• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh aktivitas shalat berjamaah di sekolah dan kedisiplinan belajar terhadap kecerdasan emosional siswa di SD Muhammadiyah 5 Garut Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh aktivitas shalat berjamaah di sekolah dan kedisiplinan belajar terhadap kecerdasan emosional siswa di SD Muhammadiyah 5 Garut Kota"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Semakin besarnya arus globalisasi yang membawa suasana kehidupan semakin penuh persaingan, sehingga semua disibukan oleh keinginan tetap survive dalam menitih masa depan. Landasan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. sangat penting, meskipun secara teknologi telah memiliki kompetensi yang kuat. Tanpa keimanan dan jiwa taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan, pangkat, kedudukan dan kekayaan akan dapat membahayakan, menyengsarakan dan mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat.

Keimanan dan ketaqwaan tidak lepas dari amaliyah sehari-hari dari sebuah implementasi rasa syukur sampai dengan pendidikan shalat yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan, shalat mencegah perbuatan keji dan munkar, meningkatkan disiplin hidup, membuka hati pada kebenaran dan masih banyak manfaatnya bagi kebutuhan rohani atapun jasmani.

Shalat merupakan azas yang fundamental yang dijadikan tolok ukur kualitas keimanan dalam diri seseorang. Maka dari itu mempelajari shalat sejak dini sangatlah penting, dipahami dan diamalkan sebaik mungkin dan benar, agar manfaatnya dapat dinikmati dan dirasakan dengan sungguh-sungguh.

Shalat adalah tiang agama dan merupakan perbuatan yang pertama kali di hisab oleh Allah SWT kelak. Secara ma’quli (pandangan akal). Statemen itu dapat dibenarkan, sebab aktifitas shalat mencerminkan kepribadian secara kafah.1 Shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar dan sesungguhnya dengan shalat kita dapat selalu mengingat Allah dan shalat merupakan ibadah yang keutamaannya lebih besar daripada ibadah yang lainnya. Hal ini dijelaskan dalam QS. al-Ankabut: 45 yang berbunyi :

(2)

“Bacalah al-Quran yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-kitab(Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. al-Ankabut: 45).2

Berdasarkaan Tafsir al-Azhar Juz ke –21, ayat ini menjelaskan akibat atau kesan yang nyata dan jelas, atau yang positif dari shalat: “Sesungguhnya sembahyang itu adalah mencegah dari yang keji dan yang mungkar”. Bagian dari ayat ini telah menjelaskan bahwa shalat itu adalah benteng. Niscaya shalat yang akan dapat jadi benteng, membentengi diri kita dari perbuatan yang keji, seperti berzina, merampok, merugikan orang lain, berdusta, menipu dan segala perbuatan mungkar yakni yang dapat celaan dari masyarakat, ialah shalat yang dikerjakan dengan khusyu’, dengan ingat bahwa maksud shalat ialah karena melatih diri selalu dzikir, yaitu selalu ingat kepada Allah.3

Shalat merupakan ibadah yang utama disisi Allah, berkali-kali al- Qur’an menegaskan bahwa Allah memerintahkan manusia agar mengerjakan shalat. Nabi Muhammad SAW juga memberikan pengertian bahwa amal ibadah yang pertama-tama kali di hisab di hari kiamat adalah shalat, jika shalatnya baik, maka baiklah semua amal perbuatannya, dan jika rusak shalatnya, maka biasanya amal yang lain ikut rusak.4

Shalat lima waktu dapat dikerjakan sendiri dan dapat diselenggarakan berjama’ah, tetapi shalat berjama’ah lebih baik (afdhul) dan bermanfaat. Allah berfirman dalam surat al-Maidah ayat 58 yang berbunyi:

2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Penerbit J-art, 2004),

402. 3

Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhar Juzu’ ke –

21 (Surabaya: Bina Ilmu, 1976), 12-13.

