• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOMOR 05 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN PUSAT P LAYANAN DAN KONSELING KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TERNATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NOMOR 05 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN PUSAT P LAYANAN DAN KONSELING KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TERNATE"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Menimbang

Mengingat

PERATURA

DAERAH

KOTA TERNATE

NOMOR 05 TAHUN 2005 TENTANG

PEMBENTUKAN PUSAT P LAYANAN DAN KONSELING

KELUARGA BERENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TERNATE

a. bahwa penyelenggaraan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu kewenangan Pemerintah yang diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota sejalan dengan penyerahan Kelembagaan BKKBN menjadi bagian dari urusan Pemerintah Kabupaten/Kota;

b. bahwa Pelayanan Keluarga Berencana telah berkembang menjadi kebutuhan pokok Keluarga pasangan usia subur, dimana sejak dekade 1990-an para peserta Keluarga Berencana yang termasuk dalam tahapan Keluarga Sejahtera

11,111

dan '" plus, telah melakukan Pelayanan secara mandiri melalui Dokter dan Bidan praktek swasta, rumah sakit swasta dan fasilitas pelayanan lainnya. c. bahwa sesuai maksud sebagaimana tersebut pad a huruf adan b diatas, perlu

diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana [Lembaran. 'J-.&gara~I 'Iahun. 1981 9£011UJr76, 'Iambahan. Lembaran.'J-.&gara'~I. 'l{p.3209)j 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. 4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1999, tentang Pembentukan Kotamadya

Daerah Tingkat IITernate {Lem6aran~ara~I'Taliun 19999£omor45,'Tam6a1ianLem6aran 'J-.&gara~I 9£omor3824)j

5. Undang-undang Nornor 25Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional; 6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan [Lembaratt 'J-.&gara~I 'Iahun. 2004 9£omor53,'Iambahan.Lem6aran 'J-.&gara'l{pmor4389)j

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Lembarun. 9£egara ~I. 'Tahun. 2004 ':?{pmor125, 'Iambakan. Lem6aran ''J.&gara ~I :?{p. 4337)j 8. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah {Lembaran. 'J-.&garaTahun. 2004 9£011UJr26, 'Iambahan. Lembaran 'J-.&gara9£omor4338)j

(2)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1992 tentang Penyerahan sebagian urusan Pemerintahan dalam bidang Kesehatan kepada Daerah;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran. 'J..&gara'Iahun. 2000

'J{omor 54, 'Iambahan. Lembaran. 'J..&gara'l{s.nwr 3952}

11. Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 20 Tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan [Lembaratt Daerah. 1(ota 'Iernate 'Tahutt 2000 'J{pmor 20);

12. Peraturan Daerah Kota Temate Nomor 17 Tahun 2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Tekhnis Daerah Kota Ternate {Lembardn

Daerah. 1(pta 'Iernate 'Iahusi 2003 'J{onwr 16Seri tfJi

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKllAN RAKYAT DAERAH KOTA TERNATE dan

WAll KOTA

TERNATE

Menetapkan

MEMUTUSKAN

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE TENTANG PEMBENTUKAN PUSAT PELAYANAN DAN KONSElING KElUARGA BERENCANA

BABI

KETENTUAN UMUM Pasal1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: a. Daerah adalah Daerah Kota Ternate

b. Kepala Daerah adalah Walikota Ternate

c. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah Kota Ternate.

d. Pusat Pelayanan dan Konseling KB adalah Institusi Teknis Badan Kependudukan, Catatan sipil dan Keluarga Berencana yang menyelenggarakan Pelayanan dan Konseling KB secara mandiri. e. Unit Pelayanan dan Konseling KB adalah Institusi Penyangga dibawah pusat Pelayanan Konseling

KB yang menyelenggarakan Pelayanan dan Konseling KB secara mandiri. f. Pelayanan KB Mandiri adalah Kegiatan Pelayanan KB dimana peserta KB yang melakukan

Pelayanan KB didorong oleh kesadaran dan kemauannya sendiri bersedia membayar biaya-biaya yang dibebankan sesuai jenis Pelayanan yang diinginkan.

