• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOSIALISASI LEPTOSPIROSIS : WASPADAI HAMA TIKUS DAN PENTINGNYA MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI SAAT BEKERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOSIALISASI LEPTOSPIROSIS : WASPADAI HAMA TIKUS DAN PENTINGNYA MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI SAAT BEKERJA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SOSIALISASI LEPTOSPIROSIS : WASPADAI HAMA TIKUS DAN PENTINGNYA MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI SAAT BEKERJA

Anisya Gusti Amanda, Cinthia Debby Octaviani, Farida Nurjanati Hardanis, Indah Ayu Sulistiyawatin

Universitas Negeri Semarang Abstract

Leptospirosis including certain infectious diseases that can cause outbreak based on the Permenkes RI No. 1501/Menkes/PerX/2010. Leptospiprosis is one of the emerging diseases caused by leptospira bacteria. Leptospirosis is transmitted directly and indirectly through urine or rat organs containing leptospira bacetria. The large number of mice found in Pandanan Village can interfere with the agricultural process, besides rats can also cause

leptospirosis. Leptospirosis is classified as a rare disease and difficult to

cure, it can even cause death. If farmers do not wear complete personal

protective equipment (PPE), this can increase the risk of contracting

leptospirosis. Therefore, there is a need for socialization regarding the prevention of leptospirosis, so that farmers and residents understand and can implement the information that they got, so leptospirosis can be prevented properly. The method used is by gave the material and by gave leaflets. The results obtained from this activity were that the residents seemed enthusiastic in participating in the socialization. Even though there were some problem, but the problem can be fixed, so that the socialization goes well.

Keywords: mice, leptospirosis, personal protective equipment (PPE) Abstrak

Leptospirosis termasuk penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah berdasarkan Permenkes RI No. 1501/Menkes/PerX/2010. Leptospirosis termasuk salah satu the emerging infectious diseases yang disebabkan oleh bakteri Leptospira patogen. Penularan leptospirosis dari hewan ke manusia (zoonosis) (Anies dkk, 2009). Leptospirosis ditularkan secara langsung dan tidak langsung melalui urin atau organ tikus yang mengandung bakteri Leptospira (Yudhastuti, 2011). Banyaknya hewan tikus yang terdapat di Desa Pandanan dapat mengganggu proses pertanian, selain itu tikus juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit leptospirosis. Penyakit leptospirosis tergolong penyakit langka dan sulit untuk disembuhkan, bahkan dapat menyebabkan meninggal dunia. Apabila petani tidak mengenakan alat

pelindung diri (APD) secara lengkap, hal ini dapat meningkatkan risiko

terjangkitnya penyakit leptospirosis. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi mengenai pencegahan leptospirosis agar petani dan warga paham dan dapat mengimplementasikan informasi yang mereka dapatkan, sehingga penyakit leptospirosis dapat dicegah dengan baik. Metode yang dilaksanakan yaitu dengan pemberian materi dan pemberian leaflet. Walaupun terdapat kendala, namun sosialisasi ini dapat tetap berjalan dengan baik.

(2)

A. PENDAHULUAN

Leptospirosis termasuk penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah berdasarkan Permenkes RI No. 1501/Menkes/PerX/2010. Leptospirosis termasuk salah satu the emerging infectious diseases yang disebabkan oleh bakteri Leptospira patogen. Penularan leptospirosis dari hewan ke manusia (zoonosis) (Anies dkk, 2009). Leptospirosis ditularkan secara langsung dan tidak langsung melalui urin atau organ tikus yang mengandung bakteri Leptospira (Yudhastuti, 2011). Penularan leptospirosis ke manusia melalui urin hewan yang terinfeksi atau dapat melalui tanah dan air yang terkontaminasi urin yang mengandung bakteri Leptospira (Wasito dkk, 2013). (Wasito, EB., Mertianisih, NM., dan Kuntaman. 2013. Bakteriologi Kedokteran. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR (AUP).) (Yudhastuti, R. 2011.

Pengendalian Vektor dan Rodent. Surabaya, Pustaka Melati).

International Leptospirosis Society (ILS) menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara tropis dengan kasus kematian Leptospirosis relatif tinggi, yaitu berkisar antara 2,5% - 16,45% atau rata- rata 7,1% dan termasuk peringkat tiga didunia (Rusmini, 2011). Rusmini. 2011. Bahaya Leptospirosis (Penyakit Kencing Tikus) & Cara Pencegahannya. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Berdasarkan data dari Kemenkes, selama beberapa tahun terakhir ini, Indonesia pada tahun 2016 mengalami peningkatan drastis pada jumlah kasus Leptospirosis menjadi 833 kasus, namun CFR mengalami penurunan menjadi 7,44% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang beberapa tahun terakhir ini mengalami fluktuasi kasus. Pada tahun 2016 kembali terjadi peningkatan kasus menjadi 164 kasus dan CFR juga mengalami peningkatan menjadi 18,29%. Terjadi lagi

