KAJIAN RISIKO BENCANA TSUNAMI
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Panduan Nasional
Pengkajian Risiko Bencana Tsunami Indonesia
Panduan Nasional
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Didukung oleh UNDP-APRC, DRR-A, SC-DRR, AIFDR, KEMENRISTEK, BMKG,
Daftar Isi
1. PENDAHULUAN ... 1 1.1. TUJUAN... 2 1.2. RUANG LINGKUP ... 2 1.3. PENGERTIAN ... 2 1.4. LANDASAN HUKUM ... 4 1.5. SISTEMATIKA ... 5 1.6. KELENGKAPAN PANDUAN ... 5 2. METODE PENYUSUNAN ... 72.1. HUBUNGAN KAJIAN KABUPATEN/KOTA DENGAN PROVINSI DAN NASIONAL ... 8
2.2. METODE PENYUSUNAN PETA RISIKO BENCANA TSUNAMI ... 9
2.3. METODE PENYUSUNAN KAJIAN RISIKO BENCANA TSUNAMI... 9
3. PETA DAN KAJIAN RISIKO BENCANA TSUNAMI ... 15
3.1. LINGKUP KAJIAN ... 16
3.2. PERSIAPAN ... 16
3.3. PENYUSUNAN PETA GENANGAN ... 16
3.4. IDENTIFIKASI TINGKAT ANCAMAN ... 22
3.5. IDENTIFIKASI TINGKAT KERUGIAN ... 22
3.6. MENYUSUN PETA RISIKO BENCANA TSUNAMI... 23
3.7. IDENTIFIKASI KAPASITAS DAERAH ... 24
3.8. PENGKAJIAN RISIKO ... 25
4. KEBIJAKAN DASAR ... 26
4.1. STRATEGI UMUM ... 26
4.2. STRATEGI DAERAH UNTUK PENGURANGAN RISIKO BENCANA TSUNAMI ... 27
4.3. STRATEGI DUKUNGAN PROGRAM PRIORITAS ... 27
5. PELAPORAN DAN PENGESAHAN ... 29
5.1. SISTEMATIKA LAPORAN ... 29
5.1.1. Bab 1 : Pendahuluan ... 29
5.1.2. Bab 2 : Kondisi Kebencanaan ... 30
5.1.3. Bab 3 : Kajian Risiko Bencana Daerah ... 31
5.1.4. Bab 4 : Dasar Kebijakan Pengurangan Risiko Bencana ... 31
5.1.5. Bab 5 : Kesimpulan ... 31
5.1.6. Lampiran ... 31
5.2. PENGESAHAN ... 31
5.3. REVISI BERKALA ... 32
Daftar Tabel
TABEL 1. LINGKUP PETA DAN KAJIAN RISIKO BENCANA TSUNAMI ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL 2. REFERENSI POTENSI KEJADIAN DAN GENANGAN TSUNAMI INDONESIA ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL 3. STRATEGI DUKUNGAN UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA TSUNAMI ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL 4. STRATEGI DUKUNGAN PRB TSUNAMI ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
Daftar Gambar
GAMBAR 1. HUBUNGAN KAJIAN DARI TINGKAT KABUPATEN HINGGA NASIONAL ...8
GAMBAR 2. ALUR PENYUSUNAN PETA RISIKO BENCANA TSUNAMI ...9
GAMBAR 3. ALUR PENYUSUNAN KAJIAN RISIKO BENCANA TSUNAMI ... 10
GAMBAR 4. MATRIKS PENGHITUNGAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI DAERAH ... 11
GAMBAR 5. MATRIKS PENGHITUNGAN TINGKAT KERUGIAN DAERAH ... 12
GAMBAR 6. MATRIKS PENGHITUNGAN TINGKAT KETAHANAN DAERAH ... 13
GAMBAR 7. MATRIKS PENGHITUNGAN TINGKAT KAPASITAS DAERAH ... 13
GAMBAR 8. MATRIKS IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DAERAH ... 14
1. Pendahuluan
encana tsunami yang melanda Provinsi Aceh pada Tanggal 26 Desember 2004 memicu pertumbuhan besar pencapaian Indonesia dalam penanggulangan bencana. Pencapaian signifikan yang terlihat adalah dengan diterapkannya Undang-undang Nomor 24 Tentang Penanggulangan Bencana. Pengurangan risiko bencana sebagai upaya prioritas untuk mengurangi dampak bencana menjadi salah satu perspektif penting yang dimuat dalam aturan ini. Upaya ini diterapkan dalam konsep pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan.
Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan diterjemahkan oleh pemerintah sebagai penanggungjawab penanggulangan bencana dengan menyusun dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD). Perencanaan ini melingkupi seluruh bencana yang berpotensi di suatu daerah dan ditujukan untuk seluruh fase bencana baik pada sebelum, saat maupun setelah bencana terjadi. RPB disusun berdasarkan kajian risiko dari berbagai bencana yang ada pada suatu daerah. Oleh karenanya dirasa perlu untuk menyusun suatu standar minimal kajian risiko bencana disuatu daerah.
BNPB bersama dengan lembaga terkait seperti BMKG, LIPI, Bakosurtanal, Kementerian Riset dan Teknologi serta berbagai lembaga mitra seperti UNDP APRC, DRR–A, AIFDR, KOGAMI dan lainnya menyusun Panduan Nasional Kajian Risiko Bencana Tsunami. Dipilihnya bencana tsunami pada tahap ini disebabkan kompleksitas permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam bencana tersebut. Diharapkan dengan disepakatinya kerangka pikir panduan untuk bencana tsunami, dapat digunakan untuk seluruh bencana yang ada di Indonesia.
Panduan ini diharapkan tidak hanya mampu mengkaji risiko bencana, namun juga mampu memperlihatkan kebijakan minimal yang perlu diambil oleh daerah terkait pengurangan risiko bencana yang sedang dikaji. Selain itu panduan ini juga diharapkan dapat dijadikan dasar intervensi dari pemerintah pusat ke daerah yang membutuhkannya sesuai dengan tingkat risiko yang dimiliki. Keberagaman kapasitas daerah menjadi salah satu dasar pikir utama dalam proses penyusunan panduan ini. Panduan ini dibuat sesederhana mungkin tanpa menghilangkan kualitas ilmiah hingga dapat digunakan dari pemerintahan kabupaten/kota hingga nasional.
Bab
1
1.1. Tujuan
Panduan ini disusun untuk memberikan pedoman minimal dalam menyusun kajian risiko bencana tsunami di tingkat propinsi/kabupaten/kota.