4 Mukhlas Asy-Syarkani al-falahi, Rahasia dan Keajaiban Takwa (Jogjakarta : Ad-Dawa

(3)

“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal”.(Q.S. al-Maidah : 58).5

Aktivitas shalat berjama’ah merupakan suatu tindakan ibadah shalat yang dikerjakan bersama-sama, dimana salah seorang di antaranya sebagai imam dan yang lainnya sebagai makmum.6 Shalat Jama’ah selain sarana ibadah kita kepada Allah SWT juga terdapat keutamaan dan aspek-aspek psikologis yang dapat memberikan motivasi sehingga akan membantu membentuk perilaku sosial seseorang.

Dalam kegiatan belajar, yang penting adalah bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa itu melakukan aktivitas belajar dengan teratur dan disiplin. Tujuan pendidikan secara umum adalah mendewasakan anak, termasuk salah satu tanda kedewasaan adalah adanya sikap disiplin. Disiplin merupakan kesediaan untuk memenuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan. Kepatuhan disini bukan hanya patuh karena adanya tekanan-tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan dan larangan tersebut.7

Kedisiplinan merupakan kontrol terhadap kelakuan, baik oleh kekuasaan luar ataupun oleh individu itu sendiri.8 Sedangkan menurut Nur Cholis Madjid, meninjau dari sudut keagamaan, disiplin ialah sejenis perilaku taat dan patuh yang sangat terpuji.9Kepribadian disiplin akan memberi pengaruh dalam segala aspek kehidupan secara timbal balik, artinya kepribadian yang baik akan menumbuhkan sikap disiplin, begitu juga sikap disiplin akan memberi peluang tumbuhnya kepribadian baik. Perilaku disiplin pada siswa perlu ditumbuh kembangkan, karena akan berpengaruh pada hasil belajar dan sikap-sikap baik

5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 119

6

M. Abdul Mujib, Kamus Istilah Fiqih (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1994), 318.

7

Amier Daien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,

1995), 142.

8

James Drever, Kamus Psikologi (Jakarta: Bina Aksara, 1998), 110.

9

(4)

lainnya, tanpa disiplin tidak akan ada kesepakatan antara guru dan siswa, serta hasil belajar pun berkurang, dan bahkan akan jauh dari keberhasilan.

Kedisiplinan dalam segala hal terutama dalam belajar hendaknya dimiliki oleh setiap anak, yang akhirnya dapat menjadi kebiasaan dalam setiap aktivitasnya. Apabila cara belajar yang teratur dan disiplin itu sudah menjadi kebiasaan, maka akan terbentuk etos belajar yang baik. Dimana kewajiban belajar bukan lagi menjadi beban melainkan sudah dianggap sebagai kebutuhan hidupnya.

Disiplin di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar.10 Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, bagi para siswa,serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian, proses pembelajaran akan berjalan lancar dan tujuan pembelajaran lebih mudah dicapai. Siswa yang belajar dengan disiplin akan segera mengetahui untung dan rugi, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Misalnya, seorang siswa yang disiplin dalam belajar, baik di sekolah maupun di rumah,akan memiliki implikasi terhadap kecerdasan emosionalnya. Karena perilaku disiplin dalam belajar tersebut merupakan langkah antisipatif jika ada ulangan atau evaluasi belajar dari guru. Siswa akan mampu menghadapi tes atau ujian dari guru, karena siswa telah mempersiapkan diri dengan belajar secara rutin.

Hal ini juga berlaku dalam pelaksanaan shalat berjamaah.Siswa yang berlaku disiplin memiliki indikasi seperti; mengikuti pelaksanaan shalat berjamaah secara rutin, datang di mushola tepat waktu, belajar secara mandiri, dan mengerjakan tugas-tugas dari guru PAI. Perilaku disiplin tersebut akan berimplikasi terhadap kecerdasan emosional siswa.

Kecerdasan emosional atau yang dikenal dengan Emotional Quotient (EQ) selanjutnya disebut EQ yang dipopulerkan oleh Goleman, berupa kemampuan mengenali emosi, mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan

10Tulus Tu’u,

Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa (Jakarta: Grasindo , 2004), 43.