peningkatan pada tahun 2017 yaitu sebesar 409 kasus namun CFR mengalami penurunan yaitu sebesar 15.89% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, pada tahun 2015 ditemukan 26 kasus leptospirosis, pada tahun 2016 ditemukan 39 kasus hingga pada bulan Oktober 2017 ditemukan sebanyak 41 kasus leptospirosis. Berdasarkan laporan hasil investigasi kejadian luar biasa di kabupaten Klaten menunjukkan bahwa penyebaran kasus leptospirosis di Kabupaten Klaten hampir terdapat di semua kecamatan. Kondisi dan perilaku masyarakat sangat potensial untuk terjadinya endemisitas leptospirosis, sumber penularan utama diduga kuat berada di sekitar lingkungan pemukiman seperti genangan air sekitar rumah, keberadaan tikus di dalam maupun sekitar rumah dan juga beberapa faktor risiko diperkirakan ikut berperan terhadap tingginya angka kejadian leptospirosis di Kabupaten Klaten yakni karekteristik individu seperti pekerjaan, pengetahuan mengenai leptospirosis itu sendiri, riwayat luka, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), riwayat bepergian atau wisata air (Dinkes Klaten, 2016).

Desa Pandanan merupakan salah satu desa yang berada diwilayah pemerintahan Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten. Secara administratif Desa Pandanan terdiri dari 8 RW (Rukun Warga) dan 19 RT (Rukun Tetangga) dengan jumlah penduduk 3087 jiwa, luas wilayah 1889290 M, dengan permukaan tanah berbentuk daratan. Desa Pandanan Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten secara geografis memiliki luas 1889290 ha. Suhu rata-rata 23 C – 29 C. Mata pencaharian sebagian besar warga desa Pandanan adalah sebagai petani. Petani ini meliputi sebagai petani (pemilik tanah) dan petani (buruh tani). Hal ini juga didukung dengan masih luasnya lahan area persawahan dan hal ini mendominasi faktor geografis desa Pandanan.

(3)

Tikus merupakan hama yang sering kali ditemui oleh para petani, tidak terkecuali petani di Desa Pandanan. Selain mengancam kelancaran hasil panen, tikus menjadi hewan yang perlu diwaspadai karena hewan tersebut dapat menjadi salah satu penyebab penyakit Leptospirosis. Penyakit Leptospirosis pernah terjadi di Desa Pandanan pada tahun 2013. Melihat hal tersebut perlu adanya edukasi atau sosialisasi terkait penyakit Leptospirosis dan penggunaan Alat Pelindung Diri guna dapat mencegah terjangkitnya penyakit Leptospirosis.

B. PELAKSANAAN DAN METODE Berdasarkan kejadian tersebut, tim KKN UNNES Desa Pandanan mengadakan program sosialisasi tentang pencegahan penyakit leptospirosis. Sosialisasi tersebut berupa pemberian materi yang ditampilkan pada slide power point. Meteri yang diberikan meliputi pengertian penyakit leptospirosis, sebab-sebab terinfeksinya, gejala apa saja yang ditimbulkan, serta bagaimana cara pencegahannya. Dalam sosialisasi ini, pemateri menekankan kepada para petani tentang pentingnya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) selama bekerja di sawah. Selain itu, materi juga diberikan melalui Leaflet yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat untuk mengingat dan memahami materi sosialisasi.

Tim KKN UNNES berencana untuk memberikan demo yang berisi tentang bagaimana penggunaan Alat Pelindung Diri dan menunjukkan Produk Alat Pelindung Diri yang baik dan benar. Selain itu, supaya masyarakat lebih tertarik dan sadar bahwa penyakit Leptospirosis bukanlah penyakit yang sederhana melainkan penyakit yang patut di cegah dan diwaspadai, tim KKN UNNES mengundang seorang warga yang pada tahun 2013 pernah terjangkit penyakit Leptospirosis. Harapan tim KKN UNNES mengundang warga yang pernah terjangkit penyakit Leptospirosis yaitu agar dapat membagikan informasi dan pengalaman kepada masyarakat lain bagaimana

perjuangan yang telah dilalui selama kondisi tubuh masih sakit sampai dinyatakan sembuh total dari penyakit Leptospirosis. Setelah pemberian materi, selanjutnya yaitu sesi tanya jawab yang bertujuan untuk melihat apakah materi sudah dimengerti oleh masyarakat secara keseluruhan atau masih ada beberapa materi yang belum di mengerti, sehingga pemateri dapat menjelaskan kembali sampai masyarakat mengerti isi materi tersebut.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang diharapkan dari sosialisasi ini adalah warga Desa Pandanan yang sebagian besar berprofesi sebagai petani perlahan sadar dan dapat membiasakan diri untuk selalu menggunakan alat pelindung diri serta menutup luka yang terbuka selama bekerja sebagai bentuk pencegahan dari penyakit leptospirosis ini.

