• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah ALERGI 8A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah ALERGI 8A"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 BAB 1

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1

1.1 LataLatar belar belakangkang Da

Dalalam m dedekakade de teterarakhkhir ir inini i adada a kekececendndererunungagan n kakasusus s alalerergi gi papada da ananak ak  meningkat. Masalah alergi akan menjadi masalah yang cukup dominan pada kesehatan meningkat. Masalah alergi akan menjadi masalah yang cukup dominan pada kesehatan anak

anak di masa yang akan datdi masa yang akan datang. Kasuang. Kasus alergi pada anak belus alergi pada anak belum banyak dipem banyak diperhatikrhatikanan dengan baik dan benar baik oleh para orang tua.

dengan baik dan benar baik oleh para orang tua.

Penderita yang datang ke Pusat Pelayanan Kesehatan Anak lainnya tampaknya Penderita yang datang ke Pusat Pelayanan Kesehatan Anak lainnya tampaknya sem

semakiakin n diddidomiominasnasi i oleoleh h kelkelainainan an aleralergi gi padpada a anaanak. k. Ada Ada keckecendenderuerungangan n bahbahwawa diagn

diagnosis alergi ini osis alergi ini belum banyak ditegakbelum banyak ditegakkan. Pada umumnya tanda dan kan. Pada umumnya tanda dan gejala alergigejala alergi itu

itu sensendirdiri i masmasih ih banbanyak yak yanyang g belbelum um diudiungkngkapkapkan an oleoleh h parpara a petpetugaugas s keskesehaehatantan.. Seh

Sehingingga ga penpenanganganaanan n penpenderderita ita alealergi rgi belbelum um banbanyak dilakyak dilakukaukan n secsecara ara benbenar ar dandan sempurna. Beberapa orang tua yang mempunyai anak alergi sering terlihat putus asa sempurna. Beberapa orang tua yang mempunyai anak alergi sering terlihat putus asa karena penyaki

karena penyakit t tersebtersebut ut sering kambusering kambuh h dan terulang padahal anak dan terulang padahal anak sudah berkalisudah berkali-kali-kali minum obat bahkan antibiotika yang paling

minum obat bahkan antibiotika yang paling ampuh sekalipun.ampuh sekalipun.

Alergi pada anak tidak sesederhana seperti yang pernah diketahui. Penyakit ini Alergi pada anak tidak sesederhana seperti yang pernah diketahui. Penyakit ini   bukan sekedar dapat mengakibatkan batuk, pilek, sesak dan gatal melainkan dapat   bukan sekedar dapat mengakibatkan batuk, pilek, sesak dan gatal melainkan dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki denga

dengan n berbagberbagai ai bahaybahaya a dan komplikdan komplikasi asi yang mungkyang mungkin in bisa terjadi. Alergi pada bisa terjadi. Alergi pada anak anak  sangat beresiko untuk mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

sangat beresiko untuk mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Resiko dan tanda alergi dapat diketahui sejak anak dilahirkan bahkan sejak  Resiko dan tanda alergi dapat diketahui sejak anak dilahirkan bahkan sejak  dalam kandunganpun kadang-kadang sudah dapat terdeteksi. Alergi itu dapat dicegah dalam kandunganpun kadang-kadang sudah dapat terdeteksi. Alergi itu dapat dicegah sejak

sejak dini dan dini dan dihardiharapkan dapat apkan dapat mengomengoptimaptimalkan lkan PertuPertumbuhmbuhan an dan dan perkemperkembangabangann Anak secara optimal

Anak secara optimal 1.2

1.2 RumusRumusan Maan Masalahsalah

1. Apa definisi dan etiologi dari alergi ? 1. Apa definisi dan etiologi dari alergi ? 2. Apa jenis-jenis alergi pada anak ? 2. Apa jenis-jenis alergi pada anak ?

3. Bagaimana manifestasi klinis alergi pada anak ? 3. Bagaimana manifestasi klinis alergi pada anak ?

4. Bagaimana patofisiologi terjadinya alergi pada anak ? 4. Bagaimana patofisiologi terjadinya alergi pada anak ? 5. Bagaimana tes pemeriksaan diagnostik alergi ?

5. Bagaimana tes pemeriksaan diagnostik alergi ?

6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita alergi ? 6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita alergi ?

(2)
(3)

1.3

1.3 TujTujuanuan

1.3.1 Tujuan umum 1.3.1 Tujuan umum

Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita alergi.

asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita alergi. 1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2 Tujuan khusus 1

1.. MMaahhaassiisswwa ma maammppu mu meennjjeellaasskkaan dn deeffiinniissi ai alleerrggii 2.

2. MaMahhasasisiswa wa mmamamppu u memennjejelalasskakan n jejeniniss-j-jenenis is alalerergi gi ppadada a ananak ak  3.

3. MaMahhasasisiswa wa mmamamppu mu menenjejelalasskakan mn mananififesestatasi si kklilininis as alelergrgi pi padada aa annak ak  4.

4. MaMahhasasisiswa wa mmamamppu mu menenjejelalasskakan pn patatoofifisisioolologgi ti tererjajaddininyya aa alelergrgii 5

5.. MMaahhaassiisswwa a mmaammppu u mmeennjjeellaasskkaan n tteess--ttees s ppeemmeerriikkssaaaan n ddiiaaggnnoossttiik k  alergi

alergi 6.

6. MaMahhasasisiswa wa mmamampu pu mmelelakakukukan an titinndadakkan an ppererawawatatan an ppadada ka klilien en ananak ak  yang menderita alergi.

(4)

BAB 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alergi 2.1 Alergi 2.1.1 Definisi 2.1.1 Definisi Al

Alergergi i beberasrasal al dadari ri kakatata allosallos yanyang g berberartarti i suasuatu tu penpenyimyimpanpangan gan ataatauu  perubahan dari cara semula atau cara biasa. Benda asing yang masuk ke tubuh dan  perubahan dari cara semula atau cara biasa. Benda asing yang masuk ke tubuh dan

m

meennyyeebbaabbkkaan n ppeerruubbaahhaan n rreeaakkssi i tteerrsseebbuutt, , ddiinnaammaakkaan n aalllleerrggeenn (

( Dian.H.Mahdi,Dian.H.Mahdi,1993)1993) Al

Alergergi i memerurupapakakan n susuatatu u peperurubabahahan n rereakaksi si (m(menenyiyimpmpanang) g) dadari ri tutububuhh se

seseseooraranng g teterhrhadadap ap lilinngkgkunungagan n beberkrkaiaitatan n ddenengagan n pepennininggkakatatan n kakaddar ar  immunoglobulin (Ig)E, suatu mekanisme sistem imun

immunoglobulin (Ig)E, suatu mekanisme sistem imun (Retno W.Soebaryo,2002)(Retno W.Soebaryo,2002) Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak teapat dan seringkali Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak teapat dan seringkali membahayakan terhadapa substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi membahayakan terhadapa substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen dan antibodi

dan antibodi ( Brunner & ( Brunner & Suddarth, 2002)Suddarth, 2002)

Alergi adalah suatu perubahan reaksi, atau respon pertahanan tubuh yang Alergi adalah suatu perubahan reaksi, atau respon pertahanan tubuh yang men

menolaolak k dan dan tidtidak ak tahtahan an terhterhadaadap p zat-zat-zat zat yanyang g sebsebenaenarnyrnya a tidtidak ak berberbahbahayaaya (Robert Davies, 2003)

(Robert Davies, 2003)

Reaksi alergi tidak selalu di ikuti dengan peningkatan kadar Imunoglobulin Reaksi alergi tidak selalu di ikuti dengan peningkatan kadar Imunoglobulin E.I

E.Ististilah lah tertersebsebut ut dibdibedaedakan kan dendengan gan sensensitsitif, if, yaiyaitu tu perperubaubahan han reakreaksi si terterhadhadapap  bahan yang secara normal aman. Istilah lain yang juga harus dibedakan ialah  bahan yang secara normal aman. Istilah lain yang juga harus dibedakan ialah

intoleransi, yaitu penyimpangan reaksi yang tidak berdasarkan reaksi imun.

intoleransi, yaitu penyimpangan reaksi yang tidak berdasarkan reaksi imun. (Retno(Retno W.Soebaryo,2002)

W.Soebaryo,2002)

Alergi adalah suatu reaksi kekebalan yang menyimpang atau berubah dan Alergi adalah suatu reaksi kekebalan yang menyimpang atau berubah dan normal yang dapat menimbulkan gejala

normal yang dapat menimbulkan gejala yang merugikan tubuh.yang merugikan tubuh. Aler

Alergi gi adaadalah lah perperubaubahan han spspesiesifik fik di di dapdapat at padpada a reakreaktivtivitaitas s hohospespes s yanyangg diperantarai oleh mekanisme imunologis dan menyebabkan respon fisiologis yang diperantarai oleh mekanisme imunologis dan menyebabkan respon fisiologis yang tidak menguntungkan.

tidak menguntungkan.

Alergi adalah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera Alergi adalah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera atau dalam rentang waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan zat tertentu atau dalam rentang waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan zat tertentu (alergen)

(5)

Pe

Penynyakakit it alalergergi i adadalaalah h susuatatu u pepenynyimimpapangngan an reareaksksi i fifisisiolologogis is yayangng diakibatkan oleh interaksi antigen dengan antibody humoral dan / sel limfoid

diakibatkan oleh interaksi antigen dengan antibody humoral dan / sel limfoid

2.1.2 Klasifikasi alergi 2.1.2 Klasifikasi alergi

Al

Alerergi gi didibabagi gi memenjnjadadi i 4 4 mamacacam, m, mamacam cam I I s/s/d d IV IV beberhrhububunungagan n dedengnganan ant

antiboibodi di humhumoraoral, l, sedsedangangkan kan macmacam am ke ke IVmIVmencencakuakup p reakreaksi si alealergi rgi lamlambat bat oleolehh antibodi seluler.

antibodi seluler. 1.

