• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN IBADAH DI MAN 1 KOTA BENGKULU. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN IBADAH DI MAN 1 KOTA BENGKULU. Skripsi"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN IBADAH DI MAN 1 KOTA BENGKULU

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

ZIANUN NAJIBAH 11160510000139

PRORAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

Nama : Zianun Najibah NIM : 11160510000139

Dengan ini saya menyatakan bahwa skirpsi yang berjudul “POLA KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN IBADAH DI MAN 1 KOTA BENGKULU” adalah:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli atau merupakan hasil dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 17 September 2020

(3)

DI MAN 1 KOTA BENGKULU Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Dibawah Bimbingan

Oleh

ZIANUN NAJIBAH 11160510000139

PRORAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)
(5)

i

ABSTRACT Zianun Najibah

11160510000139

Communication Patterns in Fostering Worship at MAN 1 Bengkulu City

The learning process cannot run smoothly without

communication. Therefore, using communication, information about learning from the teacher will be accepted by students, otherwise students can respond to this information either by asking, answering or having an opinion. Therefore, research on communication between teachers and students is very interesting and deserves to be done further.

Based on the above background, the purpose of this study is to answer the following questions: 1. How is interpersonal communication between teachers and students in religious guidance in MAN 1 Bengkulu City? 2. What are the interpersonal communication patterns of teachers in worship formation?

The theory used is the Bobbins and Barbara theory which views that effective communication consists of elements of openness, empathy, positive attitude and two-way communication theory. This study uses a descriptive mothod descriptive qualitative. Collecting data using interview and documentation techniques. Primary data sources were obtained through worship guidance teachers and students.

The results of this study indicate that are: 1. Communication in worship formation is effective. Bath coaching by means of students coming to meet the teacher and asking questions. Communication in recitation development occurs when the teacher provides instructions on reading the Al-Qur'an. Communication in the guidance of prayer services occurs when the teacher directs students to the mosque to pray. Communication in prayer formation occurs when students consult about prayer rituals and teachers..2.Interpersonal communication in building worship for students of MAN 1 Bengkulu City using a two-way vertical pattern.

(6)

ii

ABSTRAK Zianun Najibah

11160510000139

Pola Komunikasi Dalam Pembinaan Ibadah di MAN 1 Kota Bengkulu

Proses pembelajaran tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa komunikasi. Karenanya, menggunakan komunikasi maka informasi mengenai pembelajaran dari guru akan dapat diterima oleh siswa, sebaliknya siswa dapat merespon informasi tersebut baik dengan bertanya, menjawab atau berpendapat. Karena itu, penelitian mengenai komunikasi antara guru dengan siswa sangat menarik dan layak untuk dilakukan lebih lanjut.

Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan : 1. Bagaimana komunikasi antarpribadi antara guru dengan siswa dalam pembinaan ibadah di MAN 1 Kota Bengkulu ? 2. Bagaimana pola komunikasi antarpribadi guru dalam pembinaan ibadah?

Teori yang digunakan adalah teori Bobbins dan Barbara yang memandang bahwa komunikasi yang efektif itu terdiri dari unsur keterbukaan, empati, sikap positif dan teori komunikasi dua arah. Penelitian ini menggunakan metode deskripstif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Sumber data primer diperoleh melalui guru Pembina ibadah dan siswa.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa :1. Komunikasi dalam pembinaan ibadah berlangsung efektif. Pembinaan mandi dengan cara siswa datang menemui guru dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi dalam pembinaan tilawah terjadi ketika guru memberikan instruksi tentang membaca Al-Qur‟an. Komunikasi dalam pembinaan ibadah shalat terjadi ketika guru mengarahkan siswa untuk ke masjid melaksanakan shalat. Komunikasi dalam pembinaan berdoa terjadi ketika siswa berkonsultasi mengenai tata cara berdoa dan guru. 2.Komunikasi dalam pembinaan ibadah pada siswa MAN 1 Kota Bengkulu menggunakan pola dua arah vertikal.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Penulis mengucapkan puji dan syukur Allah SWT Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Atas izin-Nya jugalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pola Komunikasi Dalam Pembinaan Ibadah Di MAN 1 Kota Bengkulu.” Tidak lupa juga Shalawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, berkat jasanyalah dunia dapat tercerahkan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun tidak menghilangkan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan skripsi ini baik secara moril maupun materil. Keberhasilan penelitian ini penulis berikan kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan. Dengan demikian peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan penelitian ini.

2. Prof. Dr. Hj. Ammany Burhanuddin Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultar Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag sebagai Wakil Dekan I bidang Akademik. Dr. Sihabbudin Noor, M. Ag, sebagai Wakil Dekan II bidang Administrasi Umum. Dr.

(8)

iv

Cecep Castrawijaya, MA, sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan.

4. Dr. Armawati Arbi M. Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. H. Edy Amin, MA, selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Rochimah Imawati, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA) yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswa.

6. Dr. Dudun Ubaedullah, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, kritik dan saran yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah SWT melimpahkan kebaikan kepada beliau, diberikan kesehatan dan kelancaran rejeki, Aamiin.

7. Segenap seluruh Staff dan Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu, wawasan, dan pengalamannya serta membimbing selama penelitian menjalani studi.

8. Pimpinan, Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(9)

v

9. Drs. Muh. Murni, M.Pd selaku Kepala Sekolah MAN 1 Kota Bengkulu yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di MAN 1 Kota Bengkulu.

10. Ibu dan bapak guru MAN 1 Kota Bengkulu yang telah membantu dalam penelitian ini dan memberikan banyak pembelajaran dan pengalaman. Terima kasih ibu dan bapak guru, semoga berkah dan kebaikannya selalu menyertai langkah ibu dan bapak guru.

11. Teruntuk keluarga tersayang, ayahanda Drs. H. Ramedlon M,Pd, ibunda Maryati dan kakak saya Saddam Muammar Ma‟ariji S.Kom dan Ahmad Musyfiq Alawy S.I.Kom. Terima kasih yang sudah memberikan seluruh dukungan, doa, semangat yang tiada henti penuh cinta dan kasih. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan, dilancarkan rizki dan panjang umur. Aamiin.

12. Teruntuk tante sekaligus ibu kedua saya Leni Marlina, dan sepupu saya Tezsa Maliki Zahara S.I.Kom dan Shella Maliki Nurzahra S.I.Kom. Terima kasih sudah memberikan seluruh dukungan, doa, semangat yang tiada henti penuh cinta dan kasih kepada saya selama ini. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan, dilancarkan rizki dan panjang umur. Aamiin.

13. Teruntuk orang tersayang Muhammad Noviar Widodo S.E terima kasih selama ini sudah memberikan dukungan dan

(10)

vi

doa. Semoga kedepan kamu bisa semakin sukses, dilancarkan rezekinya dan sehat selalu. Aamiin.

14. Teruntuk sahabatku tersayang Sifqa Amalia dan Nur Afifah yang selama ini sudah menemai selama perkuliahan dengan segudang cerita cinta, dan drama kehidupan. Sekali lagi terima kasih untuk semua dukungan, saran dan kritik nya. Semoga kedepan kita bisa sama-sama sukses, dan meraih apa yang selama ini kita inginkan, Amin.

15. Teruntuk sahabatku SMP dan SMA, Anggi Tantri Desy A.md RMIK, Anisa Syafitri S.Sn, Yollanda Nadya Ayu A.md.I.Kom, Sisi Suksesiawati dan Kurnia Winda Viktiani terima kasih telah menjadi orang yang paling mengerti aku, walau dengan banyak kekuranganku. Dan tidak pernah berhenti menjadi orang baik disamping aku sampai saat ini. Semoga kita semua sukses, panjang umur dan bisa tetap bersama selamanya. Aamiin.