(5)

mengenali emosi orang lain dan kemampuan membina pengaruh dengan orang lain,11 merupakan faktor yang bisa memberikan pengaruh kuat terhadap keberhasilan belajar. EQ sebagaimana dikemukakan oleh Zohar memberi kesadaran perasaan milik diri sendiri dan juga milik orang lain. EQ memberikan rasa empati, cinta, motivasi, dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan dan kegembiraan secara tepat. Mengutip pernyataan Goleman, EQ merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan IQ secara efektif. Jika bagian-bagian otak untuk merasa telah rusak, maka tidak dapat berpikir secara efektif.12

Merujuk pada permasalahan tersebut di atas, tampaknya guru perlu memperhatikan kondisi ekstern dan intern siswa dalam belajar. Sejalan dengan hal itu, maka dalam penelitian ini akan dikaji tentang shalat berjamaah, kedisiplinan belajar dan kecerdasan emosional siswa.

Dari hasil pengamatan sementara bahwa SD Muhammadiyah 5 Garut Kota merupakan lembaga pendidikan berstatus swasta yang prestasi belajarnya cenderung tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data statistik kelulusan dan kenaikan kelas siswa dalam 3 tahun terakhir mengalami kenaikan. Tidak hanya pada mata pelajaran umum, mata pelajaran PAI juga mengalami hal serupa. Adanya kegiatan ekstrakurikuler aktivitas shalat berjamaah yang masuk kedalam kurikulum sekolah dan terdapat penilaian dalam rapot khusus sekolah mewajibkan siswa untuk melaksanakan aktivitas shalat berjamaah yang dilaksanakan pagi hari sebelum belajar yaitu shalat dzuha dan siang hari yaitu shalat dzuhur guna mengenalkan kepada siswa akan kewajiban -kewajiaban yang harus dilaksanakannya sebagai makhluk Allah swt .13

Kedisiplinan belajar siswa yang dapat dilihat proses pembelajaran dari awal proses kegiatan belajar mengajar sampai akhir jam pelajaran terlihat teratur dan dinamis menunjukkan bahwa SD Muhammadiyah 5 garut ini memiliki kedisiplinan yang bagus.

11

Daniel Goleman, Emotional Intelegensi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000),

58. 12

Zohar, SQ, Kecerdasan Spiritual (Bandung: Mizan,2007), 3.

13

Hasil Observasi ketika pelaksanaan shalat berjamaah dzuha dan dzuhur di SD Muhammadiyah 5 Garut Kota pada tanggal 4 Januari 2016.

(6)

Faktor individual dan lingkungan siswa sangatlah berperan dalam menentukan kecerdasan emosionalnya. Kehidupan kota yang modern berimbas pada perilaku siswa, misalnya siswa kurang bisa mengontrol emosinya, cenderung agresif, dan kurang menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Aktivitas shalat berjamaah dan kedisiplinan belajar diharapkan akan mampu mengontrol kehidupan siswa terutama dalam kecerdasan emosionalnya. Siswa yang aktif melaksanakan aktivitas shalat berjamaah dan memiliki kedidiplinan dalam belajar akan mampu mengendalikan pikiran dan hati mereka. Secara tidak langsung pemahaman penerapan aktivitas shalat berjamaah dan kedisiplinan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam kecerdasan emosional siswa, seberapa besar anak didik mampu mengendalikan keinginan-keinginannya, membatasi berbagai macam hasratnya dan menetapkan berbagai sasaran aktivitasnya untuk mendapatkan kebahagiaan dan mencapai kesuksesan hidupnya.

Dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul "Pengaruh Aktivitas Shalat Berjamaah di Sekolah dan Kedisiplinan Belajar terhadap Kecerdasan Emosional Siswa (Penelitian di SD Muhammadiyah 5 Kecamatan Garut Kota)".

B. Perumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang di atas, yang menjadi fokus permasalahan adalah : 1. Bagaimana pengaruh aktivitas shalat berjamaah di sekolah terhadap

kecerdasan emosional siswa di SD Muhammadiyah 5 Garut Kota? 2. Bagaimana pengaruh kedisiplinan belajar terhadap kecerdasan

emosional siswa di SD Muhammadiyah 5 Garut Kota?