1.2. Ruang Lingkup
Panduan Minimal Kajian Risiko Bencana Tsunami meliputi : 1. Persiapan Peta Dasar
2. Penyusunan Peta Genangan
3. Analisis jumlah jiwa terpapar bencana 4. Analisis jumlah kerugian infrastruktur 5. Penyusunan Peta Risiko Bencana Tsunami 6. Kajian Kapasitas Daerah Daerah
7. Kebijakan minimal pengurangan risiko bencana tsunami
1.3. Pengertian
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau nonalam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 2. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
3. Rencana Penanggulangan Bencana adalah rencana penyelenggaraan penanggulangan bencana suatu daerah dalam kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan daerah.
4. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
5. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
7. Tsunami adalah fenomena alam yang terjadi akibat aktivas tektonik di dasar laut yang mengakibatkan pemindahan volume air laut dan berdampak pada masuknya air laut ke daratan dengan kecepatan tinggi.
8. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disingkat dengan BNPB, adalah lembaga pemerintah non departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, yang selanjutnya disingkat dengan BMKG adalah instansi pemerintah yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika.
10. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan BPBD, adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah.
11. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
12. Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana.
13. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
14. Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area yang didefinisikan oleh lokaisnya dengan sistem koordinat tertentu dan oleh atribut non-spasialnya.
15. Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu
16. Cek Lapangan (ground check) adalah mekanisme revisi garis maya yang dibuat pada peta berdasarkan perhitungan dan asumsi dengan kondisi sesungguhnya.
17. Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS, adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis, dan penayangan data yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi.
18. Peta Genangan Tsunami adalah peta yang menggambarkan garis batas maksimum landaan tsunami pada suatu daerah berdasarkan data pada Tabel Referensi Potensi Ketinggian Maksimum Tsunami.
19. Peta Zonasi Ketinggian adalah peta yang menggambarkan pembagian wilayah ketinggian tsunami pada suatu daerah berdasarkan Peta Genangan Tsunami.
20. Referensi Potensi Kejadian Tsunami adalah tabel yang berisi informasi kemungkinan kejadian tsunami pada seluruh wilayah di Indonesia dan disusun oleh BNPB dengan berkonsultasi dengan para ahli tsunami.
21. Referensi Potensi Ketinggian Maksimum Tsunami adalah tabel yang berisi informasi kemungkinan ketinggian maksimum tsunami pada setiap wilayah di Indonesia dan disusun oleh BNPB dengan berkonsultasi dengan para ahli tsunami.
22. Tingkat Ancaman Tsunami adalah potensi timbulnya korban jiwa pada zona ketinggian tertentu pada suatu daerah akibat terjadinya tsunami.
23. Tingkat Kerugian Daerah adalah potensi kerugian yang mungkin timbul akibat kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah penduduk pada zona ketinggian tertentu akibat tsunami.
24. Kapasitas Daerah adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian Daerah akibat bencana tsunami.
25. Indeks Penduduk Terpapar Tsunami adalah jumlah jumlah penduduk yang berada dalam wilayah genangan/gelombang tsunami di atas 1m.
26. Indeks Kerugian Daerah adalah jumlah jumlah infrastruktur yang berada dalam wilayah genangan/gelombang tsunami di atas 3 m.
27. Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian Daerah dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian dan Tingkat Ancaman akibat bencana tsunami.
28. Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian dan Kapasitas Daerah.
29. Peta Risiko Bencana adalah gambaran Tingkat Risiko bencana suatu daerah secara visual berdasarkan Kajian Risiko Bencana suatu daerah.
1.4. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
1.5. Sistematika
Panduan ini disusun dengan kerangka sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN
II. METODE PENYUSUNAN
III. PETA DAN KAJIAN RISIKO BENCANA TSUNAMI
IV. KEBIJAKAN DASAR
V. PELAPORAN DAN PENGESAHAN
VI. PENUTUP
1.6. Kelengkapan Panduan
Panduan ini memiliki pendukung berupa lampiran dan software/program komputer pendukung.
Skema Lampiran Panduan adalah :
1. Lampiran 1 : Panduan Penggunaan GIS.
2. Lampiran 2 : Panduan Penilaian Ketahanan Daerah untuk Pelaksanaan FGD Pemetaan Ketahanan Daerah berdasarkan 22 Indikator Pencapaian Kerangka Aksi Hyogo.
3. Lampiran 3 : Panduan Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Pelaksanaan Survey Rumah Tangga.
4. Lampiran 4 : Contoh Presentasi Paparan Kajian Risiko Bencana dalam FGD Inisiasi Kebijakan Minimum Pengurangan Risiko Bencana Tsunami berdasarkan Kajian Risiko Bencana Tsunami Daerah.
5. Lampiran 5 : Panduan Fasilitasi FGD Inisiasi Kebijakan Minimum Pengurangan Risiko Bencana Tsunami berdasarkan Kajian Risiko Bencana Tsunami Daerah.
Sedangkan file pendukung yang diberikan dalam CD (compact disc/piringan perekam) adalah :
2. LAMPIRAN 2 : Software penghitung Tingkat Ketahanan Daerah berdasarkan 22 indikator Kerangka Aksi Hyogo
3. LAMPIRAN 3: Software penghitung Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat 4. LAMPIRAN 4 : File Powerpoint Contoh Presentasi Paparan Kajian Risiko
Bencana dalam FGD Inisiasi Kebijakan Minimum Pengurangan Risiko Bencana Tsunami berdasarkan Kajian Risiko Bencana Tsunami Daerah.
5. LAMPIRAN 5 : File Powerpoint Panduan Fasilitasi FGD Inisiasi Kebijakan Minimum Pengurangan Risiko Bencana Tsunami berdasarkan Kajian Risiko Bencana Tsunami Daerah.
2. Metode Penyusunan
Panduan Kajian Risiko Bencana Tsunami merupakan panduan dengan standar minimal yang menggunakan metode sederhana sehingga dapat diterapkan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Peningkatan mutu dan kedalaman produk yang dihasilkan oleh daerah diperkenankan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah yang bersangkutan.
Panduan ini menghasilkan dua produk yaitu Kajian Risiko Bencana Tsunami dan Peta Risiko Bencana Tsunami. Dalam proses penyusunannya, kedua produk ini saling berkaitan dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut :
𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝐵𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 ≈ 𝐴𝑛𝑐𝑎𝑚𝑎𝑛 ∗𝐾𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
BNPB sebagai penanggung jawab penyelenggaraan penanggulangan bencana ditingkat nasional memberikan bantuan dalam mengidentifikasi ancaman dengan menerbitkan Tabel Referensi Potensi Tsunami Indonesia. Referensi ini menampilkan 2 parameter yaitu Potensi Kejadian Tsunami dan Prediksi Ketinggian Maksimum Tsunami untuk seluruh kabupaten/kota di Indonesia yang memiliki kemungkinan terkena bencana tsunami. Referensi ini disusun berdasarkan masukan dari para ahli tsunami di Indonesia.