16. Teruntuk teman-teman KKN 110 PARAHITA tahun 2019, yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu. Terima kasih sudah menjadi teman yang baik, sudah memberikan pengalaman dan pembelajaran yang kita lalui bersama, yang tidak akan pernah aku lupakan, dari susah maupun senang. Dan terimakasih juga untuk dukungan, saran, dan kritik nya selama ini. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses dan berguna untuk bangsa dan negara, Amin.

(11)

vii

17. Terakhir, terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu memberikan kontribusi serta doanya dalam studi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga seluruh kontribusi, doa yang diberikan mendapat keberkahan dan pahala yang berlimpah. Aamiin.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu peneliti berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga untuk pembaca serta segenap keluarga besar akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 September 2020 Penulis

Zianun Najibah NIM 11160510000139

(12)

viii DAFTAR ISI Abstract………... Abstrak………... Kata Pengantar………...………. Daftar Isi………. Daftar Tabel ……… Daftar Gambar………. i ii iii viii xi xiii BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……… B. Rumusan Penelitian……… C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………… D. Penelitian Terdahulu... E. Metode Penelitian... F. Sistimatika Pembahasan.. ………

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Tentang Komunikasi... 1. Pengertian Komunikasi... 2. Jenis-jenis Komunikasi…... 3. Proses Komunikasi………...

B. Teori Komunikasi Antar pribadi ……… C. Pola Komunikasi... 1 5 5 6 11 18 20 33 34 37 40 40

(13)

ix

D. Unsur-unsur Komunikasi... E. Ibadah ... F. Komunikasi Dalam Pembinaan Ibadah....

BAB III : GAMBARAN UMUM LATAR

PENELITIAN

A. Sejarah Singkat MAN 1 Kota Bengkulu. B. Lokasi MAN 1 Kota Bengkulu... C. Misi dan Tujuan... D. Keadaan Guru Pembina Ibadah ... E. Keadaan Siswa... F. Program Pembinaan Ibadah Keagamaan. G. Keadaan Sarana dan Prasarana...

BAB IV : DATA DAN TEMUAN HASIL

PENELITIAN

A. Komunikasi Antarpribadi... B. Pola Komunikasi dalam Pembinaan Ibadah………...

BAB V : PEMBAHASAN

A. Komunikasi Antarpribadi... B. Pola Komunikasi dalam Pembinaan Ibadah ………. 41 41 50 57 58 59 60 69 70 70 70 94 97 99

(14)

x BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan ….……… B. Implikasi …..………... C. Saran-saran…..……… DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN... 124 125 125 127 129

(15)

xi DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8.

Jumlah Guru Pembina Ibadah MAN 1 Kota Bengkulu berdasarkan Jenis Kelamin…………... Jumlah Guru Pembina Ibadah MAN 1 Kota Bengkulu berdasarkan Status Kepegawaian dan Jenis Kelamin……… Jumlah Guru Pembina Ibadah MAN 1 Kota Bengkulu berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin……… Jumlah Guru Pembina Ibadah MAN 1 Kota Bengkulu berdasarkan Golongan………...

Jumlah Siswa MAN 1 Kota Bengkulu

berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelas…………... Siswa Informan Penelitian………... Kondisi Sarana dan Prasarana Penunjang Pembinaan Ibadah…... Pelaksanaan Komunikasi Antarpribadi dalam Pembinaan Ibadah di MAN 1 Kota Bengkulu....

9 61 62 63 64 65 66 67

(16)

xii

Tabel 9. Pelaksanaan Komunikasi Kelompok dalam

Pembinaan Ibadah di MAN 1 Kota

Bengkulu………... 68

(17)

xiii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Gambar 2.2 Gambar 3.1 Gambar 5.1 Proses Komunikasi……..………. Pola Komunikasi Aristoteles…………...…… Pola Komunikasi Lasswell……… Pola Komunikasi Satu Arah………

36 37 59 105

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses pemberdayaan manusia secara luas, melalui pengembangan potensi jasmaniah maupun rohaniah, secara individu maupun manusia sebagai komunitas, melalui proses yang berkesinambungan mulai dari pra-nutfah (benih) sampai ke liang lahat. Pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung kepada usaha orangtua

dalam membina dan mendidik anaknya.1 Adanya

perubahan cepat dan pesat yang terjadi dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi akan membawa berdampak pada proses pembelajaran. Seiring dengan adanya perubahan yang pesat ini, lembaga pendidikan memiliki peran sentral dalam membantu peserta didik baik secara individual maupun kolektif agar mampu hidup secara produktif di tengah masyarakat dengan berbagai permasalahan atau problem yang dihadapinya. Karena dengan adanya perubahan tadi maka secara otomatis permasalahan atau problema yang ditemui dalam

1

Samsul Amir Munir, Menyiapkan Masa Depan Anak Secara

Islami. (Jakarta: Amzah, 2007), 15. 1

(19)

kehidupan juga semakin komplek.

Dunia pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan dengan hal itu, pembentukan masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan dirumuskan sebagai pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran.

Madrasah adalah bagian dari lembaga pendidikan Islam menjadi wadah untuk melaksanakan pendidikan diharapkan mampu menjadikan masyarakat yang lebih maju. Karena itu, madrasah sebagai bagian dari pendidikan nasional harus bisa secara optimal berperan dalam rangka menyiapkan generasi muda sebagai insan pembangunan masa mendatang. Di Madrasah, siswa dilatih untuk menjadi warga masyarakat yang memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilannya dalam mencapai taraf hidup yang jauh lebih baik. Keluaran madrasah memiliki kompetensi akademik berupa kemampuan

berprestasi dalam kegiatan belajar formal dan

kompetensi keterampilan ibadah keagamaan.

Salah satu hal yang dapat menunjang kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar adalah komunikasi baik antar perorangan, antar kelompok

(20)

kelompok-kelompok manusia. Wujud dari interaksi ini antara lain saling menegur, berjabat tangan, saling berbincang atau berselisih faham, bertengkar dan berkelahi bahkan tidak melakukan aktifitas apapun adalah komunikasi sosial yang dapat menimbulkan kesan pada masing-masing orang yang menimbulkan tindakan yang dilakukan

sebagai respon dari perasaan itu.2

Aktifitas diri dalam memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, kesalahpahaman dan memupuk hubungan sosial dengan orang lain sangat

memerlukan komunikasi.3 Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa orang yang tidak pernah

berkomunikasi dengan lingkungannya tidak akan dapat menata lingkungan sosialnya. Sejalan dengan ini Mc. Wija berpendapat bahwa berkomunikasi adalah wujud

dari upaya manusia untuk beraktifitas dan

memperlakukan orang lain dengan baik dan benar. Sebab perlakuan tersebut merupakan proses pendidikan yang harus mulai dari keluarga dan hingga pergaulan dengan orang lain.4 Semakin luas hubungan seseorang dengan lingkungannya maka akan besar juga fungsi,

2

Dedi Mulyana, Ilmu Komunikasi (Jakarta : Kalam Mulia, 2012), 5.

3Dedi Mulyana, Ilmu Komunikasi…, 6. 4

Mc.Wija, Komunikasi Pendidikan,( Jakarta, Binangkit, 2015), 78.

(21)

peran dan tanggung jawab sosial seseorang tersebut. Keterlibatannya dalam proses komunikasi berpengaruh pula terhadap tingkah lakunya.