Sosialisasi ini dilaksanakan di dalam salah satu rumah warga Dukuh Padasan yang pada saat itu bersamaan dengan acara rapat bulanan rutin. Sosialisasi dilaksanakan setelah terlaksanya rapat bulanan. Melihat kondisi rumah yang tidak terlalu luas, sehingga tidak semua warga duduk di dalam rumah, sebagian duduk di teras, dan sebagian lagi duduk di jalanan depan rumah. Hal ini menyebabkan sarana dan prasarana kurang mendukung jalannya sosialisasi, sehingga penyampaian materi kurang maksimal. Namun, hal ini dapat diminimalisir dengan adanya pembagian leaflet, tujuannya agar masyarakat mudah

(4)

memahami dan mengingat isi materi sosialisasi. Selama pelaksanaan sosialisasi, terlihat warga sangat antusias dalam mengikuti sosialisasi. Walaupun masih terdapat beberapa pertanyaan, namun warga terlihat mengerti dengan apa yang telah dijelaskan oleh pemateri. Walaupun begitu, masih terdapat kendala berupa tidak terlaksananya demo menggunakan APD secara lengkap. Hal ini dikarenakan keterbatasan jarak dan waktu untuk mempersiapkan segala kebutuhan demo.

D. PENUTUP

Banyaknya hama tikus di Desa Pandanan dapat menyebabkan gagal panen bagi para petani, selain itu tikus juga dapat menyebabkan penyakit leptospirosis bagi para petani dan warga, terlebih lagi para petani mengaku tidak pernah memakai APD saat bercocok tanam. Sosialisasi pencegahan leptospirosis dilaksanakan di Desa Pandanan, tepatnya di Dukuh Padasan guna memberikan edukasi agar para petani dan warga senantiasa waspada terhadap tikus. Pada sosialisasi ini juga dijelaskan cara untuk menanggulangi serta mencegah terjadinya penyakit leptospirosis.

Diharapkan terdapat follow up dan

monitoring setelah dilaksanakannya

sosialisasi, agar pesan yang disampaikan saat sosialisasi benar-benar diimplementasikan oleh warga dengan baik. Selain itu, perlu adanya sampel atribut APD yang harus digunakan oleh para petani, sehingga para petani tidak hanya melihat APD dari gambar.

Terima kasih kepada pihal-pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan sosialisasi pencegahan leptospirosis di Desa Pandanan. Terutama kepada Ibu Kepala Desa dan Bapak RW Dukuh Padasan yang telah memberikan ijin untuk dapat melaksanakan kegiatan sosialisasi, serta terima kasih kepada masyarakat Dukuh Padasan yang telah mengikuti jalannya kegiatan sosialisasi dengan baik.

E. DAFTAR PUSTAKA

Badaini, A., & Abadi, A. M. (2016). APLIKASI

FUZZY DECISION MAKING UNTUK

DIAGNOSIS PENYAKIT TROPIS. Jurnal

Matematika-S1, 5(4).Sujimat, D. A. 2000.

Penulisan Karya Ilmiah. Makalah

disampaikan pada Pelatihan Penelitian bagi Guru SLTP Negeri di Kabupaten Sidoarjo tanggal 19 Oktober 2000 (Tidak diterbitkan). MKKS SLTP Negeri Kabupaten Sidoarjo.

Anies, A., Hadisaputro, S., Sakundarno, M., & Suhartono, S. (2009). Lingkungan dan Perilaku pada Kejadian Leptospirosis (Environmental and behavioral factors and the occurrence of leptospirosis). Media

Medik

a Indonesiana, 43(6), 306-311.Wahab, A.

dan Lestari, L. A. 1999. Menulis Karya

Ilmiah. Surabaya: Airlangga University

Press.

Supraptono, B., Sumiarto, B., & Pramono, D. (2011). Interaksi 13 Faktor Risiko

Leptospirosis. Berita

Kedoktera n Masyarakat, 27(2), 55.

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Dewasa ini, rasanya sudah tidak ada lagi batas antara laki-laki dan perempuan dalam bergaul, berinteraksi dan berhubungan. Sistem kehidupan ala barat yang menggerogoti akhlak

The guidance sheets cover unconditional cash transfers,* cash transfer for support to livelihoods, voucher transfers, cash-for-work programmes, seed voucher fairs, and cash transfers

This research used quantitative approach, the type of research was experimental with design model that are used is quasi experimental design (quasi experimental design).

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dapat disimpulkan, konsep ta’dib adalah konsep pendidikan yang bertujuan menghasilkan individu beradab, yang mampu melihat segala persoalan dengan teropong

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bersifat kuantitatif karena peneliti ingin mengetahui keterangan tentang perbandingan kecerdasan interpersonal dengan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 40% mahasiswa memiliki pemahaman hukum tinggi, dan tingkat kesadaran hukum yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Syariah

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang