• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pemahaman Terhadap KAK

Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Bandar Udara ini, diketahui Bandar Udara yang akan dirancang adalah Bandar Udara Domestik dengan klasifikasi Bandar Udara pengumpan. Bandar Udara pengumpan ini berlokasi di Kecamatan Kabola yang berjarak sekitar 7 km dari pusat kota Kalabahi yang merupakan ibukota Kabupaten Alor. Pengembangan Bandar Udara pengumpan ini harus dapat mengakomodasi seluruh kegiatan yang dibutuhkan oleh + 238.000 penumpang pertahun. Desain dari terminal penumpang Bandar Udara Mali, Alor diharapkan merupakan desain dengan pertimbangan placemarking. Penerapan identitas kelokalan menjadi poin penting. Sehingga pada akhirnya desain tidak hanya merupakan hasil penerapan standar ataupun hasil kreativitas tanpa batas, tetapi juga mampu menjadi desain dengan identitas berkelanjutan.

Konsep gagasan dasar desain bangunan terminal di bandar udara Mali Alor diantaranya memiliki desain rencana (plan) yang sederhana sehingga menghindari kebingungan penumpang dalam melakuan perjalanan baik pada saat kedatangan maupun keberangkatan, meminimalkan jarak tempuh dengan berjalan kaki (walking distance) mulai dari dilakukanya drop-off hingga keberangkatan (boading) untuk menghindari terjadinya kelelahan, meminimalkan adanya perpindahan level, menghindari arus bersilangan antara penumpang datang dan akan pergi, sistem bangunan terminal harus fleksibel untuk dikembangkan di masa depan, memiliki fasilitas yang memadai untuk kebutuhan pesawat terbang (aircraft) seperti runway, hangar, fuel farm dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan dan juga ramah bagi penumpang berkebutuhan khusus.

Desain Bandar udara Mali, Alor wajib hemat energy dikarenkan sumber lisrik Perusahaan Listrk Negara (PLN) terbatas, dan harus menggunakan sumber enegi mandiri dari genset yang juga memiliki kemampuan terbatas maka Bandar Udara Alor harus memperhatikan, antara lain mengutamakan peletakan ventilasi seagai penghawaan alami, mengutamakan penggunaan pencahayaan alami dan mempehatikan desain dari selubung serta

(2)

akan menjadi tantangan sendiri dalam mendesain Bandar Udara Alor dikarenakan wilayah NTT yang masuk ke dalam iklim tropis kering, dimana strategi rancang bangun akan berbeda dengan iklim tropis lembab.

Desain terminal penumpang bandar udara harus mempertimbangkan aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan (safety, security dan services) bagi penumpang dan pengguna bandar udara, dan terminal penumpang bandar udara dan fasilitas penunjangnya didesain dengan pendekatan ramah lingkungan/ekologi. Desain terminal penumpang bandar udara harus mempertimbangkan ecoterminal meliputi strategi bandar udara kedepan sebagai roda penggerak ekonomi. Desain harus kaya akan material lokal, mudah dalam perawatan dan memiliki ketahanan terhadap potensi ledakan. Sementara acuan peraturan perundang-undangan yang bisa dipakai dalam mendesain Bandar Udara Nusantara Alor dapat berupa peraturan, standar dan spesifikasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan atau standar lain yang relevan.

2.2.

Transportasi Udara

2.2.1.

Peranan Transportasi Udara

Transportasi udara mempunyai peranan yang sangat penting dalam menyediakan jasa pelayanan transportasi untuk pengangkutan manusia dan barang antara Bandar Udara satu ke Bandar Udara yang lain, antara Bandar Udara asal ke Bandar Udara tujuan, yang berjauhan letaknya dalam suatu Negara ataupun antar Negara, menggunakan sarana pesawat udara melalui alur (rute) penerbangan.

Sarana transportasi udara merupakan moda transportasi yang efektif, efisien, cepat, selamat dan nyaman. Jasa penerbangan telah menjadi kebutuhan masyarakat luas, apabila pada waktu silam jasa penerbangan hanya digunakan oleh masyarakat berpendapatan tinggi, tetapi sekarang sudah merupakan kebutuhan masyarakat berpendapatan rendah. Permintaan jasa penerbangan pada dewasa ini sudah sangat meluas, bukan hanya melayani perjalanan udara antar kota besar, tetapi telah berkembang melayani perjalanan udara ke kota-kota kecil yang tersebar di seluruh wilayah. Hal ini berarti di samping Bandar Udara besar dan menengah, harus dibangun Bandar Udara kecil, lapangan terbang dan landasan pendaratan (airstrip) dalam jumlah banyak yang tersebar di berbagai daerah.

(3)

2.2.2.

Fungsi Transportasi Udara

Transportasi udara memiliki fungsi sebagai unsur penunjang dan unsur pendorong. Unsur penunjang yang dimaksudkan adalah meningkatkan pengembangan berbagai kegiatan pada sektor lain di luar sector transportasi (meliputi sector-sektor pertanian, perdagangan, industri, pendidikan, kesehatan, kepariwisataan, transmigrasi dan lainnya). Sedangkan, trsnportasi sebagai unsur pendorong dimaksudkan untuk membantu membuka daerah terisolasi, terpencil, tertinggal dan perbatasan yang tersebar di berbagai wilayah, menggunakan pesawat udara menuju Bandar Udara yang terletak tidak jauh dari daerah-daerah tersebut.