Kajian Risiko dan Peta Risiko Bencana Tsunami yang dihasilkan dari panduan ini diharapkan dapat menjadi dasar pengambilan kebijakan minimal dalam Rencana Penanggulangan Bencana terkait pengurangan risiko bencana tsunami.
Bab
2.1. Hubungan Kajian Kabupaten/Kota dengan Provinsi dan Nasional
Kajian Risiko Bencana Tsunami dilaksanakan pada seluruh tingkat pemerintahan dari kabupaten/kota, provinsi hingga nasional. Idealnya kajian ini dilaksanakan pada tingkat kabupaten/kota. Hasil seluruh kajian ditingkat kabupaten/kota yang berpotensi terkena tsunami dikompilasi pada tingkat provinsi untuk membuat Kajian Risiko Bencana Tsunami tingkat Provinsi. Sedangkan kompilasi seluruh provinsi yang memiliki risiko terkena bencana tsunami dikompilasi pada tingkat nasional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Hubungan kajian dari tingkat kabupaten hingga nasional
Dari gambar 1 terlihat bahwa kajian ditingkat pemerintah provinsi dan nasional amat bergantung dari hasil kajian tingkat kabupaten/kota. Hal ini disebabkan bahwa proses ditingkat provinsi dan nasional hanyalah berupa proses kompilasi. Kompleksitas kajian dan penyusunan peta justru terjadi ditingkat kabupaten/kota.
Salah satu tujuan kajian risiko ini dilaksanakan adalah untuk menjadi dasar pengambilan kebijakan bagi pengurangan risiko bencana tsunami. Terkait dengan hubungan antara pemerintah kabupaten/kota hingga nasional, kajian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi intervensi dan dukungan yang diberikan dari nasional dan provinsi untuk kabupaten/kota yang telah menyelesaikan kajian.
2.2. Metode Penyusunan Peta Risiko Bencana Tsunami
Penyusunan Peta Risiko Bencana Tsunami dilaksanakan dengan menggunakan data dari Tabel Referensi Potensi Tsunami Indonesia. Peta Risiko Bencana Tsunami dibuat dengan menggunakan program GIS (Geographic Information System). Panduan ini memberikan kualitas minimal yang harus terangkum dalam sebuah peta risiko. Amat disarankan bila daerah kabupaten/kota membuat dengan kualitas lebih baik dengan data lebih lengkap.
Penyusunan Peta Risiko Bencana Tsunami dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Alur penyusunan Peta Risiko Bencana Tsunami
Seperti yang terlihat pada gambar 2, Peta Genangan menjadi dasar penyusunan Peta Risiko Bencana Tsunami. Peta Genangan ini disusun dari Data Ketinggian Maksimum Tsunami yang diplot ke peta dasar wilayah. Peta Genangan ini kemudian dibagi menjadi 3 zona ketinggian tsunami. Dari zonasi ketinggian tsunami ini diperoleh Indeks Penduduk Terpapar Tsunami dan Indeks Kerugian Daerah. Kedua indeks ini yang dimasukkan kedalam Peta Genangan untuk menghasilkan Peta Risiko Bencana Tsunami.
2.3. Metode Penyusunan Kajian Risiko Bencana Tsunami
Kajian Risiko Bencana Tsunami dilaksanakan sejalan dengan penyusunan Peta Risiko Bencana Tsunami. Seluruh hasil yang diperoleh dari setiap langkah penyusunan Peta Risiko Bencana Tsunami dipergunakan untuk menyusun Kajian Risiko Bencana Tsunami.
Gambar 3. Metode penyusunan Kajian Risiko Bencana Tsunami
Dari gambar 3 terlihat bahwa proses kajian dimulai dengan membuat Peta Genangan Tsunami. Peta genangan ini disusun berdasarkan prediksi ketinggian tsunami tertinggi pada suatu wilayah dan peta dasar wilayah tersebut. Prediksi ketinggian maksimum tertinggi untuk seluruh wilayah Indonesia diterbitkan oleh BNPB dengan menghimpun pendapat ahli tsunami Indonesia.
Peta Genangan Tsunami ini menjadi dasar bagi penghitungan Tingkat Ancaman Tsunami dan Tingkat Kerugian Daerah. Kapasitas Daerah diidentifikasi berdasarkan Tingkat Kesiapsiagaan Daerah dikombinasikan berdasarkan Tingkat Ancaman Tsunami.
Dengan mengikuti pendekatan kajian risiko seperti yang telah dijelaskan sebelumnya :
𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝐵𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 ≈ 𝐴𝑛𝑐𝑎𝑚𝑎𝑛 ∗𝐾𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
Tingkat Kerugian Daerah dapat disebut sebagai kerentanan daerah yang dinilai dalam hitungan rupiah. Sedangkan Kapasitas Daerah dinilai dari penggabungan nilai ketahanan daerah yang menggunakan 22 indikator pencapaian HFA dengan indeks
Daerah dapat dihitung berdasarkan perbandingan Tingkat Kerugian Daerah dengan Kapasitas Daerah.
Identifikasi Tingkat Ancaman Tsunami Daerah
Untuk mencari Tingkat Ancaman Tsunami pada suatu daerah dibutuhkan 2 variabel, yaitu :
1. Potensi Kejadian Tsunami; diperoleh dari Referensi Potensi Kejadian Tsunami Indonesia
2. Potensi masyarakat terpapar kejadian tsunami; diperoleh berdasarkan perhitungan pada peta genangan untuk masyarakat yang berada pada ketinggian genangan tsunami lebih dari 1 meter.
Tingkat Ancaman Tsunami Daerah diperoleh dengan menggunakan matriks pada
gambar 4.
Gambar 4. Matriks Penghitungan Tingkat Ancaman Tsunami Daerah
Berdasarkan gambar 4, tingkat ancaman tsunami dibagi atas 3, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Ruang batas ancaman ini ditetapkan bersama dalam penyusunan modul ini yang difasilitasi oleh BNPB.
Identifikasi Tingkat Kerugian Daerah
Untuk mencari Tingkat Kerugian Daerah akibat bencana tsunami pada suatu daerah dibutuhkan 2 variabel, yaitu :
2. Potensi Kerugian Materi; diperoleh berdasarkan perhitungan pada peta genangan untuk kerugian materi yang ditimbulkan akibat kehilangan rumah penduduk, fasilitas umum dan fasilitas publik di daerah yang terkena landaan tsunami yang memiliki ketinggian 3 meter atau lebih.
