• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa Binan Pada Kalangan Waria (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Bahasa Binan Pada Kalangan Waria Di Kota Kisaran) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahasa Binan Pada Kalangan Waria (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Bahasa Binan Pada Kalangan Waria Di Kota Kisaran) Chapter III V"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dengan metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan situasi, proses atau gejala-gejala tertentu yang diamati. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi serta fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi penelitian dan berupaya menarik realita itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi dan fenomena tertentu (Bungin, 2007: 68). Penelitian kualitatif ini mempunyai setting yang alami sebagai sumber data langsung, dan peneliti sebagai instrumen kunci.Penelitian kualitatif biasanya menekankan observatif partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi. Maka dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada observasi dan wawancara mendalam dalam menggali data bagi proses validitas penelitian ini, tetapi tetap menggu nakan dokumentasi.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah masalah yang ingin diteliti. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini, yaitu penggunaan bahasa binan pada kalangan waria di Kota Kisaran.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan seseorang, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis, karena subjek penelitian itulah data tentang variabel penelitianyang akan diamati (Idrus, 2009: 91). Subjek dalam penelitian ini adalah waria.

(2)

dengantujuan penelitian, dengan kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuanpenelitian. Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah waria yang sehari-hari berpakaian seperti layaknya wanita pada umumnya, berusia 25 hingga 35 tahun, dan yang menggunakan bahasa binan (bahasa waria) dalam kehidupan sehari-hari, dan juga yang berdomisili di Kota Kisaran.

3.4 Kerangka Analisis

Kerangka analisis adalah hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersiat kritis dan memperkirakan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 2001: 40). Dalam penelitian ini kerangka analisisnya adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Bagan Penggunaan Bahasa Binan di Kalangan Waria

Sumber : Peneliti (2017)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data berarti pencarian sumber-sumber, penentuan akses ke sumber-sumber dan akhirnya mempelajari dan mengumpulkan informasi (Birowo, 2004: 26). Pengumpulan data disini berarti pencarian sumber-sumber, penentuan

WARIA

Lisan

Penggunaan

Bahasa Binan Komunikasi

(3)

akses ke sumber-sumber dan akhirnya mempelajari dan mengumpulkan informasi. Pengumpulan data dan informasi melalui informan dilakukan dengan cara:

1. Observasi atau pengamatan.

Observasi atau pengamatan adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteria sebagai berikut (Bungin, 2008: 115):

a) Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius.

b) Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

c) Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian.

d) Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya. 2. Wawancara mendalam (in-depth interview)

(4)

wawancara mendalam adalah sama seperti metode wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara lainnya (Bungin, 2010: 108).

3. Metode kepustakaan

Metode kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui berbagai sumber seperti buku, jurnal, internet atau sumber lain yang dianggap memiliki hubungan dengan masalah penelitian (Moleong, 2012: 187). Peneliti menggunakan beberapa data yang dapat memperkuat hasil penelitian ini. Cara yang dilakukan yaitu dengan mengumpulkan informasi kepustakaan dari berbagai sumber seperti buku-buku, blog dan jurnal-jurnal penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan & Biklen (Moleong, 2012: 248) analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Miles dan Huberman (Sugiono, 2009: 337), mengemukakan bahwa aktivitas analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas hingga datanya jenuh. Adapun aktivitas analisis data yang dimaksud adalah:

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Data yang diperoleh dicatat secara teliti dan rinci kemudian merangkumnya, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.

(5)
(6)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Pada bab ini peneliti akan memaparkan proses pelaksanaan penelitian yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Sesuai dengan konteks masalah yang menjadi sorotan peneliti yaitu tentang bagaimana penggunaan bahasa binan pada kalangan waria di Kota Kisaran, peneliti melakukan observasi terhadap caloninforman, apakah calon informan tersebut sesuai dengan kriteria penelitian yang telah diatur sebelumnya. Setelah peneliti rasa cukup, maka kemudian peneliti melakukan wawancara terhadap informan. Selanjutnya hasil wawancara tersebut dianalisis. Penelitian ini melibatkan empat orang informan (waria) yang berusia 25 hingga 35 tahun. Informan yang dicari adalah informan yang aktif menggunakan bahasa binan.

(7)

Akhirnya peneliti melakukan pencarian lagi. Proses pencarian tersebut dilakukan dengan cara menyusuri Kota Kisaran, dan mendatangi tempat-tempat dimana para waria biasanya berada, seperti di salon, cafe, tempat spa, tempat karaoke, rumah makan, dan saat ada hiburan musik dangdut. Alasan peneliti mendatangi tempat tersebut dikarenakan tempat tersebut merupakan tempat dimana para waria berada dan mudah untuk dijumpai. Hal ini bertujuan untuk memudahkan peneliti karena informan utama dalam penelitian ini adalah waria. Fokus observasi yang dilakukan peneliti yaitu terhadap waria yang paham serta menggunakan bahasa binan dalam sehari-hari.

Setelah melakukan observasi, peneliti menemukan seorang waria yang sesuai dengan kriteria penelitian. Kemudian peneliti menjelaskan tujuan penelitian ini adalah untuk penyelesaian tugas akhir. Lalu peneliti menanyakan kesediaannya untuk menjadi informan dalam penelitian ini dengan melakukan wawancara serta foto, akhirnya waria tersebut bersedia dan ditetapkan sebagai informan 1. Setelah itu peneliti meminta kontak berupa nomor handphone dan media sosial yaitu Line. Proses selanjutnya peneliti menghubungi informan 1 melalui Line untuk menanyakan ketersediaan waktu informan 1 untuk melakukan wawancara, namun tidak ada balasan. Lalu peneliti menghubungi via telepon, dan di respon oleh informan 1 dengan baik. Informan 1 memberitahukan waktu dan tempat untuk disepakati, kemudian informan 1 merekomendasikan dua orang temannya yang juga seorang waria untuk di wawancara. Namun pada saat itu kedua temannya sedang tidak ada ditempat, sehingga peneliti belum bisa memastikan apakah kedua temannya tersebut memenuhi kriteria penelitian. Akhirnya informan 1 pun menyarankan agar kedua temannya tersebut ikut saat wawancara, dan peneliti menyetujuinya.

(8)

Wawancara dengan informan 1 dilakukan pada tanggal 5 Juni 2017. Informan 1 adalah waria yang bekerja di sebuah warung makan. Sebelumnya peneliti dan informan 1 sudah membuat janji melalui telepon. Peneliti merekemondasikan agar wawancara dilakukan di rumah makan tempat informan 1 bekerja, namun informan 1 menolak dikarenakan majikannya cerewet. Akhirnya informan 1 merekomendasikan KFC yang berada di Jalan Lintas Timur, dan peneliti menyetujuinya. Informan 1 mengatakan bahwa wawancara dapat dilakukan pada pukul 10:00 WIB, dan informan 1 meminta kepada peneliti untuk menjemputnya di Bank BRI. Namun, pada pukul 09:00 WIB informan 1 memberitahukan via sms bahwa wawancara ditunda menjadi pukul 12:00 dikarenakan informan 1 sedang mengantri di bank. Akhirnya pada pukul 11:30 WIB peneliti berangkat dari rumah, dan pada pukul 11:45 WIB peneliti sampai di Bank BRI untuk menjemput informan 1, dan rekannya. Kemudian pada pukul 12:00 WIB peneliti, informan 1 serta dua orang rekannya sampai di KFC. Informan 1 mengenakan tanktop yang dipadu padankan blazer hitam, lipstick berwarna merah muda, menggunakan bulu mata palsu dan aksesoris anting berbentuk hati. Informan 1 memiliki kulit kecoklatan, tubuh tinggi dan rambut panjang bergelombang. Sebelum wawancara dimulai, peneliti memperkenalkan diri kepada dua orang rekan informan 1. Informan 1 menjawab semua pertanyaan peneliti dengan baik. Setelah wawancara selesai, peneliti meminta izin untuk mengambil foto informan 1 untuk kelengkapan wawancara dan informan 1 menyanggupinya. Lalu, peneliti melakukan observasi kepada dua orang rekan informan 1. Akhirnya, peneliti menetapkan salah satu dari rekan informan 1 memenuhi kriteria penelitian dan ditetapkan menjadi informan 2.