1. MacaMacam/Tm/Type I ype I (rea(reaksi ksi anaanafilfilaktiaktis dis dini)ni)

Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di tubuh akan dibentuk  Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di tubuh akan dibentuk  an

antitibobodi di jejeninis s IgIgE E (p(proroseses s sesensnsibibililisisasasi)i). . PaPada da kokontntak ak seselalanjnjututnynya, a, akakanan ter

terbenbentuk tuk komkomplepleks ks antantigeigen-ann-antibtibodiodi. . DalDalam am proproses ses ini ini zatzat-zat -zat medmediatiator or  (histamin, serotonin, brdikinin, SRS (Slow Reacting Substances of anaphylaxis) (histamin, serotonin, brdikinin, SRS (Slow Reacting Substances of anaphylaxis) akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi ter

terhadhadap ap zat-zat-zat zat tertersebsebut ut ialialah ah otootot-ot-otot tot polpolos os (sm(smootooth h musmusclecles) s) yanyang g akaakann mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan permeabilitas (ketembusan) mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endoteli

dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma darah al, sehingga cairan plasma darah akan meresap keluar dariakan meresap keluar dari  pemb

 pembuluh ke uluh ke jaringjaringan. an. Hal ini Hal ini mengamengakibatkibatkan kan pengpengentalaentalan n darah dengan efek darah dengan efek  klini

klinisnya hipovolesnya hipovolemia mia berat. Gejala-gejaberat. Gejala-gejala la atau atau tandatanda-tanda dari -tanda dari reaksi dinireaksi dini aannaaffiillaaktktiis s iiaallaahh: : - - sshhook k ananaaffililaakktitis s - - uurrttiikkaarriiaa, , ededeemma a QQuuiinncckke e --kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale - rinitis

kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale - rinitis vasomotoricavasomotorica

2.

2. MacaMacam/tm/type Iype II (reaI (reaksi iksi imun smun sitoitotoktoksissis))

Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG dan IgM dengan Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG dan IgM dengan bagian-  b

  bagagiaian n memembmbraran n sesel l yayang ng bebersrsififat at anantitigegen, n, sesehihingngga ga memengngakakibibatatkakann terben

terbentukntuknya ya senyasenyawa wa kompkomplementlementer. er. ContContoh: oh: reaksi setelah reaksi setelah transftransfusi usi darah,darah, morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni dan morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni dan  penyakit-penyakit autoimun.

 penyakit-penyakit autoimun.

3.

3. Macam/TMacam/Type III (rype III (reaksi beaksi berlebierlebihan olehan oleh komh kompleks pleks imun = imun = immuimmune compne complexlex = precipitate)

= precipitate)

Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat (Type

(Type ArthusArthus) setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah) setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah alergen. Proses ini berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini alergen. Proses ini berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini

(6)

terbentuk komplemen-komplemen intravasal yang mengakibatkan terjadinya kematian atau nekrosis jaringan. Contoh: fenomena Arthus, serum sickness, lupus eritematodes, periarteriitis nodosa, artritis rematoida.

4. Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin)

Reaksi ini baru mulai beberapa jam atau sampai beberapa hari setelah terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari t-limfosit yang telah tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau peradangan seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluh-pembuluh yang bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit tuberkulosa), contact eczema, contact dermatitis, penyakit autoimun (poliarthritis, colitis ulcerosa) dll.)

2.1.3 Macam-macam alergen

Alergen adalah bahan yang dapat menimbulkan reaksi alergi. Alergen dapat dibagi menjadi :

a. Alergen inhalatif, yaitu alergen yang masuk melalui udara yang kita hirup dan masuk melalui saluran pernafasan, seperti bulu hewan, kapuk, serbuk sari tumbuh-tumbuhan (rumput, macam-macam pohon, dsb.), spora jamur  (aspergillus, cladosporium, penicillium, alternaria dsb.), debu atau bubuk    bahan-bahan kimia atau dari jenis padi-padian/gandum-ganduman (gandum,

gandum hitam dsb.), uap formalin dll.

  b. Alergen ingestif/makanan, yaitu alergen yang masuk melalui saluran  pencernaan, seperti; susu, telur, ikan laut atau ikan air tawar, udang, makanan

asal tumbuhan (kacang-kacangan, arbei, madu dsb.), obat-obat telan, dll.

c. Alergen kontak, yaitu alergen yang menimbulkan reaksi saat bersentuhan dengan kulit atau selaput lendir melalui kontak langsung, misalnya zat-zat kimia (obat gosok, salep, kosmetik, dll), zat-zat sintetik (plastik, obat-obatan,  bahan desinfeksi dll.), bahan-bahan yang berasal dari hewan (sutera, woll dll.)

atau dari tumbuh-tumbuhan (jamur, getah atau damar dsb.).

d. Alergen suntik atau sengatan, yaitu alergen yang masuk ke tubuh melalui sengatan atau disuntikkan dan biasanya dipakai pada prosedur pengobatan, misalnya antibiotik, serum, antitoksin, serta racun atau bisa dari serangga seperti lebah atau semut merah.

(7)

e. Alergen implant, yaitu alergen yang berasal dari bahan sintetik atau logam tertentu atau bahan yang digunakan dokter gigi untuk mengisi lubang di gigi f. Auto alergen, yaitu zat dan organik itu sendiri yang keluar dari sel-sel yang

rusak atau pada proses nekrosa jaringan akibat infeksi ( reaksi toksik)

2.1.4 Etiologi

Secara umum semua benda di lingkungan (pakaian, makanan, tanaman,  perhiasan, alat pembersih, dsb) dapat menjadi penyebab alergi, namun faktor lain misalnya (a) perbedaan keadaan fisik setiap bahan, (b) kekerapan pajanan, (c) daya tahan tubuh seseorang, (d) adanya reaksi silang antar bahan akan  berpengaruh terhadap timbulnya alergi. (Retno W.Soebaryo,2002)

2.1.5 Manifestasi Klinis

Keluhan alergi terjadi secara berulang dan berubah-ubah. Ahli alergi modern berpendapat bahwa serangan alergi atas dasar  target organ (organ sasaran). Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh proses alergi dalam tubuh seorang anak yang dapat menggganggu semua sistem tubuh. (Widodo judarwanto,2007)

Tabel 1. Manifestasi Alergi Pada bayi Baru lahir hingga 1 Tahun ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA

1 Sistem Pernapasan Bayi lahir dengan sesak (Transient Tachipneu Of The newborn), cold-like respiratory congestion (napas  berbunyi/grok-grok ).

2 Sistem Pencernaan sering rewel/colic malam hari, hiccups (cegukan), sering “ngeden”, sering mulet, meteorismus, muntah, sering flatus, berak    berwarna hitam atau hijau, berak timbul warna darah. Lidah sering berwarna putih. Hernia umbilikalis, scrotalis atau inguinalis.

3 Telinga Hidung Tenggorok Bersin, Hidung berbunyi, kotoran hidung   berlebihan, cairan telinga berlebihan,

(8)

tangan sering menggaruk atau memegang telinga.

3 Sistem Pembuluh Darah dan  jantung

Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah

4 Kulit Erthema toksikum, dermatitis atopik,

diapers dermatitis,

urticaria, insect bite, keringat berlebihan. 5 Sistem Saluran Kemih berkemih, nyeri saat berkemih, bed wetting 

(ngompol) Frequent, urgent or painful urination, inability to control bladder;   bedwetting, vaginal discharge, itching,

swelling, redness or pain in genitals,painful intercourse.

6 Sistem Susunan Saraf Pusat Sensitif, sering kaget dengan rangsangan suara/cahaya, gemetar, bahkan hingga kejang.

7 Mata Mata berair, mata gatal, kotoran mata

 berlebihan, bintil pada mata, conjungtivitis vernalis.

Tabel 2. Manifestasi Alergi Pada Anak Usia Lebih dari 1 tahun

ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA

1 Sistem Pernapasan Batuk, pilek, bersin, hidung buntu, sesak(astma), sering menggerak-gerakkan /mengusap-usap hidung

2 Sistem Pencernaan  Nyeri perut, sering buang air besar (>3 kali/perhari), sulit buang air besar  (kotoran keras, berak, tidak setiap hari,   berak di celana, berak berwarna hitam

(9)

atau hijau, berak ngeden), kembung, muntah, sulit berak, sering  flatus, sariawan, mulut berbau.

3 Telinga Hidung Tenggorok   Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post nasal drip, epitaksis, salam alergi, rabbit nose, nasal creases

Tenggorok  : tenggorokan

nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara   parau/serak, batuk pendek (berdehem),

Telinga : telinga terasa penuh/   bergemuruh/berdenging, telinga bagian

dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau normal, gangguan pendengaran hilang timbul, terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan di telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan.

3 Sistem Pembuluh Darah dan  jantung

Palpitasi, flushing (muka kemerahan), nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah.

4 Kulit Sering gatal, dermatitis, urticaria,

 bengkak di bibir, lebam biru kehitaman,   bekas hitam seperti digigit nyamuk,  berkeringat berlebihan.

5 Sistem Susunan Saraf Pusat NEUROANATOMIS :Sering sakit kepala, migrain, kejang gangguan tidur.   NEUROANATOMIS FISIOLOGIS:

Gangguan perilaku : emosi berlebihan, agresif, impulsif, overaktif, gangguan  belajar, gangguan konsentrasi, gangguan

koordinasi, hiperaktif hingga autisme.

(10)

  bintil pada mata (timbilan). Allergic shiner (kulit di bawah mata tampak ke hitaman).