Dalam hal ini, pada kepulauan Alor, transportasi udara memenuhi kedua fungsinya yaitu sebagai penunjang dan pendorong. Unsur penunjang yang sedang di kembangkan terutama pada bidang kepariwisataan yang mengangkut para wisatawan dalam negeri dan luar negeri yang akan mengunjungi obyek-obyek wisata yang tersebar lokasinya di berbagai daerah, dapat pula transportasi udara mengangkut pada transmigran dari daerah asal ke daerah tujuan transmigrasi. Kemudian untuk unsur pedorong, pada Kepulauan Alor sendiri sebagai pembuka daerah terpencil, yaitu daerah yang terletak jauh dari pusat-pusat kegiatan. Dengan begitu, keindahan obyek wisata di Kepulauan Alor akan semakin mendunia dengan adanya kemudahan dalam bidang transportasi udara.

2.3.

Bandar Udara

Pengertian Bandar Udara menurut Undang Undang No. 1 Tentang Penerbangan dan PM.69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Seangkan kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan bandar udara dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan, keamanan, kelancaran, dan ketertiban arus lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos, tempat perpindahan intra dan/atau antarmoda serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.

(4)

Sementara dalam (Sasmitra, 2012), Bandar Udara terdiri dari suatu permukaan tanah datar yang diperkeras di mana pesawat terbang dapat tinggal landas dan mendarat, biasanya dilengkapi dengan menara pengawas, hangar, dan gedung terminal penumpang juga terminal barang.

2.3.1.

Peran Bandar Udara

Menurut Undang Undang No. 1 Tentang Penerbangan dan PM.69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional Bandar udara memiliki peran sebagai:

a. Simpul dalam jaringan transportasi udara yang digambarkan sebagai titik lokasi bandar udara yang menjadi pertemuan beberapa jaringan dan rute penerbangan sesuai hierarki bandar udara.

b. Pintu gerbang kegiatan perekonomian dalam upaya pemerataanpembangunan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi sertakeselarasan pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang digambarkan sebagai lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara yang menjadi pintu masuk dan keluar kegiatan perekonomian.

c. Tempat kegiatan alih moda transportasi, dalam bentuk interkoneksi antar moda pada simpul transportasi guna memenuhi tuntutan peningkatan kualitas pelayanan yang terpadu dan berkesinambungan yang digambarkan sebagai tempat perpindahan moda transportasi udara ke moda transportasi lain atau sebaliknya.

d. Pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan/atau pariwisata dalam menggerakan dinamika pembangunan nasional, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya, digambarkan sebagai lokasi bandar udara yang memudahkan transportasi udara pada wilayah di sekitamya.

e. Pembuka isolasi daerah, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang dapat membuka daerah terisolir karena kondisi geografis dan/atau karena sulitnya moda transportasi lain.

f. Pengembangan daerah perbatasan, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang memperhatikan tingkat prioritas pengembangan daerah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia di kepulauan dan/atau di daratan.

g. Penanganan bencana, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang memperhatikan kemudahan transportasi udara untuk penanganan bencana alam pada wilayah sekitarnya.

(5)

h. Prasarana memperkokoh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara, digambarkan dengan titik-titik lokasi bandar udara yang dihubungkan dengan jaringan dan rute penerbangan yang mempersatukan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.3.2.

Fungsi Bandar Udara

Berdasarkan fungsinya menurut Undang Undang No. 1 Tentang Penerbangan dan PM.69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, maka bandar udara merupakan tempat penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan/atau pengusahaan. Sebagai tempat penyelenggaraan pemerintahan maka bandar udara merupakan tempat unit kerja instansi pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya terhadap masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan dalam urusan antara lain:

a. Pembinaan kegiatan penerbangan b. Kepabeanan

c. Keimigrasian d. Kekarantinaan

Bandar udara sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan pengusahaan maka Bandar Udara merupakan tempat usaha bagi:

a. Unit Penyelenggara Bandar Udara atau Badan Usaha Bandar Udara b. Badan Usaha Angkutan Udara

c. Badan Hukum Indonesia atau perorangan melalui kerjasama dengan Unit Penyelenggara Bandar Udara atau Badan Usaha Bandar Udara.

2.3.3.

Penggunaan Bandar Udara

Penggunaan bandar udara menurut Undang Undang No. 1 Tentang Penerbangan dan PM.69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional terdiri dari bandar udara internasional dan bandar udara domestik. Bandar udara Internasional adalah bandar yang ditetepkan sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan dari dan ke luar negeri. Bandar udara domestik adalah bandar yang ditetepkan sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri. Bandar udara ditetapkan sebagai bandar udara internasional dengan mempertimbangkan:

(6)

a. Rencana induk nasional bandar udara b. Pertahanan dan keamanan Negara

c. Pertumbuhan dan perkembangan pariwisata

d. Kepentingan dan kemampuan angkutan udara nasional

e. Pengembangan ekonomi nasional dan perdagangan luar negeri

Penetapan bandar udara inernasional ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang tugas dan tanggungjawabnya dibidang keimigrasian, kepabeanan dan kekarantinaan dalam rangka penempatan unit kerja dan personel. Pengecualian: untuk kegiatan tertentu yang bersifat nasional dan internasional maka bandar udara domestik dapat digunakan untuk melayani penerbangan dari dan ke luar negeri setelah mendapat persetujuan dari Menteri.