Mengingat pentingnya komunikasi dalam dunia

pendidikan termasuk dalam pelaksanaan proses

pendidikan di madrasah, maka komunikasi menjadi suatu keniscayaan untuk dibangun dalam kerangka peningkatan kualitas hasil proses belajar mengajar di madrasah.

Berdasarkan penjajakan awal penulis, diperoleh informasi bahwa kegiatan ibadah merupakan salah satu hal yang menjadi keunggulan bagi MAN 1 Bengkulu. Hal ini dapat dilihat dari kedisiplinan siswa untuk melaksanakan ibadah sehari-hari terutama pada saat berada di sekolah seperti Salat Jumat bagi laki-laki, salat Dhuha, salat Zuhur dan Ashar dan tilawah Alquran. Ketika salat Jumat, siswa laki-laki secara bergantian menjadi petugas seperti Khatib, Imam dan Azan.

Proses pembelajaran tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa komunikasi. Karenanya, menggunakan komunikasi maka informasi mengenai pembelajaran dari guru akan dapat diterima oleh siswa, sebaliknya siswa dapat merespon informasi tersebut baik dengan bertanya, menjawab atau berpendapat. Karena itu, penelitian mengenai komunikasi antara guru dengan siswa sangat

(22)

menarik dan layak untuk dilakukan lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana komunikasi antarpribadi dalam pembinaan ibadah di MAN 1 Kota Bengkulu?

2. Bagaimana pola komunikasi antarpribadi dalam pembinaan ibadah di MAN 1 Kota Bengkulu?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan :

a. Pelaksanaan komunikasi antarpribadi dalam

pembinaan ibadah di MAN 1 Kota Bengkulu.

b. Pola komunikasi antarpribadi dalam pembinaan ibadah di MAN 1 Kota Bengkulu.

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat:

a. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat

(23)

dalam pembelajaran di bidang ilmu komunikasi sehingga ilmu komunikasi dapat berkembang dan memberikan pengetahuan yang lebih banyak terhadap masyarakat luas terutama para mahasiswa yang belajar dibidang ilmu komunikasi.

b. Secara Praktis

Penulis berharap dapat menjadikan

informasi yang berguna bagi pembaca khususnya guru dan siswa. Serta penulis berharap dapat

memotivasi pelaku komunikasi untuk

meningkatkan kemampuannya dibidang

komunikasi sehingga dapat memilih pola

komunikasi yang tepat sesuai dengan kondisi yang ada.

D. Penelitian Terdahulu

Komunikasi cukup menarik sehingga banyak peneliti terdahulu yang melakukan penelitian tentang tema tersebut. Dalam penelitian ini telah dilakukan penelusuran untuk mencari perbedaan objek meskipun dengan tema yang sama. Beberapa judul penelitian yang ditemukan antara lain :

1. Penelitian yang berjudul “Pola Komunikasi Antara Pihak Sekolah dengan Orangtua dalam Pembinaan

(24)

Disiplin” ditulis Iprin. Penelitian ini menggunakan metode kualitatitatif. Penelitian ini menjelaskan bahwa komunikasi antara sekolah dan orangtua dalam pembinaan disiplin dilakukan secara tertulis dan tatap muka pada pertemuan khusus. Kesamaan yang terlihat dengan penelitian ini adalah kajian tentang pola komunikasi. Perbedaan yang terlihat adalah pada subjek penelitian yaitu sekolah dan orang tua sedangkan penelitian ini subjeknya adalah guru Pembina ibadah. Jika melihat pada penelitian terdahulu ini sangat jelas perbedaannya antara kajian pola komunikasi terhadap disiplin sedangkan penelitian ini mengkaji pola komunikasi terhadap ibadah.

2. Penelitian Fadhli yang berjudul “Komunikasi Antara Guru dan Walisiswa Dalam Pembinaan Akhlak pada SDIT Iqra Kota Bengkulu”. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif ini menjelaskan bahwa komunikasi yang digunakan antara guru dengan walisiswa dalam pembinaan akhlak adalah komunikasi tertulis melalui buku penghubung. Terdapat kesamaan dengan penelitian ini adalah mengkaji tentang komunikasi, tetapi berbeda pada fokus kajian karena penelitian terdahulu mengkaji bentuk komunikasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah komunikasi

(25)

yang dibahas adalah komunikasi antara guru dan

walimurid dalam pembinaan akhlak, sedangkan

penelitian ini kajiannya adalah pola komunikasi guru dalam pembinaan ibadah.

3. Penelitian Aulia Pratiwi berjudul “Pola Komunikasi Antara Guru dengan Wali Murid di SD Fajar Islam

Tangerang”. Penelitian menggunakan metode

deskkriptif analisis menyimpulkan pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Persamaan dengan penelitian ini adalah kajian tentang pola komunikasi guru. Perbedaan yang terlihat adalah fokus kajiannya adalah komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok, sedangkan penelitian ini khusus membahas tentang komunikasi antarpribadi dan subjek yang diteliti juga berbeda yaitu guru dan wali murid.

4. Penelitian Muhammad Fathullah berjudul “Pola Komunikasi KH. Mahmudi dalam Pembinaan Santri Di Pondok Pesantren Al-Mubarok Serang Banten”. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pola komunikasi KH Mahmudi dalam membina santri di pondok pesantren Al-Mubarok menggunakan komunikasi pola roda Serta menggabungkan dua komunikasi yaitu

(26)

komunikasi persuasif dan instruksif/koersif, yang diterapkan pondok Al-Mubarok terhadap santri. Persamaan dengan penelitian ini adalah mengkaji pola komunikasi. Tetapi terlihat perbedaan antara subjeknya yaitu penelitian terdahulu ini meneliti sosok KH. Mahmudi dalam pembinaan santri.

5. Penelitian Agus Ratina berjudul “Pola Komunikasi dalam pembinaan Akhlak Siswa MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan. Menggunakan metodologi penelitian pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini mengkaji tentang pola komunikasi dalam pembinaan akhlak siswa. Persamaannya adalah menggunakan pola

komunikasi sebagai kajian pokok. Sedangkan

perbedaannya adalah peneliti terdahulu mengkaji pola komunikasi yang dikaitkan dengan pembinaan akhlak, sedangkan penelitian ini meneliti pola komunikasi terhadap pembinaan ibadah.

Tabel 1 Perbedaan Penelitian

Judul Penelitian Terdahulu Penelitian Ini

1. Pola

Komunikasi Antara Pihak Sekolah

Subjek : Sekolah dan Orang Tua

Fokus kajian : Pembinaan disiplin

Subjek : Guru dan Siswa

Fokus : Pembinaan

(27)

dengan Orangtua dalam Pembinaan Disiplin 2. Komunikasi Antara Guru dan Walisiswa Dalam Pembinaan Akhlak pada SDIT Iqra Kota Bengkulu 3. Pola Komunikasi Antara Guru dengan Wali Murid di SD Fajar Islam Tangerang 4. Pola Komunikasi KH. Mahmudi dalam

Subjek: Guru dan Walisiswa Fokus Kajian : Pembinaan akhlak

Subjek: Guru dan Wali Murid

Fokus : komunikasi guru – wali siswa

Subjek : KH Mahmudi - santri

Fokus kajian : Komunikasi dalam pembinaan kegiatan

(28)

Pembinaan Santri Di Pondok Pesantren Al-Mubarok Serang Banten 5. Pola Komunikasi dalam pembinaan Akhlak Siswa MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan. santri Objek: Siswa

Fokus kajian : Akhlak

F. Metodologi Penelitian

1. Paradigma dan Metode Penelitian

Pada hakikatnya, penelitian merupakan usaha mencari kebenaran dari suatu kebenaran. Paradigma menurut Bigdan dan Biklen adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan

(29)

penelitian.5

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah naturalistic paradigm atau paradigma alamiah. Penelitian ini memang terjadi secara alamiah, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya. Alamiah bersumber pada pandangan fenomenologis. Fenomenologis berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berfikir maupun bertindak, atau senantiasa masuk ke dalam dunia konseptual para manusia pelaku yang menjadi subjek peneliti.6

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden yang bukan berupa data angka melainkan kata-kata dan prilaku orang. Penelitian kualitatif lebih

menekankan proses kerja, seluruh fenomena

diterjemahkan dalam kegiatan sehari-hari terutama yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian. Dengan demikian akan menjadi lebih mudah dalam memahami fenomena yang dideskripsikan dibanding dengan hanya didasarkan pada pandangan peneliti

5 Sudarwan Danim. Menjadi Peneliti Kualitatif. (Bandung :

Pustaka Setia, 2002). 41

6

Lexi J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), 50.

(30)

sendiri. 7 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8

Menurut Sugiyono bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif alamiah, peneliti berperan sebagai instrumen kunci.9

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pembina ibadah dan siswa kelas XI dengan pertimbangan bahwa ketika kelas XI adalah tahapan pembinaan dan penguatan ibadah siswa terhadap keilmuan dasar (matrikulasi) tentang ibadah yang ditanamkan pada kelas X. Sedangkan Objek penelitian adalah pola komunikasi guru terhadap siswa dalam pembinaan ibadah di MAN 1 Kota Bengkulu.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Kota Bengkulu yang beralamat di Jalan Cimanuk Kota

7

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, … 51.

8 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung :

Pustaka Seteia. 2002), 51.

9

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif. (Alfabeta : Bandung. 2008), 15.

(31)

Bengkulu.

4. Informan Penelitian

Data penelitian yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah informasi yang diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut :

a. Informan Utama (Primer)

Informan utama dalam penelitian ini Guru Pembina Ibadah dan siswa kelas XI Agama.

b. Informan Penunjang (Sekunder)

Data sekunder merupakan data pelengkap sebagai penunjang data-data pokok yang diperoleh dari Kepala Tata Usaha berupa data profil MAN 1 Kota Bengkulu, data siswa kelas XI Agama. 5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data lapangan yang dibutuhkan, penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara menurut Sutrisno Hadi adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih

secara langsung.10 Wawancara ini dilakukan secara

langsung kepada informan utama yaitu Guru Pembina Kelas XI Agama dan siswa kelas XI

10

Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta:Andi, 2001), 197.

(32)

Agama.

Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai permasalahan penelitian yaitu komunikasi antarpribadi dan kelompok antara guru dan siswa tentang pembinaan ibadah. Mengingat pada saat penelitian ini dilakukan masih dalam masa pandemi Covid – 19 maka kegiatan belajar mengajar dilakukan secara on-line. Sedangkan wawancara kepada guru yang tidak piket dan siswa dilaksanakan secara on-line.

b. Dokumentasi

Molleong mengatakan bahwa dokumentasi

adalah setiap bahasan tertulis atau film.11

Pengumpulan data dilakukan dengan cara

melakukan pengumpulan, pencatatan serta dengan menganalisis data-data tertulis berupa arsip mengenai MAN 1 Kota Bengkulu.

6. Teknik Analisa dan Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan selanjutnya akan diolah dengan teknik analisa content (isi) yaitu teknik analisa yang mengutamakan penganalisaan fakta dan

(33)

temuan di lapangan secara alami.12 Analisa data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap analisis data ketika peneliti berada di lapangan dan analisa ketika peneliti menyelesaikan

tugas-tugas pendataan13. Masing-masing dapat

diuraikan sebagai berikut :

a. Analisa Ketika Peneliti di Lapangan

Selama di lapangan, peneliti mempertajam fokus penelitian pada aspek-aspek yang menarik. Di samping itu dilakukan juga pengembangan pertanyaan-pertanyaan guna menjaring data

sebanyak mungkin. Selanjutnya penulis

melakukan analisis terhadap hasil pengamatan dan mengkontekskannya dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut.14

b. Analisa Setelah Pengumpulan Data di Lapangan

Analisa data setelah penulis selesai

melakukan pengumpulan data di lapangan

dengan tahapan sebagai berikut : 15

1) Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses

12

Lexy J. Molleong, Metode Penelitian Kualitatif..., h. 22.

13 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung :

Pustaka Setia, 2011) h. 210.

14

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif..., h. 213.

(34)

berfikir yang dilakukan dengan cara merangkum, mengambil data yang penting saja. Karena data yang ditemukan di lapangan cukup banyak sehingga harus disaring menjadi lebih terarah.

2) Display (penyajian) Data

Setelah reduksi data, langkah

selanjutnya penyajian data dalam bentuk tabel dan uraian sehingga data menjadi lebih terorganisir, tersusun dan mudah dipahami.

Menurut Arikunto dengan melakukan

penyajian data akan mempermudah peneliti

untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan

apa yang telah dipahami tersebut. 16

3) Penarikan Kesimpulan

Selanjutnya dilakukan penarikan

kesimpulan awal yang bersifat sementara dan akan berubah jika ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Untuk menghindari kesalahan interpretasi yang mengaburkan makna dari hasil analisis data, maka dilakukan verifikasi

(35)

dari temuan di lapangan sehingga dapat disusun suatu kesimpulan akhir.

G. Sistimatika Pembahasan

Hasil penelitian ini selanjutnya akan disusun secara sistimatis sebagai berikut:

Bab I, pendahuluan merupakan bagian mendasar bagi konstruksi penelitian menuju bagian-bagian berikutnya. Dalam bab ini dikemukakan alasan yang

melatar-belakangi ketertarikan penulis melakukan

penelitian sebagai dasar merumuskan masalah penelitian dan menentukan batasan masalah. Rumusan dan batasan masalah itu menjadi jembatan untuk merumuskan tujuan dan manfaat penelitian. Selanjutnya diuraikan tentan kajian terdahulu. Untuk menggambarkan prosedur penelitian ini dikemukakan pula metode penelitian yang digunakan dan pada bagian akhir akan diuraikan pula sistimatika pembahasan.

Pada bab II Konsep tentang komunikasi terdiri dari pengertian komunikasi, jenis-jenis komunikasi, teori komunikasi antarpribadi dan kelompok, proses komunikasi dan pola komunikasi. Selanjutnya diuraikan tentang pembinaan ibadah yaitu pengertian ibadah, tanggungjawab pembinaan ibadah siswa dan pola

(36)

komunikasi dalam pembinaan ibadah siswa.

Bab III menguraikan tinjauan gambaran umum latar penelitian yaitu kondisi objektif MAN 1 Kota Bengkulu.

Selanjutnya pada bab IV adalah data dan temuan hasil penelitian menguraikan tentang pola komunikasi antara guru dan siswa dalam pembinaan ibadah.

Bab V adalah pembahasan dari data dan temuan penelitian yang telah penulis uraikan pada bab IV.

Pembahasan meliputi pelaksanaan komunikasi

antarpribadi dan kelompok serta pola komunikasi dalam pembinaan ibadah di MAN 1 Kota Bengkulu.

Bab VI, merupakan bagian akhir yang

memberikan kesimpulan dari pembahasan yang

merupakan jawaban atas pertanyaan penelitian yang dianalisis pada bab sebelumnya. Kesimpulan ini akan mendeskripsikan secara ringkas dan jelas atas hasil

penelitian. Simpulan ini juga berguna untuk

mempermudah penulis merumuskan implikasi dan memberikan saran-saran.