3. Bagaimana pengaruh aktivitas shalat berjamaah di sekolah dan kedisiplinan belajar terhadap kecerdasan emosional siswa di SD Muhammadiyah 5 Garut Kota?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(7)

a. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas shalat berjamaah di sekolah terhadap kecerdasan emosional siswa di SD Muhammadiyah 5 Garut Kota.

b. Untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan belajar terhadap kecerdasan emosional siswa di SD Muhammadiyah 5 Garut Kota.

c. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas shalat berjamaah di sekolah dan kedisiplinan belajar terhadap kecerdasan emosional siswa di SD Muhammadiyah 5 Garut Kota.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap dunia pendidikan, khususnya tentang pentingnya aktivitas shalat berjamaah di sekolah, kedisiplinan belajar dan kecerdasan emosional siswa.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa untuk menggali kecerdasan emosionalnya. D. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Sikap Religiusitas Di SMA Muhammadiyah 4 Kendal Tahun Ajaran 2008/2009. Muhyidin. Tesis IKIP Veteran Semarang. 2010. Dalam tesis tersebut disebutkan bahwa sikap religiusitas yang baik kemungkinan besar dikarenakan adanya kecerdasan emosional yag cukup dari seseorang tersebut, di tesis ini juga disimpulkan bahwa adanya hubungan kecerdasan emosional dengan sikap religiusitas, semakin tinggi nilai kecerdasan emosional seseorang maka semakin baik pula sikap religiusitas dari seseorang.

2. Konsep Radla’an dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh Ayat : 233 dan implikasinya terhadap kecerdasan emosional anak. Masduri. Tesis Fakultas Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Semarang. 2008. Tesis tersebut disebutkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang tidak hanya menyangkut kemampuan intelektual saja, namun sudah

(8)

melibatkan faktor intitusi, factor sosial, penyesuaian diri dengan lingkungan secara keseluruhan dan bagaimana mengadakan pemilihan hidup yang sesuai kecerdasan emosi dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan dan cara-cara yang telah dirumuskan oleh beberapa pakar. Pentingnya kecerdasan emosi bagi kebutuhan manusia bukan hanya dalam dunia kerja, rumah tangga, namun juga dalam dunia pendidikan. Kecerdasan emosi Qurani adalah akhlak itu sendiri, maka apabila ingin mempunyai kecerdasan emosi yang baik adalah dengan melakukan akhlak-akhlak mahmudah dan meninggalkan serta meminimalisir akhlak-akhlak mazmumah.

3. Pengaruh Keteladanan Orang Tua Dalam Beribadah Shalat Terhadap Kedisiplinan Shalat Berjamaah Siswa MI Safinatul Huda Sowan Kidul Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010. Moh Handayani. Tesis Fakultas Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Semarang. 2010. Dalam tesis ini menyimpulkan bahwa semakin baik keteladanan orang tua dalam beribadah, maka akan semakin baik Kedisiplinan Shalat Berjamaah siswa.

Dari beberapa penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan hasil tesis-tesis yang sebelumnya.

Penelitian Pertama mempunyai kesamaan, yaitu meneliti tentang kecerdasan emosi. Sedang perbedaanya adalah pada variabel terikat (Dependen). Pada penelitian pertama variabel terikat adalah Sikap Religiusitas sedang pada penelitian ini adalah kedisiplinan shalat berjamaah. Kemudian Penelitian Kedua, tentang Konsep Radla’an dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh Ayat : 233 dan implikasinya terhadap kecerdasan emosional anak, Sementara Penelitian ini, Peneliti fokuskan pada kecerdasan emosional. Penelitian yang Ketiga membahas tentang Pengaruh Keteladanan Orang Tua Dalam Beribadah Shalat Terhadap Kedisiplinan Shalat Berjamaah Siswa MI Safinatul Huda Sowan Kidul Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010. Peneliti lebih spesifik membahas tentang Kedisiplinan Shalat Berjamaah Siswa.