(9)

menjawab pertanyaan peneliti. Informan 2 berulang kali menggunakan bahasa non verbal, seperti mengerakkan tangan, menyibakkan rambutnya, dan beberapa kali mengubah posisi duduknya lebih mengarah ke peneliti yang menandakan keseriusan dalam menjawab pertanyaan. Setelah wawancara selesai, peneliti meminta izin untuk mengambil foto informan 2. Namun, informan 2 menolak untuk diambil fotonya saat itu juga dengan alasan ia tidak percaya diri karena tidak menggunakan make up. Akhirnya setelah dibujuk oleh peneliti, informan 2 bersedia untuk diambil fotonya pada malam hari saat ia menggunakan make up. Peneliti dan informan 2 sepakat untuk mengambil foto pada tanggal 9 Juni 2017. Peneliti dan informan 2 sepakat agar penentuan waktu dan tempat dibahas melalui sms.

Kemudian pada sore harinya, peneliti mencari calon informan 3 dan informan 4 dengan melakukan observasi ke beberapa salon yang berada di Kota Kisaran. Akhirnya peneliti menemukan seorang waria yang sesuai dengan kriteria penelitian di sebuah salon yang bernama Salon Acin, lalu peneliti menanyakan apakah ia bersedia dijadikan informan dan melakukan wawancara, kemudian waria tersebut setuju dan ditetapkan sebagai informan 3. Kemudian peneliti meminta kontak berupa nomor handphone dan media sosial yaitu Line untuk memudahkan peneliti menanyakan kepastian mengenai jadwal wawancara. Setelah itu peneliti berbuka puasa di salah satu kafe yang ada di Kota Kisaran, dan kebetulan ada beberapa wanita dan satu orang waria yang duduk tidak jauh dari tempat peneliti. Lalu setelah peneliti perhatikan, waria tersebut memenuhi kriteria penelitian, dan peneliti memberanikan diri untuk melakukan pendekatan dengan cara memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan peneliti serta meminta izin kepada waria tersebut untuk dijadikan informan dalam penelitian ini dan melakukan wawancara. Waria tersebut dengan senang hati bersedia dijadikan informan dengan syarat, wawancara diadakan pada malam hari. Peneliti pun menyanggupi dan waria tersebut ditetapkan sebagai informan 4. Kemudian peneliti meminta nomor handphone untuk memudahkan mengatur jadwal wawancara.

(10)

baik, kemudian peneliti merekomendasikan salah satu kafe yang ada di Kota Kisaran untuk melakukan wawancara, informan 3 pun menyanggupinya. Lalu informan 3 menyarankan agar wawancara dilakukan pada tanggal 9 Juni 2017, pukul 01:00 WIB. Namun peneliti tidak setuju dikarenakan terlalu larut malam, dan menyarankan kepada informan 3 agar wawancara dilakukan pada pukul 22:00 WIB, akhirnya informan 3 menyetujuinya. Kemudian peneliti menghubungi informan 4 melalui sms dengan menanyakan apakah informan 4 bersedia melakukan wawancara pada tanggal 9 Juni 2017, dan informan 4 menyetujuinya. Lalu peneliti juga menghubungi informan 2 agar datang ke Doctor Cafe pada tanggal 9 Juni 2017, pukul 22:00 WIB untuk mengambil foto, dan informan 2 pun setuju.

Pada tanggal 9 Juni 2017, tepatnya pada pukul 21:50 peneliti berangkat dari rumah di temani oleh ibu peneliti karena dikhawatirkan selesai wawancara terlalu larut malam. Kemudian pada pukul 22:00 WIB peneliti sampai di kafe yang telah ditentukan, yaitu Doctor Cafe yang berada di Jalan Mangunkusumo. Peneliti tiba lebih dahulu daripada informan. Setelah menunggu 40 menit di kafe tersebut, akhirnya informan 3 datang dengan mengenakan kaos hitam bodyfit, celana jeans biru, sandal jepit hitam, dan membawa dompet persegi panjang bermotif kotak-kotak. Informan 3 berbadan langsing dan tinggi, berambut lurus berwarna pirang, dan berkulit kuning langsat. Seperti yang dilakukan kepada informan lainnya, peneliti kembali menjelaskan tujuan dilakukannya wawancara ini. Wawancara dengan informan 3 berlangsung kurang lebih 20 menit. Pada saat proses wawancara berlangsung, informan 3 kurang fokus dengan wawancara, sesekali informan 3 membuka handphone nya untuk melihat pesan masuk, namun pertanyaan yang peneliti berikan dijawab dengan baik oleh informan 3. Ketika peneliti sedang mewawancarai informan 3, informan 4 datang.

(11)

dengan baik. Wawancara dengan informan 4 memakan waktu kurang lebih 15 menit.

Setelah melakukan wawancara dengan informan 3 dan informan 4, peneliti meminta izin untuk mengambil beberapa foto. Informan 3 dengan senang hati berpose di depan kamera. Berbeda dengan informan 4, yang sempat enggan untuk di foto. Akhirnya setelah dibujuk oleh peneliti, dengan malu-malu informan 4 bersedia untuk di foto. Sesuai yang telah disepakati, informan 2 datang bersama informan 1 untuk berfoto pada pukul 23:30 WIB. Informan 2 datang dengan menggunakan mini dress berwarna merah menyala dan dipadukan dengan sepatu berwarna merah, rambut palsu yang terurai panjang, dan makeup yang membuat penampilan informan 2 terlihat anggun dari pertemuan sebelumnya. Dengan sangat antusias, informan 2 berpose centil di depan kamera. Tidak mau ketinggalan, ternyata informan 1 datang karena ingin ikut berfoto. Informan 1 datang menggunakan mini dress berwarna hitam dengan potongan lengan youcansee yang dipadukan dengan flatshoes berwarna hitam. Dengan rambut asli yang terurai panjang, serta makeup dan bulu mata membuat informan 1 terlihat cantik dan anggun. Pertemuan selesai pada pukul 00:30 WIB. Diakhir pertemuan pada malam itu, peneliti beserta seluruh informan berfoto bersama, di bantu oleh pegawai kafe.

4.1.2 Profil Informan

Peneliti akan memberikan gambaran secara umum profil keempat informan yang telah diwawancarai untuk penelitian ini. Keempat informan adalah waria berusia 25 tahun hingga 35 tahun. Masing-masing informan memiliki pekerjaan dan kegemaran yang berbeda.

Informan 1

(12)

Laki-laki berdarah Jawa ini selalu memposisikan dirinya sebagai wanita India, hal itu terlihat pada nama Facebook nya, Dhini Kapoor. Dhini merupakan salah satu pramusaji di Rumah Makan Kari Kambing yang berada di Jl. Wahidin No. 8 Kisaran. Dhini bekerja mulai pukul 10:00 WIB hingga 23:00 WIB, namun saat bulan Ramadhan jadwalnya berubah dari pukul 16:00 WIB hingga 23:00 WIB. Selain menjadi pramusaji, Dhini juga memiliki sidejob sebagai penyanyi di acara hajatan, atau event lainnya. Dhini memilih sidejob sebagai penyanyi dikarenakan Dhini sangat gemar menyanyi, bahkan beberapa kali ia pernah mengikuti lomba karaoke di event-event tertentu. Walaupun belum pernah mendapatkan juara, Dhini tetap percaya diri untuk terus menyanyi.