2.3.4.

Hirarki Bandar Udara

Berdasarkan Hirarkinya Undang Undang No. 1 Tentang Penerbangan dan PM.69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional Bandara Udara terdiri atas:

A. Bandar Udara Pengumpul (Hub)

Merupakan bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan yang luas dari berbagai bandar udara yang melayani penumpang dan/atau kargo dalam jumlah besar dan mempengaruhi perkembangan ekonomi secara nasional atau berbagai

provinsi. Macam-macam bandar udara pengumpul:

1. Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer yaitu bandar udara sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang melayani penumpang dengan jumlah lebih besar atau sama dengan 5.000.000

(lima juta) orang pertahun;

2. Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder yaitu bandar udara sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang melayani penumpang dengan jumlah lebih besar dari atau sama dengan 1.000.000 (satu juta) dan lebih kecil dari 5.000.000 (lima juta) orang pertahun; 3. Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yaitu bandar udara sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terdekat yang melayani penumpang dengan jumlah lebih besar dari atau sama dengan 500.000 (lima ratus ribu) dan lebih kecil dari 1.000.000 (satu juta) orang pertahun.

(7)

B. Bandar Udara Pengumpan (Spoke) Bandar Udara Pengumpan merupakan:

1. Bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan dan mempengaruhi perkembangan ekonomi lokal

2. Bandar udara tujuan atau bandar udara penunjang dari bandar udara pengumpul 3. Bandar udara sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan kegiatan lokal.

2.3.5.

Klasifikasi Bandar Udara

Klasifikasi bandar udara terdiri atas beberapa kelas bandar udara yang ditetapkan berdasarkan kapasitas pelayanan dan kegiatan operasional bandar udara. Kapasitas pelayanan merupakan kemampuan bandar udara untuk melayani jenis pesawat udara terbesar dan jumlah penumpang/barang yang meliputi: Kode angka (code number) yaitu perhitungan panjang landasan pacu berdasarkan

referensi pesawat aeroplane reference field length (ARFL)

Kode huruf (code letter) yaitu perhitungan sesuai lebar sayap dan lebar/jarak roda terluar pesawat.

Tabel Kriteria Klasifikasi Bandar Udara :

Kode Angka

(Code

Number)

Panjang Landasan Pacu

berdasarkan Referensi

Pesawat

(Aeroplane Reference Field

Length - ARFL)

Kode

Huruf

(Code

Letter)

Bantang

Sayap

(Wing Span -

WS)

Jarakn Roda

Utama Terluar

(Outer Mean Gear

- OMG)

1 ARFL < 800 m A WS < 15 m OMG < 4.5 m 2 800 m <= ARFL <1200 m B 15 m <= WS < 24 m 4.5 m <= OMG < 6 m 3 1200 m <= ARFL < 1800 m C 24 m <= WS < 36 m 6 m <= OMG < 9 m 4 1800 m <= ARFL D 36 m <= WS < 52 m 9 m <= OMG < 14 m E 52 m <= WS < 56 m 9 m <= OMG < 14 m F 56 m <= WS < 80 m 14 m <= OMG < 16 m

(8)

2.3.6.

Konfigurasi dan Jenis Terminal

Sebagai bagian penting dari bandar udara, terminal merupakan pusat kegiatan penumpang mulai dari pembelian tiket hingga keberangkatan. Untuk mempermudah jalannya kegiatan yang ada di sebuah terminal bandar udara, ada dua jenis konfigurasi terminal yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

A. Terminal terpusat (Centralised)

Pada konfigurasi ini, keseluruhan bandar udara hanya terdiri atas satu terminal yang terhubung sehinnga mempermudah proses transit atau perpindahan pesawat. B. Terminal terpisah (Decentralised)

Bandar udara dengan konfigurasi ini memiliki beberapa bangunan terminal yang terpisah sehingga dibutuhkan fasilitas shuttle bus untuk perpindahan antarterminal, contohnya terminal Bandar Udara Sokearno-Hatta.

Dari jenis konfigurasi yang telah disebutkan, sebuah bangunan terminal dapat mengaplikasikan salah satu dari konsep berikut sesuai dengan kebutuhan.

 Konsep Linear

 Konsep Transporter

(9)

 Konsep Compact Module Unit

 Konsep Satellte

2.3.7.

Unsur Kebutuhan Bandara

Pada dasarnya bandar udara terbagi menjadi dua bagian prasarana yaitu sisi darat (landside) dan sisi udara (airside) (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang penerbangan).

Prasarana darat mencakup prasarana berikut :

 Keterjangkauan

 Bangunan PKP-PK

 Area parkir

 Menara pengawas

 Terminal dan kargo

 Bangunan kantor

 Gedung genest (main power house)

 Hanggar

 Bangunan operasional penerbangan

 Lansekap Dan prasarana udara yang mencakup prasarana berikut :

 Landas pacu (runway)

 Runway strip, Runway End Safety Area (ERSA), stopway, clearway

 Landas hubung (taxiway)

 Landas parkir (apron)

(10)

2.3.8.