Nilai kerugian diperoleh dalam satuan rupiah. Untuk kemudian dibandingkan dengan tingkat Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang di kaji.
Tingkat Kerugian Daerah diperoleh dengan menggunakan matriks pada gambar 5.
Gambar 5. Matriks Penghitungan Tingkat Kerugian Daerah
Berdasarkan gambar 5, tingkat kerugian daerah akibat ancaman tsunami dibagi atas 3, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Ruang batas ancaman ini ditetapkan bersama dalam penyusunan modul ini yang difasilitasi oleh BNPB.
Identifikasi Tingkat Kapasitas Daerah
Untuk mencari Tingkat Ancaman Tsunami pada suatu daerah dibutuhkan 2 variabel, yaitu :
1. Tingkat Ancaman Tsunami; diperoleh dari proses identifikasi sebelumnya. 2. Tingkat Ketahanan Daerah; diperoleh berdasarkan perhitungan ketahanan
daerah dan kesiapsiagaan masyarakat.
Tingkat Ancaman Tsunami Daerah diperoleh dengan menggunakan matriks pada
gambar 6.
Gambar 6. Matriks Penghitungan Tingkat Ketahanan Daerah
Berdasarkan gambar 6, Tingkat Ketahanan Daerah diperoleh dari 2 sumber, yaitu kajian ketahanan daerah dan kajian kesiapsiagaan masyarakat. Nilai yang diperoleh dari hasil kajian kemudian di integrasikan untuk melihat Tingkat Ketahanan Daerah.
Tingkat Ketahanan Daerah ini yang bila digabungkan dengan Tingkat Ancaman Daerah menghasilkan Tingkat Kapasitas Daerah, seperti yang terlihat pada gambar 7.
Identifikasi Tingkat Risiko Bencana Daerah
Tingkat Risiko Bencana Daerah diperoleh dengan menggabungkan hasil Tingkat Kerugian Daerah (matriks pada gambar 5) dengan Tingkat Kapasitas Daerah (matriks pada gambar 7). Identifikasi Tingkat Risiko Bencana Tsunami Daerah dilakukan dengan metode seperti yang terlihat pada gambar 8.
Gambar 8. Matriks Identifikasi Tingkat Risiko Bencana Tsunami Daerah
Berdasarkan gambar 8 terlihat bahwa suatu daerah berkemungkinan memiliki risiko tinggi, risiko sedang ataupun risiko rendah terkena bencana tsunami.
3. Peta dan Kajian Risiko Bencana
Tsunami
Berdasarkan metode penyusunan yang menjadi alur pikir penyusunan panduan ini, maka disusunlah langkah kerja untuk menghasilkan Peta dan Kajian Risiko Bencana Tsunami. Langkah kerja ini umumnya dilaksanakan ditingkat kabupaten/kota untuk kemudian dikompilasi dan ditindaklanjuti pada tingkat provinsi dan nasional dengan memberikan dukungan terhadap kebijakan yang diambil oleh kabupaten/kota.
Langkah kerja penyusunan Peta dan Kajian Risiko Bencana Tsunami dapat dilihat pada
gambar 9.
Gambar 9. Langkah Kerja Penyusunan Peta dan Kajian Risiko Bencana Tsunami
Seperti yang terlihat pada gambar 9, kajian dihasilkan dari beberapa kegiatan sebagai dasar penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana suatu daerah. Kebijakan penanggulangan bencana yang dihasilkan dari kajian risiko bencana ini menjadi kebijakan yang harus dimasukkan kedalam Rencana Penanggulangan Bencana daerah.
Bab
3.1. Lingkup Kajian
Lingkup pemetaan dan pengkajian risiko bencana tsunami mengikuti aturan seperti yang diperlihatkan pada tabel 1.
Tabel 1. Lingkup Peta dan Kajian Risiko Bencana Tsunami
NO TINGKAT
PEMERINTAHAN KEDALAMAN PETA DAN KAJIAN
SKALA PETA MINIMAL
1 Nasional Hingga tingkat kabupaten 1:250.000 2 Provinsi Hingga tingkat kecamatan 1:250.000 3 Kabupaten/Kota Hingga tingkat desa/kelurahan 1:50.000
Berdasarkan tabel 1, kabupaten/kota merupakan pemerintahan terendah yang diwajibkan untuk menyusun peta dan kajian risiko bencana tsunami. Tingkat kedalaman kajian pemerintah kabupaten/kota adalah hingga tingkat desa/kelurahan dengan skala peta minimal 1 : 50.000.
3.2. Persiapan
Langkah persiapan penyusunan kajian ini dilaksanakan dengan : 1. Instalasi software GIS
Software GIS yang diaktifkan minimal adalah GIS versi 9,3. 2. Mempersiapkan peta dasar wilayah.
Peta dasar wilayah minimal menggunakan peta topografi yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), peta batas administrasi, peta garis pantai, peta densitas penduduk dan peta infrastruktur. Skala yang dipergunakan untuk peta dasar ini pada setiap tingkat pemerintahan dapat dilihat pada tabel 1. Semakin kecil skala yang dipergunakan, kualitas hasil kajian akan semakin tinggi. (Lihat Prosedur 1-1/3.2-2)
3.3. Penyusunan Peta Genangan
Peta genangan dapat diperoleh dengan menggabungkan peta dasar dan data prediksi genangan tsunami pada suatu daerah. Data genangan tsunami untuk setiap kabupaten/kota di Indonesia dapat diperoleh dari berbagai sumber. BNPB menyediakan data potensi genangan maksimum tsunami untuk setiap kabupaten/kota sekaligus dengan kemungkinan kejadiannya, seperti yang terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Referensi Potensi Kejadian dan Genangan Tsunami Indonesia
NO. KABUPATEN/ KOTA PROVINSI
KETINGGIAN TSUNAMI MAKSIMUM (METER) WAKTU KEDATANGAN TSUNAMI (menit) 1 Simeuleu Aceh 14 15
2 Aceh Singkil Aceh 14 20
3 Aceh Selatan Aceh 8 20
4 Aceh Barat Aceh 11 15
5 Pidie Aceh 5 15
6 Pidie Jaya Aceh 1 15
7 Bireun Aceh 1 15
8 Aceh Utara Aceh 1 15
9 Aceh Barat Daya Aceh 8 15
10 Aceh Jaya Aceh 11 15
11 Kota Banda Aceh Aceh 12 15
12 Kota Sabang Aceh 11 15
13 Kota Lhoksumawe Aceh 1 15
14 Nias Sumut 14 9
15 Tapanuli Tengah Sumut 9 20
16 Tapanuli Selatan Sumut 9 20
17 Kota Sibolga Sumut 9 20
18 Mandailing Natal Sumut 9 20
19 Agam Sumbar 10 25
20 Pesisir Selatan Sumbar 11 20
21 Kota Padang Sumbar 11 31
22 Kota Pariaman Sumbar 10 25
23 Bengkulu Selatan Bengkulu 11 20
24 Bengkulu Utara Bengkulu 11 20
25 Kota Bengkulu Bengkulu 8 20
26 Tanggamus Lampung 5 51
27 Lampung Selatan Lampung 4 56
28 Kota Bandar Lampung Lampung 2 91
29 Lampung Barat Lampung 11 20
30 Kota Jakarta Utara DKI Jak. 0.2 128
31 Sukabumi Jabar 10 25 32 Cianjur Jabar 10 25 33 Garut Jabar 10 25 34 Tasikmalaya Jabar 10 25 35 Ciamis Jabar 10 25 36 Cilacap Jateng 11 29 37 Kebumen Jateng 11 29
Sambungan tabel 2...