g. Konselinq adalah Kegiatan memberikan motifasi kepada PUS calon dan / atau peserta KB agar PUS bersedia secara sukarela menjadi peserta KB Mandiri atau tetap menjadi Peserta KB Mandiri aktif.

h. PPKBD dan PPKBD adalah instansi masyarakat yang bertugas memberikan pembinaan kelangsungan ber KB dan membantu melaksanakan pelayanan ulangan bagi peserta KB Pil dan Kondom.

i. Dokter Pembina adalah Dokter Umum dan atau Dokter Ahli Kebidanan yang berperan sebagai Pembina teknis medis Pelayanan KB di pusat Pelayan dan Konseling KB. j. Rumah Sakit Rujukan adalah Rumah Sakit yang berdasarkan kesepakatan antara Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan KB dengan Rumah Sakit bersangkutan sebagai Tempat Rujukan apabila terjadi kasus komplikasi berat akibat menggunakan kontrasepsi KB yang dialami oleh peserta KB Mandiri yang dilayani melalui pusat Pelayanan dan Konseling. j. Tenaga Bidan adalah Tenaga Paramedis / PLKB Bidan yang melaksanakan Pelayanan KB Mandiri

(3)

BAB"

PENGELOLAAN PUSAT PELAYANAN DAN KONSELING KB

Pasal2

Pengelolaan Pusat Pelayanan dan Konseling KB Mandiri, yang penyelenggaraannya dikaitkan dengan Pendapatan Daerah.

Pasal3

Unsur Pengelola dan Pelaksanaan adalah :

a. Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kota Ternate. b. Dinas Kesehatan.

c. Dokter Pembina. d. Rumah Sakit Rujukan

e. Bidan PLK Tenaga Para Medis / PLKB Bidan.

f. UPT Pengendali Administrasi Kependudukan dan Keluarga Berencana Kecamatan g. Petugas Penyuluh Lapangan Kependudukan dan KB

h. Kader PPKBD sub PPKBD.

BAB '" PERAN DAN TUGAS

Pasal4

Pengelola dan Pelaksana Pusat Pelayanan dan Konseling sebagaimana pasal 3 diatas, mempunyai peran dan tugas sebagai berikut:

a. Kepala Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan KB.

1. Mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pengawasan, pengendalian, pelaporan pertanggung jawaban secara institusional.

2. Pelaksanaan tugas Kepala Badan secara teknis dilaksanakan oleh komponen yang melaksanakan tugas dibidang Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Sejahtera b. Kepala Dinas Kesehatan Kota Ternate.

1. Merumuskan kebijakan teknis di bidang kesehatan

2. Memberikan perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang kesehatan, meliputi pendekatan peningkatan (promatif), pencegahan (preventif), pengobatan (curative) dan pemulihan

(rehabilitatif)-3. Koordinasi, pengedalian dan pengawasan serta evaluasi pelaksanaan tugas kesehatan 4. Memberikan pembinaan terhadap unit pelaksana teknis

c. Dokter Pembina

1. Memberikan asistensi tekhnis medis Pelayanan dan Konseling KB Pengelola lainnya. 2. Memberikan pelayanan rujukan kasus komplikasi penggunaan kontrasepsi berat bagi peserta

KB Mandiri yang melakukan Pelayanan pada Pusat Pelayanan dan Konseling KB atau pada unit pelayanan dibawahnya.

d. Rumah Sakit Rujukan :

1. Menerima Peserta KB Mandiri yang dirujuk dari pusat Pelayanan dan Konseling KB karena mengalami komplikasi berat akibat penggunaan kontrasepsi.

2. Memberikan Pelayanan Rujukan Peserta KB yang dari Pusat Pelayanan dan Konseling KB yang mengalami komplikasi berat akibat penggunaan Kontrasepsi.KB.

(4)

e. Bidan PLKB

1. Memberikan motivasi dan konseling kepada calon Ipeserta KB aktif Mandiri 2. Melaksanakan Pemeriksaan kondisi umum kesehatan calon peserta KB Mandiri

3. Melakukan konsultasi dengan Dokter Pembina, apabila dalam pemeriksaan kondisi umum calon peserta KB ditemukan indikasi sesuatu penyakit atau kelainan pada kesehatan calon

peserta.

