• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU MASYARAKAT PEMILIK LAHAN SAWIT DALAM ALIH FUNGSI LAHAN HUTAN MENJADI AREAL KELAPA SAWIT DI KECAMATAN KEMUNING KABUPATEN INDARAGIRI HILIR RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU MASYARAKAT PEMILIK LAHAN SAWIT DALAM ALIH FUNGSI LAHAN HUTAN MENJADI AREAL KELAPA SAWIT DI KECAMATAN KEMUNING KABUPATEN INDARAGIRI HILIR RIAU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU MASYARAKAT PEMILIK LAHAN SAWIT DALAM ALIH FUNGSI LAHAN HUTAN MENJADI AREAL KELAPA SAWIT

DI KECAMATAN KEMUNING KABUPATEN INDARAGIRI HILIR RIAU

JURNAL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan S1 (Strata 1)

NADILA PUTRI 10030115

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2015

(2)

Society Behavior Of Land Oil Owner In Forest Convertion Into Oil Palm In Kemuning Sub District Of Indigiri Hilir Riau District

𝐍𝐚𝐝𝐢𝐥𝐚 𝐏𝐮𝐭𝐫𝐢𝟏 𝐖𝐢𝐝𝐲𝐚 𝐏𝐫𝐚𝐫𝐢 𝐊𝐞𝐬𝐥𝐚𝐧𝟐 Elvi Zuriyani2

ABSTRACT

Indonesia has a large forest area and very diverse species. with a fairly high degree of damage with forests fire, illegal logging, and so forth. Forest convertion of forest areas including peatlands for palm oil plantation development is still going on. The purpose of this research was to obtain data and information on the behavior of oil palm plantation owners in the conversion of forest land into oil palm estates in the sub-district of Kemuning in Indigari Hilir Riau district.

This research is a qualitative, and research informants were taken using a snowball sampling technique, the key informants are district office head in District of Kemuning. Data were collected through structured interviews observation and documentation. Data were collected regarding the behavior of the land owners of oil in the conversion of forest land into oil palm estates.

The results of this research concluded that the behavior of oil palm plantation owners in the conversion of forest land into oil palm estates in the Kemuning village of sub-district of Indigiri Hilir Riau District is to open land by burning the forest and also a way to cut down the forest with the machine. It is expected to be more concerned government to act decisively and execute the law on banning the burning of forests and provide a solution to the land owners of oil in order to clear the land without having to burn the forest. for the land owners of oil in order to better understand the impact of clearing land by burning in order to avoid air pollution.

(3)

PENDAHULUAN

Negara Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas dan beraneka ragam jenisnya dengan tingkat kerusakan yang cukup tinggi

dengan pembakaran

hutan,penebangan liar dan lain

sebagainya. Hutan memiliki banyak manfaat untuk kita semua. Hutan merupakan paru-paru dunia (planet bumi) sehingga perlu kita jaga

karena jika tidak maka akan

membawa dampak yang buruk bagi kita dimasa kini dan dimasa yang

akan datang.

fungsi/kegunaan/manfaat hutan bagi manusia dan lingkungan.

Alih fungsi lahan perkebunan sulit dihindari akibat kecenderungan tersebut, beberapa kasus menunjukan jika disuatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka dalam waktu yang tidak lama lahan disekitarnya juga akan beralih fungsi secara progresif menurut ( Irawan, 2005).

Lestari (2009) mendefenisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau keseluruhan kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang berdampak negative (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.

Dari pengertian dan definisi hutan konversi menujukan adanya fenomena lain yaitu tentang kawasan konversi tertentu dan bukan lagi pada fungsinya. Dibagian perundangan lain yaitu UU No 5 Tahun 1990 yang semestinya menjadi acuan UU No 41 Tahun 1999 ini disebutkan bahwa konversi sumber daya alam hayati

adalah pengelolaan yang pemanfaatanya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaanya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

Alih fungsi kawasan hutan termasuk pada lahan gambut untuk pengembangan tanaman kelapa sawit masih akan terjadi. Besarnya kandungan karbon pada lahan gambut yang akan terlepas menjadi emisi apabila lahan gambut tersebut dikonversi, di drainase dan mudah terbakar memerlukan perhatian khusus dan kebijakan untuk menanganinya (Ariwibowo, 2009)