(9)

Aktivitas berasal dari kata dalam bahasa Inggris “activity” yang berarti “aktivitas, kegiatan atau kesibukan”. Sedangkan menurut istilah mengartikan aktivitas dengan “kegiatan yang dilakukan sebagai reaksi terhadap rangsangan sekitar”. Pengertian aktivitas secara lebih luas yaitu : 1) Hal-hal yang dilakukan manusia, 2) Dorongan, perilaku dan tujuan yang terorganisasi, 3) Berfungsinya organisme, 4) Tanggapan yang terorganisasi”. 14

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah kegiatan yang didakamnya mengandung kekuatan dalam melakukan suatu kesibukan yang segala pekerjaan tersebut sudah terprogram dan terkendali guna mencapai tujuan yang digariskan.

Menurut bahasa shalat adalah do'a,15 Kata “shalat” pada dasarnya berakar dari kata “Shalat” ةلاص yang berasal dari kata ىلص ىلصي. Kata “shalat” menurut pengertian bahasa mengandung dua pengertaian, yaitu “ berdo’a” dan “bershalawat”.16

Al-Qur’an menyebutkan shalat pada banyak ayat, tidak kurang dari 90 ayat, kata “ shalat” mempunyai macam-macam arti : “Do’a”, “ Rahmat” dan “Istighfar” ( minta ampun).17

Shalat dalam arti do’a di jelaskan dalam al-Qur’an surat At- Taubah, ayat 103 yang memerintahkan Nabi untuk mendo’akan bagi orang-orang yang membayar zakat harta benda mereka; sebab do’a Nabi membawa ketenangan hati mereka.

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka.

14

Wulyo, Kamus Sosiologi (Jakarta : Rajawali Press, 1990), 8.

15

M. Ali Hasan, Hikmah Shalat dan Tuntunannya (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2000), 19.

16

Ahmad Tholib Raya dan Siti Musdah, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam

(Jakarta: Kencana, 2003), Cet I, 174.

17

Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah Dalam Islam (Jakarta :Perpustakaan Pusat

(10)

Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(At-Taubah: 103). 18 Menurut Sayyid Sabiq, shalat ialah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi Allah Ta’ala dan diakhiri dengan memberi salam.19 Dalam istilah ilmu fiqih, shalat adalah salah satu macam atau bentuk ibadah yang di wujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu disertai dengan ucapan-ucapan tertentu dan syarat-syarat tertentu pula.20

Sedangkan Jama’ah menurut bahasa adalah Al-jama’ah secara bahasa berasal dari kata al Jam’u. al Jam’u kebalikan dari al Mutafarruq (perpecahan). Dengan demikian kalimat ini untuk menyatakan bilangan sesuatu yang berskala besar. Al Jama’ah menurut istilah fuqaha adalah bilangan manusia yang berjumlah banyak, Al Kasani berkata:“ Al Jama’ah terambil dari kata al ijtima”. Jumlah terkecil sebuah jama’ah adalah terdiri atas dua orang yaitu antara imam dan makmum.21 Dalam fiqh Islam Dikatakan Apabila dua orang shalat bersama-sama dan salah seorang diantara mereka mengikuti yang lain, keduanya dinamakan shalat jama’ah.22

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas shalat jama’ah adalah ikatan makmum dengan imam dalam shalat dengan syarat-syarat yang ditentukan atau dikhususkan.

Aktivitas shalat berjamaah merupakan kesempatan besar untuk saling mengenal dan beramah tamah antar sesama muslim saat pertemuan mereka dalam shalat lima waktu, juga ketika masuk dan keluar masjid. Shalat berjamaah juga merupakan kesempatan bagi para jamaah untuk saling mencari tahu satu sama lain, serta untuk mengetahui situasi dan kondisi mereka, sehingga terjadilah kunjungan kepada orang sakit, membantu orang yang membutuhkan, berbelas

18

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 204.

19

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 1,Terjemahan Mahyudin Syaf (Bandung: Al Ma’arif,

1973), 205.

20

Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/ IAIN di Pusat, Ilmu Fiqih Jilid I (Jakarta:

Pustaka Pelajar, 1983), 79.

21

Sholih bin Ghanim bin Abdullah As-Sadlani, terj. M. Nur Abrari, Shalat Berjama’ah Panduan Hukum, Adab, Hikmah, Sunnah dan Peringatan penting tentang pelaksanaan Shalat

berjama’ah (Solo: Pustaka Arafah, 2002), Cet. I,17-18.