2.1.6 Patofisiologi

Reaksi alergi yang kompleks dapat digambarkan sebagai berikut: reaksi diawali dengan pajanan terhadap alergen yang ditangkap oleh  Antigen  Presenting Cell  (APC), dipecah menjadi peptida-peptida kecil, diikat molekul HLA (MHC II ), bergerak ke permukaan sel dan dipresentasikan ke sel Th-2 . Sel Th-2 diaktifkan dan memproduksi sitokin-sitokin antara lain IL-4 dan IL-13 yang memacu  switching  produksi IgG ke IgE oleh sel B, terjadi sensitisasi sel mast dan basofil, sedangkan IL-5 mengaktifkan eosinofil yang merupakan sel inflamasi utama dalam reaksi alergi. Antibodi IgE (antibody tersensitisasi) melekat pada sel mast dan basofil. Bila ada alergen masuk dalam tubuh maka akan terbentuk ikatan kompleks alergen dengan IgE. Ikatan tersebut menyebabkan masuknya ion Ca++ ke dalam sel mast dan terjadi perubahan pada

membran sel mast dan basofil. Akibatnya terjadi degranulasi sel mast yang kemudian menimbulkan pelepasan histamin serta mediator peradangan lainnya. Selain itu sel residen juga melepas mediator dan sitokin yang juga menimbulkan gejala alergi.

Mediator-mediator ini menyebabkan vasodilatasi perifer dan   pembengkakan ruang intestinum sehingga permeabilitas kapiler meningkat dan terjadi perembesan cairan dan protein plasma ke jaringan yang pada akhirnya menimbulkan oedem dan hipovolemik.

Pada sistem pernafasan histamin menyebabkan bronkokonstriksi yang menyebabkan dispnoe. Pada saluran pencernaan pengeluaran histamin pada fundus lambung mengaktifkan sel parietas yang meningkatkan produksi asam lambung dan menyebabkan mual muntah dan diare. Reseptor histamin juga terdapat di ujung saraf sensori yang dapat menimbulkan rasa nyeri dan gatal, sedangkan pada mata menyebabkan mata gatal dan kemerahan.

(11)

Reaksi alergi yang berat dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, keadaan ini biasa disebut syok anafilaktik yang ditandai dengan gatal, kram abdomen, kulit kemerahan, gangguan saluran cerna dan sulit bernafas.

Gb. Mekanisme reaksi hipersensitifitas

2.1.7 Penyakit Alergi Pada Anak  1. Asma Bronkiale

Asma bronkial atau disebut juga bengek adalah suatu penyakit kronis yang di tandai adanya peningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsang dari luar (debu, serbuk bunga udara dingin, makanan, dll) yang menyebabkan penyempitan saluran napas yang meluas dan dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan. Keadaan ini dapat menyebabkan gejala sesak  napas, napas berbunyi dan batuk yang sering di sertai lendir. Keadaan yang  berat dapat menimbulkan kegagalan pernapasan sampai kematian. Sebagian  besar asma pada anak adalah karena alergi.

(12)

Penyakit asma pada anak mempunyai dampak yang luas terhadap   pertumbuhan dan perkembangan anak. Kekurangan oksigen yang menahun   pada anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuha badan maupun

intelektualnya. Penyakit asma ini merupakan salah satu penyebab seringnya anak tidak masuk sekolah. Selain dampak terhadap ekonomi akibat besarnya  biaya pengobatan, asma pada anak juga dapat mengganggu irama kehidupan

keluarga akibat seringnya anak mendapat serangan asma.

Gejala klinis asma bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Gejala khas asma adalah adanya sesak napas yang berulang disetai napas berbunyi. Batuk kering merupakan gejala awal yang biasanya terjadi pada malam dan menjelang pagi hari. Selanjutnya batuk disertai dahak yang kental. Gejala ini sering disertai pilek-pilek (rinitis alergika). Gejala ini biasanya terjadi setelah 4-8 jam kontak dengan bahan alergen seperti debu rumah dan tungau nya, serbuk bunga, bulu binatang, dll. Gejala asma juga dapat di cetuskan oleh latihan fisik dan bila banyak tertawa. Penanganan asma yang terpenting hádala  pencegahan terjadinya serangan asma.

2. Rinitis alergika

Rinitis alergika adalah suatu gejala alergi yang terjadi pada hidung. Angka ini bergantung kepada iklim dan letak geografis masing-masing negara. Kejadian rinitis alergi pada anak usia yang sangat muda rendah akan tetapi secara progresif meningkat pada anak usia yang lebih tua. Sekitar 57%  penderita rinitis alergika mempunyai riwayat alergi dalam keluarganya. Rinitis alergika yang timbul pada masa anak biasanya menetap sanpai usia dewasa dan akan berkurang pada usia lanjut. Sekitar 15-25% penderita akan sembuh spontan setelah 5-7 th.

Gejala rinitis alergika berupa bersin-bersin disertai gatal-gatal pada hidung dengan ingus yang encer sebanyak kurang lebih 20 ml setiap jam. Gejala ini sering disertai gejala hidung tersumbat yang menyebabkan anak  rewel dan sulit tidur. Rasa gatal kadang-kadang terasa pada langit-langit dan telinga. Gejala-gejala gatal, merah dan berair pada mata sering menyertai gejala rinitis alergika. Kadang-kadang gejala rinitis alergika ini disertai gejala sinusitis yaitu peradangan sinus (rongga udara) di sekitar hidung. Prinsip   pengobatan rinitis alergika juga sama dengan prinsip pengobatan penyakit

(13)

alergi pada umumnya yaitu menghindari faktor penyebab (debu rumah, serbuk   bunga, makanan tertentu, dll).

3. Urticaria

Urticaria (bidur, kaligata) merupakan statu kelainan alergi pada kulit yang  berbentuk bentol berwarna merah disertai rasa gatal dengan usuran diameter 

yang berfariasi dari 2 mm sampai beberapa cm. Urticaria ini dapat tersebar   pada berbagai tempat di kulit. Urticaria akut ini juga dapat terjadi pada orang

sehat akibat infeksi virus parasit atau tanpa sebab yang jelas. Pada penderita alergi, urticaria akut dapat terjadi akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan tertentu, bahan-bahan alergen seperti makanan, debu, tungau debu rumah, atau gigitan serangga. Selain oleh karena alergi,urticaria juga dapat disebabkan oleh suhu yang dingin, panas, tekanan, goresan, dll.

Gejala urticaria ini dapat terjadi segera atau beberapa hari setelah kontak  dengan bahan penyebab. Sebagian besar yaitu sekitar 75 % urticaria yang kronik sulit diketahui sebabnya. Madang-kadang gejala urticaria dapat menjadi  berat dengan gejala penyerta yaitu syok anafilaksis yang dapat menyebabkan

kematian. Pengobatan pada urticaria umumnya sama dengan penyakit alergi lanilla yaitu menghindari factor penyebab.

4. Dermatitis Atopik 

Dermatitis atopik adalah status gejala eksim terutama timbul pada masa kanak-kanak. Gejala ini biasanya timbul pada usia sekitar 2 bulan sampai 1 tahun dan sekitar 85 % pada usia kurang dari 5 tahun. Pada keadaan akut, gejalanya berupa kulit kemerahan, kulit melenting berisi cairan, basah dan sangat gatal. Kadang-kadang disertai infeksi sekunder yang menimbulkan nanah.

Gejala dermatitis atopik pada bayi berupa kemerahan pada kulit bentol- bentol kemerahan, berisi cairan, keropeng disertai kulit pecah-pecah atau lecet.

Gejala ini sering mengenai pipi, siku dan tepi pinggir kulit anggota gerak    bawah dan selanjutnya dapat menyebar ke daerah selakangan. Pada usia selanjutnya, kelainan ini terdapat pada lipat siku, lipat lutut, tengkuk dan

(14)

  pergelangan tangan. Kulit menjadi lebih kering dan tebal, mengelupas dan   pada penymebuhna meninggalkan warna yang lebih pucat atau kehitaman. Pada anak yang lebih tua kelainan ini dapat mengenai kulit kelopak mata, telapak tangan dan kaki. Kadang-kadang dapat disertai katarak ( kekeruhan lensa mata ) serta radang mata. Infeksi sekunder dapat terjadi oleh kuman yang menimbulkan nanah.

Untuk mengobati penyakit ini yang paling penting adalah mengatasi rasa gatal dengan pemberian obat golongan antihistamin, menghindari udara yang terlalu panas dan kering serta mengurangi pengeluaran keringat. Garukan sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan kelainan yang lebih hebat dan infeksi sekunder. Untuk mencegah kekeringan dapat diberikan lanolin. Pada kelainan yang hebat dapat digunakan kasa steril untuk menutup kulit yang terkena. Antibiotika diberikan bila terjadi infeksi sekunder.

5. Konjungtiva alergika

Konjugntivitas alergika adalah suatu bentuk kelainan laergi pada mata yang mengenai kedua mata dan terjadi berulang. Gejala penyakit ini berupa gatal kemerahan,banyak keluar air mata dan penglihatan silau. Kadang-kadang  penderita merasa ada sesuatu yang mengganjal pada mata. Kelainan ini sering mengeai anak usia 5 sampai 10 tahun, terutama pada anak laki-laki. Mengenai  pengobatan alergi pada mata, untuk menghilangkan gejala biasanya diberikan

obat tetes mata golongan steroid dosis rendah.

6. Alergi makanan

Antigen makanan terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak. Alergi makanan terutama disebabkan oleh glikoprotein yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan urutan kekerapan, jenis makanan yang berpotensi a ntigenik antara lain telur, kacang tanah, susu, kedelai, kacang polong, ikan, udang, dan gandum. Alergi terhadap telur, kedelai, susu, dan gandum( pada anak-anak)  biasanya dapat dihilangkan setelah eliminasi ketat selama 1 tahun atau lebih, walaupun Ig E nya masih bertahan. Sedangkan alergi terhadap kacang tanah, kacang polong, udang dan ikan tetap bertahan dalam jangka waktu yang lama sehingga banyak dijumpai baik pada populasi anak maupun dewasa.

(15)

2.2Alergi Makanan 2.2.1 Definisi

1. Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai   banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap

makanan. (Widodo Judarwanto, 2007)

2. Alergi makanan merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh (reaksi imun) terhadap makanan atau unsur makananpada seseorang yang mempunyai bakat alergi. (Retno W.Soebaryo,2002)

3. Alergi makanan adalah suatu reaksi imunologis terhadap makanan atau bahan aditif makanan yang terjadi hanya pada individu tertentu dan tidak berhubungan dengan efek fisiologis dari makanan atau bahan aditif  makanan tersebut.(Antonius H.W,2002)

4. Alergi makanan adalah reaksi adverse terhadap makanan yang terjadi melalui suatu mekanisme imunologis.(Ari baskoro, 2007)

Tidak semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan merupakan reaksi alergi murni. Batasan lebih jelas dibuat oleh American Academy of Allergy and immunology,The National Institute of Allergy and infections disease yaitu:

(16)

1. Reaksi simpang makanan ( Adverse food reactions)

Reaksi adverse terhadap makanan adalah reaksi yang tidak dikehendaki yang timbul setelah mukosa saluran makanan terpapar suatu makanan atau bahan tambahan yang terkandung dalam makanan tersebut.

2. Alergi makanan (Food Allergy)

Alergi makanan adalah reaksi imunologik (kekebalan tubuh) yang menyimpang karena masuknya bahan penyebab alergi dalam tubuh. Sebagian besar reaksi ini melelui reaksi hipersensitivitas tipe 1.

3. Intoleransi Makanan (Food intolerance)

Intoleransi makanan adalah reaksi makanan nonimunologik dan merupakan   penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan karena kontaminasi toksik  (misalnya toksin yang disekresi oleh Salmonella, Campylobacter dan Shigella, histamine pada keracunan ikan), zat farmakologik yang terkandung dalam makanan misalnya tiramin pada keju, kafein pada kopi atau kelainan pada  pejamu sendiri seperti defisiensi lactase, maltase atau respon idiosinkrasi pada  pejamu. Menurut cepat timbulnya reaksi maka alergi terhadap makanan dapat  berupa reaksi cepat (Immediate Hipersensitivity/rapid onset reaction) dan reaksi lambat (delayed onset reaction). Reaksi cepat, reaksi terjadi berdasarkan reaksi kekebalan tubuh tipe tertentu. Terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah makan atau terhirup pajanan alergi. Reaksi Lambat, terjadi lebih dari 8  jam setelah makan bahan penyebab alergi. ( Widodo judarwanto,2007)

2.2.2 Prevalensi

BBC tahun 1999 melaporkan penderita alergi di Eropa memiliki kecendurangan meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat pesat dalam 20 tahun terakhir, 30% orang berkembang menjadi penderita alergi setiap saat. Anak usia sekolah lebih dari 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai astma, 6 juta orang menderita dermatitis dan 9 juta orang menderita hay fever 

Tahun 2000 Inggris dilaporkan 70% penderita alergi mengalami serangan alergi lebih dari 7 tahun, sekitar 50% orang dewasa diketahui mengalami gejala alergi dalam waktu 5 tahun, sebanyak 80% penderita alergi mengalami gejala seumur hidupnya.

(17)

Di Amerika penderita alergi makanan pada orang dewasa sekitar 2 – 2,5%,  pada anak-anak sekitar 6 – 8%. Setiap tahunnya diperkirakan 100 hingga 175 orang meninggal karena alergi makanan. Penyebab kematian tersebut disebabkan oleh anafilaktik syok. Lebih dari 160 makanan dikaitkan dengan alergi makanan. Para ahli berpendapat penderita alergi di Negara berkembang mungkin lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat

Prof Wüthrich tahun 2001 melaporkan bahwa kenaikan angka kejadian alergi pada anak di Eropa meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam 10 tahun terakhir meningkat sangat pesat.

Di Indonesia angka kejadian alergi pada anak belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa ahli memperkirakan sekitar 25-40% anak pernah mengalami alergi makanan. Di Negara berkembang angka kejadian alergi yang dilaporkan masih rendah. Hal ini berkaitan dengan masih tingginya kesalahan diagnosis atau under diagnosis dan kurangnya perhatian terhadap alergi dibandingkan dengan penyakit infeksi saluran pernapasan atau diare yang dianggap lebih mematikan.(Widodo judarwanto,2007)

Dalam suatu survei terhadap lebih dari 1700 anak-anak usia 1 tahun di Denmark dilaporkan bahwa dari 6,7 % anak-anak yang mengalami gejala alergi susu sapi, hanya 2,2 % yang dapat dibuktikan melalui uji paparan langsung. Survei yang lain melaporkan bahwa pada populasi umum , prevalensi alergi makanan berkisar antara 0,3 % hinggga 7,5 % dan lebih jarang dijumpai pada orang dewasa. ( Ari Baskoro, 2007)

2.2.3 Etiologi

Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus.

1. Faktor genetik 

Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau keluarga penderita . Bila ada salah satu orang tua atau keluarga yang menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 17 – 40%,. Bila ke dua orang tua alergi maka resiko pada anak meningkat menjadi 53 - 70%.(Widodo Judarwanto,2007)

Kecenderungan alergi ditentukan oleh gen(DNA) yang diwariskan dari orang tua. Gen (factor internal ) saja tidak cukup, perlu pengaruh dari lingkungan

(18)

sebagai factor eksternal tubuh yang akan saling berinteraksi untuk menimbulkan  penyakit.( Retno W. Soebaryo, 2002)

2. Imaturitas usus

Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan  pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi alergen. Secara imunologis, IgA pada   permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal alergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus yang imatur, sistem pertahanan tubuh masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh. (Widodo Judarwanto,2007)

3. Pajanan alergi

Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik dapat terjadi sejak    bayi dalam kandungan. Diketahui adanya IgE spesifik pada janin terhadap  penisilin, gandum, telur dan susu. Pajanan juga terjadi pada masa bayi. Pemberian

ASI eksklusif mengurangi jumlah bayi yang hipersensitif terhadap makanan pada tahun pertama kehidupan, sedangkan pemberian PASI dapat meningkatkan angka kejadian alergi pada bayi. (Widodo Judarwanto,2007)

4. Faktor Pencetus

Beberapa hal yang mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau hujan dan factor psikis seperti cemas, sedih, stress atau takut.

Faktor pencetus bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya serangan alergi. Bila terdapat pencetus alergi disertai paparan alergi maka keluhan atau gejala alergi yang timbul menjadi lebih berat. Bila tidak terpapar penyebab alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Penjelasan tersebut dapat menjelaskan mengapa pada saat dingin, kehujanan atau kelelahan seorang penderita asma tidak kambuh, hal ini disebabkan pada saat itu penderita tersebut sementara terhindar dari penyebab alergi seperti makanan, debu dan sebagainya.(Widodo judarwanto,2007)

(19)

Alergi makanan merupakan salah satu masalah alergi yang penting pada anak. Sekitar 20% anak usia 1 tahun pertama pernah mengalami reaksi terhadap makanan yang diberikan termasuk yang disebabkan reaksi alergi. Sebetulnya semua makanan dapat menimbulkan alergi, akan tetapi antara satu makanan dengan makanan yang lain mempunyai derajat alergenitas berbeda. Yang satu mungkin lebih menimbulkan alergi dibandingkan dengan yang lainnya. Susu sapi yang merupakan protein asing utama bagi bayi pada bulan-bulan awal kehidupan, dapat menimbulkan reaksi alergi yang pertama dengan gejala-gejala pada saluran cerna, seperti diare dan muntah. Protein susu sapi dapat menimbulkan alergi yang menetap sampai akhir masa kanak-kanak baik dalam bentuk susu murni atau   bentuk lain seperti es krim, keju, kue-kue dan lain-lain. Anak yang mempunyai alergi terhadap susu sapi tidak selalu alergi terhadap daging sapi maupun bulu sapi.

Telur ayam juga sering merupakan allergen yang penting pada anak  terutama anak yang menderita dermatitis atopik. Anak yang mempunyai alergi terhadap telur ini juga belum tentu mempunyai alergi terhadap daging ayam maupun bulu ayam, akant etapi dapat timbul reaksi alergi bila diberikan vaksin yang ditanam pada kuning telur seperti vaksin campak.

Ikan merupakan allergen yang kuat terutama ikan laut. Bentuk reaksi alergi yang sering ialah berupa urtikaria atau asma. Pada anak yang sangat sensitive dengan hnya mencium bau ikan yang sedang dimasak dapat juga menimbulkan sesak napas atau ebrsin-bersin. Jenis makanan laut yang lain (seafood) yang sering menimbulkan alergi adalah udang kecil, udang besar (lobster) dan kepiting. Gejala yang sering timbul malah urtikaria. Alergi terhadap makanan ini tidak selalu berarti alergi terhadap ikan laut.

Kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang mede dan sejenisna dapat menyebabkan reaksi akan tetapi biasanya bersifat ringan. Gejalanya biasanya  berupa gatal-gatal di tenggorokan.

Sayur dan buah-buahan juga dapat menimbulkan reaksi alergi yang berupa gatal-gatal pada mulut. Sifat alerginya biasanya hilang bila dimasak selama 2 menit atau diletakkan dalam freezer selama 2 minggu. Alergen terhadap sayur dan buah- buahan ini sering terdapat pada penderita rhinitis alergika yang mempunyai alergi

terhadap serbuk bunga tanaman. Anak yang mempunyai alergi terhadap sayur dan  buah-buahan biasanya juga alergi terhadap kacang-kacangan, apel, pech, cherry,

(20)

 pear dan wortel. Jeruk sering juga menyebabkan kemerahan pada kulit bayi dan anak.

Kacang kedelai dan sejenisnya mempunyai sifat allergen yang rendah. Kacang kedelai sering digunakan sebagai pengganti susu sapi pada anak yang mempunyai alergi terhadap susu sapi. Sifat alergenitasnya akan berkurang dengan  pemanasan.

Gandum biasanya dapat menimbulkan reaksi alergi dalam bentuk tepung  bila dihirup. Bila dimakan tidak selalu menimbulkan reaksi alergi akrena gandum

akan dicernakan oleh enzim pencernaan di lambung

Pengolahan makanan dapat mengubah antigenitas beberapa jenis makanan tertentu. Beberapa protein dalam susu mengalami denaturasi pada saat di olah dan dipanaskan, beberapa yang lain berubah menjadi lebih alergenik. Alergen dalam ikan mengalami perubahan dalam proses pengalengan. Penderita yang tidak tahan terhadap ikan segar mungkin dapat menerima ikan dalam kaleng. Liofilisasi juga dapat mengubah sifat allergen ikan. Hanya allergen kacang tanah yang relative  bertahan terhadap segala jenis proses pengolahan.