4. Melakukan konsultasi tekhnis Medis Pelayanan Kontrasepsi kepada calon peserta atau peserta KB aktif.

5. Melakukan Pemeriksaan ulang kepada peserta KB Mandiri

6. Melaksanakan Pelayanan Kontrasepsi kepada peserta KB baru maupun ulang.

7. Melaporkan dan mengkonsultasikan kepada Dokter Pembina bila terdapat kasus komplikasi berat akibat penggunaan kontrasepsi.

8. Membantu melakukan rujukan bagi peserta yang mengalami komplikasi berat akibat penggunaan kontrasepsi, setelah mendapat petunjuk dan keterangan rujukan dari Dokter Pembina.

f. UPT KKB IPenyuluhan KKB

1. Memberikan KIE dan Konseling kepada PUS Unmetneed KS I, III, dan III plus untuk menjadi peserta KB Mandiri.

2. Membina dan mengarahkan peserta KB Mandiri aktif diwilayah kerjanya untuk tetap aktif/melakukan pelayanan ulang.

3. Memberikan Konseling bagi peserta KB yang mengalami Komplikasi ringan.

4. Melakukan kunjungan rumah kepada peserta KB untuk mengingatkan Pelayanan Ulang. 5. Melakukan distribusi kontrasepsi mandiri ke PPKBD I sub PPKBD dan atau institusi dan perorangan yang melaksanakan Pelayanan KB Mandiri sebagai jaringan dari pusat pelayanan dan Konseling KB.

6. Melaporkan dan atau membantu melakukan rujukan manakala ditemukan peserta KB Mandiri yang mengalami komplikasi berat.

g. Kader PPKBD Isub PPKBD

1. Membina dan mengarahkan peserta KB Mandiri aktif diwilayah kerjanya untuk tetap aktif melakukan Pelayanan Ulang.

2. Melakukan kunjungan rumah dan Pelayanan Ulangan kepada peserta KB Pil, Kondom dan Intervag Vaginal.

h. Perlindungan Klien I Peserta KB

1. Kerahasiaan Pelayanan Klien I peserta KB dijamin oleh petugas.

2. Jaminan keselamatan Klien I akseptor pada sa at pemasangan Alat Kontrasepsi disesuaikan dengan standar Kesehatan.

3. Klien atau peserta KB berhak menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan sesuai keinginannya.

4. Rujukan peserta KB yang mengalami komplikasi akibat pemakaian/pemasangan kontrasepsi kerumah sakit yang dirujuk.

BABIV JASA PELAYANAN

Pasal5

Jasa Pelayanan unsur pengelola dan pelaksana akan diatur dengan Keputusan Walikota

Pasal6

(5)

diperuntukan kepada PUS KS II, III dan Plus.

(2) Peserta KB Mandiri selaku pengguna pelayanan diwajibkan untuk membayar bahan biaya pelayan dalam bentuk jasa pelayanan dan penggantian biaya obat dan alat yang disediakan oleh pusat

Pelayanan dan Konseling KB adapun beban biaya dalam sekali pelayananl kunjungan untuk

masing-masing jenis pelayanan ditetapkan sebagai berikut:

a. Peserta KB IUD Pemasangan Rp. 35.000,

-Pencabutan Rp. 15.000, -Pemasangan Rp. 250.000 ,-Pencabutan Rp. 25. 000,-Rp. 15.000, -Rp. 7.500,-Rp. 5.000, -Rp. 5.000, -b. Peserta KB Implant c. Peserta KB Suntikan d. Peserta KB Pil e. Peserta KB Kondom f. Peserta KB Intervag

(3) Besarnya biaya pelayanan dihitung berdasarkan unit cost seluruh komponen alat dan obat yang harus diberikan ditambah jasa pelayanan yang diberikan oleh petugas.