(37)

20

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Tentang Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari Bahasa Latin yaitu “communicare” atau communis yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Dalam kata communis ini memiliki makna berbagi atau menjadi milik bersama atau berlaku di mana-mana.1 Santoso dan Setiansah ini menekankan pengertian komunikasi ini kepada adanya simbol dan pesan sebagai

komponen interaksi komunikasi.2

Sejalan dengan pendapat Santoso dan

Setiansah di atas, menurut Dance yang dikutip oleh Rahmat komunikasi adalah “usaha menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal, ketika lambang tersebut bertindak sebagai stimulus. Artinya, lambang-lambang verbal berupa ucapan dan isyarat lisan atau tulisan adalah stimulus yang menghasilkan respon seseorang.3

1

Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2013), 3.

2 Edi Santoso dan Mite Setiansah, Teori Komunikasi, Yogyakarta

: Graha Ilmu, 2010), 7.

(38)

Komunikasi adalah proses mentransfer informasi atau pesan-pesan dari pengirim pesan sebagai komunikator kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi bertujuan mendapatkan umpan balik dari komunikan untuk mencapai saling pengertian antara kedua belah pihak sebelum komunikan mengirim informasi kepada komunikan, terlebih dahulu dalam komunikan diberi makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya. Artinya dengan berkomunikasi manusia dapat saling

berhubungan satu sama lain.4

Secara praktis, Robbin dan Barbara

mendefinisikan komunikasi sebagai tingkah laku atau kegiatan menyampaikan lambang-lambang yang bermakna atau proses menyampaikan informasi

kepada orang lain.5 Pendapat ini intinya adalah adanya

pemindahan informasi, mengenal fikiran dan perasaan-perasaan.

Komunikasi menurut pengertian DeVito adalah tindakan kirim dan terima pesan antara satu orang atau lebih yang mempunyai pengaruh dan konteks,

Rosdakarya, 2005), 3.

4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek

(cetakan ketiga). (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), 8.

5

James G. Robbins dan Barbara, Komunikasi Yang Efektif, (Jakarta : Pedoman Ilmu, 2015), 1.

(39)

melakukan umpan balik (feedback) dimana komunikasi itu terjadi.6

Dance sebagaimana dikutip Liliweri merinci pengertian komunikasi menjadi beberapa redaksi sebagai berikut :

a. Komunikasi sebagai aktifitas dari suatu pihak

b. Aktifitas yang datang dari pihak

lain/mempengaruhi

c. Komunikasi yang menekankan hubungan.

d. Komunikasi yang menekankan sharing atau kepemilikan.

e. Komunikasi sebagai transmisi komunikasi f. Komunikasi sebagai penggunaan lambang.

g. Sebuah proses interaksi sistemik melalui simbol untuk menginterpretasikan makna.

h. Proses dua arah untuk mencapai satu pengertian atau pemahaman, tidak hanya bertukar informasi, berita, gagasan dan perasaan tetapi menciptakan dan berbagi makna. 7

Berdasarkan beberapa pendapat dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses sosial yang terjadi dalam interaksi antara satu pihak

6 Poppy Ruliana, Komunikasi Organisasi : Teori dan Studi Kasus.

(Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2005), 4.

(40)

dengan pihak lain yang saling mempengaruhi melalui kegiatan pemindahan pesan.

2. Jenis-jenis Komunikasi

Komunikasi terdiri dari beberapa jenis

berdasarkan aspek-aspeknya yaitu aspek alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan, aspek cara penyampaian pesan, aspek kelangsungannya, aspek prilakunya, aspek peran individu dan aspek aliran informasi. 8

Komunikasi dapat digolongkan dalam empat

bentuk komunikasi yaitu komunikasi pribadi,

komunikasi kelompok, komunikasi massa dan

komunikasi medio. 9

a. Komunikasi Pribadi (Personal Communications) Dalam jenis komunikasi pribadi ini, terbagi menjadi dua macam, yaitu :

1) Komunikasi Intrapersona

Komunikasi intrapersona adalah proses menerima informasi, mengolah, menyimpan dan menghasilkan informasi baru yang meliputi

sensasi, persepsi, memori dan berfikir.10

Mengacu kepada pendapat ini maka proses

8 Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, …. 5. 9

Edi Santoso dan Mite Setiansah, Teori Komunikasi, ... 18.

(41)

komunikasi intrapersona itu adalah proses pertimbangan diri sebagai komunikator dengan jiwa dan pikirannya.

Sensasi oleh Deriderato diartikan sebagai proses menghimpun stimulan, persepsi adalah proses pemaknaan pesan sehingga manusia memperoleh pesan baru. Memori adalah proses merekam fakta, penyimpanan dan pemanggilan kembali pesan dan berfikir adalah penarikan kesimpulan. 11

b. Komunikasi Antarpersona

Komunikasi antarpersona terjadi antara komunikator dengan seorang komunikan yang dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, yaitu berupa percakapan. 12

Komunikasi antarpersona adalah hubungan langsung antara satu individu dengan individu yang lainnya dimana dalam hal ini adanya keuntungan dari padanya bahwa reaksi, arus balik ataupun efek dari komunikasi dapat diperoleh segera. Bisa dikatakan, komunikasi antarpersona

11 Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung : Citra Aditya

Bhakti, 2013), 3.

(42)

dampaknya dapat dirasakan pada waktu itu juga oleh pihak yang terlibat.

Kebutuhan untuk bergaul dilihat dari kadar kedekatan, seringnya pertemuan, jenis relasi, mutu interaksi di antara mereka saling mempengaruhi. Menurut gambaran Liliweri pengaruh seperti rangkaian hubungan yang diawali membentuk proses sosial yang dimulai dari psikologis yang

melibatkan keterpengaruhan.13

Sejalan dengan pendapat Liliweri, Samter merinci kompetensi yang sangat penting untuk hubungan tersebut yaitu :14

1) Inisiasi, yaitu interaksi yang menyenangkan. 2) Sifat mau mendengarkan (responsiveness)

3) Pengungkapan diri kedua belahpihak

(komunikator dan komunikan) 4) Dukungan emosional

5) Pengelolaan konflik, karena pengelolaan konflik secara kompeten dapat mempererat hubungan.

13 Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, …12.

14

Budyana dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antar

(43)

c. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah sekumpulan individu yang satu sama lainnya saling mengenal dan membentuk tujuan yang sama serta mengakui satu sama lainnya sebagai satu kelompok yang sama, misalnya keluarga, kelompok diskusi, karang taruna, kelompok pengajian dan lain sebagainya.15

Rahmat mengutip Baron dan Bryne memberikan batasannya mengenai kelompok

dengan terlebih dahulu mengemukakan

pendapatnya bahwa tidak semua himpunan orang disebut kelompok. Sebuah kelompok memerlukan

kesadaran anggotanya mengenai tujuan,

keterikatan anggota dengan kelompok dan saling

ketergantungan antar anggota kelompok. 16

Dengan demikian komunikasi kelompok

juga adalah komunikasi antara seseorang

(komunikator) dengan sejumlah orang

(komunikan) yang berkumpul bersama-sama

dalam bentuk kelompok yang memiliki

keterikatan, ketergantungan dengan kelompok. Selanjutnya Rahmat menulis bahwa sesuatu

15

Edi Santoso dan Mite Setiansah, Teori Komunikasi,... 65.

(44)

dikatakan komunikasi kelompok karena :17

1) Proses komunikasi dimana pesan-pesan

yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih dari tatap muka.

2) Komunikasi berlangsung kontinu dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima, sehingga komunikasi menjadi terbatas dan berdampak kepada ketidakleluasaan umpan balik akibat dari ketebatasan waktu dan banyaknya peserta.