Fasilitas Bandar Udara

Fasilitas yang dibutuhkan untuk dapat melayani fungsi bagi penumpang dan penguna jasa bandar udara pada bangunan terminal Bandar Udara Mali, Alor dibagi menjadi area keberangkatan dan kedatangan. Dengan rincian sebagai berikut :

Area Keberangkatan :

 Lobi/hall keberangkatan

 Ruang check-in

 Sirkulasi

 Area pemeriksaan penumpang dan barang (security chek point/SCP)

 Ruang tunggu penumpang

 Ruang konsesi/komersial

 Area servis (toilet, nursery room)

 Ruang kantor (maskapai penerbangan, staf Bandar udara)

Area Kedatangan :

 Lobi/hall kedatangan

 Area pemeriksaan penumpang dan barang (security chek point/SCP)

 Sirkulasi dan Area Informasi

 Area pengambilan bagasi dan jasa kehilangan bagasi

 Ruang konsesi/komersial

 Area servis (toilet, nursery room)

2.4.

Konsep Green Architecture

Konsep ‘green architecture’ atau arsitektur hijau menjadi topik yang menarik saat ini, salah satunya karena kebutuhan untuk memberdayakan potensi site dan menghemat sumber daya alam akibat menipisnya sumber energi tak terbarukan. Berbagai pemikiran dan interpretasi arsitek bermunculuan secara berbeda-beda, yang masing-masing diakibatkan oleh persinggungan dengan kondisi profesi yang mereka hadapi. Green arsitektur ialah”sebuah

konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal. Konsep arsitektur ini lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan, memiliki tingkat

keselarasan yang tinggi antara strukturnya dengan lingkungan, dan penggunaan sistem utilitas yang sangat baik. Green architecture dipercaya sebagai desain yang baik dan bertanggung jawab, dan diharapkan digunakan di masa kini dan masa yang akan datang.Dalam jangka panjang, biaya lingkungan sama dengan biaya sosial, manfaat lingkungan sama juga dengan manfaat sosial. Persoalan energi dan lingkungan merupakan kepentingan profesional bagi arsitek yang sasarannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup.

(11)

Arsitektur hijau merupakan konsekuensi dari konsep arsitektur berkelanjutan. Bahwa dengan merancang arsitektur hijau, diharapkan manusia dapat hidup dan melakukan aktivitas di muka bumi ini secara berkelanjutan. Arsitektur hijau meminimalkan penggunaan sumber daya alam oleh manusia untuk menjamin generasi mendatang yang dapat bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Arsitektur hijau juga menggarisbawahi perlunya meminimalkan dampak negative yang ditimbulkan oleh bangunan terhadap lingkungan, di mana manusia hidup. Pemikiran dasar semacam itu yang barangkali tidak pernah ada sebelumnya sebagai tuntutan dasar manusia modern dalam melakukan kegiatan arsitektur.

Isu tentang pembangunan berkelanjutan merupakan akumulasi masalah kehidupan di dunia yang semakin hari semakin membesar. Pertambahan jumlah penduduk yang relative tinggi serta perkembangan teknologi yang pesat menimbulkan persoalan pada kemampuan alam (bumi) untuk mendukung peningkatan kebutuhan hidup manusia yang menjolak demikian cepat. Di Negara maju, gerakan arsitektur berkelanjutan sudah mengarah kepada perundangan. Bahwa pada saatnya hanya arsitek yang merancang dengan konsep keberlanjutan yang diberikan izin bekerja sebagai perancang. Keberlanjutan merupakan usaha manusia untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat popular ketika Mantan Perdana Menteri Norwegia memformulasikan pengertian pembangunan berkelanjutan (sustainable development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi, ekonomi,sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitekturr hijau akan memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasi arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan.

2.4.1.

Prinsip – prinsip pada green architecture

Penjabaran prinsip-prinsip Green Architecture beserta langkah – langkah mendesain green building menurut Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design for Sustainable Future yaitu:

(12)

Hemat energi / Conserving energy adalah pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik (sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ). Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:

a. Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.

b. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.

c. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.

d. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.

e. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.

f. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.

g. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift. 2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)

(13)

Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate adalah Mendisain bagunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada.Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:

a. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.

b. Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.

c. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.

d. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.

3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)

Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut / Respect for site yaitu bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ). Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut:

a. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.

b. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.

c. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.

(14)

Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya. Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)

Minimizing new resources adalah mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang / Penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam. Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.

6. Holistic

Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara keseluruhan / Holism adalah ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai

kebutuhan bangunan ki

Holistic memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.

(15)

2.5.

Studi Literatur

2.5.1.

