycle 3E yang diperkenalkan oleh Robert Karplys dalam SCIS atau Science Curriculum Improvenment pada tahun 1967.
Learning Cycle yang merupakan suatu pembelajaran yang menuntut siswa
menjadi pembelajar mandiri, otonom, serta menjadikan mereka berpikir secara kritis dalam memecahkan. Learning Cycle adalah salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan cara belajarnya dan mengembangkan daya nalarnya (Dasna et
al, 2007 dalam Ekayanti, 2014). Learning Cycle terdiri dari 3 tahapan yaitu
eksplorasi, eksplanasi, dan elaborasi. a. Tahap Eksplorasi
Tahap eksplorasi merupakan fase awal yang harus dilakukan untyk membawa siswa memperoleh pengetahuan dengan cara melalui pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Eksplorasi dilakukan untuk melihat kebutuhan guru/siswa, yang dilakukan dengan cara
melihat hasil penelitian terdahulu, silabus dan RPP. Selanjutnya akan dihasilkan konsep esensial.
b. Tahap Eksplanasi
Tahap Eksplanasi ini dilakukan untuk melengkapi, menyempurnakan dan mengembangkan konsep-konsep esensial yang telah diperoleh dari tahap pertama. Kegiatan pada tahapan ini untuk mencari konsep-konsep yang relevan melalui studi pustaka dan konsultasi kepada para ahli. Hasil dari studi pustaka dan konsultasi para ahli akan memberikan pandangan bagi peneliti tentang desain produk leaflet yang akan dikembangkan.
c. Tahap Elaborasi
Tahap elaborasi merupakan tahap akhir, di mana hasil studi pustaka dan konsultasi dengan para ahli yang akan digunakan untuk membuat sebuah produk. Kegiatan dari tahap ini merupakan penerapan dari konsep-konsep yang telah dipahami. Tujuannya adlah untuk mengubah konsep-konsep yang telah dikonsultasikan kepada para ahli untuk mengembangkan leaflet.
3.9 Teknik Analisis Data 3.9.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas merupakan salah satu uji statistik yang digunakan untuk menguji apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dapat digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval ataupun rasio (Fallo et al, 2013).
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk uji normalitas Liliefors adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan X1, X2……Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2……Zn dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Zi = Xi – X (rata- rata) S
Keterangan : X : rata-rata dari sample S : Simpangan baku
b. Setiap bilangan baku selalu menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian menghitung peluang F(Zi) = P(Z≤Zi) c. Selanjutnya menghitung Z1,Z2,……Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Z1. Jika proporsi ini ditetapkan oleh S (Zi) maka:….
S(Zi)= n Zi Zn Z Z
1, 2...d. Menghitung selisih F (Zi)-S(Zi) dan menentukan harga mutlaknya.
e. Mengambil harga yang paling besar dari harga yang mutlak tersebut, Sebutlah harga terbesar ini dengan L0 (Lhitung).
f. Untuk menolak atau menerima hipotesis nol, kita bandingkan L0 dengan nilai kritis L yang diambil dari table untuk titik uji normalitas (Liliefors) dengan taraf (α 0.01 = 0.231 dan α 0.05 = 0.19) dengan kriteria:
Ho ditolak jika Lo> L berarti populasi terdistribusi tidak normal
Ho diterima jika Lo < L berarti populasi berdistribusi normal (Sudjana, 2005).
3.9.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas varian merupakan asumsi penting perhitungan analisis varian.Uji ini dilakukan untuk memastikan apakah asumsi masing-masing data sudah terpenuhi atau belum. Dikatakan datanya bersifat homogen jika X2 hitung < X2 tabel. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
Data yang diperoleh dari masing- masing sampel n1, n2…..nx dengan datanya adalah Yij( i = 1,2….k dan j = 1,2….nk) dihitung variannya masing- masing adalah (Si)2, (S2)2,…,(Sk)2.
Si2= ) 1 ( / ) ( 2 2
i i r r Yi j YiHipotesis yang akan diuji adalah :
Ho : α 2
1= α22=……= α2t yang berarti ragam dari semua perlakuan
sama
Hi : minimal ada satu perlakuan yang ragamnya tidak sama dengan yang lain
Jk dihitung sebagai berikut :
JK =
x2
2r xt
Untuk memudahkan perhitungan, satu-satuan yang diperoleh untuk uji barlett lebih baik disusun dalam sebuah daftar.
Statistik yang digunakan adalah : X2hitung =ln 10 [(B) - (∑db log S2)]
Derajat bebas v = t-1, dengan demikian jika X2 > X2.α(t-1) maka Ho ditolak. Nilai X2 ini perlu dikoreksi sebelum dibandingkan dengan nilai X2.α dengan derajat bebas v= t-1. Disini t adalah banyaknya perlakuan.