Macam – macam makanan yang dapat menimbulkan alergi

Tabel.3 Jenis Makanan yang Menyebabkan Alergi

MAKANAN YANG TERKADANG PENYEBAB ALERGI

AYAM, ITIK, IKAN LAUT SALMON/TUNA, ALKOHOL JERUK, PISANG, PEAR , JAGUNG, TELOR ITIK, KECAP

(21)

MAKANAN TERSERING PENYRBAB ALERGI

IKAN LAUT (CUMI, UDANG, KEPITING, IKAN LAUT LAINNYA)

COKLAT, KACANG TANAH, KACANG HIJAU, SUSU SAPI, KEJU, TELOR  AYAM/PUYUH,

BUAH-BUAHAN (TERUTAMA MELON, SEMANGKA, MANGGA, RAMBUTAN ,  NANAS, TOMAT, DURIAN, KORMA, DUKU DLL). SEMUA MAKANAN OLAHAN

YANG TERKANDUNG

2.2.4 Patofisiologi

Di samping protein makanan, saluran makanan terpapar pada begitu banyak   protein asing, termasuk bakteri, parasit, dan virus. Fungsi utama saluran makanan

adalah untukm mencernakan makanan menjadi bahan-bahan yang mudah diserap dan selanjutnya di olah menjadi energy. Dalam proses tersebut, saluran makan harus dapat memberikan perlindungan menghadapi sejumlah pathogen yang masuk, namun pada saat yang sama harus mampu menerima protein-protein yang terkandung dalam makanan. Terdapat bebrapa perlindungan non imunologis dan imunologis pada saluran makanan yangb berfungsi untuk mengurangi paparan sistematik mantigen asing.

Perlindungan non imunologis atau perlindungan mekanis meliputi sekresi asam lambung dan enzim-enzim proteolotik yang mencernakan protein menjdai molekul-molekul yang bersifat kurang antigenic, abaik dengan cara memperkecil ukuran molekulnya maupun dengan cara mengubah strukturnya.

Perlindungan imunologis pada saluarn makanan berupa system pertahanan local yang disebut gut associated lymphoid tissue (GALT). Sistem ini terdiri dari (1) kumpulan folikel limfoid yang tersebar merata pada mukosa usus, termasuk Peyer’s  patch pada apendiks (2) sel-sel limfosit intraepitelial (3) sel-sel limfosit, sel plasma, dan sel mast yang tersebar pada lamina propia (4) kelenjar getah bening mesentarika. Setelah makanan ditelan terjadi peningkatan produksi dan pelepasan antibody Ig A dalam saluaran makanan. Sementara produksi Ig G, Ig M, dan Ig E  justru berkurang. Ig A sekretorik yang tersusun dalam bentuk dimer mengikat

(22)

 protein makanan menjadi senyawa kompleks dan denga demikian mengurangi laju absorbsinya. Ig A banyak dijumpai dalam mucus dan merupakan perlindungan tambahan. Sistem imun local dan sistemik memiliki peran yang penting dalam terjadinya toleransi oral. Antigen dalam makanan diproses sedemikian rupa menjadi struktur nonalargenik atau tolerogenik yang mampu merangsang sel T regulator yang pada gilirannya menekan timbulnya respon imun. Percobaan- percobaan untuk mengurangi jumlah sel T reg., mengeliminasi sel – sel limfoid atau meningkatkan presentasi antigen terbukti menghalangi terjadinya toleransi oral. Hipersensitivitas terhadap makanan timbul akibat hilangnya atau  berkurangnya toleransi oral. Tingginya insiden alergi makanan pada bayi dan anak-anak menimbulkan dugaan bahwa hal tersebut disebabkan belum matangnya system imun dan fungsi fisiologis saluran makanan. Berkurangnya Ig A pada saluaran makanan yang belum matang ditambah kurangnya jumlah sel T reg. atau   penekan aktivitas makrofag pada usia nak-anak berperan dalam peningkatan

insiden alergi makanan pada anak-anak yang memiliki kecenderungan genetik. Pada ank-anak sekresi asam lambung lebih sedikit dibandingkan dengan orang dewasa, sekresi mucus kurang efektif, glikoproteinnya memiliki sifat kimiawi dan fisik yang berbeda, denga aktivitas enzim lebih rendah. Semuanya dapat meningkatkan resiko timbulnya alergi. Terganggunya perlindungan fisik  maupun imunologi pada saluran makanan dapat meningkatkan absorbsi molekul makro dan meningkatkan produksi antibody sistemik. Pada penderita dengan kecenderungan atopi, hal ini dapat menyebabkan peningkatan produksi Ig E dan timbulnya reaksi hipersensitivitas terhadap makanan pada paparan berikutnya.

Reaksi Alergi Makanan yang Dimediasi Oleh Ig E

Reaksi hipersensitivitas terhadap makanan yang dimediasi oleh Ig E merupakan akibat dari pelepasan mediator oleh sel mast dan basofil. Ig E spesifik  terhadap allergen makanan terikat pada sel mast atau basofil melalui reseptor    berafinitas tinggi. Bila terjadi ikatan silang antara suatu antigen dengan dua fragmen pengikat antigen (Fab) dari dua struktur Ig E yang berdekatan maka akan terjadi degranulasi sel mast dan basofil. Dalam proses tersebut dilepaskan mediator-mediator yang yang telah terbentuk sebelumnya (misalnya Histamin) maupun yang baru dibentuk (misalnya leukotrien dan Prostaglandin). Mediator-mediator tersebut selanjutnya menyebabkan kontraksi otot polos, vasodilatasi,

(23)

 peningkatan permeabilitas kapiler, dan sekresi mucus. Selain itu diproduksi pula  beberapa jenis sitokin yang diduga mempunyai peran penting pada respons fase lanjut yaitu pengerahan sel-sel eosinofil, monosit, dan limfosit, serta merangsang  pelepasan sitokin-sitokin dan mediator inflamasi lainnya.

Manifestasi klinis reaksi alergi makanan yang dimediasi oleh Ig E tergantung  pada sistem organ yang terkena. Reaksi tersebut dapat mengenai satu organ saja,

kombinasi lebih dari satu organ, hingga reaksi anafilaksis sistemik.

Manifestasi Kulit

Manifestasi kulit merupakan reaksi yang paling sering dijumpai. Reaksinya  bervariasi muali dari urtikaria akut dan/atau angiodema hingga bercak-bercak kulit

yang menyerupai lesi morbilli.

Manifestasi Gastrointestinal

Gejala gastrointestinal merupakan manifestasi terbanyak kedua, berupa mual-mual, muntah, diare, nyeri dan kram perut. Gejala-gejala tersebut dapat muncul tersendiri atua bersamaan denga gejala–gejala dari system organ yang lain. Data   pemeriksaan cineradiography menunjukan adanya perubahan motilitas

gastrointestinal pada penderita alergi makanan setelah paparan allergen spesifik. Pemeriksaan endoskopi pada mukosa lambung menunjukan adanya hyperemia, edema, bercak-bercak perdarahan (petechie), peningkatan sekresi mucus, dan   penurunan peristalsis setelah papran allergen makanan. Beberapa contoh

manifestasi alergi makanan yang dimediasi oleh Ig E, meliputi sindroma alergi oral dan gastroentyeropati eosinofilik alergik.

Manifestasi Respiratorik 

Gejala respiratorik biasanya merupakan bagian dari reaksi anafilaksis sistemik, dapat berupa bersin-bersin, keluar ingus (rhinorrhea), rasa gatal pada mata, telinga, atau langit-langit, spasme otot-otot polos bronkus, dan edema laring. Gejala respiratorik muncul secara tersendiri dan jarang sekali disebabkan oleh alergi makanan.

(24)

Reaksi Alergi Makanan Yang Tidak Dimediasi Oleh Ig E

Manifestasi klinis alergi makanan yang tidak dimediasi oleh Ig E, meliputi food-induced enterocolitis, food-induced colitis, sindroma malabsorbsi dan  penyakit celiac. Pada food-induced enterocolitis gejala yang timbul dalam waktu 1 hingga 8 jam setelah paparan allergen berupa diare kronis, eosinofilia,dan malabsorbsi. Gejala penyakit yang parah dapat menyebabkan dehidrasi. Gejala yang didapatkan pada food-induced colitis serupa dengan enterocolitis namun hanya segmen kolon yang terkena. Gejala lebih ringan, biasanya tidak didapatkan diare atau dehidrasi namun dapat terjadi hematochezia atau perdarahan tersamar    pada feces. Penyebab alergi yang tersering adalah susu sapid an kedelai. Pemeriksaan feces menunjukan adanya eritrosit, netrofil, eosinofil dan zat-zat  pereduksi. Biopsi pada segmen usus halus yang terken menunjukan atropi parsial  pada villi-villi usus, infiltrasi sel-sel limfosit dan sel-sel plasma yang mengandung Ig M dan IG A. Sedangkan biopsi segmen kolon menunjukan gambaran khas infiltrasi eosinofil pada epitel kripta dan lamina propia, disertai kerusakan pada kripta. Hasil uji tusuk kulit umunya negative, sesuai dengan mekanismenya yang tidak melibatkan Ig E.

Hipersensitivitas terhadap makanan berkaitan dengan malabsorbsi. Susu sapi, kedelai, telur, dan gandum merupakan penyebab tersering. Manifestasinya  bervariasi mulai feces yang mengandung lemak, hingga diare, berat badan yang

tidak bertambah dan kegagalan tumbuh kembang.