Selain menyanyi, Dhini yang bertempat tinggal di Jalan Wahidin ini juga memiliki hobi membuat kue. Saat menjelang Idul Fitri, rumah makan tempat Dhini bekerja tutup. Hal ini menjadi kesempatan emas bagi Dhini untuk menjalankan hobinya yang membuahkan pundi-pundi uang. Dhini selalu membuat kue lebaran untuk dijual kepada tetangganya. Kue buatan Dhini bervariasi, rasanya enak, dan harganya juga lebih murah dibandingkan yang ada di pasaran, hal ini yang membuat kue buatan Dhini diburu oleh tetangganya.

Dhini merasakan ada perbedaan dalam dirinya sudah mulai sejak Sekolah Dasar (SD). Dhini lebih memilih berteman dengan perempuan daripada laki-laki. Karena menurutnya, teman perempuan lebih mengerti tentang dirinya. Berbeda dengan teman laki-laki yang menganggap bahwa Dhini memiliki kelainan, sehingga mereka menjauhi Dhini. Pada saat Sekolah Menengah Atas (SMA), Dhini mulai berani menunjukkan jati dirinya sebagai waria. Dhini mulai berani berdandan dan menggunakan pakaian wanita pada umumnya.

(13)

Informan 2

Budiman Nasution alias Lolly sapaan akrabnya, merupakan informan kedua pada penelitian ini. Lolly yang merupakan anak ke lima dari enam bersaudara ini lahir di Siantar pada tanggal 28 Agustus 1983. Lolly memiliki ciri-ciri fisik dengan tinggi badan 175cm, berpostur badan yang sedikit berisi, berkulit sawo matang, hidung mancung, dan memiliki rambut pendek.

Laki-laki berdarah Mandailing ini mempunyai kegemaran menyanyi. Dahulu, Lolly adalah seorang biduan damgdutyang bergoyang erotis diatas pentas. Namun seiring berjalan waktu, Lolly merasa sudah lelah dengan profesi tersebut dan memutuskan untuk berhenti. Setelah memutuskan untuk berhenti menjadi biduan, awalnya Lolly ingin bekerja di kantoran, namun ia sadar diri bahwa tidak ada kantor yang mau menerima seorang waria, akhirnya Lolly berinisiatif untuk menciptakan sendiri lapangan pekerjaannya dengan membuka sebuah toko yang menjual accessoriess wanita, seperti anting, kalung, gelang, ikat rambut, dan lain-lain.

(14)

Informan 3

Slamet Suwanda alias Aldilah sapaan akrabnya, merupakan informan ketiga pada penelitian ini. Aldilah yang merupakan anak ke empat dari empat bersaudara ini lahir di Kisaran pada tanggal 25 Desember 1992. Aldilah memiliki ciri-ciri fisik dengan tinggi badan 165cm, berpostur badan kurus, berkulit kuning langsat, hidung mancung, dan memiliki rambut panjang lurus. Aldilah memiliki wajah imut, dan memiliki suara yang lembut seperti wanita. Aldilah adalah orang yang kalem dan ramah.

Laki-laki berdarah Jawa ini berbeda dengan waria pada umumnya. Aldilah lebih terlihat kalem dan tidak centil. Jika dilihat sekilas, mungkin kebanyakan orang akan mengira bahwa Aldilah adalah seorang wanita tulen. Aldilah merupakan anak bungsu dan memiliki tiga orang kakak perempuan, hal ini yang membuat Aldilah diperlakukan oleh orangtuanya sama dengan kakaknya saat dirumah. Ketiga kakaknya sangat suka dengan anak perempuan, dan sangat menginginkan adik perempuan, maka dari kecil Aldilah sudah sering di dandani dan dipakaikan pakaian perempuan, hal ini dianggap lucu oleh ketiga kakaknya. Aldilah juga sering di dandani oleh ketiga kakak perempuannya. Sehingga sampai saat ini, Aldilah gemar berdandan dan menyalurkan kegemarannya dengan bekerja di Salon Acin sebagai hairstylist. Pekerjaan ini sudah cukup lama ia lakoni, sejak dua tahun setelah Aldilah tamat dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat SMA, ia juga sering mendandani teman-teman wanita sekelasnya saat ada acara pentas seni di sekolah. Ia merasa senang dengan pekerjaan yang ia lakukan, pekerjaan halal yang tidak menimbulkan dosa. Aldilah mengaku enggan bekerja menjadi waria penghibur, dikarenakan ia menganggap bahwa dirinya mempunyai skill dalam hal positif, sehingga tidak perlu untuk menjadi waria penghibur. Aldilah juga mempunyai cita-cita membuka usaha salon sendiri, agar ia bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk teman-temannya sesama kaum waria, agar tidak berkeliaran dijalanan pada malam hari.

Informan 4

(15)

lahir di Sentang pada tanggal 17 Agustus 1991. Saat ini Liona berumur 26 tahun. Liona memiliki ciri-ciri fisik dengan tinggi badan 160cm, berpostur badan berisi, berkulit sawo matang, hidung besar, dan memiliki rambut panjang bergelombang. Liona adalah orang yang ramah, ia terlihat murah senyum dan kalem.

Laki-laki berdarah Jawa ini berbeda dengan waria pada umumnya. Liona lebih terlihat kalem dan tidak centil. Liona bekerja sebagai sales produk kecantikan, pekerjaannya ini bersifat freelance. Saat tidak bekerja sebagai sales, Liona lebih memilih bekerja sebagai PRT (pembantu rumah tangga) daripada berkeliaran malam hari dan mencari “mangsa”. Karena menurut Liona, kehidupan seperti itu tidak ada untungnya. Ia merasa dirinya menjadi waria bukan untuk seperti itu, melainkan memang naluri yang ada dalam dirinya. Namun bukan berarti ia tidak mau bergaul dengan waria di kehidupan malam. Liona tetap mempunyai banyak teman waria yang berasal dari dunia malam, terkadang Liona juga ikut “nongkrong” bersama mereka, namun dia enggan untuk mengikuti jejak mereka sebagai penghibur.

(16)

Tabel 4.1

Tabel Karakteristik Informan

No Keterangan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4

1. Nama Muhammad

3. Pekerjaan Pramusaji Wirausaha Hairstylist Sales 4. Umur 35 Tahun 34 Tahun 25 Tahun 26 Tahun 5. Hobi Menyanyi Menyanyi Berdandan Menyanyi 6. Ciri Fisik Badan

Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari

(17)

4.1.3 Penggunaan Bahasa Binan pada Kalangan Waria

Dalam variasi bahasa dikenal istilah bahasa slang atau bahasa gaul (Pateda, 1990: 70). Bahasa slang diartikan sebagai bahasa yang dibuat untuk merahasiakan sesuatu dari orang lain. Bahasa slang merupakan ragam bahasa yang tidak resmi yang dipakai oleh kaum remaja atau komunitas sosial tertentu untuk berkomunikasi secara intern sebagai usaha agar orang yang berasal dari luar komunitas tidak mengerti apa yang dikomunikasikan. Bahasa slang lazim digunakan sebagai bahasa pergaulan. Bahasa slang ditandai dengan adanya pemendekan kata atau akronim, penggunaan kata yang diberi arti baru, bahkan penggunaan kosakata yang sama sekali baru. Selain itu, bahasa slang juga dapat ditandai dengan pembalikan tata bunyi (Kridalaksana, 1983:156). Dengan demikian, bahasa slang yang dimaksud dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai sebuah bahasa rahasia yang digunakan oleh komunitas tertentu untuk berkomunikasi antarsesama anggota. Ada tiga poin utama dalam bahasa slang, yakni digunakan oleh kelompok sosial tertentu, digunakan secara intern, dan bersifat rahasia. Kerahasiaan ini bertujuan untuk menjaga informasi dari orang di luar komunitas. Jadi, bahasa slang menjadi bahasa yang membuat suatu kelompok menjadi “eksklusif” karena teralienasi dari dunia luar.