NO. KABUPATEN/ KOTA PROVINSI
KETINGGIAN TSUNAMI MAKSIMUM (METER) WAKTU KEDATANGAN TSUNAMI (menit) 38 Purworejo Jateng 11 29 39 Wonogiri Jateng 11 29
40 Kulon Progo Yogya 11 29
41 Bantul Yogya 11 29
42 Gunung Kidul Yogya 11 29
43 Pacitan Jatim 11 29 44 Trenggalek Jatim 11 29 45 Tulangagung Jatim 11 29 46 Blitar Jatim 11 29 47 Malang Jatim 11 29 48 Lumajang Jatim 11 29 49 Jember Jatim 11 29 50 Banyuwangi Jatim 11 29 51 Sampang Jatim 3 115 52 Pamekasan Jatim 3 99 53 Sumenep Jatim 2 60 54 Lebak Banten 10 25 55 Pandeglang Banten 10 25 56 Serang Banten 5 60
57 Kota Cilegon Banten 5 141
58 Jembrana Bali 6 37
59 Tabanan Bali 8 40
60 Badung Bali 10 30
61 Gianyar Bali 10 41
62 Klungkung Bali 10 30
63 Karang Asem Bali 7 30
64 Buleleng Bali 9 20
65 Kota Denpasar Bali 10 37
66 Lombok Barat NTB 10 20
67 Lombok Tengah NTB 10 20
68 Lombok Timur NTB 10 20
69 Kota Mataram NTB 7 27
70 Sumbawa Barat (Sumbawa Besar) NTB 12 5
71 Bima NTB 12 5
Sambungan tabel 2...
NO. KABUPATEN/ KOTA PROVINSI
KETINGGIAN TSUNAMI MAKSIMUM (METER) WAKTU KEDATANGAN TSUNAMI (menit) 75 Belu NTT 6 82 76 Alor NTT 6 35 77 Lembata NTT 5 18 78 Flores Timur NTT 5 18 79 Sikka NTT 7 5 80 Ende NTT 5 5 81 Rote Ndao NTT 6 48 82 Manggarai Barat NTT 19 12
83 Sumba Barat Daya NTT 10 22
84 Kota Kupang NTT 6 68
85 Kota Baru Kalsel 1 60
86 Tanah Bumbu Kalsel 0.2 60
87 Bulungan Kaltim 1 78
88 Tarakan Kaltim 2 78
89 Penajam Paser Utr Kaltim 2 82
90 Kota Balikpapan Kaltim 2 60
91 Kota Bontang Kaltim 2 34
92 Kepulauan Sangihe Sulut 6 16
93 Kepulauan Talaud Sulut 15 6
94 Minahasa Selatan Sulut 6 27
95 Bolmong Utara Sulut 7 16
96 Minahasa Tenggara Sulut 10 18
97 Kepulauan Sitaro Sulut 6 9
98 Kota Manado Sulut 7 26
99 Kota Bitung Sulut 10 23
100 Banggai Kepulauan Sulteng 4 29
101 Banggai Sulteng 7 29
102 Morowali Sulteng 2 90
103 Poso Sulteng 1 120
104 Donggala Sulteng 9 9
105 Toli Toli Sulteng 5 24
106 Buol Sulteng 5 23
107 Parigi Moutong Sulteng 4 120
108 Kota Palu Sulteng 4 31
109 Selayar Sulsel 15 5
110 Bulukumba Sulsel 12 45
Sambungan tabel 2...
NO. KABUPATEN/ KOTA PROVINSI
KETINGGIAN TSUNAMI MAKSIMUM (METER) WAKTU KEDATANGAN TSUNAMI (menit) 112 Jeneponto Sulsel 12 35 113 Takalar Sulsel 8 27 114 Gowa Sulsel 6 34 115 Sinjai Sulsel 4 57 116 Maros Sulsel 4 94 117 Pangkep Sulsel 6 69 118 Barru Sulsel 4 89 119 Bone Sulsel 3 66 120 Wajo Sulsel 2 74 121 Luwu Sulsel 2 100
122 Luwu Utara Sulsel 2 125
123 Kota Makassar Sulsel 5 96
124 Kota Palopo Sulsel 2 115
125 Pinrang Sulsel 4 90
126 Buton Sultra 5 38
127 Muna Sultra 1 135
128 Kolaka Sultra 2 48
129 Konawe Selatan Sulawesi Tenggara 1 110
130 Wakatobi Sultra 2 41
131 Buton Utara (Muna) Sultra 4 90
132 Kolaka Utara Sultra 2 92
133 Buton Sultra 15 5
134 Kota Kendari Sultra 3 117
135 Kota Baubau Sultra 3 46
136 Boalemo Gorontalo 1 123
137 Gorontalo Utara Gorontalo 7 27
138 Kota Gorontalo/Gorontalo Selatan Gorontalo 2 38
139 Majene Sulbar 4 13
140 Polewali Mandar Sulbar 4 41
141 Mamuju Sulbar 8 5
142 Maluku Tenggara Maluku 4 28
143 Maluku Tengah Maluku 10 5
144 Buru Maluku 10 5
145 Kota Ambon Maluku 6 5
Sambungan tabel 2...