22

(11)

kasih kepada orang yang terkena musibah dan sebagainya, hal-hal yang bisa menguatkan hubungan dan menambah persaudaraan antar sesama muslim.23

Allah SWT mensyariatkan shalat berjamaah karena hikmah-hikmah yang berasal dari tujuan-tujuan yang luhur, diantaranya membangun persatuan umat, memaklumatkan syiar Islam, merealisasikan ibadah hanya untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam, melenyapkan kesenjangan-kesenjangan sosial antar anggota masyarakat, memonitor keadaan umat Islam, merasakan adanya ukhwah Islamiyah dan seorang muslim mempelajari urusan-urusan agamanya yang tidak diketahuinya.24

Di samping adanya keutamaan itu, aktivitas shalat berjamaah mempunyai arti yang amat besar dalam kehidupan sosial. Shalat jamaah melatih taat kepada pemimpin, sedangkan bagi pimpinan supaya bertindak bijaksana dengan memperhatikan jamaah yang dipimpinnya. Selain itu, shalat jamaah juga menanamkan rasa kebebasan, persaudaraan dan persamaan.25

Aktivitas shalat berjamaah di sekolah diidentifikasikan dari motivasi mereka untuk melaksanakannya. Dalam hal ini yang dapat dilakukan untuk mengukur motivasi ialah mengidentifikasi beberapa indikator dalam term-term berikut: 1) Durasi kegiatan, berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melaksanakan kegiatan. 2) Frekwensi kegiatan, berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode tertentu. 3) Persistensinya; ketepatan dan kelekatan pada tujuan kegiatan. 4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam melakukan kegiatan.

Disiplin merupakan upaya untuk membuat orang berada pada jalur sikap dan perilaku yang sudah ditetapkan pada individu oleh orang tua. Kedisiplinan ini diajarkan oleh orang tua sejak dini, hal ini dimaksudkan agar anak terbiasa dengan hidup teratur karena hal ini juga akan berdampak positif bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk menanmkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu,

23

Abu Abdillah Musnid, 40 Manfaat Shalat Berjamaah, (Jakarta: Darrulhaq, 2002), 74.

24

Mahir Manshur Abdurraziq, Mu'jizat Shalat Berjamaah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,

2007), 69.

25

Sidik Tono, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta: Badan Penerbit Universitas

(12)

atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral

Menurut Prijodarminto (1994) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan.26 Sedangkan menurut Maman Rachman (1999) menyatakan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.27

Dari uraian pengertian disiplin di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berlaku baik yang muncul dari kesadaran dirinya maupun karena adanya sanksi atau hukuman. Dan yang dimaksud disiplin belajar adalah sikap atau tingkahlaku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah.

Adapun yang menjadi indikator kedisiplinan belajar yaitu dapat mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan teratur belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan ketertiban diri saat belajar di kelas.28

Menurut Reuven Bar-On, seperti dikutip oleh Stein, kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi dan kecakapan nonkognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Selanjutnya mengutip pendapat Salovey dan Mayer, Stein menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. 29 Menurut Salovey dan Mayer dalam McCormack

26Tu’u, Peran Disiplin, 31. 27Tu’u, Peran Disiplin, 32. 28Tu’u, Peran Disiplin, 91. 29

Steven J. Stein, Ledakan EQ 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses(

(13)

kecerdasan emosional atau yang sering disebut dengan EQ adalah suatu bentuk kecerdasan yang melibatkan kemampuan untuk memantau perasaan dan emosi dirinya sendiri juga perasaan dan emosi orang lain, untuk membedakan di antaranya dan untuk menggunakan informasi ini dalam menentukan pikiran dan perilaku.

Goleman mengemukakan ciri-ciri kecerdasan emosional dari Salovey yang dikembangkan dari konsep kecerdasan pribadi Gardner dalam lima wilayah utama, yaitu: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan. Kecerdasan emosi yang dimiliki manusia mempunyai manfaat yang besar dalam melakukan proses kehidupan, karena dengan kecerdasan emosi manusia dapat mengontrol tindakan yang dilakukan, menjaga diri, menjalin hubungan dengan orang lain, mempunyai keinginan untuk berkompetisi dan sebagainya.