Bahasa slang banyak digunakan oleh kelompok-kelompok sosial tertentu, terutama kelompok sosial yang memang sengaja memisahkan diri dari kelompok lain. Mereka menciptakan bahasa khusus yang bersifat rahasia. Bahasa ini hanya bisa dipahami oleh anggota kelompok tersebut. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya memisahkan diri dari kelompok sosial lain. Salah satu kelompok sosial yang menggunakan bahasa slang adalah kelompok waria. Menurut Emka (2007: 3-5) dan Natalia (2007: 10) bahasa slang yang digunakan waria itu adalah sebagai bagian dari bahasa slang juga. Bahasa slang yang digunakan di kalangan waria dinamakan bahasa binan (Oetomo, 2003: 61-70).

(18)

Sedangkan menurut Informan 4, bahasa binan tidak wajib digunakan setiap saat. Berikut jawaban masing-masing informan:

Informan 1:“Iya kak, aku pake bahasa itu, bahasa wajibnya kaum kami

soalnya hahaha..”

Informan 2: “Pake dong say. Bahasa binan itu wajib diketahui dan dipake sama kita-kita para waria.”

Informan 3:“Iya kak, awak pake bahasa itu. Bahasa itu ibarat obat untuk orang sakit bagi kami, jadi keharusan gitu kak.”

Informan 4:“Kita pake bahasa binan kak untuk berkomunikasi. Tapi

menurut kita, bahasa itu ga wajib dipake setiap saat.”

Dalam hal ini Informan 1, Informan 2, Informan 3, dan Informan 4 memiliki

kesamaan jawaban. Keempat informan mengatakan bahwa awalnya mereka mulai

tertarik dengan bahasa binan dikarenakan sering mendengar bahasa binan saat mereka

berkumpul dengan teman waria, sehingga timbul rasa ketertarikan untuk mempelajari

bahasa binan. Keempat informan mengenal dan menggunakan bahasa binan sejak SMA.

Keempat informan mempelajari bahasa binan secara otodidak.Berikut jawaban

masing-masing informan:

Informan 1: “Aku pake bahasa binan sejak SMA kak. Awalnya dengar kawan waria pake bahasa itu, jadi pengen ngerti juga. Akhirnya aku belajar-belajar sendiri, sering dengar orang itu pake bahasa binan, jadi lama lama ngerti juga.”

Informan 2: “Dulu kalo ga salah, aku pake bahasa binan sejak SMA say. Sering gabung-gabung sama kawan waria, sering dengar mereka cakap, lama-lama pengen tau. Akhirnya belajar-belajar, dan ngerti. Sampe sekarang pake bahasa binan say.”

Informan 3:”Awak mulai tertarik sama bahasa binan sejak SMA kak. Kalo lagi gabung-gabung pasti pake bahasa itu. Akhirnya belajar, trus yaudah ngerti sendiri lama-lama.”

(19)

Informan 1, Informan 2, Informan 3, dan Informan 4 mengaku sering

menggunakan bahasa binan saat berkomunikasi. Informan 1 dan Informan 2

menggunakan bahasa binan hanya untuk berkomunikasi dengan orang tertentu.

Informan 3 mengaku menggunakan bahasa binan saat sedang bekerja, dan saat berada

di lingkungan. Sedangkan Informan 4 menggunakan bahasa binan hanya pada saat

bergabung dengan teman-teman sesama waria. Informan 4 memilih menggunakan

bahasa Indonesia jika berkomunikasi dengan orang yang bukan waria. Berikut jawaban

masing-masing informan:

Informan 1:“Sering kali kak, tiap hari aku pasti pake bahasa itu. Tapi ga semua orang yang kuajak pake bahasa itu.”

Informan 2:“Sering kali say, tiap hari aku pake bahasa binan. Tapi cuma sama orang tertentu aja sih pake bahasa itu.”

Informan 3:“Sering lah kak, sehari-hari pake bahasa itu, setiap jam, setiap detik pun haha.. Kalo kerja, kalo di lingkungan pun pake bahasa kek gitu.”

Informan 4:

Informan 1, Informan 2, Informan 3, dan Informan 4 sepakat bahwa bahasa binan adalah bahasa yang wajib diketahui dan digunakan oleh kalangan waria. Namun, Informan 4 berpendapat bahwa bahasa binan tidak wajib digunakan setiap saat. Menurut

“Sering kak. Kalo kita lagi gabung-gabung sama teman, ya pake. Tapi kalo kita lagi ga ngumpul sama teman, ga pake bahasa itu kak, bahasa Indonesia aja. “

Informan 1 dan Informan 2 bahasa binan wajib untuk diketahui dan digunakan oleh waria saat berkomunikasi. Menurut Informan 1, bahasa binan adalah ciri khas dari seorang waria. Misalnya seperti orang yang bersuku

Jawa, maka orang tersebut mempunyai bahasa Jawa. Informan 1 mengatakan bahwa

bahasa binan menjadi kebanggaan tersendiri bagi kaum waria. Menurut Informan 2,

bahasa binan membuat para waria menjadi kompak. Bahasa binan menjadi bahasa

pemersatu bagi para waria. Informan 2berpendapat bahwa bahasa binan digunakan

oleh semua waria. Informan 3 juga mengatakan bahwa bahasa binan harus digunakan

oleh kalangan waria. Informan 3 mengaku bangga terhadap bahasa binan, karena

(20)

informan sebelumnya, Informan 4 justru berpendapat bahwa bahasa binan tidak wajib

digunakan setiap saat. Alasannya karena menurut Informan 4, tidak semua orang

mengerti bahasa binan. Informan 4 juga mengatakan bahwa harus pintar-pintar dalam

menggunakan bahasa binan. Berikut jawaban masing-masing informan:

Informan 1:“Ya wajib lah kak, kalo ga pande bahasa binan bukan waria

namanya. Karna menurut kami itu jadi suatu keharusan, supaya ada ciri khasnya waria gitu kak. Kayak misalnya orang jawa, punya bahasa jawa. Kami waria, punya bahasa waria. Jadi suatu kebanggaan tersendiri lah kak.”

Informan 2:“Wajib say, waria memang wajib tau dan pake bahasa itu.

Karna bahasa itu, kita bisa jadi kompak. Bahasa binan itu bahasa pemersatu kita-kita para waria say hehe.. Bahasa binan itu bukan cuma dipake sama waria yang dijalanan aja say, tapi semua waria pasti pake bahasa binan. Kecuali waria yang masih baru jadi hehe..”

Informan 3:“Iya memang harus lah kak, kayak minum obat istilahnya. Karna ya itulah ciri khasnya kami para waria kak. Jadi kebanggaan kami bahasa binan ini kak.”

Informan 4:“Menurut kita, bahasa itu ga wajib dipake setiap saat.Karna gini kak, ga semua orang ngerti bahasa binan. Jadi ya kita juga harus pande-pande dalam menggunakannya.”

Dari hasil pengamatan peneliti, Informan 1 dan Informan 3 mengaku merasabangga dengan bahasa binan dikarenakan menurut mereka tidak semua orang

mengerti dan memahami bahasa binan. Menurut Informan 1 dan Informan 3, bahasa

binan adalah sesuatu yang spesial, dikarenakan hanya dapat dimengerti dan dipahami oleh orang tertentu. Berikut jawaban dari Informan 1 dan Informan 3:

Informan 1:“Bangga lah kak, secara gitu ya.. Kan ga semua orang ngerti sama bahasa binan. Kakak aja pun yang ngerjain skripsi ini belum tentu ngerti sama bahasanya kan kak? Paling yang umum aja kakak ngerti,kalo diajak ngomong full pake bahasa binan kakak pasti ga tau yakan.”