NO. KABUPATEN/ KOTA PROVINSI
KETINGGIAN TSUNAMI MAKSIMUM (METER) WAKTU KEDATANGAN TSUNAMI (menit)
147 Halmahera Barat Malut 10 18
148 Halmahera Tengah Malut 5 19
149 Kepulauan Sula Malut 8 8
150 Halmahera Selatan Malut 8 6
151 Halmahera Utara Malut 5 22
152 Halmahera Timur Malut 7 22
153 Kota Ternate Malut 13 16
154 Kota Tidore Malut 8 19
155 Fak Fak Papua Brt 2 17
156 Kaimana Papua Brt 1 54
157 Manokwari Papua Brt 8 5
158 Sorong Papua Brt 7 25
159 Raja Ampat Papua Brt 6 15
160 Kota Sorong Papua Brt 5 37
161 Teluk Bintuni Papua Brt 2 17
162 Teluk Wondama Papua Brt 5 30
163 Jayapura Papua 6 16
164 Nabire Papua 4 31
165 Yapen Papua 6 5
166 Waropen Papua 6 16
167 Biak Numfor Papua 7 14
168 Sarmi Papua 10 12
169 Mimika Papua 1 60
170 Mappi Papua 1 90
171 Merauke Papua 1 90
172 Kota Jayapura Papua 6 17
Sumber : Tim Ahli BNPB-2011 (Hamzah Latief)
Pembuatan Peta Genangan dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Cari Data Referensi Ketinggian Tsunami Indonesia untuk wilayah yang akan
dibuat petanya berdasarkan tabel 2.
2. Ambil data potensi ketinggian tsunami maksimum daerah.
3. Buat Peta Genangan dengan menggambar garis ketinggian tsunami maksimum daerah di Peta Dasar dengan menggunakan metode GIS. (Lihat prosedur No.
4. Bagi Peta Genangan menjadi 3 zona ketinggian tsunami (lihat prosedur no. 1.1/3.3-4) dengan ketentuan :
a. Genangan tsunami lebih tinggi dari 3 meter.
b. Genangan tsunami pada ketinggian diantara 1-3 meter c. Genangan tsunami lebih rendah dari 1 meter.
5. Lakukan cek lapangan (ground check) pada setiap garis zona ketinggian yang telah dihasilkan pada Peta Genangan. Diharapkan dapat dilakukan penyesuaian titik ekstrim ketinggian tanah pada kondisi sebenarnya (seperti bukit kecil, lereng dan lainnya) di zona ketinggian yang telah diplot sebelumnya. (lihat prosedur no. 1.1/3.3-5)
6. Perbaiki Peta Genangan dan 3 garis zona ketinggian dengan hasil cek lapangan.
(lihat prosedur no. 1.1/3.3-6)
3.4. Identifikasi Tingkat Ancaman
Tingkat Ancaman suatu daerah diidentifikasi berdasarkan Data Referensi Potensi Kejadian Tsunami dan jumlah penduduk berpotensi terkena tsunami.
Data Referensi Potensi Kejadian Tsunami didapat dari BNPB seperti yang terlihat pada
tabel 2 sebelumnya. Sedangkan data jumlah penduduk berpotensi terkena tsunami
diperoleh dari perhitungan berdasarkan Peta Genangan yang telah dibuat sebelumnya. Identifikasi Tingkat Ancaman dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Cari data kepadatan penduduk dengan menggunakan Data Potensi Desa (Podes) BPS terbaru. (Lihat Prosedur No. 1.1/3.4-1).
2. Hitung luas daerah genangan tsunami dengan ketinggian lebih dari 1 meter (zona ketinggian 1-3 meter dan zona ketinggian besar dari 3 meter). (Lihat Prosedur No. 1.1/3.4-2).
3. Cari Potensi dan persentase Jumlah Penduduk Terpapar Ancaman Tsunami di daerah tersebut. (Lihat Prosedur No. 1.1/3.4-3)
4. Identifikasi Tingkat Ancaman Tsunami daerah dengan menggunakan Matriks Identifikasi Tingkat Ancaman Tsunami seperti terlihat pada gambar 4. (Ingat, tingkat potensi kejadian tsunami diseluruh wilayah Indonesia adalah pada level “MUNGKIN”).
menghasilkan potensi kerugian yang harus ditanggung oleh daerah dalam satuan Rupiah.
Identifikasi Tingkat Kerugian dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut:
1. Perhatikan batas wilayah zona ketinggian tsunami lebih dari 3 meter pada Peta Genangan.
2. Cari data infrastruktur dengan menggunakan Data Potensi Desa (Podes) BPS terbaru untuk zona ketinggian tsunami lebih dari 3 meter. Minimal data infrastruktur yang diambil adalah :
a. fasilitas kritis; b. fasilitas umum; dan c. rumah penduduk.
3. Berdasarkan hasil cek lapangan (ground check) untuk infrastruktur sebelumnya pada zona ketinggian tsunami lebih dari 3 meter berdasarkan data Podes (lihat Prosedur No. 1.1/3.3-5), diharapkan dapat dilakukan penyesuaian pada fasilitas kritis, tipe bangunan masyarakat dan fasilitas umum di zona ketinggian yang telah diplot sebelumnya.
4. Perbaiki data infrastruktur dengan hasil cek lapangan. (lihat Prosedur No. 1.1/3.3-6)
5. Hitung Potensi Kerugian dengan menggunakan asumsi biaya ganti rugi sesuai dengan aturan pemerintah. (Lihat Prosedur No. 1.1/3.5-5).
6. Cari Data Pendapatan Asli Daerah (PAD).
7. Hitung Angka Kerugian dengan membandingkan Potensi Kerugian dengan PAD :
(“Angka Kerugian” / “PAD”)
8. Identifikasi Tingkat Kerugian Tsunami daerah dengan menggunakan Matriks Identifikasi Tingkat Kerugian Tsunami seperti yang terlihat pada gambar 5. (Ingat, Tingkat Ancaman Tsunami daerah telah ditentukan sebelumnya dengan matriks pada gambar 4).
3.6. Menyusun Peta Risiko Bencana Tsunami
Peta Risiko Bencana Tsunami dapat disusun berdasarkan Data Potensi Penduduk Terpapar Tsunami dan Data Potensi Kerugian Daerah. Pembuatan Peta Risiko ini menggunakan Arc GIS dalam prosesnya. Oleh karena itu, Potensi Penduduk Terpapar dan Potensi Kerugian Daerah perlu diubah menjadi indeks terlebih dahulu.