Alergi Makanan Yang Tidak Diketahui Pasti Penyebabnya

Reaksi alergi terhadap bahan tambahan dalam makanan seperti bahan  pewarna atau antioksidan relatif jarang. Beberapa gejalanya menyerupai intoleransi makanan namun tidak dapat dikonfirmasi dengan uji paparan makanan tersamar  ganda. Pada suatu studi terhadap 132 penderita yang menyatakan dirinya alergi terhadap bahan pewarna makanan, hanya 3 di antaranya yang dapat dibuktikan dengan uji paparan tersamar ganda. Uji paparan tersamar ganda juga gagal membuktikan adanya reaksi alergi terhadap metabisulfit dan aspartame yang dilaporkan oleh beberapa penderita.

2.3 Pemeriksaan Diagnostik  1. Uji Kulit Alergi

(25)

Uji kulit membantu mendiagnosis suatu alergi. Sejumlah kecil allergen yang dicurigai disuntikkan ke bawah kulit . Orang yang alergi terhadap allergen tersebut akan bereaksi dengan memperlihatkan eritema yang mencolok,  pembengkakan, dan gatal di tempat penyuntikan.

Analisis imunologis serum dapat mengisyaratkan peningkatan hitungan basofil dan eusinofil

Uji kulit dapat dilakukan dengan uji gores (scratch test), uji tusuk (prick test) dan uji suntik intradermal (intrademal test).

2. Uji Kulit Intradermal ( intra dermal test )

Sejumlah 0,02 ml ekstrak alergen dalam 1 ml spuit tuberkulin disuntikkan secara superfisial pada kulit sehingga timbul 3 mm gelembung. Dimulai dengan konsentrasi terendah yang menimbulkan reaksi, kemudian ditingkatkan  berangsur masing-masing dengan konsentrasi 10 kali lipat sampai menimbulkan indurasi 5-15 mm. Setelah beberapa waktu, jika ternyata positif, maka pada alergen tersebut akan timbul indurasi yang dikelilingi bercak merah. Tergantung garis tengah indurasi masing-masing, maka gradasi atau tingkat kepekaan terhadap alergen tersebut disebutkan dengan: negatif/tidak   pasti/lemah/positif/ positif kuat atau dengan - / (+) / + / ++ / +++ / ++++ Uji

intradermal ini seringkali digunakan untuk titrasi alergen pada kulit.

Tes Alergi Intra Dermal

(26)

Uji tusuk dapat dilakukan dalam waktu singkat dan sesuai untuk anak. Tempat uji kulit yang paling baik adalah pada daerah volar lengan bawah dengan jarak 2 cm dari lipat siku dan pergelangan tangan. Setetes ekstrak  alergen dalam gliserin (50% gliserol) diletakkan pada permukaan kulit. Lapisan superfisial kulit ditusuk dan dicungkil ke atas memakai lanset atau  jarum yang dimodifikasi, atau dengan menggunakan jarum khusus untuk uji

tusuk.

Ekstrak alergen yang digunakan 1.000-10.000 kali lebih pekat daripada yang digunakan untuk uji intradermal. Dengan menggunakan sekitar 5 ml ekstrak   pada kulit, diharapkan risiko terjadinya reaksi anafilaksis akan sangat rendah.

Uji tusuk mempunyai spesifitas lebih tinggi dibandingkan dengan uji intradermal, tetapi sensitivitasnya lebih rendah pada konsentrasi dan potensi yang lebih rendah.

Faktor yang mempengaruhi

Antihistamin dapat mengurangi reaktivitas kulit. Oleh karena itu, obat yang mengandung antihistamin harus dihentikan paling sedikit 3 hari sebelum uji kulit. Pengobatan kortikosteroid sistemik mempunyai pengaruh yang lebih kecil, cukup dihentikan 1 hari sebelum uji kulit dilakukan. Obat golongan agonis β juga mempunyai pengaruh, akan tetapi karena pengaruhnya sangat kecil maka dapat diabaikan. Usia pasien juga mempengaruhi reaktivitas kulit walaupun pada usia yang sama dapat saja terjadi reaksi berbeda. Makin muda usia biasanya mempunyai reaktivitas yang lebih rendah. Uji kulit terhadap alergen yang paling baik adalah dilakukan setelah usia 3 tahun

.

4. Tes eksposisi inhalatif 

Pada penderita yang dicurigai menderita ekstrinsik atau alergik   bronkial asma, seharusnya dilaksanakan tes eksposisi inhalatif dengan alergen

tertentu (inhalatif provokatif tes spesifik), karena hasil tes intra- atau epikutan yang positif belum membuktikan seratus persen, bahwa sistem pernafasan sudah terkena. Kecuali jika dalam anamnesa sudah benar-benar nyata, bahwa  pada eksposisi dengan alergen tersebut penderita menderita sesak nafas. Dalam

hal ini bahkan tes eksposisi inhalatif dengan alergen tersebut tidak dianjurkan, karena jelas berbahaya.

(27)

Tes eksposisi inhalatif spesifik ini tentunya harus dilaksanakan dengan  persiapan yang teliti, terutama persiapan untuk kedaan gawat-darurat yang bisa terjadi, yaitu reaksi yang parah dengan sesak nafas berat yang bisa sampai menyebabkan kematian. Karena itu sebelum tes ini harus dipastikan, bahwa obat-obatan seperti kortison, antihistaminikum, epinefrin, cairan infus serta alat-alat untuk resusitasi termasuk intubasi sudah tersedia lengkap.

Pelaksanaan tes eksposisi inhalatif :

Setelah persiapan-persiapan di atas, pemeriksaan dimulai dengan   pelaksanaan spirometri. Jika ternyata pada pasien sudah dapat dibuktikan adanya obstruksi bronkial, maka tes tidak boleh dilaksanakan. Kecuali kalau obstruksinya hanya ringan sekali. Dalam hal ini dan jika tidak ada obstruksi, maka tes bisa dimulai dengan menyemprotkan alergen ke lubang hidung atau  pasien harus menghirup alergen tersebut dari nebulizer.

Tes provokasi inhalatif Spirometri

Setelah beberapa waktu, spirometri diulangi lagi dan jika tenyata timbul obtsruksi, maka harus diberikan bronkolitikum/betamimetikum. Tes ini   bisa dilakukan di praktik, tetapi sebaiknya pasien tidak diijinkan pulang

selama 1 - 2 jam untuk menjaga-jaga timbulnya reaksi lambat, yang terkadang  juga bisa berat.

5. Uji provokasi Makanan Persiapan

Sebelum melakukan uji provokasi makanan, harus diberikan penjelasan rinci kepada pasien atau orang tua pasien tentang prosedur pemeriksaan, keuntungan dan kegunaan pemeriksaan, serta komplikasi yang mungkin terjadi.

(28)

Eliminasi makanan. Eliminasi makanan diperlukan sebelum melakukan   provokasi. Eliminasi dilakukan selama 3 minggu dengan bentuk diet yang disesuaikan dengan anamnesis, pemeriksaaan fisis, dan pemeriksaan laboratorium. Ada 5 bentuk diet yang telah disebutkan di dalam bab tentang alergi makanan. Jika diet eliminasi berhasil menyembuhkan semua gejala alergi maka setelah 3 minggu dari awal diet dapat dilakukan uji provokasi.

Penghentian obat tertentu. Menjelang provokasi maka beberapa jenis obat yang dapat mengganggu penilaian uji provokasi makanan harus disingkirkan dalam selang waktu tertentu, yaitu antihistamin (96 jam), agonis β ( 12 jam), teofilin ( 12 jam), dan kromolin ( 12 jam).

Metode dan cara uji provokasi. Ada 2 macam cara uji provokasi makanan, yaitu uji provokasi makanan terbuka ( open food challenge), dan uji provokasi makanan buta ganda (double blind placebo controlled food  challenge=DBPCFC) .

Uji provokasi makanan terbuka. Jika uji kulit negatif dan riwayat reaksi terhadap makanan meragukan maka uji provokasi makanan terbuka dapat dilakukan setelah melakukan diet eliminasi selama 3 minggu.

Uji provokasi makanan buta ganda. Cara ini merupakan cara yang ideal untuk menentukan adanya reaksi terhadap makanan. Untuk memenuhi   persyaratan buta ganda maka vehikulum harus memenuhi syarat sebagai   berikut, 1) menghilangkan bau, 2) menghilangkan rasa, 3) menghilangkan   penampilan, dan 4) dapat memuat sejumlah banyak makanan hingga dapat

dilak provokasi multipel dalam beberapa jam. Vehikulum tersebut dapat  berupa kapsul, es kering, es krim, saus apel, hamburger, atau campuran tapioka

dengan buah dan sop. Kapsul yang dipakai umumnya ukuran 00 terbuat dari gelatin buram dengan bintik-bintik titanium oksida. Untuk 5 gram tepung telur  kering biasanya memerlukan 10-15 kapsul. Setelah diisi, kapsul disalut dengan   bubuk gula sehingga rasanya sama dengan kapsul plasebo. Plasebo yang

(29)

Pemberian makanan secara buta

Pemberian harus bertahap mulai dari jumlah yang diperkirakan tidak  menyebabkan serangan gejala alergi, kemudian ditingkatkan 2 kali lipat setiap 15-60 menit sampai timbul gejala yang nyata, atau dihentikan setelah mencapai 8-10 gram makanan kering atau 60-100 gram makanan basah dosis tunggal. Cukup jelas bahwa ketika dosis mencapai 8-10 gram makanan kering,  berarti pasien mendapat dosis total sebesar 15-20 gram sejak dari awal sampai akhir. Jika provokasi buta ganda sampai 8 gram makanan kering hasilnya negatif maka makanan tersebut boleh dicoba secara terbuka yang dianjurkan dilakukan dengan pengawasan. Kadang-kadang pada pemberian provokasi makanan secara terbuka terjadi gejala alergi. Hal ini disebabkan karena nilai ambang serangan alergi lebih tinggi daripada provokasi buta, alergenisitas makanan mungkin berbeda karena perbedaan penyajian, dan faktor psikologis  berpengaruh pada provokasi terbuka.

2.4 Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa dan   pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian

makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan provokasi. Diagnosis alergi makanan tidak ditegakkan berdasarkan test alergi, karena validitasnya sangat terbatas. Hasil tes alergi positif belum tentu mengalami alergi makanan. Demikian pula sebaliknya hasil negative belum tentu tidak alergi makanan tersebut.