Informan 3:“Karna kan gak semua orang paham sama bahasa ini kak. Ya

(21)

Dalam penggunaan bahasa binan, Informan 1 dan Informan 3 menggunakan

bahasa binan tidak hanya saat berkomunikasi dengan teman waria. Mereka juga

menggunakan bahasa binan untuk berkomunikasi dengan orang yang bukan waria, yang

juga mengerti dengan bahasa binan. Informan 1 menggunakan bahasa binan saat

berkomunikasi dengan sesama waria dan dengan orang yang waria, misalnya PSK.

Namun, saat berkomunikasi dengan orang yang bukan waria, Informan 1 terkadang

mencampur bahasa binan dengan bahasa Indonesia. Alasannya, karena menurut

Informan 1 tidak semua kosakata bahasa binan dipahami oleh orang yang bukan waria.

Informan 3 mengaku menggunakan bahasa binan untuk berkomunikasi dengan orang

yang dianggap mengerti bahasa binan. Informan 3 menyatakan bahwa bahasa binan

sudah tersebar luas, sehingga banyak orang yang bukan waria mengerti bahasa binan.

Berikut jawaban dari Informan 1 dan Informan 3

Berbeda dengan Informan 1 dan Informan 3, justru Informan 2 dan Informan 4 lebih memilih menggunakan bahasa binan hanya untuk berkomunikasi dengan teman waria saja. Informan 2 dan Informan 4 menggunakan bahasa binan hanya untuk berkomunikasi dengan teman waria, walaupun ada teman yang bukan waria memahami bahasa binan, Informan 2 dan Informan 4 tetap enggan berkomunikasi menggunakan bahasa binan dengan orang yang bukan waria. Informan 2 dan Informan 4 lebih memilih bahasa Indonesia saat berkomunikasi

:

Informan 1:“Aku komunikasi pake bahasa itu sama kawan-kawan waria lah kak. Tapi kalo ada kawan yang bukan waria yang ngerti sama bahasanya, ya aku komunikasi sama dia pun pake bahasa binan juga kak. Misalnya kayak sama PSK kak, orang itu pasti kebanyakan ngerti sama bahasa binan, karna sebagian germo nya pun waria. Cuma kalo sama orang yang bukan waria, ngomongnya dicampur juga sama bahasa Indonesia kak. Karna kan ga semua kata-kata yang orang itu paham.”

Informan 3:“Awak pake itu sama orang yang ngerti kak, kalo sama orang

(22)

dengan orang yang bukan waria. Informan 4 tidak mau sembarangan dalam menggunakan bahasa binan. Berikut jawaban dari Informan 2 dan Informan 4 :

Informan 2:“Aku pake bahasa binan sama kawan-kawan waria aja say.

Walaupun ada orang atau kawan yang paham sama bahasa waria, aku tetap pake bahasa Indonesia untuk komunikasi sama orang yang bukan waria.”

Informan 4:“Kita pake bahasa binan cuma ke sesama teman waria aja kak. Walaupun ada orang yang ngerti sama bahasa ini, walaupun dia bukan waria, kita ga mau pake bahasa ini. Kita ga mau sembarang gunakan bahasa binan ke orang yang bukan waria kak.”

Bukan tanpa alasan jika Informan 2 dan Informan 4lebih memilih menggunakan bahasa binan hanya untuk berkomunikasi dengan teman waria saja.

Informan 2 dan Informan 4memiliki alasan yang cukup masuk akal. Alasan

Informan 2 enggan berkomunikasi menggunakan bahasa binan dengan orang yang bukan waria adalah karena menurut Informan 2, jika berkomunikasi menggunakan bahasa binan dengan orang bukan waria adalah suatu hal yang rumit. Karena menurut Informan 2, orang yang bukan waria tidak paham betul dengan bahasa binan, mereka hanya mengerti sebagian kecil dari kosakata bahasa binan. Informan 2 juga berpendapat bahwa bahasa binan adalah bahasa yang khusus diperuntukkan kaum waria saja. Informan 4 menambahkan alasan lain, Informan 4 enggan menggunakan bahasa binan untuk berkomunikasi dengan orang yang bukan waria dikarenakan Informan 4 takut jika semakin banyak yang mengerti bahasa binan, maka privasi kelompok waria menjadi terancam. Maka dari itu, demi

menjaga privasi kelompok waria, Informan 2 dan Informan 4 enggan untuk menggunakan bahasa binan untuk berkomunikasi dengan orang yang bukan waria. Berikut jawaban dariInforman 2 dan Informan 4 :

Informan 2:“Alasannya karna ribet say. Walaupun orang tersebut ngerti

(23)

Informan 4:“Kita males aja ya kak. Takutnya nanti malah makin banyak orang yang ngerti bahasa ini, jadinya kita ngerasa gak ada privasi gitu. Karna kan bahasa ini ibaratnya sebagai privasi dalam kehidupan kita.”

Pada era globalisasi ini, berkomunikasi melalui media dianggap efektif untuk menjaga hubungan satu sama lain. Banyak aplikasi yang tersedia agar kita tetap bisa saling berhubungan walaupun dengan jarak yang jauh sekalipun. Informan 1, Informan 2, Informan 3, dan Informan 4 mengaku tetap menggunakan bahasa binan saat berkomunikasi dengan sesama waria melalui media seperti Line, Whatsapp, Blackberry Messenger (BBM), Facebook, dan lain-lain. Keempat informan juga mengaku menggunakan bahasa Indonesia saat menulis status di Facebook atau BBM. Berikut jawaban dari para informan:

Informan 1:“Kalo dari line, sama whatsapp gitu aku tetap pake bahasa binan kak. Pokoknya kalo chatting aku pake bahasa itu. Cuma kalo buat-buat status, pake bahasa Indonesia aja kak. Kayak di facebook, atau status BBM gitu, aku buat statusnya pake bahasa Indonesia.”

Informan 2:“Kalo chat gitu aku pake bahasa binan say. Kalo buat status sih kadang aku pake bahasa binan juga, tapi kadang pun pake bahasa Indonesia say.”

Informan 3:“Sama kawan-kawan waria awak pasti pake bahasa binan kak, mau di telpon, di chat, dimana pun pokoknya pake. Tapi kalo di facebook sama BBM, awak pake bahasa Indonesia aja kak.”

Informan 4:“Kalo di chat, di telpon, atau dimana pun, kita tetap pake bahasa binan kak. Tapi kalo untuk buat status-status curahan hati, kita tetap pake bahasa Indonesia.”

Ketika peneliti mempertanyakan mengapa keempat informan menggunakan bahasa Indonesia saat menulis status di media sosial, keempat informan menjawab dengan beralasan bahwa semua teman yang ada di media sosial tidak hanya berasal dari kalangan waria, namun ada juga teman yang bukan waria. Informan 1

berpendapat, jika ia menulis status di media sosial menggunakan bahasa binan, maka

likes yang didapatkan sedikit. Hal itu dikarenakan mereka yang bukan waria tidak

(24)

Informan 1 bukan seluruhnya seorang waria. Banyak juga orang yang bukan waria

berteman di media sosial Informan 1. Berbeda dengan Informan 1, justru Informan 2

mengaku menggunakan bahasa binan untuk menulis status di media sosial tergantung

mood. Terkadang Informan 2 menulis status di media sosial menggunakan bahasa binan,

terkadang juga menggunakan bahasa Indonesia untuk menulis status. Sedangkan

Informan 3 dan Informan 4 mengaku selalu menggunakan bahasa Indonesia saat

menulis status di media sosial. Alasannya agar teman yang waria dan bukan waria dapat

mengerti isi status tersebut. Maka dari itu, keempat informan lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia saat menulis status di media sosial. Berikut jawaban dari para informan:

Informan 1:“Karna kan ga semua kawan fb/BBM ku itu waria, ada juga yang laki-laki normal dan perempuan normal. Makanya kubuat pake bahasa Indonesia kak, biar ngerti orang itu. Kalo kubuat pake bahasa binan, ga ngerti orang itu kak, kalo ga ngerti, pasti orang itu ga mau nge-like statusku kak, kan jadi sikit like-nya hahaha..”