S2= total JK/Total db Faktor koreksi = 1+
( 1) 1 1 1 ) 1 ( 3 1 ri ri t X2(terkoreksi) = (1/C)X2 KesimpulanHo: ditolak jika X2 terkoreksi > X2 tabel Ho: diterima jika X2 terkoreksi < X2 tabel
Hipotesis nol diterima (ragam dari semua perlakuan adalah sama atau variansinya homogen, jika X2 hitung < X2 tabel, dimana X2(1-α) (k-1) dapat dilihat dari daftar distribusi chi-kuadrat.
Uji homogenitas bertujuan untuk keberlakuan asumsi annova, yaitu menguji apakah masing-masing kelompok memiliki varians yang sama (seragam) atau tidak (Martono, 2011).
3.9.3 Uji Oneway ANOVA
Uji oneway ANOVA digunakan untuk menentukan apakah rata-rata dua atau lebih kelompok (variabel dependen) berbeda secara nyata. Analisis ini memiliki asumsi bahwa kelompok yang dianalisis memiliki varian yang sama (Trihendradi, 2010).
Uji Anova satu uaitu tektik statistik parametrik yang digunakan untuk mennguji perbedaan antara 3 atau lebih kelompok data berskala
interval atau rasio yang berasal dari 1 variabel bebas. Adapun beberapa langkah yang harus ditempuh yaitu :
a. Menentukan hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh pemberian berbagai dosis ekstrak daun B.
pilosa terhadap luka sayat pada punggung tikus putih (Rattus norvegicus)
b. Mengelompokkan data sesuai dengan perlakuannya dan dihitung jumlah perlakuan (T) dan jumlah umum (G)
c. Dengan menggunakan t sebagai banyaknya perlakuan dan r sebagai banyaknya ulangan. Derajat bebas dapat ditentukan untuk setiap sumber keberagaman, yaitu :
Db umum = (r)(t)-1 Bd perlakuan = t-1 Db galat = t(r-1)
d. Menghitung faktor korelasi (FK) dan berbagai jumlah kuadrat (JK) dengan menggunakan Xi untuk menunjukkan pengukuran petak ke-I dan Ti sebagai jumlah perlakuan ke-I dan n sebagai bayaknya petak percobaan = (r) (t)
FK = ( ∑
JK galat = JK umum – JK perlakuan
e. Menghitung kuadrat tengah (KT) untuk setiap sumber keberagaman dengan membagi JK dengan db yang bersangkutan
Menghitung nilai F unuk menguji beda nyata perbedaan perlakuan
f. Nilai Ftabel ditentukan melalui table analisis varians satu arah dan tingkat signifikan atau taraf nyata ditentukan lebih dahulu yaitu 5% g. Membuat table anava satu arah
Sumber Keragaman Db JK KT Fhitung Ftabel Perlakuan Galat Percobaan Umum
h. Memasukkan semua nilai yang dihitung kedalam table anava satu arah
i. Memandingkan ilai Fhitung dengan Ftabel dan menentukan beda nyata di antara perlakuan dengan ketentuan sebagai berikut :
Apabila nilai Fhitung > Ftabel pada taraf nyata 1% perbedaan perlakuan dikatakan berbeda dengan nyata.
Apabila nilai Fhitung > Ftabel pada taraf nyata 5% tetapi lebih kecil dan atau sama dengan nilai Ftabel pada taraf nyata 1%, perbedaan perlakuan dikatakan berbeda nyata
Apabila nilai hitung Fhitung > Ftabel dan atau sama denga Ftabel pada taraf nyata 5% perbedaan perlakuan dikatakan tidak berbeda nyata.
3.9.4 Uji Duncan’s
Uji lanjut setelah anava yaitu dengan Uji Duncan’s 5%. Uji ini dilakukan untuk menentukan atau memilih perlakuan yang terbaik atau paling efektif dari sejumlah n perlakuan dengan berdasar pada nilai rerata.
Adapun beberapa langkah -langkah yang harus ditempuh, yaitu : a. Mengurutkan rerata dari yang kecil ke yang besar
b. Menentukan nilai Sy
Sy =
r KTG
Keterangan :
KTG = MKG = MKD = jumlah kuadrat galat dibagi derajat bebasan galat
r = ulangan
c. Menentukan nilai R (p, v, ) dengan cara membandingkannya pada tabel uji Duncan.
d. Menentukan Nilai MDRS 5% Selingan: rp, Sy e. Menyusun tabel kerja uji Duncan’s 5%
Uji analisa tersebut menggunakan program SPSS 21.0 for Windows dengan nilai probabilitas dan angka kepercayaan 95%.