Jenis alergi makanan di tiap Negara berbeda tergantung usia dan kebiasaan makan makanan tertentu. Alergi makanan pada bayi di Amerika Serikat terbanyak disebabkan karena protein susu sapi, sereal, telur, ikan dan kedelai. Pada usia lebih tua coklat, kacang tanah lebih berperanan.

Data yang diperlukan pada evaluasi alergi makanan (Ari Baskoro, 2007): 1. Makanan yang dicurigai

2. Banyaknya bahan makanan yang diperlukan untuk memicu timbulnya reaksi

3. Adanya riwayat timbulnya reaksi pada setipa kali paparan 4. Waktu antara paparan hingga timbulnya reaksi

(30)

6. Hilangnya gejala setelah bahan makanan yang dicurigai dihindari/dieliminasi

7. Lama berlangsungnya gejala

8. Pengobatan yang diperlukan untuk mengatasi masalah 2.5 Tindakan pencegahan terjadinya alergi

Ada 3 hal utama dalam tindakan pencegahan terjadinya alergi yaitu : 1. Penghindaran

Tindakan penghindaran akan berhasil bila penyebab / pencetus terjadinya alergi diketahui. Salah satu cara untuk mengetahui pencetus alergi ialah dengan melakukan uji kulit ( tes alergi ) di samping hasil pengamatan yang cermat sehari-hari oleh orang tua penderita. Dari hasil pemeriksaan tes alergi dapat diketahui zat-zat yang menimbulkan alergi. Beberapa zat-zat terutama makanan kadang-kadang tidak  ada hubungan yang jelas antara hasil tes dengan gejala alergi. Hal ini disebabkan anak yang mempunyai alergi terhadap makanan belum tentu karena laergi terhadap makanan itu sendiri, akan tetapi alergi terhadap zat-zat hasil pemecahan / metabolisme makanan dalam tubuh. Selain tes alergi pada kulit, juga dapat dilakukan pemeriksaan kadar immunoglobulin E yang spesifik dalam darah terhadap zat-zat tertentu yang dicurigai menimbulkan alergi.

Hindari makanan tambahan sebelum si kecil mencapai usia 4 bulan, karena untuk mengefektifkan ASI eksklusif untuk meningkatkan daya tahan tubuh si kecil.

Hindari penggunaan pewangi ruangan/pembersih ruangan yang harus disemprotkan ke seluruh ruangan. Jangan merokok/membiarkan orang lain merokok di sekitar si kecil. Jangan biarkan binatang peliharaan seperti anjing, kucing, burung berada di dalam rumah sebelum anak menginjak usia 1 tahun.

2. Cara hidup yang baik 

Cara hidup yang baik perlu diperhatikan pada penderita alergi yaitu cukup istirahat, olahraga teratur, disiplin dalam diet yang ditetapkan serta hidup dalam lingkungan dengan zat allergen yang minimal

3. Pemakaian obat-obatan

Obat-obatan pencegahan diberikan pada penderita alergi yang kronis/berat atau yang sering kambuh.Pemberian imunoterapi/desensitisasi (pengebalan terhadap allergen) hanya berhasil bila penderita hanya mempunyai alergi terhadap

(31)

satu zat saja. Ibu hamil yang mempunyai riwayat alergi dalam keluarga sebaiknya melakukan diet pencegahan terhadap makanan yang sering menimbulkan alergi untuk mencegah terjadinya reaksi alergi pada bayi yang dilahirkan. Diet ini dilakukan pada akhir triwulan kehamilan.

2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan alergi makanan harus secara benar dan berkesinambungan, saat ini penatalaksanaan yang paling ideal adalah menghindari pencetus yang bisa menimbulkan keluhan alergi tersebut. Namun, masih banyak perbedaan dan kontroversi diantara para ahli atau peneliti dalam sistem penanganan alergi makanan yang sesuai. Sehingga banyak tercipta pola dan variasi pendekatan diet yang dilakukan oleh para ahli dalam menangani alergi makanan dan autisme. Banyak kasus   pengendalian alergi makanan tidak berhasil dengan optimal, karena penderita

menghindari beberapa makanan yang dianggap sebagai penyebab alergi dari hasil   pemeriksaan yang bukan merupakan pemeriksaan baku atau “Gold Standard”.

Penatalaksanaan alergi dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Terapi Non Farmakologis: a. Terapi desentisasi.

Berupa penyuntikan berulang alergen (yang dapat mensentisasi pasien) dalam jumlah yang sangat kecil dapat mendorong pasien membentuk  antibodi IgG terhadap alergen. Antibodi ini dapat bekerja sebagai antibodi   penghambat (blocking antibodies). Sewaktu pasien tersebut kembali

terpajan ke alergen , maka antibodi penghambat dapat berikatan dengan alergen mendahului antibodi IgE. Karena pengikatan IgG tidak  menyebabkan degranulasi sel mast yang berlebihan, maka gejala alergi dapat dikurangi.

b. Terapi probiotik (preparat sel mikroba atau komponen mikroba yang dapat mempertahankan kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan dalam flora usus).

Salah satu pendekatan terbaru yang digunakan dalam penatalaksanaan alergi makanan. Penelitian yang dilakukan oleh Trapp et al. (1993) menunjukkan bahwa responden yang diberikan yoghurt memiliki penurunan konsentrasi IgE dalam darah dan frekuensi alergi yang rendah. Matsuzaki et 

(32)

al  (1998) menunjukkan bahwa pemberian bakteri probiotik  Lactobacillus casei (L. casei) secara oral terhadap tikus, dapat menghambat pembentukan IgE oleh ovalbumin. Namun, informasi terhadap efektivitas probiotik dalam  penatalaksanaan alergi makanan sangat terbatas, untuk itu perlu dilakukan  penelitian lebih lanjut (Isolauri et al., 1999; Kirjavainen et al., 1999).

c. Payung ASI Eksklusif  

Risiko alergi makanan pada bayi dapat dikurangi dengan peran aktif  ibu memberi ASI eksklusif selama 6 bulan penuh. Jangan kenalkan makanan tambahan apapun pada periode ini, terlebih susu formula berbahan dasar sapi serta produk-produk turunan susu. Mengenalkan makanan padat  pada usia terlalu dini, yaitu 4 bulan pertama kehidupan anak, dihubungkan dengan peningkatan risiko alergi hingga usia 10 tahun. Bayangkan dampaknya pada anak. Anjuran studi Dr Fiocchi yang dimuat di jurnal Annals Allergy, Asthma & Immunology disarankan mengenalkan makanan satu persatu. Para peneliti juga mengingatkan bahwa makanan padat harus dikenalkan dalam jumlah kecil terlebih dahulu. Jangan langsung memberi  bayi campuran beberapa jenis bahan makanan. Sebab, dengan begini akan

sulit diketahui apakah bayi Anda alergi terhadap bahan makanan tertentu.

d. Diet

Diet dilakukan selama 3 minggu, setelah itu dilakukan provokasi dengan 1 bahan makanan setiap minggu. Makanan yang menimbulkan gejala alergi pada provokasi ini dicatat. Disebut alergen kalau pada 3 kali  provokasi menimbulkan gejala alergi. Waktunya tidak perlu berturut-turut. Jika dengan salah satu regimen diet tidak ada perbaikan padahal sudah dilakukan dengan benar, maka diberikan regimen yang lain. Sebelum memulai regimen yang baru, penderita diberi ”carnaval” selama seminggu, artinya selama 1 minggu itu semua makanan boleh dimakan (pesta). Maksudnya adalah memberi hadiah setelah 3 minggu diet dengan baik, dengan demikian ada semangat untuk menjalani diet berikunya. Selanjutnya diet yang berikutnya juga dilakukan selama 3 minggu sebelum dilakukan  provokasi. Ada beberapa regimen diet yang bisa digunakan :

(33)

- ”ELIMINATION DIET”: beberapa makanan harus dihindari yaitu Buah, Susu, Telur, Ikan dan Kacang, di Surabaya terkenal dengan singkatan BSTIK (data BSTIK terlampir). Merupakan makanan-makanan yang  banyak ditemukan sebagai penyebab gejala alergi, jadi makanan-makanan dengan indeks alergenisitas yang tinggi. Indeks ini mungkin lain untuk  wilayah yang lain, sebagai contoh dengan DBPFC mendapatkan telur, kacang tanah, susu sapi, ikan, kedelai, gandum, ayam, babi, sapi dan kentang, sedangkan Bischop mendapatkan susu, telur, kedelai dan kacang. - ”MINIMAL DIET 1” (Modified Rowe’s diet 1): terdiri dari beberapa

makanan dengan indeks alergenisitas yang rendah. Berbeda dengan ”elimination diet”, regimen ini terdiri dari beberapa bahan makanan yang diperbolehkan yaitu : air, beras, daging sapi, kelapa, kedelai, bayam, wortel, bawang, gula, garam dan susu formula kedelai. Bahan makanan lain tidak diperbolehkan.

- ”MINIMAL DIET 2” (Modified Rowe’s Diet 2) : Terdiri dari makanan-makanan dengan indeks alergenisitas rendah yang lain yang diperbolehkan, misalnya : air, kentang, daging kambing, kacang merah,  buncis, kobis, bawang, formula hidrolisat kasein, bahan makanan yang

lain tidak diperkenankan.

- ”EGG and FISH FREE DIET”: diet ini menyingkirkan telur termasuk  makanan-makanan yang dibuat dari telur dan semua ikan. Biasanya diberikan pada penderita-penderita dengan keluhan dengan keluhan utama urtikaria, angionerotik udem dan eksema.

- ”HIS OWN’S DIET”: menyingkirkan makanan-makanan yang dikemukakan sendiri oleh penderitanya sebagai poenyebab gejala alergi.