Informan 2:“Ga ada sih say, tergantung mood aja. Kalo lagi mood pake bahasa binan, ya pake. Kalo lagi ga mood, jadinya pake bahasa Indonesia. Karna kawan aku juga ga semua waria kan say, jadi kadang kalo aku buat status pake bahasa binan, banyak yang ga ngerti, banyak yang komen nanyain artinya. Makanya kadang-kadang aku pake bahasa Indonesia kalo buat status, ya tujuannya supaya semua kawan-kawan ngerti sama curahan hatiku say haha..”

Informan 3:“Alasannya karna kawan di facebook dan BBM itu bukan waria

semua, ada yang orang biasa juga, orang yang normal kak. Makanya awak buat statusnya pake bahasa Indonesia kak, biar ngerti juga orang itu.”

Informan 4:“Karna supaya teman-teman yang lain, yang bukan waria bisa ngerti sama status yang kita buat kak. Karna kan kita hidup bukan cuma dengan teman waria, masih banyak teman-teman lain yang normal, yang ga paham dengan bahasa binan.”

(25)

dengan orang yang bukan waria. Namun, Informan 3 memiliki pendapat lain. Informan 3 menyatakan bahwa bahasa binan juga efektif untuk digunakan berkomunikasi dengan orang yang bukan waria. Berikut jawaban dari para informan:

Informan 1:“Kalo untuk sesama waria, pake bahasa itu sangat efektif kak. Tapi kalo sama orang yang bukan waria jadi kurang efektif, karna kadang orang itu ga nyambung diajak cakap hahaha.. Tapi kalo untuk sesama waria efektif kali kak, karna sama-sama paham sama bahasanya, jadi pasti nyambung kalo berkomunikasi. Kami jadi leluasa bicara hal yang penting, ntah misalnya ada rahasia gitu jadi ngerasa nyaman bicarain di depan umum. Karna jarang orang paham sama bahasa kami kak.”

Informan 2:“Sangat efektif ya menurut aku say. Karna sama-sama paham, jadi pasti komunikasinya itu nyambung. Dan karna bahasa binan ini efektif, jadi menurut aku penting lah untuk digunakan sehari-hari. Tapi gak efektif sih say kalo kita gunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang bukan waria.”

Informan 3:“Sangat efektif kak. Selama awak pake bahasa binan, awak ngerasa bahasa ini sangat efektif untuk digunakan kak. Mau sama waria ataupun sama yang bukan waria, bahasa ini tetap efektif.”

Informan 4:“Bagi sesama teman waria ya efektif untuk digunakan kak. Tapi kalo ke yang bukan waria tidak efektif kak. Karna masih ga pala paham orang itu.”

Informan 1, Informan 2, Informan 3, dan Informan 4 berpendapat bahwa bahasa binan memiliki peranan yang penting. Menurut Informan 1, Informan 2, dan Informan 3, bahasa binan berperan penting saat mereka sedang membicarakan hal-hal yang privasi. Mereka merasa aman berkomunikasi menggunakan bahasa binan saat sedang membicarakan hal-hal yang bersifat rahasia. Berbedan dengan Informan 1, Informan 2, dan Informan 3, justru Informan 4 memiliki pendapat lain. Informan 4 berpendapat bahwa bahasa binan

memiliki peran yang penting dalam pergaulan. Menurut Informan 4, bahasa binan juga

bisa mempererat hubungan pertemanan sesama waria. Berikut pemaparan dari para informan:

(26)

Informan 2:“Penting dong say, banyak perannya bahasa binan ini. Contohnya kita ada rahasia, mau cerita rahasia sama kawan jadi lebih nyaman. Karna ga semua orang paham bahasa binan, cuma orang tertentu aja yang paham. Jadi ya

nyaman gitu say, ga ada rasa was-was kalo lagi cerita rahasia.”

Informan 3: “Perannya menurut awak sangat penting kak. Bukan Cuma untuk percakapan sehari-hari, bukan cuma untuk ngobrol biasa aja, tapi bahasa ini pun berperan penting kalo pas lagi ngomongin rahasia kak. Atau lagi ngerumpi, lagi ngejekin orang, lagi ngatain orang pasti pake bahasa itu. Daripada ngomongin orang pake bahasa Indonesia, nanti orangnya marah kak kalo tau. Mending pake bahasa binan, aman hahaha.. Namanya di salon,kadang kan ada pelanggan yang sok gitu kak. Jadi kami sering juga nyeritain pelanggan ini hahaha..”

Informan 4:“Perannya bahasa binan menurut kita ya penting kak. Untuk

pergaulan, untuk mempererat hubungan waria kita harus pake bahasa binan kak. Dan untuk menjaga privasi, bahasa binan ini penting perannya kak. Supaya orang jangan paham dengan apa yang kita bicarakan.”

Dalam berbahasa, terkadang kita juga mengadaptasi logat tertentu. Logat atau dialek adalah cara mengucapkan kata (aksen) atau lekuk lidah yang khas, yang dimiliki oleh masing-masing orang sesuai dengan asal daerah, suku bangsa, ataupun kelompok tertentu. Dalam berbahasa binan, Informan 2 menyatakan bahwa ada logat/dialek tertentu yang digunakan saat berbahasa binan. Logat/dialek yang digunakan dalam bahasa binan adalah cara pengucapan yang gemulai dan centil. Sedangkan Informan 1, Informan 3, dan Informan 4 menyatakan bahwa tidak ada logat/dialek yang digunakan pada saat berbahasa binan. Berikut jawaban dari para informan:

Informan 1:“Kalo logatnya... Rasaku ga ada kak, sama aja kayak cakap bahasa Indonesia. Palingan cakapnya agak gemulai lembut gitu kak. Tergantung orangnya juga sih, intinya setau aku kalo bahasa binan ini ga ada logatnya, beda kayak bahasa daerah yang ada logat khas nya kak.”

Informan 2:“Kalo menurut aku ada logatnya say, ya logat centi-centil gitulah. Ciri

khas waria kalo lagi ngomong, mentel.”

(27)

Informan 4:“Kita berbahasa binan ga ada logat kak, bicaranya sama aja, mengucapkannya biasa aja,. Sama kayak bicara pake bahasa Indonesia.”

Komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang menyampaikan pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun dengan isyarat, gambar, gaya, yang antara keduanya sudah terdapat kesamaan makna, sehingga keduanya dapat mengerti apa yang sedang dikomunikasikan. Dalam berkomunikasi, tentu terkadang juga ada hambatan yang dialami. Jika lambangnya tidak dimengerti oleh salah satu pihak, maka komunikasinya akan tidak lancar dan tidak komunikatif.Kemudian, isi pesan harus berisi kata-kata yang mudah dicerna oleh komunikan dan juga komunikator jika terjadi komunikasi dua arah, hal ini penting agar hambatan dalam berkomunikasi dapat dihindari. Dan yang terakhir dari komunikan sebagai decoder (usaha yang dilakukan komunikan dalam menafsirkan pesan yang disampaikan oleh komunikator) juga harus berusaha mengerti apa yang disampaikan oleh komunikator, agar proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Menurut pengakuan Informan 1, Informan 2, Informan 3, dan Informan 4 ada hambatan yang dialami dalam berkomunikasi menggunakan bahasa binan. Hambatan yang dialami dikarenakan ada perbedaan adaptasi kosakata atau istilah. Karna menurut keempat informan, bahasa binan memiliki perbedaan istilah pada setiap daerah. Hambatan yang dihadapi Informan 1 yaitu ketika berkomunikasi menggunakan bahasa binan dengan teman waria yang

berasal daerah lain. Menurut Informan 1, setiap daerah memiliki perbedaan kosakata

atau istilah, dan juga perbedaan adaptasi kata akhiran. Contohnya ketika menyebut kata

homo, Informan 1 menyebut kata homo diganti dengan istilah hemong, namun waria

dari daerah lain menyebut kata homo menjadi hemes. Informan 1 mengatakan jika

masih ada kemiripan kata, mereka masih bisa saling paham. Namun, jika penyebutan

kata sudah jauh berbeda, itulah yang menjadi hambatan. Informan 2 juga mengatakan

hal yang serupa dengan Informan 1. Hambatan yang dihadapi Informan 2 ketika

berkomunikasi menggunakan bahasa binan dengan waria yang memiliki perbedaan

adaptasi kata. Sebagai contoh, Informan 2 menyebut kata enak dengan sebutan endang,

namun ada juga waria yang menyebutkan kata enak dengan sebutan endes. Hal inilah

yang terkadang menjadi hambatan dalam berkomunikasi, namun menurut Informan 2

(28)

oleh Informan 3 adalah ketika bertemu dengan teman waria yang berasal dari daerah

lain. Informan 3 mengaku merasakan hambatan yang cukup sulit, ketika bertemu dan

berkomunikasi dengan waria yang adaptasi bahasa binan nya terlampau jauh. Sebagai

contoh, Informan 3 menyebut kata dompet dengan sebutan dompra, namun ada waria

yang menyebutkan dompet dengan mawar merah. Hal inilah yang menjadi hambatan

dalam berkomunikasi menggunakan bahasa binan, dikarenakan perbedaan adaptasi

bahasa yang cukup jauh dari arti nya. Informan 4 juga menghadapi hambatan dalam

berkomunikasi menggunakan bahasa binan. Hambatan yang dihadapi oleh Informan 3

hampir sama dengan hambatan yang dihadapi para informan sebelumnya. Informan 3

menyebut kata miskin dengan sebutan miskina, namun ada juga waria yang menyebut

kata miskin menjadi miskines. Menurut Informan 4, hambatan ini juga tidak terlalu

berarti. Keempat informan mengatasi hambatan yang dihadapi dengan cara bertanya

langsung, dan juga dengan menggunakan sedikit bahasa Indonesia. Berikut pemaparan dari para informan:

Informan 1:“Hambatannya itu kak, misalnya kita ada punya kawan dari daerah lain. Nah kadang tu bahasanya agak beda sama yang kami pake kak. Misalnya kayak kami pake yang akhiran “ong”, kadang ada juga yang pake akhiran “es”, itulah kadang hambatannya kak, jadi kadang awak kurang nyambung cakapnya karna ga ngerti. Gini loh maksudnya kak, misalnya kata homo Nah, kami kan pake yang akhiran “ong” jadi kalo bilangkan homo=hemong. Kalo orang yang pake “es” jadinya kalo bilangkan homo=hemes. Atau banci, kami bilangnya bencong, kadang ada juga yang bilangnya itu bences. Beda-beda penyebutan itulah kadang yang jadi hambatan kak. Kalo kata-katanya masih mirip, kadang kami masih paham juga kak. Tapi kalo beda jauh, jadinya ga ngerti.”

Informan 2:“Hambatannya itu ya paling cuma beda penyebutan atau istilah gitu say. Karna kan ada macam-macam istilah yang kita gunakan kalo untuk ngucapin satu kata.Misalnya kan, kalo mau nyebutin kata enak, ada yang nyebutnya dengan istilah endes, ada juga yang nyebutin istilah endang. Jadi bahasa binan ini macam-macam say, ada yang sederhana, ada yang memang istilahnya itu beda jauh dari kata-kata aslinya. Itu aja sih hambatannya say, cuma ya ga terlalu

mengganggu lah menurut aku.”

(29)

ribu yang dulu kan ada gambar mawar merahnya kak. Kan awak bingung kak, jauh kali dari dompet jadi mawar merah. Jadi pernah lah jumpa waria yang bilangkan mawar merah, kan awak bingung, awak tanya lah artinya apa. Rupanya mawar merah=dompet hahaha..”

Informan 4:“Hambatannya itu cuma di perbedaan adaptasi bahasa aja kak.Gini misalnya kak. Kita biasa bilangkan miskin=miskina, terkadang ada juga waria lain yang nyebur miskin=miskines. Terkadang ya kita sama-sama bingung juga sih kak. Tapi menurut kita itu bukan hambatan yang berarti. Kita bisa menyelesaikannya dengan cara pake bahasa Indonesia, tanya apa maksudnya. Itu aja sih kak.

4.2 Pembahasan

Banyak sisi-sisi menarik dari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Sebagai sarana komunikasi, bahasa dapat menyebarkan berbagai macam informasi. Bahasa dapat menghubungkan antarpemakainya tanpa batasan ruang dan waktu. Berbagai macam suasana; sedih, gembira, marah, santai ataupun serius dapat dideskripsikan melalui bahasa. Dari berbagai macam bentuk pemakaiannya, bahasa bahkan mampu mengungkapkan jati diri seseorang seperti; jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, hingga karakteristik penutur dan sebagainya. Di dalam masyarakat ada komunikasi atau saling hubung antaranggota. Untuk itu diperlukan suatu wahana yang dinamakan bahasa. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa setiap masyarakat pasti mempunyai alat komunikasi sosial tersebut.

Wawancara telah selesai dilakukan dan telah didapatkan jawaban dari seluruh informan. Setelah mendapatkan hasil wawancara dari Informan 1, Informan 2, Informan 3, dan Informan 4, peneliti merasa bahwa data yang didapatkan sudah jenuh, tidak ada lagi hal baru yang peneliti dapatkan sehingga penelitian dihentikan sampai pada informan keempat. Keempat informan adalah pengguna aktif bahasa binan. Mereka sudah lama mengerti dan menggunakan bahasa binan.

(30)

pertama hingga informan keempat, maka peneliti membuat pembahasan sebagai berikut:

Tujuan utama dari interaksi menurut teori interaksionisme simbolik adalah untuk menciptakan makna yang sama. Hal ini penting karena tanpa makna yang sama berkomunikasi akan menjadi sulit, atau bahkan tidak mungkin. Sehingga kesamaan makna menimbulkan efektivitas dalam berkomunikasi. Pada salah satu asumsi Blummer mengenai interaksionisme simbolik menjelaskan bahwa makna diciptakan dalam interaksi manusia: Mead menekankan dasar insubjektif dari makna yang dapat ada hanya ketika orang-orang memiliki interperetasi yang sama mengenai simbol yang mereka pertukarkan dalam interaksi (West and Turner, 2008: 100). Asumsi ini jelas sangat menguatkan bahwa kesepahaman makna sangat menentukan suatu efektivitas komunikasi. Schramm menampilkan apa yang disebut “the condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika menginginkan komunikasi yang efektif. Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Effendy, 2003: 37):

a. Pesan tersebut harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan.

b. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga memiliki pengertian yang sama.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

(31)

dari luar, maka orang tersebut akan memberi reaksi. Selanjutnya, setelah keempat informan sudah memahami bahasa binan, maka keempat informan sudah mengatur untuk berkomunikasi menggunakan istilah yang memiliki kesepahaman makna dengan waria lainnya, yaitu bahasa binan. Asumsi Blumer (West and Turner, 2008: 100) yang dijelaskan diatas juga terjadi pada saat para informan berkomunikasi langsung dengan waria lainnya. Keempat informan memahami dan merasa tidak ada masalah dalam komunikasi tersebut. Mereka saling memiliki kesepahaman makna atas komunikasi yang berlangsung.