3) Pesan yang disampaikan terencana

(dipersiapkan) dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Dalam komunikasi kelompok kita mengenal seminar, diskusi panel, pidato, rapat akbar, pentas seni tradisional di desa, pengarahan dan ceramah dengan khalayak besar. Dengan kata lain komunikasi sosial antara tempat, situasi dan sasarannya jelas.18

Curtis, J. Floyd dan Winsor menyatakan bahwa ketika tiga orang atau lebih berkomunikasi di bawah arahan seorang pimpinan untuk tujuan dan

17

Djalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, ...141.

(45)

sasaran bersama dan saling mempengaruhi, maka

itulah komunikasi kelompok.19 Selanjutnya, ketiga

ilmuan itu menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut :

1) Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka. 2) Bekerja di bawah arahan pimpinan

3) Memiliki tujuan dan sasaran bersama

4) Masing-masing anggota kelompok memiliki perngarus atas satu sama lain.

Komunikasi kelompok juga terbagi dua, yaitu :

1) Komunikasi kelompok kecil

Komunikasi kelompok kecil adalah kelompok komunikan yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberi tanggapan secara verbal dengan lain perkataan dalam komunikasi intrapersonal dengan salah

satu anggota kelompok. Yang dimaksud

komunikasi kelompok kecil ialah sejumlah orang yang terlibat satu sama lain dalam suatu forum yang bersifat lawan muka, dalam konteks ini setiap peserta mendapatkan kesan tersendiri atau

memiliki kesempatan untuk melakukan

19

Ngalimun, Ilmu Komunikasi, Sebuah Pengantar Praktis, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2017), 63.

(46)

komunikasi interpersonal dengan anggota kelompok.

Terdapat manfaat yang dapat di ambil oleh komunikator yang melakukan komunikasi kelompok kecil, yaitu terjadinya kontak pribadi,

umpan balik berlangsung cepat, suasana

lingkungan dapat diketahui, sehingga ia dapat mengetahui tanggapan atau reaksi komunikator

ketika ia menyampaikan pesan, apabila

komunikasi tidak berhasil komunikator akan mengubah strategi komunikasinya.

2) Komunikasi kelompok besar

Komunikasi kelompok besar dengan jumlah komunikan yang sangat banyak, sehingga kesempatan memberikan tanggapan secara verbal

sangat berkurang. Dinamakan komunikasi

kelompok besar dikarenakan jumlahnya yang banyak, dalam konteks ini bisa dikatakan hampir

tidak ada kesempatan untuk memberikan

tanggapan secara verbal. Contohnya ialah Tabligh Akbar yang dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan orang. Komunikasi ini hanya ditujukan kepada afeksi komunikate. Pada saat demikian terjadi kepaduan perasaan. Komunikasi kelompok besar

(47)

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: penyampaian

pesan berlangsung secara kontinu, mudah

mengidentifikasi siapa yang berbicara dan siapa pendengarnya interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas, jumlah khalayak relatif besar dan sumber sering sekali tidak dapat diidentifikasikan satu persatu pendengarnya. d. Komunikasi Massa

Komunikasi massa ialah komunikasi dengan sasaran khalayak yang luar biasa

banyaknya.20 Komunikasi massa pada umumnya

disalurkan oleh pemancar audio dan audio visual. Komunikasi massa sangat efisiean karena dapat menjakau daerah yang luas, terlebih pada komunikasi ini menggunakan media massa dan media modern untuk sebagai media penyalurannya ke khalayak. Komunikasi massa juga memiliki beberapa karakteristik yaitu :21

1) Mengatur jalannya pembicaraan yang

disampaikan dan yang diterima.

2) Umpanbalik yaitu respon, peneguhan.

3) Stimulasi alat indera.

4) Keseimbangan unsur isi dan hubungan

20

Djalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, .... 189.

(48)

5) Audience komunikasi massa bersifat heterogen.

6) Penyampaian pesan komunikasi massa

menimbulkan serempakan, yakni kontak dengan massa dalam jarak yang sangat jauh secara bersamaan meskipun audiece saling terpisah.22

3. Proses Komunikasi

Terjadinya komunikasi memerlukan proses dari tahap permulaan sampai kepada pemindahan informasi. Proses komunikasi tersebut adalah diawali

dengan adanya kebutuhan untuk melakukan

komunikasi dan untuk melakukan ini, yang dilakukan adalah membuat dan menyusun keinginan-keinginan itu dalam lambang-lambang atau perkataan yang dapat dimengerti. Ini adalah suatu proses yang disebut encoding, yaitu memilih dan menseleksi tanda-tanda

yang dapat mengantarkan pesan. Kemudian

menyampaikan (transmitted) tanda-tanda itu melalui gelombang-gelombang udara yang menjadi perantara atau saluran. Jika menggunakan tulisan maka pena dan

kertaslah yang menjadi mediumnya. 23

22

James G. Robbins dan Barbara, ….19.

(49)

Proses komunikasi sebagaimana diungkapkan oleh Robbin dan Jones di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 : Proses komunikasi

(James G. Robbins dan Barbara, Komunikasi Yang Efektif, (Jakarta : Pedoman Ilmu, 2015), 19)

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa komunikasi diawali dengan adanya kebutuhan untuk

melakukan komunikasi dan untuk melakukan

tindakan. Setiap pesan atau ide yang akan disampaikan oleh pengirim pesan diubah ke dalam bentuk lambang-lambang atau perkataan yang dapat dimengerti (encode). Kemudian pesan disampaikan melalui saluran-saluran atau media agar sesuatu yang dikomunikasikan dapat sampai kepada penerima.

Latar belakang penerima, kemampuannya, pengertiannya, dan sebagainya Latar belakang pengirim, kemampuannya,

pengertiannya dan sebagainya

Arti dan pengalaman yang sama

1. Enkode 2. Penerima 3. Penerima atau sumber ide 4. Dekode 5. Feedback 6. Saluran

(50)

Penerima memberi arti pada tanda-tanda yang disampaikan sehingga bermakna pada diri penerima (decode), yang menghasilkan umban balik (feedback)

yaitu penerima pesan mengerti pesan yang

disampaikan. Menurut Robbin dan Jones makin besar bidang-bidang pengalaman pengirim dan penerima, makin besar kemungkinan pesan itu diterima dan dimengerti. Dan sebaliknya, makin kecil bidang-bidang persamaan yang dimiliki pengirim dan penerima pesan, maka kemungkinan pesan itu diterima

dan dimengerti menjadi kecil. 24

B. Teori Komunikasi Antarpribadi

Ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang efektif menurut Bobbins dan Barbara yaitu :

a. Keterbukaan (Opennes). Hal ini mengarah pada dua hal yaitu adanya kemauan untuk membuka diri, agar orang dapat mengetahui pendapat, atau pikiran agar mudah berkomunikasi. Kedua, kemauan untuk memberikan respon terhadap orang lain secara jujur dan terus terang terhadap segala sesuatu yang dikatakannya.

(51)

b. Positif (Positiveness). Memiliki perilaku positif yakni berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

c. Kesamaan (Equality). Kesamaan-kesamaan yang dimiliki pelakunya seperti nilai, sikap, watak, perilaku, kebiasaan, pengalaman, dan sebagainya. d. Empati (empathy) adalah kemampuan seseorang

untuk menempatkan dirinya pada posisi atau peranan orang lain. Seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain.

e. Dukungan (supportiveness). Perilaku supportif, yaitu saling memberikan dukungan terhadap pesan

yang disampaikan.25

C. Pola Komunikasi

Pola dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah deskripsi, sebuah rencana, representasi atau gambaran (deskripsi) yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep.26 Pola juga dapat diartikan sebagai bentuk atau gambaran yang menunjukan suatu objek yang mengandung kompleksitas proses di dalamnya dan

25 James G. Robbins dan Barbara, ….169

26

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

(52)

hubungan antar unsur pendukungnya.27 Mengacu kepada pendapat ini maka untuk menunjukan suatu objek dan hubungan antar pendukung di dalamnya maka diperlukan pola.