2. Terapi Farmakologis:

Obat alergi secara optimal hanya dapat menekan reaksi alergi dalam waktu 12-24 jam. Bila reaksi itu berkurang maka akan timbul gejala lagi dan harus minum obat lagi. Bahkan meskipun sudah minum obat kadang hanya dapat menekan gejala alergi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali dan umumnya mempunyai efisiensi rendah. Bila diet tidak bisa dilaksanakan maka harus diberi farmakoterapi dengan obat-obatan seperti yang tersebut di bawah ini :

(34)

a. Prescription antihistamines, dapat menghambat degranulasi sel mast sehingga dapat mengurangi gejala-gejala alergi tanpa menyebabkan rasa kantuk. Pengobatan ini dilakukan sesaat si penderita mengalami reaksi alergi. Jangka waktu pemakaian hanya dalam satu hari, 24 jam. Diantaranya adalah;

• H1-Reseptor antagonis

H1 reseptor antagonis generasi kedua tidak ada efek samping CNS. Setirizin bisa digunakan pada anak mulai umur 1 tahun dan tidak  ada efek samping kardiovaskular, dapat digunakan jangka lama. H1 reseptor antagonis generasi pertama efek antikolinergiknya dapat memperburuk gejala asma karena pengentalan mukus. Pada dosis tinggi efek samping pada CNS sangat membatasi penggunaanya dalam   pengobatan asma. Obat-obatan yang sering dipakai misalnya;

Difenhidramin (diberikan dengan dosis 0,5 mg/kg/dosis, 3 kali/24  jam) CTM (diberikan dengan dosis 0,09 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam) Setirizin (dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-5 tahun: 2.5 mg/dosis,1 kali/hari; > 6 tahun : 5-10 mg/dosis,1 kali/hari), Loratadin (dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-5 tahun : 2.5 mg/dosis,1 kali/hari; > 6 tahun : 10 mg/dosis,1 kali/hari), Feksofenadin (dosis   pemberian sesuai usia anak adalah : 6-11 tahun : 30 mg/hari, 2 kali/hari; > 12 tahun : 60 mg/hari, 2 kali/hari atau 180 mg/hari, 4 kali/hari), Azelastine (dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 5-11 tahun : 1 semprotan 2 kali/hari; > 12 tahun : 2 semprotan, 2 kali/hari) Pseudoephedrine (dosis pemberian sesuai usia anak adalah : 2-6 tahun : 15 mg/hari, 4 kali/hari; 6-12 tahun : 30 mg/hari, 4 kali/hari; > 12 tahun : 60 mg/hari 4 kali/hari), dan Ipratropium bromide 0.03% (dosis 2 semprotan 2-3 kali/hari).

b. Steroid atau Kortikosteroid yang dihirup (Nasal corticosteroid semprot) atau sistemik bekerja sebagai obat anti peradangan dan dapat mengurangi gejala suatu alergi. Cara pengobatan ini yaitu dengan dimasukkan ke dalam mulut atau melalui injeksi. Obat ini bekerja cukup ampuh dan aman dalam penggunaan,  pengobatan ini tidak menyebabkan efek samping. Orang yang mengidap alergi   perlu menggunakan obat-obat ini dalam jangka waktu yang cukup lama

(35)

sebelum obat menjadi efektif. Kortikosteroid inhalansif hanya berefek di saluran nafas dan tidak menimbulkan efek sistemik. Contoh:

• Glukokortikoid.

Digunakan terutama bila ada gejala asma. Steroid oral pada asma akut digunakan pada yang gejala dan PEF nya makin hari makin memburuk, PEF yang kurang dari 60%, gangguan asma malam dan menetap pada pagi hari, lebih dari 4 kali perhari, dan memerlukan nebulizer serta bronkodilator    parenteral darurat. menggunaan bronkodilator . Steroid oral yang dipakai

adalah : metil prednisolon/hidrocortison (dengan dosis 4-10 mg/kg/dosis tiap 4-6 jam sampai kegawatan dilewati disusul rumatan prednison oral), prednisolon dan prednison (diberikan sebagai dosis awal adalah 1-2 mg/kg/hari dosis tunggal pagi hari sampai keadaan stabil kira-kira 4 hari kemudian diturunkan sampai 0,5 mg/kg/hari, dibagi 3-4 kali/hari dalam 4-10 hari). Steroid hirupan digunakan bila ada gejala asma dan rinitis alergika diantaranya adalah;  fluticasone (Flonase), mometasone (Nasonex), dan triamcinolone (Nasacort).

c. Beta Arenergic Agonist

Digunakan untuk relaksasi otot polos bronkus. Epinefrin subkutan bisa diberikan dengan dosis 0,01 mg/kg/dosis maksimum 0,3 mg/dosis. Biasanya digunakan untuk penanganan syok anafilaktik.

d. Metil Xantin (Beta 2 Agonist)

Digunakan sebagai bronkodilator. Obat yang sering digunakan adalah aminofilin dan teofilin, dengan dosis awal 3-6/kg/dosis, lanjutan 2,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam.

e. Simpatomimetika

• Efedrin : 0,5 – 1,0 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam

• Orciprenalin : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam • Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam • Salbutamol : 0,1 – 0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

(36)

LTC4 dan LTD4 menimbulkan bronkokonstriksi yang kuat pada manusia, sementara LTE4 dapat memacu masuknya eosinofil dan netrofil ke saluran nafas. Dapat digunakan pada penderita dengan asma persisten ringan.  Namun pada penelitian dapat diberikan sebagai alternatif peningkatan dosis kortikosteroid inhalasi, posisi anti lekotrin mungkin dapat digunakan pada asma persisten sedang, bahkan pada asma berat yang selalu membutuhkan kortikosteroid sistemik, digunakan dalam kombinasi dengan xantin, beta-2-agonis dan steroid. Preparat yang sudah ada di Indonesia adalah Zafirlukast yang diberikan pada anak sebesar 20 mg/dosis 2 kali/24jam.

g. Kromolin dan Nedokromil.

Dipakai terutama pada penderita dengan gejala asma dan rinitis alergika. Kromolin umumnya efektif pada alergi makanan dengan gejala Dermatitis Atopi yang disebabkan alergi makanan. Dosis kromolin untuk   penderita asma berupa larutan 1% solution (20 mg/2mL) 2-4 kali/hari untuk  nebulisasi atau berupa inhalasi dengan metered-dose inhaler 1,6 mg (800 µg/inhalasi) 2-4 kali/hari. Untuk rinitis alergik digunakan obat semprot 3-4 kali/hari yang mangandung kromolin 5.2 mg/semprot. Untuk konjungtivitis diberikan tetes mata 4% 4-6 x 1 tetes mata/hari. Nedokromil untuk  nebulisasi tak ada. Yang ada berupa inhalasi dengan metered-dose inhaler  dan dosis untuk asma adalah 3,5 mg (1,75 mg/inhalasi) 2-4 kali/hari. Untuk  konjungtivitis diberikan tetes mata nedokromil 2% 4-6 x 1-2 tetes mata/hari.

Komplikasi yang sangat berbahaya pada pasien dengan alergi (hipersensitivitas) adalah Syok Anafilaktik yang dapat menyebabkan kematian Syok Anafilaktik adalah gangguan perfusi jaringan akibat adanya reaksi antigen-antibodi yang mengeluarkan histamine, dengan akibat  peningkatan permeabilitas membrane kapiler dan terjadi dilatasi arteriole, sehingga venous return menurun. Untuk itu diperlukan manajemen yang  baik pada syok anafilaktik yang tepat untuk menghindari kematian.

Penatalaksanaan syok anafilaktik.

(37)

• Pertahankan jalan nafas

• Beri suntikan epinefrin/adrenalin (0,01 mg/kg/dosis maksimum 0,3

mg/dosis) di Subcutan.

• Beri oksigen

• Pemberian metil prednisolon/hidrocortison (dengan dosis 4-10 mg/kg/dosis

tiap 4-6 jam sampai kegawatan dilewati disusul rumatan prednison oral)

• Pemberian Difenhidramin (diberikan dengan dosis 0,5 mg/kg/dosis, 3

kali/24 jam).

(DIET BSTIK)

NO PANTANGAN

BAHAN

YANG TIDAK DAPAT DIMAKAN

PENGGANTI

BAHAN

YANG DAPAT DIMAKAN 1 Buah-buahan - semua buah Umbi-umbian - Kentang, wortel,

BRONKOSPASME HIPOTENSI

Pemberian Metil Xantin (Beta 2 Agonist) Digunakan sebagai bronkodilator. Obat yang sering digunakan adalah aminofilin dan teofilin, dengan dosis awal 3-6/kg/dosis, lanjutan 2,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam.

Pemberian posisi trendelenbrug (30-45 derajat).

Manajemen cairan yang  benar (pemberian infuse

cairan kristalloid atau colloid)

Gambar

Tabel 1. Manifestasi Alergi Pada bayi Baru lahir hingga 1 Tahun ORGAN/SISTEM  TUBUH GEJALA  DAN  TANDA
Tabel 2. Manifestasi Alergi Pada Anak Usia Lebih dari 1 tahun

Referensi

Dokumen terkait

bahwa kenaikan satu unit output sektor perikanan akan menyebabkan naiknya output sektor lain (termasuk sektor perikanan budidaya sendiri) secara keseluruhan sebesar 0,8742

[r]

Iklim di Pulau Moyo umumnya beriklim tropis, Curah hujan antara 1250 mm/th di daerah rendah dan 1500-2000 mm/th di daerah dataran tinggi. Jenis tanah Regosol

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan

Keterangan: P0 = kontrol; P1 = benih diinokulasi Xoo, kemudian diinvigorasi dengan biomatriconditioning plus agens hayati; P2 = benih diinokulasi Xoo, kemudian diinvigorasi

Nilai dasar tersebut adalah merupakan esensi dari nilai-nilai Pancasila tang bersifat universal, sehingga dalam nilai tersebut terkandung cita-cita, tujuan serta nilai- nilai yang

 Informasi bersama gelombang pembawanya (RF) yang datang pada antena, Informasi bersama gelombang pembawanya (RF) yang datang pada antena, diseleksi diseleksi oleh rangkaian

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Menyangkut strategi apa yang digunakan, materi apa