1. Buat Indeks Penduduk Terpapar Tsunami per kecamatan yang terlanda (Lihat Prosedur No. 1.1/3.6-1)
2. Buat Indeks Kerugian Daerah per kecamatan yang terlanda (Lihat Prosedur No. 1.1/3.6-2)
3. Buat Peta Risiko Bencana Tsunami dengan memasukkan indeks-indeks tersebut ke dalam Peta Genangan dengan arc GIS. (Lihat Prosedur No. 1.1/3.6-3)
3.7. Identifikasi Kapasitas Daerah
Kapasitas daerah minimal diukur pada skala pemerintahan dan masyarakat umum. Untuk itu, kajian kapasitas paling tidak dilaksanakan dengan menggunakan :
1. Ketahanan Daerah berdasarkan 22 Indikator Hyogo Frameworks for Action (HFA) yang dikembangkan oleh Komunitas Siaga Tsunami dengan metode diskusi terfokus;
2. Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat yang dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dengan menggunakan survey lapangan.
Identifikasi Kapasitas Daerah dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Buat Fokus Group Discussion (FGD, Diskusi terfokus) dengan mengundang
beberapa wakil instasi pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, jurnalis, perguruan tinggi, dunia usaha terkait pengurangan risiko bencana di daerah. (Lihat Lampiran 2)
2. Dalam FGD tersebut, tentukan :
a. Nilai Ketahanan daerah berdasarkan 22 indikator HFA. (Gunakan
Program LAMPIRAN 2 pada CD pendukung terlampir)
b. Tentukan daerah survey untuk kesiapsiagaan masyarakat.
3. Lakukan survey tingkat kesiapsiagaan dengan menyebarkan kuesioner (Lihat
Lampiran 3).
4. Lakukan perhitungan tingkat kesiapsiagaan dari hasil kuesioner (Gunakan
Program LAMPIRAN 3 pada CD pendukung terlampir)
5. Hitung Tingkat Ketahanan Daerah dengan membandingkan Nilai Ketahanan Daerah dengan Tingkat Kesiapsiagan Masyarakat dengan menggunakan matriks Identifikasi Tingkat Ketahanan Daerah seperti yang terlihat pada
6. Hitung Tingkat Kapasitas daerah dengan membandingkan Tingkat Ketahanan Daerah yang didapat dengan Tingkat Ancaman dengan menggunakan Matriks Identifikasi Kapasitas Daerah seperti yang terlihat pada gambar 7.
3.8. Pengkajian Risiko
Kajian Risiko Bencana Tsunami dilaksanakan dengan menggabungkan Tingkat Kerugian dengan Kapasitas Daerah dengan menggunakan matriks Kajian Risiko Bencana seperti yang terlihat pada gambar 8.
4. Kebijakan Dasar
Peta dan Kajian Risiko Bencana Tsunami merupakan langkah awal yang menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana daerah sebagai upaya kunci pengarusutamaan penanggulangan bencana dalam pembangunan. Garis penghubung antara Peta dan Kajian Risiko Bencana Tsunami dengan Rencana Penanggulangan Bencana adalah kebijakan dasar pengurangan risiko bencana tsunami.
Keterbatasan anggaran daerah dalam mengimplementasikan kebijakan pengurangan risiko bencana tsunami menjadi kendala disebagian besar daerah. Oleh karenanya perlu disepakati tindakan minimum yang dapat dijadikan prioritas pelaksanaan dari nasional hingga kabupaten/kota.
4.1. Strategi Umum
Upaya pengurangan risiko tsunami harus terintegrasi dari nasional hingga kabupaten/kota. Keterbatasan kabupaten/kota sebagai ujung tombak pengurangan risiko bencana dalam anggaran dan kemampuan teknis perlu didukung oleh pemerintah yang lebih tinggi. Berdasarkan Peta dan Kajian Risiko Bencana Tsunami dapat disusun suatu strategi dukungan upaya pengurangan risiko tsunami seperti yang terlihat pada
tabel 3.
Tabel 3. Strategi dukungan upaya pengurangan risiko bencana tsunami
Bab
Dari tabel 3 terlihat bahwa pemerintah pusat dan provinsi harus memberikan dukungan penuh bagi kabupaten/kota yang berisiko tinggi terkena tsunami. Dari strategi dukungan ini diperoleh prioritas penganggaran upaya pengurangan risiko bencana diseluruh tingkat pemerintahan. Diharapkan keterbatasan anggaran yang dialokasikan pada upaya pengurangan risiko tsunami dapat diatasi.
4.2. Strategi Daerah untuk Pengurangan Risiko Bencana Tsunami
Strategi daerah untuk mengurangi risiko bencana tsunami diperoleh berdasarkan hasil kajian dan peta risiko bencana tsunami yang telah ada. Strategi yang dihasilkan hendaknya menjadi dasar kebijakan minimum daerah yang wajib dimasukkan ke dalam Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Daerah yang bersangkutan.
Penentuan kebijakan minimum untuk pengurangan risiko bencana tsunami daerah dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut:
1. Buat Fokus Group Discussion (FGD, Diskusi terfokus) dengan mengundang beberapa wakil instasi pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, jurnalis, perguruan tinggi, dunia usaha terkait pengurangan risiko bencana di daerah.
2. Paparkan hasil Kajian Risiko Bencana Tsunami daerah yang telah diperoleh sebelumnya (Lihat Lampiran 4 dan Contoh Template powerpoint paparan
hasil kajian Kabupaten Majene pada CD pendukung terlampir).
3. Diskusikan target dan kebijakan minimum berdasarkan hasil kajian yang telah dipaparkan sebelumnya (Lihat Lampiran 5 dan Contoh Template powerpoint
bahan fasilitasi kebijakan minimum pada CD pendukung terlampir).
4.3. Strategi Dukungan Program Prioritas
Berdasarkan Strategi Umum dan Strategi Daerah yang ditetapkan dari Kajian Risiko Bencana Tsunami maka dapat disusun Strategi Dukungan Pengurangan Risiko Bencana Tsunami dapat dilihat pada tabel 4.
Dari tabel 4 terlihat bahwa pemerintah pusat dan provinsi harus memberikan dukungan penuh bagi kabupaten/kota yang berisiko tinggi terkena tsunami. Untuk kabupaten/kota berisiko sedang, dukungan penuh harus diberikan dari pemerintah provinsi dengan dibantu dukungan teknis dari pemerintah pusat. Sedangkan untuk kabupaten/kota berisiko rendah, dengan kapasitas sendiri melaksanakan program pengurangan risiko bencana tsunami ditambah bimbingan teknis dari pemerintah
Tabel 4. Strategi Dukungan PRB Tsunami
Dukungan dari pemerintah pusat dan provinsi diberikan terbatas pada paling banyak 3 kebijakan prioritas daerah untuk pengurangan risiko bencana tsunami yang diperoleh dari hasil diskusi berdasarkan Kajian Risiko Bencana Tsunami Daerah.
Dari strategi dukungan ini diperoleh prioritas penganggaran upaya pengurangan risiko bencana diseluruh tingkat pemerintahan. Diharapkan keterbatasan anggaran yang dialokasikan pada upaya pengurangan risiko tsunami dapat diatasi.