Hasil Sayembara Bandara Nusantara

SAYEMBARA BANDAR UDARA MALI, ALOR Tema : “5 Sense of Alor”

Gambar 1 Sayembara Bandara Nusantara Alor “5 Sense of Alor” Sumber : Propan Raya

Desain Bandar Udara ini adalah salah satu pemenang harapan dari sayembara desain Bandar Udara nusantara 2017 yang diselenggarakan oleh PT Propan Jaya yang juga bekerjasama dengan Kementrerian Perhubungan RI dan Direktorat Jendral Perhubungan Udara. Dalam hal ini, tim PDW Architect mengusung konsep 5 senses of Alor yang berarti lima indra manusia. Tim Nataneka Arsitek yang terdiri dari Moehammad Deni Desvianto, Dwi Hergiawan, Achmad Zakaria, Irene Hutami, Muhammad Habibi, Apsari Anindita, Pandu Siswotomo, Arsya Wibawa dan Andi Sutanto mengupayakan sebuah desain yang tidak hanya mampu memberikan pelayanan, tetapi juga mampu meninggalkan kesan bagi penggunanya.

Usaha menyentuh lima indera pengguna BandarUdara mulai dilakukan sejak pesawat akan mendarat di Bandar Udara Mali. Penumpang pesawat disuguhkan vista berupa bangunan terminal dengan atap tradisional berlatarkan perbukitan. Penggunaan atap yang besar tersebut merupakan adaptasi dari atap rumbia rumah tradisional Alor. Atap rumbia merupakan atap dari rangkaian dedaunantanaman palem bernama rumbia yang memungkinkan ruang-ruang di bawahnya dapat “bernafas”. Konsep “bernafas” ini yang kemudian dikembangkan menjadi terowongan angina. Dengan demikian atap dengan unsur local tersebut tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika, tetapi juga berperan sebagai pendingin pasif.

(16)

Gambar 2 Pendekatan Desain “5 Sense of Alor Sumber : Propan Raya

Pengembangan di masa depan menjadi alasan utama arsitek memilik sistem modular sebagai konsep struktur Bandar Udara. Selain lebih mudah dikembangkan, sturiktur grid mengurangi kemungkinan adanya bentang besar sehingga biaya pembangunan dapat diefisiensikan.

Analisis Lahan

Performa Bandara Mali harus sangat memperhatikan konteksnya. Dari pendekatan alamnya, banyak potensi dari bukit-pantai yang bisa dimanfaatkan untuk performa bangunan. Sedangkan efisiensi pergerakan orang dan kendaraan bisa dimaksimalkan dengan memandaatkan jaringan jalan yang ada dengan diferensiasi tertentu untuk kebutuhan bandara, dengan menentukan potensi penanda kawasan yang sesuai. Potensi bandara yang bisa

(17)

dinikmati oleh masyarakat lokal juga dimanfaatkan dengan memaksimalkan viewing deck di pantai dan bukit.

Gambar 3 Analisis Lahan “5 Sense of Alor” Sumber : Propan Raya

Konsep Massa

Gubahan massa kotak sederhana memaksimalkan efisiensi dan menyederhanakan sirkulasi. Bangunan ini tidak menggunakan Air Conditioner (AC) dan menggunakan fitur-fitur yang mengedepankan passive design untuk penghawaan iklim mikro seperti copper chimney, wind tunnel dan inner-court. Rencana ekstensi bandara juga akan ditentukan berupa fungsi perluasan kapasitas, sehingga tidak mengganggu sistem bandara ketika perluasan dilakukan di kemudian hari. Desain massa sangat memprioritaskan kenyamanan dari perspektif konsumen dan kemudahan perawatan bangunan.

(18)

Gambar 4 Konsep Massa “5 Sense of Alor Sumber : Propan Raya

Pada puncak atap diletakkan cerobong yang memiliki berfungsi menarik udara panas dari dalam terminal. Untuk memaksimalkan aliran udara, badan bangunan pun diangkat menyerupai rumah panggung sehingga angina dapat mengalir dari runaway lalu naik melewati atap. Melalui simulasi dapat diketahui bahwa dengan adanya terowongn angina tersebut, udara dalam terminal dapat menyentuh suhu 26𝑜 sehingga bangunan tidak

memerlukan pendingin udara.

Gambar 5 Elemen Fasad “5 Sense of Alor” Sumber : Propan Raya

(19)

Gambar 6 Konsep Utama “5 Sense of Alor” Sumber : Propan Raya

Adapun langkah PDW Architect dalam menyentuh lima indra lainnya yaitu dengan memanfaatkan material lokal. Material berupa kayu, batu, hingga tembaga menciptakan tekstur pada bangunan terminal. Warga lokal pun ikut dilibatkan dalam pengerjaan dan pemeliharaan elemen nonstructural untuk menimbulkan rasa kebanggaan dan memiliki. Detail berupa ornamen dan tenun sebagai usaha menghidupkan pereokomian daerah. Selain itu pepohonan peneduh dengan aromaterapi ditanam pada area terminal agar menyebabkan aroma khas Alor.

Gambar 7 5 Elemen Desa Adat Takpala Sumber : Propan Raya

Bangunan Bandar Udara akan terdiri dari dua level, Bandar Udara ini memiliki taman utama yang diletakkan di lantai dasar sebagai pusat aktivitas publik dan fasilitas pendukung. Taman tersebut merupakan adaptasi dari mesang atau daerang terbuka di pusat desa Takpala.