(4) Pelayanan konseling KB untuk setiap kunjungan sebesar Rp. 5.000, -BABV

SARANA, KEUANGAN DAN ADMINISTRASI

P

asa

l

7

(1) Pengelolaan sarana pad a pusat pelayanan dan konseling KB melekat pada mekanisme pengelolaan sarana yang dilaksanakan oleh Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan KB mulai dari Perencanaan,

Pengadaan, Penyimpanan, Distribusi, Pengawasan, dan Pelaporan Prinsip Pengelolaan yang digunakan, yaitu :

a. FIFO (First In First Out), Gudang Badan Kependudukan, Catatan Sipil, dan KB sebagai pintu masuk awal dan keluar barang.

b. Persediaan minimun dan maksimum artinya persediaan alat dan obat di gudang untuk kebutuhan 3 (tiga) bulan, tempat penyimpanan pada pusat Pelayanan dan Konseling KB untuk kebutuhan 2 (dua) bulan, dan persediaan di PPKBD Isub PPKBD untuk kebutuhan 1 (satu) bulan.

(2) Pengelolaan Keuangan Pusat Pelayanan dan Konseling KB dilaksanakan sebagai tertib Administrasi Keuangan Pusat Pelayanan dan Konseling KB, diangkat seorang kasir oleh Kepala Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan KB.

BABVI PENGENDALIAN

Pasal8

(1) Setiap kegiatan yang dilaksanakan dipusat pelayanan Konseling KB harus dilakukan pencatatan secara cermat, benar dan bertanggung jawab mulai dari tahapan masukan, proses dan keluaran

(Input, proses and output).

(2) Kasir dan atau petugas administrasi melaporkan secara periodik (mingguan, bulanan, triwulan dan tahunan) kepada Kepala Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan KB Kota Temate sesual jenis dan bentuk yang akan diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis.

(3) Secara periodik dilakukan evaluasi atas pelaksanaan dan hasil pelayanan dan pengelolaan Pusat Pelayanan dan Konseling KB serta hasil yang dicapai terhadap rencana yang telah ditetapkan.

(6)

BAB VII PENYIDIKAN

Pasal9

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang k.«,sus

sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan Tindak Pidana dibidang Perpajakan Daerah

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;

(2) Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti mengenai keterangan atau laporan

berkenaan dengan Tindak Pidana dibidang Perpajakan Daerah agar keterangan atau laporan

tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari, mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan Hukum

tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan Tindak Pidana

Perpajakan Daerah tersebut;

c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan

Tlndak Pidana dibidang Perpajakan Daerah;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak

Pidana dibidang Perpajakan Daerah;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapat barang bukti Pembukuan, Pencatatan dan

Dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka melaksanakan tugas penyidikan tindak pidana

dibidang Perpajakan Daerah;

g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang untuk meninggalkan ruangan atau tempat pada saat

pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang lain atau Dokumen yang

dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. Memotret seseorang yang dikaitkan dengan Tindak Pidana Perpajakan Daerah;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. Menghentikan penyidikan;

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang

Perpajakan Daerah menu rut Hukum yang dapat dipertanggung jawabkan;

BAB VIII KETENTUAN PIDANA

Pasal10

(1) Baranq siapa yang1nelakukan pelanggaran dalam Peraturan Daerah ini diancam kurungan paling

lama 3 (tiga) bulan atau denda sebesar-besarnya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah)

(2) Tindak Pidana sebagaimana ayat (1) Pasal ini adalah Pelanggaran.

BABIX PENUTUP

Pasal11

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang teknis pelaksanaannya akan diatur

lebih lanjut dengan Keputusan Walikota.

(7)

Pasal12

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan Penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Ternate.

Ditetapkan di Ternate

Pada tanggal : 29 Januari 2005 WALIKOTA TERNATE

ttd Diundangkan di Ternate

Pada tang gal :29 Januari 2005

SEKRETARIS DAERAH KOTA TERNATE

Drs. H. SYAMSIR ANDILI ttd

Drs.H. FACHRY AMMARI

(LemDaran 'IJaerali1(pta 'Iernate 'Iahun. 20059{smwr 05 Seri'E) Salinan sesuai aslinya

~epal gian Hukum dan Ham

S A KO rA TERNATE

-

,--M.ARIF ABD. GANI, SH NIP.630 008 535

(8)