Dari pengertian pola di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa pola adalah gambaran proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan tepat, sehingga pesan yang di maksud dapat tersampaikan atau dapat mudah dipahami.

Dalam penelitian ini penulis membahas tentang pola komunikasi yang digunakan yaitu pola komunikasi dua arah dan komunikasi banyak arah.

1. Pola Komunikasi Dua Arah (Interaktif)

Pola komunikasi ini, orang pertama memiliki dua peran yaitu sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Akan tetapi fokus komunikasi yang dibangun hanya terbatas antara orang pertama dan orang kedua, ketika dan seterusnya. Pihak yang terlibat tidak dapat melakukan komunikasi kepada pihak lain di luar dari lingkungan mereka. Sebagai contoh, jika si A sedang berbicara dengan B, maka baik A maupun B tidak berbicara kepada C, D, E dan seterusnya. Berikut gambar model komunikasi dua arah :

27

Wirianto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : Gramedia Widiasavina , 2004), h.9.

(53)

Gambar 2.1 : Pola komunikasi dua arah (Dedi Mulyana, Ilmu komunikasi, Jakarta : Kalam

Mulia, 1999, 78)

2. Pola Komunikasi Tubbs (Komunikasi Transaksional) Komunikasi pola ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara orang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya yang tengah terlibat dalam proses komunikasi tetapi mengarah juga kepada orang lain yang yang tidak terlibat langsung dalam komunikasi, contohnya adalah diskusi kelas atau rapat.

1

3

2 ,,

(54)

Gambar 2.2 Pola komunikasi Tubbs (Dedi Mulyana, Ilmu Komunikasi, Jakarta : Kalam

Mulia, 1999, 78)

D. Unsur-Unsur Komunikasi

Dalam suatu proses komunikasi dibutuhkan sebuah unsur-unsur (komponen) komunikasi, dimana dibutuhkan paling sedikit tiga unsur, artinya bagian-bagian terpenting yang harus ada pada suatu kesatuan atau keseluruhan proses komunikasi. Komunikasi dapat dikatakan efektif atau berhasil apabila diantara komunikator dan komunikan terdapat suatu pengertian yang sama mengenai pesan . unsur komunikasi tidak hanya komunikator, komunikan dan pesan tetapi terdapat unsur-unsur lain yang juga penting dalam proses komunikasi yaitu :

1

2 3

(55)

1. Komunikator

Komunikator disebut juga oleh sebagian orang sebagai pengirim pesan, dianggap sebagai pencipta pesan dan menjadi titik mulai proses pengiriman pesan.28

Komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan berfungsi sebagai perekam, yakni orang yang merekam informasi yang kemudian akan disampaikan

kepada orang lain.29 Syarat yang diperlukan

komunikator, diantaranya :30

a. Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi

komunikannya

b. Kemampuan berkomunikasi

c. Mempunyai pengetahuan yang luas d. Sikap

e. Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki

kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau

perubahan pengetahuan pada diri komunikan.31

Menghadapi komunikan, dibutuhkan sikap empatik terhadap prilaku orang yang tengah

28 Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, … 147

29

Onong Uchyana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999), 59.

30 Onong Uchyana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,

…, 6.

31

Effendy, Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan

(56)

berkomunikasi. Karena itu perlu diketahui apakah komunikasi berlangsung dalam situasi marah, sedih, bingung atau riang.

2. Pesan

Pesan yaitu sinyal atau kombinasi tanda yang berfungsi sebagai stimulus (pemicu) bagi penerima tanda.32 Agar dapat mengubah sikap dan tingkah laku komunikan, maka pesan harus memiliki inti, didukung oleh lambang dan berusaha mempengaruhi atau mengubah sikap dan tingkah laku komunikannya. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara lisan atau melalui media.

3. Media

Media atau saluran yaitu merupakan perangkat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari

komunikator.33 Media yang dimaksud adalah alat

komunikasi, gaya bicara, gerak anggota tubuh, sentuhan, radio, televisi, surat kabar, buku dan gambar. Media dipilih untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. Yang perlu diperhatikan adalah pemilihan media yang tepat karena bisa saja sebuah media lebih efisien digunakan untuk maksud tertentu

32 Mufid, Muhamad. 2009. “Etika dan Filsafat

Komunikasi”….56.

33

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta), 76.

(57)

tetapi untuk maksud yang lain. 4. Komunikan

Komunikan adalah seseorang yang menerima

pesan dari komunikator kemudian komunikan

menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang

diterimanya.34 Dalam hal ini perlu diperhatikan karena

penerima pesan ini berbeda dalam banyak hal

misalnya, pengalamaannya, kebudayaanya,

pengetahuannya dan usianya. Akan hal itu komunikator tidak bisa menggunakan cara yang sama dalam berkomunikasi kepada anak-anak dan berkomunikasi dengan orang dewasa. Jadi, dalam berkomunikasi siapa pendengarnya perlu dipertimbangkan. Dalam proses komunikasi, utamanya dalam tataran antar pribadi, peran komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling berganti dan menimbulkan komunikasi dua arah.

E. Ibadah

1. Pengertian Ibadah

Secara etimologis diambil dari kata „ abada, ya‟budu, „abdan, fahuwa „aabidun. „Abid, berarti hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, harta dirinya sendiri milik tuannya, sehingga

34

Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 18.

(58)

karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk memperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan murkanya.35

Pengertian ibadah secara terminologi adalah segala perbuatan baik yang disukai dan diridhai oleh Allah, baik berupa perkataan maupun perbuaan,

terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka

mengagungkan Allah dan mengharapkan pahalanya.36

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Zariyat : 56 yang berbunyi :

ِنوُدُبْعَ يِل َّلَِّإ َسنِْلْٱَو َّنِْلْٱ ُتْقَلَخ اَمَو

Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

2. Ruang Lingkup Ibadah

Ruang lingkup ibadah di dalam Islam amat luas sekali. Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut dengan individu maupun dengan masyarakat adalah ibadah menurut Islam asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah :

35 Amir Syarifudin. Garis-Garis Besar Fiqih. (Jakarta: Kencana,

2003). 17.

36

Yusuf Al-Qardhawi. Ibadah dalam Islam. (Surabaya: Biru Ilmu, 1988). 37.