Apabila manusia menjalani kehidupan tanpa adanya emosi menjadikan kehidupan tanpa kesan, karena suatu peristiwa tentu disertai emosi. Suatu pekerjaan yang dijalani dengan mengoptimalkan kecerdasan emosi akan mempunyai kesan yang kuat dalam diri seseorang. Seorang siswa yang belajar dengan emosi yang stabil cenderung lebih mudah untuk mencerna dan memahami materi pelajaran. Materi yang disampaikan oleh guru akan lebih berkesan di pikiran siswa. Dengan begitu siswa mampu mempersiapkan diri dalam menghadapi evaluasi pembelarajan dan prestasi belajar pun dapat meningkat.

Untuk memudahkan hubungan antar variabel dalam penelitian ini maka secara sistematis dapat di gambarkan skema penelitian berikut ini:

(14)

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitian. Dengan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara. Yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.30 Sesuai dengan kerangka pemikiran di atas, diajukan Hipotesis penelitian yang layak sebagai berikut:

1. Hipotesis Satu (H1):

a) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara aktivitas shalat berjamaah di sekolah (X1) terhadap kecerdasan emosional (Y) di SD

Muhammadiyah 5 Garut Kota.

b) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kedisiplinan belajar (X2) terhadap kecerdasan emosional (Y) di SD Muhammadiyah 5 Garut

Kota.

30Suharsimi Arikunto, Menejemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 55.

Kedisiplinan Belajar (X2): 1. Waktu 2. Perbuatan Kecerdasan Emosional (Y) :

1. Mengenali emosi diri

2. Mengelola emosi

3. Memotivasi diri sendiri

4. Mengenali emosi orang lain

5. Membina hubungan Aktivitas Shalat Berjamaah di Sekolah

(X1):

1. Demokratis

2. Rasa diperhatikan dan berarti 3. Kebersamaan

4. Tidak ada jarak personal 5. Terapi lingkungan

(15)

c) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara aktivitas shalat berjamaah di sekolah (X1) dan kedisiplinan belajar (X2) terhadap

kecerdasan emosional (Y) di SD Muhammadiyah 5 Garut Kota. 2. Hipotesis Nol (H0):

a) Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara aktivitas shalat berjamaah di sekolah (X1) terhadap Kecerdasan Emosional (Y)

di SD Muhammadiyah 5 Garut Kota.

b) Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kedisiplinan belajar (X2) terhadap Kecerdasan Emosional (Y) di SD Muhammadiyah

5 Garut Kota.

c) Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara aktivitas shalat berjamaah di sekolah (X1) dan kedisiplinan belajar (X2) terhadap

Gambar

Gambar 1.1.  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Siguiendo a Lee y Koubek (2010) y centrándonos en el objeto del presente es- tudio, hemos tenido en cuenta una serie de parámetros que permiten a un usuario valorar y

Hasil penelitian menunjukkan Untuk dapat berkompetensi dalam berkomunikasi lintas budaya di kalangan generasi muda sebagai bentuk kesiapan menghadapi Pemberlakuan

Mengingat penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menguji teori dan hubungan antar variabel melalui penyebaran kuesioner maka

Pokok Bahasan : Ruang lingkup, Sistem, Peran Dan Fungsi Manajemen SDM Dalam Organisasi Sub Pokok Bahasan : Ruang Lingkup dan Sistem Manajemen SDM (Sesi 2)1. Kegiatan Pembelajaran

Dalam penelitian ini akan dikembangkan model prediksi seberapa besar kejadian gizi buruk balita di setiap kecamatan di Surabaya berdasarkan faktor-faktor yang

Gambar 3.7 Use Case Diagram Petugas UMKM pada Sistem Informasi Peengolahan Data Dinas Koperasi dan UMKM Nusa Tenggara

Prestasi kerja adalah kesuksesan seseorang dalm memjalanka suatu pekerjaan atau hasil yang dicapai menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Prestasi kerja

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu variabel bebas (X) adalah harga dan promosi dan variabel terikat (Y) adalah keputusan pembelian. Dalam desain penelitian