Di Kecamatan Kemuning merupakan salah satu dari 20 Kecamatan, 203 desa dan 33 kelurahan di Kabupaten Indragiri Hilir. Saat ini Kemuning mempunyai jumlah penduduk 2.530 jiwa dan luas daerah 525,48 km2(sensus Kecamatan Kemuning 2013). Menurut Muhibbin seksi inventaris dan dinas kehutanan Kabupaten Indragiri Hilir sebagian besar wilayah Kabupaten di Indragiri Hilir terdiri dari hutan yang berjumlah 1.869.231 Ha, dimana terbagi atas hutan lindung 34.973 Ha, hutan produksi 217.634 Ha, hutan produksi terbatas 54.731 Ha, taman nasional 24761 Ha, hutan bakau 63.534 Ha dan hutan produksi yang dialih fungsikan 33.327 Ha (dinas kehutanan 2013). Kecamatan Kemuning merupakan kecamatan yang mempunyai areal terluas yang dialih fungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit di Indragiri Hilir. Dengan luas areal yang di alih

(4)

fungsikan menjadi perkebunan 39,000 Ha dengan kondisi ini maka

penulis tertarik untuk meneliti

tentang “ Perilaku Pemilik Lahan Sawit Dalam Alih Fungsi Lahan Hutan Menjadi Areal Kelapa Sawit Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiril Hilir Riau”.

METODOLOGI PENELITIAN Sesuai dengan masalah dan tinjauan penelitian yang dikemukakan pada bagian terdahulu, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian Kualitatif. yaitu berusaha mengungkapkan kajian Perilaku Masyarakat Pemilik Lahan Sawit Dalam Alih Fungsi Lahan Hutan Menjadi Areal Kelapa Sawit Di Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir. Hal ini senada dengan pendapat Moleong (2007) bahwa penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.,secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Untuk itu yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah kepala Camat Kemuning, serta masyarakat pemilik lahan yang mengalih fungsikan lahan menjadi areal kelapa sawit di Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir.

Informan Penelitian di ambil secara snowball sampling dimana snowball sampling ini adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit

lama-lama menjadi besar (sugiyono 2011). Pada penelitian ini adalah pemilik lahan perkebunan sawit dan pemerintah daerah yang terkait di Kecamatan Kemuning sehingga akan memudahkan peneliti memahami objek/situasi sosial yang diteliti. Jadi apabila kita melakukan penelitian dengan mengambil sebagian subjek dari informan, maka dinamakan dengan informan penelitian

HASIL PENELITIAN

Kemuning merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang ada di Indragiri hilir, dengan luas wilayah 525,48 km2 atau 52,546 ha terletak di 102032’30”BT – 102051’45”BT dan 0045’0”LS – 1007’30”LS yang dibentuk sebagai aktualisasi dari pp nomor : 14 tahun 1981, dimana merupakan hasil pemekaran dari kecamatan keritang dengan kotanya Kotabaru yang terdiri dari 19 desa, kemudian pada tahun 2000 telah menjadi pemekaran desa sehingga bertambah menjadi 24 desa.

Kecamatan Kemuning mempunyai potensi pengembangan lahan dibidang perkebunan seluas 33,105 Ha, karena lahan dan kondisi tanah yang ada dikecamatan kemuning mendukung untuk membuka areal perkebunan kelapa hibryda,kelapa sawit,kelapa dalam,sagu, nipah dan karet.

(5)

Dari permasalahan yang didapati sekarang mengenai keprihatinan hutan di Riau akibat dari pembukaan lahan dengan cara pembakaran hutan.berdasarkan hasil temuan dilapangan sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan maka didapatkan masyarakat Kecamatan Kemuning memang dari dahulunya sudah terbiasa membuka lahan dengan cara membakar hutan dimana membakar ranting dan dedaunan yang sudah kering juga memberi pupuk racun agar tumbuhan mati lalu membakarnya dan menggarap lahan mereka kembali dengan menanam bibit kelapa sawit,cara seperti itu mereka lakukan karena dianggap dengan cara itu lebih singkat dan praktis daripada menebang hutan dengan cara legal, menebang hutan dengan cara legal akan membutuhkan banyak waktu dan tenaga sedangkan membakar hutan akan mempersingkat waktu. Di Kecamatan Kemuning rata-rata lahan yang mereka miliki adalah milik pribadi.

Dari perilaku masyarakat Kecamatan Kemuning yang biasa membakar hutan itu membawa beberapa dampak negative diantaranya perubahan iklim dan cuaca juga polusi udara yang terjadi dan pemanasan global seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ariwibowo (2009) akibat konversi hutan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut, Perubahan iklim adalah fenomena global yang ditandai dengan perubahan suhu serta pola curah hujan.