(59)

a. Amalan yang dikerjakan hendaklah diakui Islam, bersesuaian dengan hukum-hukum syara‟. Adapun amalan-amalan yang diingkari oleh Islam dan ada hubungan dengan yang haram dan maksiat, maka tidak dijadikan sebagai amalan ibadah.

b. Dilakukan dengan niat yang baik bagi tujuan untuk

memelihara kehormatan diri, menyenangkan

keluarga, memberi manfaat kepada umat dan memakmurkan bumi sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah.

c. Amalan dibuat dengan seindah-indahnya untuk menepati yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW. d. Ketika membuat amalan tersebut hendaklah sentiasa

menurut hukum-hukum syara‟ dan ketentuan batasnya, tidak menzalimi orang lain, tidak khianat, tidak menipu dan tidak menindas atau merampas hak orang.

e. Tidak melalaikan ibadah-ibadah khusus seperti salat, zakat dan sebagainya dalam melaksanakan ibadah-ibadah umum. Oleh itu ruang lingkup ibadah-ibadah dalam Islam sangat luas. Ia adalah seluas hidup seseorang Muslim dan kesanggupan serta kekuatannya untuk melakukan apa saja amal yang diridhai oleh Allah

(60)

dalam jangka waktu tersebut.37 3. Hakikat dan Tujuan Ibadah

Hakikat ibadah menurut Imam Ibnu Taimiyah adalah sebuah terminologi integral yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah baik berupa perbuatan maupun ucapan yang tampak maupun yang tersembunyi. Mengacu kepada pendapat ini dapat difahami bahwa cakupan ibadah sangat luas. Ibadah mencakup semua sektor kehidupan manusia. Dari sini kita harus memahami bahwa setiap aktivitas kita di dunia ini tidak boleh terlepas dari pemahaman kita akan balasan Allah kelak. Sebab sekecil apapun aktivitas itu akan berimplikasi terhadap kehidupan akhirat.38

4. Jenis Ibadah

Ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis yang memiliki perbedaan baik dalam hal bentuk dan sifatnya yaitu :

a. Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang

murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:

37 M. Quraisy Syihab. M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal

Keislaman Yang Patut Anda Ketahui. (Jakarta: Lentera Hati, 2008). 3.

38

Zakiyah Daradjat. Ilmu Fiqih. (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995). 5.

(61)

1) Keberadaannya harus berdasarkan adanya

dalil perintah, baik dari al-Qur‟an

maupun al-Sunnah, jadi merupakan

otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.

2) Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasulullah SAW salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh.

3) Bersifat di luar jangkauan akal, artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi

memahami rahasia di baliknya yang

disebut hikmah tasyri‟. Shalat, adzan,

tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan

oleh mengerti atau tidak, melainkan

ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari‟at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat. 4) Azasnya adalah ketaaatan dan kepatuhan.

Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata

(62)

untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi. 39 Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :

a) Shalat

Sholat berasal dari bahasa arab yang artinnya do‟a. Sedangkan menurut isltilah sholat adalah ibadah yang dimulai dengan bacaan takbiratul ikhrom dan diakhiri dengan mengucap salam dengan syarat dan ketentuan tertentu. Segala perkataan dan perbuatan yang termasuk rukun sholat mempunyai arti dan makna

tertentu yang bertujuan untuk

mendekatkan hamba dengan

Penciptannya. 40

Dalil tujuan pelaksanaan sholat terdapat dalam QS. Ta-Ha 20: Ayat 14 yang tertera sebagai berikut :

َاَو

ِمِق

َةوٰلَّصلا

ْيِرْكِذِل

يِْنَّنِا

اَنَا

ُهّٰللا

يَلَّ

َهٰلِا

يَّلَِّا

اَنَا

ِْنْدُبْعاَف

Artinya : Sesungguhnya aku ini adalah

39 Zakiyah Daradjat. Ilmu Fiqih. (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti

Wakaf, 1995). 5.

40

M. Quraisy Syihab. M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal

(63)

Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.

Sholat menjadi dasar dan

pedoman dari setiap aktifitas kehidupan manusia. Karena sholat adalah amalan yang pertamakali akan dihisap di akhirat kelak. Oleh karena itu sholat merupakan ibadah yang mengatur segala aktifitas baik itu diperintahkan maupun dilarang Tuhan. Aktifitas manusia berhubungan

dengan Allah sebagai Tuhan

penciptannya yang disebut habluminallah sedangkan aktifitas yang berhubungan dengan manusia disebut habluminannas. 41

Tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah dengan amal kebaikan dan menyembah kepadannya. Menyembah disini berarti beribadah dan salah satunnya adalah sholat. Kita hidup didunia ini hanya sementara dan dari kehidupan di dunia inilah penentu

kehidupan kita selanjutnya yaitu

(64)

kehidupan akhirat yang merupakan kehidupan kekal selamannya. Amalan perbuatan kita yang akan menentukan kita akan masuk surga ataupun neraka yang menjadi tujuan hidup manusia sesungguhnya.

b) Wudhu

Secara bahasa wudhu berasal dari kata wudho-a. Artinya adalah bersih,

baik, atau murni. Namun, jika

didefinisikan secara Fiqih, Wudhu adalah menggunakan air pada anggota tubuh

tertentu dan dibuka dengan niat.

Pengertian ini dirasa cukup tanpa perlu ditambah apapun atau lebih dipanjangkan lagi. 42

Wudhu adalah bagian dari

bersuci. Bersuci sendiri ada yang dinamakan Mandi, Mensucikan Najis, juga Istinjak. Masing-masing cara bersuci tersebut memiliki penyebab berbeda-beda. Dalam mandi wajib, misalnya, penyebabnya adalah keluar mani atau

(65)

karena baru suci dari Haid. Istinjak, misalnya, merupakan cara bersuci dengan objek kelamin dan dubur. Tentu saja, penyebabnya adalah keluarnya sesuatu dari dua hal tersebut.43

c) Mandi wajib

Bagi seorang muslim, mandi wajib

atau mandi junub adalah proses

membersihkan diri dari hadas besar. Cara

menghilangkan hadas besar adalah

dengan mandi wajib, yakni dengan membasuh seluruh tubuh mulai dari

puncak kepala hingga ujung kaki. 44

d) Membaca Al-Qur‟an

e) Puasa, yaitu puasa adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual suami istri dan segala yang membatalkan sejak dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat karena Allah

SWT.45

43

Khalifah Abdul Hakim. Hidup Yang Islam. (Jakarta: Rajawali, 2013). 67

44 Zakiyah Daradjat. Ilmu Fiqih. …7. 45

M. Quraisy Syihab. M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal

(66)

f) Zakat dan Qurban g) Haji dan umrah

h) Penyelenggaraan jenazah

b. Ibadah Ghairu Mahdhah (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya. 46 Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4 :

a) Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan. b) Tata laksananya tidak perlu berpola

kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah bid‟ah atau jika ada yang menyebutnya,

semua yang tidak dikerjakan

rasul maka bid‟ahnya disebut bid‟ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid‟ah dhalalah.

46

M. Quraisy Syihab. M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal

Gambar

Tabel 9.  Pelaksanaan  Komunikasi  Kelompok  dalam  Pembinaan  Ibadah  di  MAN  1  Kota
Tabel 1  Perbedaan Penelitian
Gambar 2.1 : Proses komunikasi
Gambar 2.1 :  Pola komunikasi dua arah   (Dedi Mulyana,  Ilmu komunikasi, Jakarta : Kalam
+2

Referensi

Dokumen terkait

UCAPAN TERIMAKASIH ... Latar Belakang Masalah ... Identifikasi Masalah ... Batasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Kerangka Teori

Pernyataan ... Latar Belakang ... Identifikasi Masalah ... Batasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian .... Media Pembelajaran ...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... Latar Belakang Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Batasan Istilah ... Sistematika Penulisan ... Status

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Identifikasi Masalah ... Batasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat penelitian ... Pendampingan

DAFTAR TABEL ... LATAR BELAKANG ... IDENTIFIKASI MASALAH ... BATASAN MASALAH ... RUMUSAN MASALAH ... TUJUAN PENELITIAN ... MANFAAT PENELITIAN ... METODE PENELITIAN ...

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang ... Batasan dan Rumusan Masalah ... Batasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Hasil Penelitian ...

HALAMAN PERSEMBAHAN ... Latar Belakang ... Rumusan Masalah ... Batasan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian .... Tinjauan Pustaka ... Dasar Teori ...

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang ... Rumusan Masalah ... Batasan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Penelitian Terdahulu ... Kajian Pustaka ...