I. PENJELASAN UMUM

Bahwa penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu kewenangan

Pemerintah yang diserahkan kepada Pemerintah Kabupatenl Kota sejalan dengan penyerahan

kelembagaan BKKBN menjadi bagian dari urusan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pelayanan Keluarga Berencana telah berkembang menjadi kebutuhan pokok keluarga

pasangan usia subur, para peserta Keluarga Berencana yang termasuk dalam tahapan Keluarga

Sejahtera II, '" dan '" plus, perlu diatur dalam pemberian pelayanan secara mandiri oleh Dokter,

Bidan praktek swasta, rumah sakit swasta dan fasilitas pelayanan lainnya. Untuk mengatur pusat

pelayanan dan konseling keluarga berencana dimaksud, maka secara khusus perlu diatur dalam

Peraturan Daerah Kota Temate

II. PENJELASAN PASAL OEMI PASAL

Pasal 1 : Huruf a sid k memuat pengertian istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah

ini. Dengan adanya pengertian tentang istilah tersebut dimaksudkan untuk mencegah

timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami dan melaksanakan

pasal-pasal yang bersangkutan, sehingga para pihak dan aparatur dalam

melaksanakan hak dan kewajibannya dapat berjalan dengan Ian car dan akhimya

dapat dicapai tertib adminstrasi. Pengertian ini diperlukan karena istilah-istilah tersebut

mengandung pengertian yang baku dan tekhnis dalam bidang pusat pelayanan dan

konseling keluarga berencana.

Pengelolaan pusat pelayanan dan konseling KB dalam penyelenggaraannya dikaitkan

dalam pendapatan daerah yang dimasukan dalam post pendapatan lain-lain yang

disetor ke kas daerah. .

Cukupjelas Cukupjelas Cukupjelas Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat(4) Cukup Jelas : Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)

Kasir yang diangkat oleh Kepala Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan KB

dimaksud, dalam pengelolaan dan pertanggung jawabannya berpedoman pada

ketentuan peraturan perundenq-uruienqen yang berlaku.

Pasal2 Pasal3 Pasal4 Pasal5 Pasal6 Pasal7

.

.••I

PENJELASAN

PERATURAN OAERAH KOTA TERNATE

NOMOR 05 TAHUN 2005 TENTANG

PEMBENTUKAN PUSAT PELAYANAN DAN KONSELING

KELUARGA BERENCANA

(9)

an

an

a.

~a

~a

tr•

at

r

PasalB Ayat(1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat(3) Cukup Jelas Pasal9 Ayat(1)

Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud, dalam operasionalnya

berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang

Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah

Ayat (2) Cukup Jelas Pasal10: Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas

Pasal 11: Cukup jelas

Pasal 12: Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

Rektor Universitas Muhammadiyah Jember menetapkan sasaran mutu untuk memenuhi persyaratan layanan tri dharma perguruan tinggi yang mengacu pada kepuasan pemangku

Pada temperatur yang tinggi, kalium oksida yang terbentuk akan bereaksi dengan unsur-unsur lain dan membentuk ikatan kimia, pada keadaan yang sama terjadi disosiasi

mendongengkan anaknya menjelang tidur. Kebiasaan ini sangat positif, karena di samping menyenangkan dan bisa membuat anaknya tertidur, dongeng-dongeng yang

Identifikasi penyebab penyakit tanaman terung di Indonesia belum banyak dilakukan, pembuktian adanya infeksi TYLCKaV dari sampel tanaman yang berasal dari beberapa daerah di

Capaian realisasi indikator sasaran 29 Meningkatnya kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah tahun 2016 terlaksana melalui 2 (dua) program dan 6 (enam) kegiatan

Penelitian dengan judul Model Perubahan Penggunaan Lahan untuk Penataan Ruang dalam kerangka Pembangunan Wilayah yang Berkelanjutan (Studi Kasus Kabupaten Bandung) mengikuti

Bab ini merupakan pokok dari pembahasan penulisan penelitian yang dilakukan, yakni meliputi analisis terhadap metode penentuan bujur tempat menggunakan tengah gerhana

Problem Based Learning mencapai ketuntasan belajar. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang belajar menggunakan model Problem Based Learning mencapai