(20)

Gambar 8 Denah Lantai 1 “5 Sense of Alor” Sumber : Propan Raya

Gambar 9 Denah Lantai 2 “5 Sense of Alor” Sumber : Propan Raya

(21)

Gambar 10 Denah Lantai 3 “5 Sense of Alor” Sumber : Propan Raya

Setelah check-in, arsitek menempatkan sebuah ramp sepanjang 50 meter untuk membawa penumpang menuju ruang tunggu keberangkatan di lantai dua. Sembari menunggu waktu keberangkatan, penumpang dapat menikmati galeri yang diletakkan berdampingan dengan viewing deck di atas bukit. Dari viewing deck tersebut, masyarakat lokal dapat dengan leluasa menikmati pemandangan Bandar Udara.

Gambar 11 Tampak A dan Tampak B “5 Sense of Alor” Sumber : Propan Raya

(22)

Gambar 12 Site Plan “5 Sense of Alor” Sumber : Propan Raya

Gambar 13 Potongan A dan Potongan B “5 Sense of Alor” Sumber : Propan Raya

(23)

(24)

2.5.2.

Bandar Udara Husein Sastranegara

Gambar 15 Konsep Visual Bandar Udara Husein Sastranegara Sumber: kabarrakyat.co

Bandar udara Husein Sastranegara berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Total luas terminal 6.297,56 𝑚2 dan mampu menampung kapasitas 1 juta penumpang per tahun.

Terminal internasional baru ini mengusung konsep eco-airport yang modern dengan perpaduan cita rasa budaya lokal, yaitu konsep arsitektur dengan bentuk atap Julang Ngapak yang menjadi ciri khas provinsi Jawa Barat. Hal ini dilakukan mengingat Bandara adalah wajah dari suatu kota. Fasilitas pelayanan yang tersedia juga sudah sesuai dengan standar skytrax antara lain disediakannya nursery room, quiet room, free charging terminal, free internet & wi-fi dan juga fasilitas bagi penyandang disabilitas.

Kemudian dari sisi pelayanan, terminal baru ini memiliki 10 counter check-in untuk penerbangaan internasional dan sistempenanganan bagasi Automatic Baggage Conveyor terbaru untuk mempermudah serta mengefisiensikan waktu pengambilan bagasi para pengguna jasa bandara.

Kemudian desain interior keseluruhan dari terminal Bandar udara ini pun juga mendapat sentuhan khusus dari Walikota Bandung Ridwan Kamil sehingga meningkatkan estetika bandara kebanggan Ibukota Bandung. Untuk penunjang estetika interior terminal bandara dari segi seni, PT Angkasa Pura II (Persero) juga menggandeng seniman kenamaan Nyoman Nuarta untuk menempatkan beberapa spot karya seni berupa patung

(25)

khas Indonesia yang ditempatkan di Gallery terminal internasional. Hal ini menunjukan identitas dari kota bandung sendiri yaitu kota dengan segudang kreativitas.

Dengan perpaduan konsep modern dan cita rasa budaya lokal yang ditampilkan oleh Bandar udara Husen Sastranegara, mengambil langkah menonjolkan jati diri Kota Bandung dengan perpaduan sentuhan gaya interior gallery dari interpretasi warga Bandung yang terkenal dengan segudang talenta kreatif juga segudang kebudayaan khas Sunda. Hal ini dilakukan mengingat hamper seluruh desain Bandar Udara sangat monotone, hanya merencanakan segalanya sesuai fungsi, tapi bandara ini menampilkan kesan lokalitas penduduknya.

Gambar 16 Konsep Visual Bandar Udara Husein Sastranegara Sumber : kabarrakyat.co

Hal ini dapat menjadi rujukan atau contoh nyata Bandar udara yang mengangkat lokalitas budaya sekitar sebagai salah satu elemen desain pada perancangan Bandar udara. Sangat cocok ketika perancangan Bandar Udara Mali Alor kali ini dituntut untuk menonjolkan pertimbangan placemaking. Penerapan identitas kelokalan menjadi poin penting sehingga pada akhirnya desain tidak hanya merupakan hasil penerapan standar semata ataupun hasil kreativitas tanpa batas, tetapi juga mampu menjadi desain dengan identitas berkelanjutan.

(26)

Denah Bandar Udara Husein Sastranegara

Gambar 17 Denah Lantai 1 Bandar Udara Husein Sastranegara Sumber: Angkasa Pura

(27)

Gambar 18 Denah Lantai 2 Bandara Husein Sastranegara

Sumber : Angkasa Pura

2.5.3.

Bandar Udara Kuala Namu

(28)

Menikmati penerbangan dengan menggunakan pesawat terbang tak luput dari kualitas layanan bandara yang menyediakan layanan terbaiknya untuk para penumpang yang berada di bandara. Dengan berkembangnya teknologi yang ada perkembangan penerbangan juga ikut terbantu dengan berbagai macam fasilitas teknologi yang bisa digunakan dalam aktifitas penerbangan. Jalur penerbangan yang semakin ramai dari hari ke hari juga membuat pemerintah Indonesia merasa perlu mengembangkan fasilitas pendukung penerbangan, salah satunya adalah dengan memnbangun bandara baru yang mampu membantu layanan penerbangan komersial yang ada di Indonesia.