Selanjutnya, Informan 4 mengaku menggunakan bahasa binan bertujuan untuk mempererat hubungan dengan waria lain. Dalam hal ini, tujuan komunikasi sesuai dengan yang dipaparkan oleh Naisbitt (Devito, 1997: 32) bahwa salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain, membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial.

Keempat informan berkomunikasi dengan sesama waria dan dengan orang yang memahami bahasa waria, dengan spontan menggunakan istilah-istilah yang berasal dari bahasa binan. Penggunaan bahasa binan tidak secara penuh dilakukan ketika berkomunikasi, karena tidak semua kata memiliki istilah lain dalam bahasa binan. Komunikasi verbal yang terjadi ketika waria berkomunikasi dengan sesama waria menggunakan bahasa binan, dan terkadang dicampur dengan bahasa Indonesia. Ketika berkomunikasi, waria cenderung menggunakan bahasa campuran yaitu menggunakan kedua bahasa tersebut dalam berkomunikasi. Tidak hanya menggunakan bahasa binan saja, tetapi juga diimbangi dengan bahasa Indonesia. Namun, ketika berkomunikasi dengan sesama waria, bahasa binan akan selalu dipergunakan walau terkadang juga dicampur dengan bahasa Indonesia. Bahasa binan juga digunakan oleh waria ketika berkomunikasi dengan Pekerja Seks Komersil (PSK). Sebab, kaum waria juga banyak bergaul dengan PSK, begitu sebaliknya.

(32)

tidak menggunakan bahasa binan saat berkomunikasi dengan orang bukan waria. Alasannya, menurut Informan 2 dan Informan 4 bahasa binan adalah bahasa yang khusus diperuntukkan kalangan waria. Mereka juga takut, jika semakin banyak orang yang memahami bahasa binan, maka privasi kelompok waria akan terancam. Hal ini sesuai dengan pendapat Atmojo (Mulyana, 2010: 312) bahwa fungsi bahasa gaul bagi kelompok penggunanya yaitu:

1. Sebagai kontrabudaya dan sarana pertahanan diri, terutama bagi kelompok yang hidup di lingkungan yang memusuhi mereka. Mereka berkomunikasi dengan bahasa gaul yang tidak dapat dipahami oleh kelompok luar.

2. Sebagai sarana kebencian kelompok tersebut terhadap budaya dominan, tanpa diketahui dan dihukum oleh kelompokm dominan.

3. Sebagai sarana memelihara identitas dan solidaritas kelompok. Bahasa gaul memungkinkan mereka mengenal dalam, dan membedakan mereka dengan orang luar.

Komunikasi dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sepertiyang dilakukan keempat informan, mereka menggunakan bahasa binan tidak hanya ketika berkomunikasi secara langsung, namun juga pada saat berkomunikasi melalui media seperti Facebook, BBM, Whatsapp, Line, dan sebagainya. Dalam hal ini, komunikasi verbal yang terjadi antara waria dengan sesama waria secara langsung juga bersifat informal. Bersifat informal karena dalam pertukaran pesan antara yang satu dengan yang lain tidak terikat oleh ruang dan waktu. Biasanya terjadi dengan spontanitas ketika bertemu dimana saja dan kapan saja. Hal ini sesuai dengan karakteristik komunikasi yang dikemukakan oleh Riswandi (Susanto, 2012: 8-9) bahwa komunikasi menembus faktor ruang dan waktu, maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak haris hadir pada watu maupun tempat yang sama. Dengan adanya berbagai media, maka kedua faktor tersebut (ruang dan waktu) bukan lagi menjadi hambatan dalam berkomunikasi.

(33)

yang sudah ada dengan cara mengambil kata secara asal tanpa memperhatikan kaidah pembentukan kata. Mereka mengambil kata secara utuh untuk digunakan sebagai kata baru dalam bahasa mereka namun telah terjadi pengubahan makna leksikal secara total, namun banyak pula kata yang tetap mengalami proses perubahan tanpa kaidah. Para waria berkumpul dalam sebuah kelompok, terkadang bahasa yang mereka gunakan memiliki perbedaan, kelompok waria yang satu dengan yang lain menggunakan pelafalan yang berbeda. Menurut keempat informan, hal ini tentu menjadi hambatan dalam komunikasi menggunakan bahasa binan.

Hambatan yang dijelaskan diatas disebut juga dengan gangguan semantik, dimana gangguan semantik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik ini tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah yang terdapat pada komunikator, maka akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya (Effendy, 2003: 45).

(34)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara empat informan waria yang ada di Kota Kisaran, maka ditemukan beberapa kesimpulan yang dapat dilihat sebagai berikut :

1. Bahasa binan adalah bahasa yang wajib diketahui dan digunakan oleh kalangan waria. Para waria menggunakan bahasa binanvuntuk berkomunikasi dengan sesama waria. Namun, tidak menutup kemungkinan jika bahasa binan juga digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang bukan waria (jika paham). Penggunaan bahasa binan tidak secara penuh dilakukan oleh waria ketika berkomunikasi, karena tidak semua kata memiliki istilah lain dalam bahasa binan.Dalam menggunakan bahasa binan, tidak ada penggunaan logat tertentu, cara melafalkan bahasa binan sama dengan bahasa Indonesia pada umumnya. Waria juga menggunakan bahasa binan saat berkomunikasi dengan sesama waria melalui media (Line, BBM, Whatsapp, dan lain-lain). Bahasa binan memiliki peran penting dalam proses komunikasi antarwaria. Perannya tidak hanya untuk mempererat hubungan sesama waria, namun bahasa binan juga berperan penting dalam menjaga privasi kelompok waria.

(35)

5.2 Saran

5.2.1 Saran dalam Kaitan Akademis

Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP-USU yang melakukan penelitian serupa, serta dapat melanjutkan penelitian dengan topik yang sama secara lebih terinci. Peneliti berharap topik dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat menimbulkan rasa keingintahuan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan melakukan wawancara yang lebih mendalam kepada pihak yang terkait untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi sehingga dapat disampaikan kepada semua pihak.

5.2.2 Saran dalam Kaitan Praktis

Gambar

Gambar 3.1 Bagan Penggunaan Bahasa Binan di Kalangan Waria
Tabel Karakteristik Informan

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini karakter, background dan sound. akan digabungkan

Sehingga yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pemanfaatan dana PKH pendidikan pada masyarakat penerima dan apakah dana dipergunakan untuk

Berdasarkan hasil penelitian di atas, terlihat bahwa arus tidak terlalu mempengaruhi pola sebaran nitrat, tetapi penurunan konsentrasi nitrat banyak dipengaruhi oleh

Konsumtif dalam penelitian ini yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mempergunakan dana bantuan untuk akses layanan pendidikan dan kesehatan sesuai dengan tujuan awal

Berdasarkan hasil bilangan Formzahl (N f = 1,705) maka dapat disimpulkan bahwa tipe pasut di perairan Pantai Slamaran Pekalongan adalah tipe pasut campuran

berdiri sendiri atau dualisme, tetapi lebih mencerminkan suatu dualitas, cirri-ciri struktural sistem sosial adalah sekaligus medium dan hasil praktik sosial yang

Hasil pemodelan karakteristik gelombang menggunakan bantuan software SMS 10.0 modul STWAVE didapatkan bahwa tinggi gelombang signifikan pada musim Barat sebesar

ANALISIS BIT ERROR RATE (BER) UNTUK MODULASI BPSK DAN QPSK PADA KINERJA JARINGAN WIMAX 802.16e.. Diajukan untuk