Pembukaan lahan dengan cara membakar hutan merupakan salah satu tindakan yang illegal yang dilarang pemerintah dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 pasal 50 Ayat 3 huruf d : Setiap orang dilarang membakar hutan dan pada prinsipnya pembakaran hutan dilarang. Namun dalam hal ini masyarakat Kecamatan Kemuning belum mengetahui mengenai Undang-Undang tersebut dimana masyarakat tersebut hanya mengetahui sebatas penyuluhan saja dari pemerintah terkait.

Untuk mengantisipasi kebakaran hutan yang akan terjadi maka Pemerintah telah memperpanjang morotarium atau penghentian sementara pembukaan hutan primer, hutan sekunder dan lahan gambut dengan terbitnya Inpres No 6/2013 sebagai pengganti Inpres No 10/2011 yang kedaluwarsa dan habis masa berlakunya pada bulan Juni 2013 setelah 2 tahun.

Dalam hal ini hutan yang dibakar oleh masyarakat

(6)

Kecamatan Kemuning adalah hutan produktif dimana hutan yang bisa ditanami oleh tanaman lain dan menghasilkan, perubahan lahan hutan yang dibakar oleh masyarakat Kemuning seperti halnya di perlihatkan di peta dari tahun 2008 yaitu 45,5 Ha sampai tahun 2013 menjadi 123,35 Ha.

Dampak yang dirasakan bukan hanya negative tapi juga dampak positif dirasakan dari pembukaan lahan di Kecamatan Kemuning, meningkatnya taraf perekonomian masyarakat Kecamatan Kemuning, membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar Kecamatan Kemuning dan berkembangnya Kecamatan Kemuning karena sektor perkebunan yang ada diwilayah tersebut.

KESIMPULAN

Sebagaimana yang dikemukakan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan:

Perilaku Pemilik Lahan

Sawit Dalam Alih Fungsi Lahan Hutan Menjadi Areal Kelapa Sawit Di Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiril Hilir Riau

adalah biasanya masyarakat

disekitar ini membuka lahan dengan cara membakar hutan, memberi racun pada tumbuhan

juga menebang jika lahan mereka dibawah 1 hektar.

SARAN

Berdasarkan data yang diperoleh maka saran dari penulis adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada pemerintah yang terkait agar lebih bertindak tegas dan menjalankan UU mengenai pelarangan pembakaran hutan.

2. Kepada pemerintah yang terkait agar memberikan solusi kepada masyarakat pemilik lahan sawit agar bisa membuka lahan tanpa harus membakar hutan.

3. Bagi masyarakat pemilik lahan sawit agar lebih memahami dampak dari membuka lahan dengan cara membakar supaya bisa terhindar dari polusi udara. DAFTAR PUSTAKA

Ariwibowo. 2009. Konvrsi Hutan

Menjadi Tanaman Kelapa Sawit Pada Lahan Gambut.

Bogor: Skripsi

BPS. 2013. Indragiri Hilir Dalam Tahun 2011. Riau

Dinas Kehutanan. 2013. Data Hutan 2013. Riau

Lestari. 2009. Dampak Konversi

Lahan Pertanian Bagi Taraf

Hidup Petani. Makalah

Kolokium. Institut Pertanian Bogor.

Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Rosdakarya

(7)

Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Cv. Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

(7) Massively multiplayer online games (MMOG) adalah Pemain bermain dalam dunia yang skalanya besar ( lebih dari 100 pemain), di mana setiap pemain dapat berinteraksi

Untuk penghitungan menggunakan spread sheet (lembar kerja elektronik pada worksheet microsoft excel adalah harus memperhatikan item yang diperlukan dalam pembuatan

Hal ini terjadi apabila LDR meningkat berarti terjadi peningkatan total kredit dengan persentase lebih besar dibandingkan dengan persentase peningkatan dari Dana

Selain itu pengaruh kebijakan dan strategi organisasi adalah faktor – faktor lingkungan baik didalam maupun diluar organisasi mengakibatkan ketidakpastian lingkungan

Negeri Poso Kota. Memberi gambaran faktor-faktor yang sering menjadi kendala bagi guru dalam mendidik anak melalui kisah dalam Al- Qur‟an pada MTs Negeri Poso

Coklat (kabel diurut dari sebelah kiri, gagang pengait konektor ada dibawah).. Mengevaluasi situasi dengan metoda yang logis dan efisien untuk mengidentifikasi penyebab

Nilai dana mungkin terjejas sekiranya pelupusan ekuiti tidak patuh Syariah dilaksanakan pada harga yang lebih rendah daripada kos pelaburan.. Anda dinasihatkan untuk membaca

19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia ( Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO) yang mewajibkan sertifikasi ISPO