Pembangunan bandara baru ini merupakan jawaban akan tantangan begitu pesatnya kemajuan rute penerbangan dan juga peminat layanan pesawat terbang yang selalu meningkat setiap saat. Bandara Kuala Namu merupakan bandara yang tergolong baru karena baru dibuka pada tahun 2013 yang lalu yang diperuntukkan untuk membantu melayani penerbangan domestik dan internasional serta mengganti peran bandara Polonia yang dirasakan perlu pembenahan untuk fasilitasnya mengingat perkembangan jaman membutuhkan sebuah layanan bandara yang memang benar – benar berkualitas.

Bandara Kuala Namu ini merupakan bandara dengan luas terbesar kedua setelah bandara Soekarno Hatta, namun aktifitas penerbangannya masih kalah jika dibandingkan dengan bandara Juanda ataupun bandara Ngurah Rai yang ada di Bali karena memang masih tergolong baru. Tapi kemunculan bandara Kuala Namu ini tentu diharapkan menjadi sebuah efek yang signifikan dimana penerbangan di Indonesia ikut terbantu kedepannya.

Bandara Kuala Namu ini dibangun diatas lahan bekas perkebunan dimana pada awal pembangunan bandara ini pernah ditemui kasus pembebasan lahan yang bermasalah, namun seiring dengan berjalannya waktu semua kasus pembebasan lahan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh semua pihak. Bandara ini mulai beroperasi pada tanggal 25 Juli 2013, namun resmi dibuka oleh presiden negara Indonesia pada waktu itu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 27 Maret 2014.

(29)

Bandara ini diharapkan mampu menjadi gerbang transit penerbangan yang ada di pulau Sumatera dimana kemajuan dan akses dari dan menuju pulau Sumatera bisa berkembang sehingga kegiatan pembangunan dan aktifitas ekonomi di pulau Sumatera bisa ikut terangkat pula. Bangunan bandara Kuala Namu ini terbilang sangat mewah dan berkelas, karena memang bukan hanya penerbangan domestik di nusantara yang menjadi wilayah operasi bandara ini melainkan juga penerbangan internasional antar negara juga menjadi layanan andalan bandara yang satu ini.

Gambar 20 Konsep Visual Bagian Apron Bandar Udara Kualanamu Sumber : skyscrapercity.com

Luas total area bandara ini mencapai 1.300 Hektar, begitu luas sehingga bandara ini merupakan bandara terbesar yang ada di pulau Sumatera. Kebutuhan akan bandara baru yang mampu menjawab tantangan dan kebutuhan penerbangan di pulau Sumatera memang menjadi latar belakang muncul dan didirikannya bandara Kuala Namu ini. Teknologi canggih juga sudah diterapkan di bandara Kuala Namu ini, segala hal aktifitas yang berkaitan dengan penerbangan yang ada di bandara Kuala Namu menggunakan dan sudah terkoneksi dengan sistem komputerisasi yang berstandar internasional. Bandara ini dilengkapi dengan teknologi BHS atau Baggage Handling System. BHS merupakan teknologi pemindaian dan pengelompokkan barang – barang yang ada di pesawat yang dilakukan secara otomatis, dimana teknologi ini sudah dikembangkan dan digunakan juga oleh bandara di negara – negara maju.

Jika melihat pemindahan barang bawaan penumpang yang akan dipindahkan ke dalam pesawat di beberapa bandara di Indonesia ada yang masih menggunakan sistem manual dimana petugas bandaralah yang melakukan pengelompokkan dan peletakan barang bawaan

(30)

tersebut secara manual, maka bandara Kuala Namu ini mampu melakukannya secara otomatis dengan sistem komputer.

Fasilitas yang ada di bandara Kuala Namu ini terdiri atas restoran, toko oleh – oleh, pusat olahraga, pos pengaduan, taman, layanan transportasi pendukung mobil sewa dan taksi, armada bus lokal, dan jalur kereta api yang terkoneksi dengan akses menuju dan meninggalkan bandara. Arsitektur dari bangunan bandara Kuala Namu ini terbilang cukup megah dan mewah. Kebersihan dan kerapian juga diperhatikan dalam lingkungan bandara Kuala Namu ini. Para penumpang juga akan merasa sangat nyaman ketika berada disini, fasilitas Wifi juga disediakan oleh pihak pengelola bandara.

Keberadaan bandara Polonia yang ada di Medan yang digantikan perannya dalam dunia penerbangan internasional di pulau Sumatera, memang sangat diperlukan karena daya tampung serta titik jenuh dari bandara Polonia. Hal ini sendiri membuat pemerintah negara Indonesia merasa sudah tidak mampu mengembangkan bandara Polonia secara maksimal lagi dimana memang kebutuhan akan adanya bandara baru di pulau Sumatera yang mampu menggantikan peran dari bandara Polonia bahkan lebih baik lagi peran yang dijalankan sepertinya dijawab dengan pendirian dan pembangunan bandara Kuala Namu ini.

Gambar 21 Konsep Visual Bird Eye View Bandar Udara Kualanamu Sumber : skyscrapercity.com

(31)

Sebagai bandara yang memiliki luas terbesar kedua di Indonesia setelah bandara Soekarno Hatta tentu membuat bandara Kuala Namu ini memiliki tantangan yang harus dijawab oleh pengelola bandara terutama dalam melayani seluruh rute penerbangan di Indonesia. Meski merupakan bandara terbesar kedua, aktifitas ramai dan padatnya penerbangan di bandara ini masih kalah dengan bandara Juanda di kota Surabaya dan juga bandara Ngurah Rai di Bali.

Fasilitas dan kemegahan yang dimiliki oleh bandara Kuala Namu memang wajib dibuktikan dengan kualitas yang sebenarnya dimiliki oleh bandara Kuala Namu yaitu menjadi bandara udara yang berkelas dunia. Tingkat teknologi yang berstandar tinggi bahkan setara dengan bandara – bandara internasional di negara maju seperti Singapura tentu wajib dibuktikan oleh bandara Kuala Namu kedepan. Pelan – pelan tapi pasti itulah yang harus dilakukan oleh bandara Kuala Namu menjadi pusat penerbangan yang high class dan juga berkualitas terbaik.

Spesifikasi Teknis Kualanamu

Uraian/Spesifikasi Teknis Ukuran/Dimensi

Luas Area Bandara 1.365 Ha

Panjang Runaway (landasan pacu) 3.750 x 60 m

Parallel Taxiway Taxiway 1 (3.750 x 30 m), Taxiway2 (2000×30 m)

Luas Area Apron 200.000 m2

Area Terminal 118.930 m2

Kapasitas Terminal 8,1 juta pax/tahun

Pax Saat ini –

Gudang Kargo 13.000 m2

Kapaistas Parkir 407 Taksi, 55 Bus, 908 Mobil

Avio Bridge/Garbarata 8 buah

Kereta api Bandara 26 x trip perhari, 16 unit diesel, 4 set KA, 172 penumpang perunit, wkt tempuh 30 menit

Mobil Pemadam Kebakaran Jenis Carmichael Cobra

Check in Facilities BHS (Baggage Handling System)

Nilai Proyek berkisar 5,3 – 6 triliun rupiah

Penyelenggara Proyek : PT. Angkasa Pura II

(32)

Gambar 22 Denah Lantai 1 Bandar Udara Kualanamu Sumber : skyscrapercity.com

Gambar 23 Denah Lantai Mezanine Bandar Udara Kualanamu Sumber : skyscrapercity.com

(33)

Gambar 24 Denah Lantai 2 Bandar Udara Kualanamu Sumber : skyscrapercity.com

Peta Lokasi

(34)

Gambar 26 Master Plan Bandar Udara Kualanamu Sumber : skyscrapercity.com

(35)

Apron Terminal Penumpang

Gambar 27 Interior Dalam Bandar Udara Kualanamu Sumber : skyscrapercity.com

(36)

Gambar 28 Konsep Visual Keseluruhan Bandar Udara Kualanamu Sumber : skyscrapercity.com

Karena Bandar Udara ini diharapkan mampu menjadi gerbang transit penerbangan yang ada di pulau Sumatera dimana kemajuan dan akses dari dan menuju pulau Sumatera bisa berkembang sehingga kegiatan pembangunan dan aktifitas ekonomi di pulau Sumatera bisa ikut terangkat pula, hal ini dirasa serupa dengan tujuan Bandar Udara Mali Alor juga dirancang untuk meningkatkan sector ekonomi dan pariwisata. Jika Bangunan bandara Kuala Namu ini terbilang sangat mewah dan berkelas untuk menggait calon penumpang, maka treatmentnya akan sedikit berbeda pada Bandar udara Mali Alor, dengan mengangkat lokalitas budaya yang nantinya akan sama sama memukau mata para calon penumpang.

Gambar

Tabel Kriteria Klasifikasi Bandar Udara :
Gambar 1 Sayembara Bandara Nusantara Alor “5 Sense of Alor”
Gambar 2 Pendekatan Desain “5 Sense of Alor  Sumber : Propan Raya
Gambar 3 Analisis Lahan “5 Sense of Alor”
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menggunakan regresi logistik memperoleh hasil bahwa variabel leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio berpengaruh positif dan tidak

Khusus pelaksana outsourcing telah dikenal sejak jaman kolonial Belanda sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1601 b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut

Penelitian yang telah dilakukan oleh Nia Aristantia pada tahun 2017 efektif digunakan sebagai sumber belajar interaktif dan kelayakan produk bahan ajar fisika berbasis media

Anda sebagai owner merchant setuju untuk (a) menjaga seluruh User ID dan password baik akun login owner maupun akun login operator, (b) memastikan setiap operator

Untuk mengetahui bagaimana membangun sistem informasi geografis berbasis Android yang mampu menyediakan informasi mengenai fasilitas dan program pelayanan kesehatan

Asteroid adalah benda langit kecil semacam planet yang mengelilingi matahari.. dalam suatu kelompok, letak orbitnya kebanyakan berada di antara

Pertemuan antara lamina spiralis ossea dan membranasea ke arah perifer membentuk suatu membran yang tipis yang disebut membran Reissner yang memisahkan skala

Pada penelitian tersebut juga dinyatakan bahwa kitosan blangkas yang mempunyai berat molekul tinggi dapat menstimulasi dentin reparatif dengan kemampuannya membentuk koagulum