TEKNIS ANGGARAN NASIONAL R R PROVINSI R R INTERNAL KAB/KOTA R R NASIONAL R -PROVINSI R R INTERNAL KAB/KOTA R R NASIONAL - -PROVINSI R -INTERNAL KAB/KOTA R R BENTUK DUKUNGAN TINGKAT RISIKO TSUNAMI DAERAH SUMBER DUKUNGAN TINGGI SEDANG RENDAH
5. Pelaporan dan Pengesahan
Peta dan Kajian Risiko Bencana Tsunami disusun dalam laporan tertulis tidak lebih dari 50 halaman. Pembatasan halaman ini dimaksud untuk menjaga materi yang dimuat dalam laporan tidak berbelit-belit. Selain itu pembatasan juga ditujukan agar seluruh pemangku kebijakan yang hanya memiliki sedikit waktu senggang dapat membaca laporan kajian. Untuk memudahkan kabupaten/kota menyusun dokumen Kajian Risiko Bencana Tsunami, disertakan juga template Laporan Kajian Risiko Bencana Tsunami dari contoh yang diambil dari Kabupaten Majene.
5.1. Sistematika Laporan
Laporan Kajian Risiko Bencana Tsunami terdiri dari : 1. Pendahuluan
2. Kondisi Kebencanaan
3. Kajian Risiko Bencana Tsunami
4. Kebijakan Pengurangan Risiko Bencana Tsunami 5. Penutup
6. Lampiran 5.1.1. Bab 1 : Pendahuluan
Berisi sub bab sebagai berikut : 1. Latar belakang
Memaparkan alasan-alasan disusunnya dokumen dengan mengembangkan perspektif umum terkait sejarah kebencanaan dan penanggulangannya, struktur sosial daerah, dan kondisi lain yang penting.
2. Tujuan
Menjawab pertanyaan apa fungsi dokumen ini disusun 3. Ruang Lingkup
Memaparkan batasan kajian
Bab
4. Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan Kajian Risiko Bencana Tsunami adalah:
a. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
b. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
c. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
5. Pengertian
Memberikan definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam laporan. 6. Sistematika Penulisan
Menginformasikan judul-judul bab laporan 5.1.2. Bab 2 : Kondisi Kebencanaan
Berisi sub bab sebagai berikut : 1. Umum
Memaparkan secara singkat perspektif penanggulangan bencana disuatu daerah terkait kondisi perekonomian, sosial, budaya, lingkungan, infrastruktur, kelembagaan dan kesiapsiagaan masyarakat
2. Potensi Bencana
Memaparkan Peta Referensi Nasional Kemungkinan Kejadian Tsunami di daerah yang melakukan kajian
3. Kondisi Dasar Risiko Tsunami Daerah
Memperlihatkan peta genangan dan jumlah masyarakat di daerah genangan >1 meter untuk kemudian diidentifikasi Tingkat Ancaman Daerah terhadap risiko tsunami.
4. Potensi Kerugian Daerah
Memaparkan hasil hitungan potensi kerusakan yang ditimbulkan oleh potensi tsunami pada fasilitas umum, fasilitas kritis dan bangunan rumah masyarakat 5. Kesiapsiagaan Daerah
5.1.3. Bab 3 : Kajian Risiko Bencana Daerah Terdiri dari sub bab sebagai berikut :
1. Tingkat Ancaman Daerah 2. Tingkat Kerugian Daerah 3. Tingkat Kapasitas Daerah 4. Kajian Risiko Bencana Tsunami
5.1.4. Bab 4 : Dasar Kebijakan Pengurangan Risiko Bencana Terdiri dari sub bab sebagai berikut :
1. Target Pengurangan Risiko Bencana Daerah
Menguraikan statement daerah untuk mencapai target dalam bentuk penurunan skala dampak.
2. Kebijakan Prioritas
Memaparkan pilihan tindak yang wajib dilaksanakan untuk dilakukan berdasarkan Kajian Risiko Bencana Tsunami.
3. Adaptasi Kebijakan Prioritas dengan kondisi daerah
Mampu menjawab pertanyaan; bagaimana cara efektif untuk mewujudkan kebijakan prioritas dengan mempertimbangkan kondisi daerah (anggaran, struktur masyarakat, geografis, dsb).
5.1.5. Bab 5 : Kesimpulan
Memaparkan kesimpulan dan rencana tindak lanjut dari kajian yang telah dilaksanakan. 5.1.6. Lampiran
Minimal terdiri dari :
1. Peta Risiko Bencana Tsunami 2. Hasil survey kesiapsiagaan daerah
3. Data pendukung lain yang digunakan dalam proses kajian.
5.2. Pengesahan
Sebagai dokumen daerah, Kajian Risiko Bencana Tsunami perlu disahkan paling tidaknya oleh kepala daerah. Bentuk pengesahan kajian ini dapat berupa peraturan kepala daerah atau keputusan kepala daerah.
5.3. Revisi Berkala
Perlu dicatat bahwa Tingkat Risiko Bencana Tsunami suatu daerah berubah-ubah tergantung dari :
1. Potensi Kemungkinan Kejadian Tsunami Daerah 2. Potensi Kerugian
3. Kapasitas Daerah
4. Jumlah penduduk terpapar di daerah genangan tsunami besar dari 1 meter Oleh karena itu hasil kajian perlu diperbarui minimal setiap 5 tahun di suatu daerah sesuai dengan periode penyusunan Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Daearah.
6. Penutup
Pengarusutamaan penanggulangan bencana dalam pembangunan membutuhkan perencanaan yang kuat dalam pelaksanaannya. Perencanaan efektif tidak hanya disusun secara partisipatif, namun juga didukung dengan data dan kajian yang memadai untuk melahirkan suatu kebijakan yang optimal mampu mengurangi risiko bencana disuatu daerah.
Pengurangan risiko bencana merupakan upaya terintegrasi dari skala nasional hingga kabupaten/kota dan masyarakat. Dukungan pemerintah pusat dan provinsi untuk kabupaten/kota yang memiliki risiko bencana tsunami perlu ditetapkan secara efektif sehingga dukungan yang diberikan tepat sasaran tanpa menghamburkan anggaran yang tidak perlu.
Kajian Risiko Bencana Tsunami disusun untuk mengakomodir seluruh kebutuhan tersebut. Kajian ini disusun dengan metode yang sederhana sehingga seluruh daerah kabupaten/kota dapat melaksanakan kajian sendiri secara mandiri dengan anggaran yang relatif kecil tidak lebih dari Rp. 45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah).