• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena Sistem Penghimpunan Dana Bank S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Fenomena Sistem Penghimpunan Dana Bank S"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Fenomena Sistem Penghimpunan Dana Bank Syariah Dalam Perkembangan Perbankan Syariah

Domi Cahyo Damai1 Mohammad Ghozali, Ph.D.2

ABSTRAK

Perbankan syariah merupakan sistem perbankan yang operasionalnya sesuai syariat Islam dan menawarkan konsep bagi hasil bukan bunga yang dianggap riba’. Kegiatan bank syariah mencakup funding, landing dan jasa perbankan lain dimana sistem penghimpunan dana (funding) menjadi ujung tombak sumber dana bank syariah selain juga pentingnya produk lain dalam bank syariah. Produk landing yang ditawarkan bank syariah antara lain yang pertama yaitu wadiah, yang terbagi menjadi wadiah yad amanah dan wadiah yad dhamanah, serta yang kedua adalah mudharabah, yang terbagi menjadi mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena penghimpunan dana (dana pihak ketiga) bank syariah dalam perkembangan perbankan syariah utamanya perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dimana sumber acuan kajian maupun data serta analisa diperoleh dari telaah dan analisa dari literatur. Hasil dari penelitian ini adalah perbankan syariah mengalami perkembangan signifikan dari segi aset, jumlah unit baru yang beroperasi, dan penghimpunan dana (dana pihak ketiga) bank syariah yang mengalami peningkatan yang besar serta dalam peningkatan aspek-aspek diatas mempunyai pengaruh terhadap perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa terjadinya peningkatan dan perkembangan bank syariah di Indonesia ini, membuat usaha bank syariah menjadi lebik baik serta bank syariah bisa dijadikan pilihan investasi bagi nasabah yang utamanya ingin berinvestasi sesuai syariat agama Islam. Bukan hanya itu saja, perkembangan perbankan syariah juga memberi jalan bagi masyarakat yang sadar akan investasi yang aman dan nyaman tanpa riba’ menjadi semakin pesat dan akan mempu bersaing dengan perbankan konvensional yang sudah lebih dikenal masyarakat luas.

Kata Kunci : Perbankan Syariah, penghimpunan dana, dana pihak ketiga.

1 Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ekonomi Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo, e-mail: ymodpeace8@gmail.com.

(2)

Pendahuluan

Dalam kegiatan ekonomi kita tidak bisa lepas dari bank, dimana bank merupakan sarana dalam kemudahan akses apapun dalam perekonomian. Bank sebagai sarana perekonomian berkembang sangat luar biasa pesat.3 Perkembangan

semacam itu belum memberikan kenyamanan pada kita khususnya orang Islam dimana praktek perbankan selalu identik dengan bunga dan jelas bunga itu adalah

riba’.

Semakin berkembangnya ekonomi karena bank membuat orang Islam ikut tergerak dalam ekonomi dengan sistem ekonomi Islam. Ekonomi Islam tidak semata-mata hanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan namun juga bertujuan untuk kemaslahatan dunia serta akhirat. Ekonomi Islam dengan alat ekonominya yang berupa bank syariah mencoba menjawab tantangan melawan

riba’.4 Praktek melawan riba’ merupakan bukan hal mudah dilakukan zaman

sekarang apalagi di Indonesia karena sistem ekonomi kita yang yang campuran alias menganut kapitalis5 dan sosialis6.

Sejak tahun 1992 sistem perbankan Indonesia menganut dual banking system yaitu sistem perbankan ganda dimana terdapat bank konvensional dan bank syariah. Ditahun yang sama itulah muncul bank syariah pertama yaitu Bank Muamalat. Meski muncul sudah cukup lama, namun sistem dual banking ini benar-benar bisa berjalan sejak munculnya UU No. 10/1998 dimana Undang-undang ini menjadi landasan hukum yang kuat dalam pendirian bank syariah.7 Hal

ini merupakan jawaban insan perbankan Indonesia dengan mencoba mengurangi praktek riba’ yang semakin merajarela.

Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem ekonomi syariah, dimana ekonomi syariah merupakan bagian dari muamalat.8 Perbankan syariah

3 Ibrahim Sany, Analisis Pengaruh Penghimpunan Dana dan Pembiayaan Terhadap Falah Laba, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2014), hlm. 1.

4 Ibid, hlm. 2.

5 Sistem ekonomi yang berorientasi pada pasar.

6 Sistem ekonomi yang diatur pemerintah sebagai oenentu kebijakan.

7 Ascarya dan Diana Yumanita, Gambaran Umum Bank Syariah, (Jakarta: PPSK BI, 2005), hlm. v.

(3)

tidak bisa dilepaskan dari al-Qur`an dan Sunnah sebagai sumber hukum Islam. Bank syariah bukan hanya cara untuk mengislamkan perbankan namun juga praktik serta operasionalnya juga harus sesuai dengan tuntunan agama Islam dan tentunya sesuai dengan fiqh muamalah.

Dalam operasionalnya, bank syariah menggunakan beberapa produk perbankan syariah yang meliputi Pendanaan atau Penghimpunan dana, Pembiayaan atau Penyaluran dana serta Jasa perbankan lainnya.9 Oleh karena itu,

sangat menarik untuk ditelaah mengenai produk perbankan syariah utamanya produk penghimpunan dana dimana implikasinya terhadap perkembangan perkembangan bank syariah dan sebagai bentuk bakti kita pada Allah SWT dan sesuai tuntunan agama Islam.

Penghimpunan dana atau dana pihak ketiga merupakan ujung tombak perbankan dalam memenuhi segala macam pembiyaan yang dibutuhkan. Pengaruh jumlah atau besar kecilnya dana pihak ketiga bank berpengaruh pada laba apalagi dalam perkembangan bank khususnya bank syariah. Dana pihak ketiga merupakan bagian dari nominal yang berfungsi untuk menutup segala macam pembiayaan bank yang ditawarkan pada nasabah, apalagi dalam bank syariah yang tentu saja penghimpunan dana pihak ketiga ini harus sesuai dengan syariat serta dengan ketentuan fiqh muamalah.

Sesuai sebutan Islam sebagai agama yang kaffah membuat hubungan antara masalah ekonomi dalam kehidupan umat manusia utamanya masalah perbankan syariah menjadi amat penting dan masuk kedalam aspek yang sangat luas serta mendalam.10 Sebagai muslim hendaknya kita kembali ke syariat dan

kodrat kita menganut tuntunan agama Islam sebagai mana mestinya, sehingga tujuan hidup untuk mencapai ridho-Nya bisa terealisasi.

Metode Kajian

9 Hutri Rizki, Analisis Strategi Terhadap Penghimpunan Dana Pihak Ketiga, (Jember: Universitas Negeri Jember, 2011), hlm. 2.

(4)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka (library research). Studi pustakan adalah mengambil dan mengkaji teori yang relevan dengan permasalahan yang dibahas, dan berupa tinjauan atau ringkasan kepustakaan tentang masalah penelitian.11 Dalam studi pustaka, diperlukan

sumber-sumber literatur yang kuat guna mempertajam bahasan yang akan dibahas. Literatur ini bukan hanya berfungsi sebagai bahan kajian teori saja, namun juga dijadikan sumber data serta sumber kajian analisa yang akan dilakukan penulis.

Penelitian ini mencakup analisis, identifikasi, dan telaah kepustakaan atau literatur tentang apa saja yang diperlukan dalam penelitian. Data yang dibutuhkan berhubungan dengan fenomena sistem penghimpunan dana bank syariah. Literatur yang dijadikan tinjauan adalah buku, jurnal ilmiah, makalah, media online, manuskrip, dan hal lain yang berhubungan dengan fenomena sistem penghimpunan dana bank syariah, serta telaah dengan penelitian terdahulu yang sejenis dengan tema penelitian ini.12

Fenomena Perbankan Syariah

Bank merupakan tempat perjumpaan kehendak antara pihak bank dan nasabah dalam melakukan berbagai macam transaksi sesuai kegiatan bank. Pada umumnya kegiatan bank ada 3 (tiga) yaitu pertama funding, yaitu kegiatan mencari dana dari nasabah dalam bentuk simpanan. Kedua landing, yaitu kegiatan menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau pembiyaan. Dan ketiga adalah jasa lain bank, dimana jasa lain ini merupakan jasa yang dibutuhkan nasabah. 13

Bank punya 2 (dua) prinsip dalam kegiatannya yaitu prinsip konvensional dan prinsip syariah. Bank Konvensional maupun Bank Syariah mempunyai kegiatan yang sama yaitu sesuai yang penulis sebut diatas, berarti terdapat kesamaan diantara keduanya, antara lain mekanisme penerimaan dana,

11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), cet. 22, hlm. 228.

12 Muhammad Wildan, Peran model ekonomi syariah dalam model ekonomi konvemsional, (Surakarta: UNS Solo, TT), hlm. 10.

(5)

teknologi informasi, syarat pembiayaan seperti KTP, KK, Surat Nikah dan laporan keuangannya.14 Dari persamaan tadi juga ada perbedaan diantara keduanya.

Perbedaan mendasar ini ada karena prinsip yang berbeda karena bank konvensional yang profitoriented dan bank syariah yang profitandlosssharing.15

Sesuai dengan berbedaan tujuan tadi, kegiatan bank juga harus terus berjalan utamanya dalam bank syariah. Perbankan syariah menawarkan produk penghimpunan dana dan produk penyaluran dana serta produk jasa perbankan syariah. Dari masing-masing produk diatas pastilah mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tersendiri dalam bank syariah.

Dari uraian diatas, dasar-dasar bank syariah tertuang pada firman Allah SWT surat An-Nisa ayat 58 :

ااوممكمححتت نأت سساننتلٱ نتحيبت متمحمكتحت اذتإسوت اهتلسحهأت ى ىىلتإس تسنتىمتىأتحلٱ ااودنمؤتتم نأت حمكمرمممحأيت هتلنتلٱ ننتإس

ارريصسبت اعتعيمسست نتاكت هتلنتلٱ ننتإس ۦىۦهسبس مكمظمعسيت امنتعسنس هتلنتلٱ ننتإس ل سلحدعتحلٱبس

٥٨

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.16

Perkembangan perbankan syariah utamanya di Indonesia tidak lepas dari pengaruh perkembangan perbankan syariah di dunia internasional. Sejak awal tahun 80-an perbankan syariah mulai muncul sebagai pilar ekonomi Islam.17

Munculnya gagasan sistem perbankan syariah dianggap sebagai suatu jawaban alternatif bagi masyarakat yang ingin sistem perbankan bersifat transparan, berkeadilan, beretika, dan seimbang dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera secara material dan spiritual.18

Kesadaran yang sudah mulai timbul dari masyarakat yang menginginkan transaksi maupun hal apa saja yang berhubungan dengan lembaga keuangan

14 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, hlm. 29.

15 Ibid, hlm. 29.

16 Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta; Kemenag).

17 Ascarya dan Diana Yumanita, Gambaran Umum Bank Syariah, hlm. 43.

(6)

khususnya bank harus dilandasi sesuai dengan ketentuan agama Islam. Bentuk kesadaran ini membuat masyarakat sangat antusias menghadapi fenomena munculnya perbankan syariah. Mereka sadar bahwasannya tujuan hidup ini tidak hanya semata-mata mencari untung saja namun juga kemashlahatan serta ketenangan batin dan jiwa. Oleh karena itu, prinsip syariah yang telah ada menjadi jalan untuk memperoleh ridho Allah SWT dan terhindar dari bahaya riba’.

Semakin berkembangnya minat masyarakat Indonesia dalam memilih lembaga keuangan syariah membuat pemerintah khususnya MUI (Majelis Ulama Indonesia) harus segera sigap dalam menindaklanjuti serta mendalami konsep-konsep keuangan syariah termasuk konsep-konsep perbankan syariah tersebut. Pada akhirnya MUI melaksanakan Lokakarya di Cisarua, Bogor, Jawa Barat yang isinya membahas pendirian bank syariah pertama di Indonesia. Hasil dari Lokakarya ini memunculkan Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia.19

Dukungan serupa juga diberikan oleh pemerintah RI dengan membuat Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan dan PP No. 772 tahun 1992 dimana kedua peraturan tersebut dikeluarkan sebagai perangkat hukum sistem operasional bank syariah di Indonesia.20 Munculnya kedua peraturan tersebut

menjadi angin segar terhadap sistem perbankan syariah, namun sayangnya gaung perbankan syariah di Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan bank konvensional yang terlebih dulu dikenal oleh masyarakat.

Pada akhirnya pemerintah merevisi undang-undang diatas menjadi UU No. 10 tahun 1998 dimana dalam peraturannya bank konvensional diperbolehkan melakukan usaha atau membuka cabang syariah.21 Hal ini disambut baik oleh

muslim di Indonesia, karena ini mempermudah jalan bagi mereka yang sudah menanti munculnya lembaga keuangan yag berprinsip syariah. Dan ini merupakan jawaban yang saat itu dinantikan oleh masyarakat yang menginginkan transaksi sesuai syariat Islam, namun juga ini sebagai bentuk dukungan pada masyarakat yang ingin berinvestasi tanpa takut ada dosa atau riba’ dalam investasi mereka.

19 Kementrian Agama RI, Buku Saku Perbankan Syariah, hlm. 36-37.

20 Ibid, hlm. 37.

(7)

Seiring berjalannya waktu, pasca muncul peraturan baru mulai banyak muncul cabang-cabang baru bank syariah. Semakin banyak munculnya bank syariah yang ada membuat aset yang dimiliki oleh bank syariah meningkat pesat. Aset perbankan syariah menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat, dari Rp 7,9 triliun pada akhir Desember tahun 2003 meningkat menjadi Rp 14,2 triliun pada November tahun 2004 atau meningkat sebesar 39%. Aset perbankan nasional hanya mengalami peningkatan sebesar 13,4% dari 1062 triliun menjadi Rp. 1204 triliun pada periode yang sama.

Dari angka diatas, kontribusi aset perbankan syariah terhadap perbankan nasional masih sangat kecil. Namun, kontribusinya dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Sampai dengan posisi Oktober 2004 kontribusi perbankan syariah terhadap perbankan nasional telah mencapai 1,11%.22

Dalam segi penarikan dana pihak ketiga (funding), perbankan syariah juga mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan DPK ini sejalan dengan perkembangan bank syariah yang semakin banyak jumlahnya sehingga semakin besar dana masyarakat yang dapat diserap oleh perbankan syariah, hal ini tampak pada periode setelah tahun 2003 ketika terjadi lonjakan dana masyarakat yang cukup tinggi dengan rata pertumbuhan mencapai 6%, sedangkan rata-rata pertumbuhan sebelum tahun 2003 masingmasing sebesar 5% pada tahun 2001, dan 3,6% pada tahun 2002.23

Seiring dengan peningkatan DPK perbankan syariah, kontribusi DPK perbankan syariah terhadap DPK perbankan nasional juga mengalami peningkatan sebesar 0.64% pada tahun 2003, dari 0.38% pada tahun sebelumnya. Lonjakan tertinggi terjadi pada periode Januari 2004 disebabkan oleh keluarnya fatwa MUI mengenai haramnya bunga. Layaknya komposisi dana pihak ketiga di perbankan konvensional, DPK di perbankan syariah juga didominasi oleh deposito

mudharabah, dengan komposisi masing-masing antara deposito mudharabah,

22 Ibid, hlm. 53-54.

(8)

tabungan mudharabah dan giro wadi'ah adalah 61,2%, 28,7%, dan 10%.24 Dan

pada tahun 2013 dana pihak ketiga bank syariah sudah mencapai 158,519 triliun.25

Perkembangan yang telah disebutkan diatas menunjukkan bahwa bank syariah merupakan lembaga keuangan yang mampu bersaing dalam ekonomi sekarang. Bank syariah merupakan jawaban dari dahaga masyarakat akan pilihan yang sesuai syariat Islam serta jauh dari praktek riba’. Perkembangan ini juga menunjukkan bank syariah bisa dijadikan pilihan investasi menjanjikan yang menguntungkan di dunia namun juga di akhirat.

Produk Penghimpunan Dana

Sesuai ketentuan undang-undang hanya bank yang diperbolehkan untuk melakukan penghimpunan dana dari masyarakat secara langsung.26 Dana bank

adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai atau aktiva lain yang segera dapat diubah menjadi uang tunai. Dana bank yang digunakan sebagai modal operasional dalam kegiatan usaha tersebut dapat bersumber dari :

1. Dana sendiri (dana pihak pertama);

2. Dana pinjaman dari pihak luar bank (dana pihak kedua); 3. Dana dari masyarakat (dana pihak ketiga).27

Dana yang berasal dari masyarakat merupakan mayoritas dari seluruh dana yang dihimpun bank dan merupakan sumber dana utama yang diandalkan oleh bank dalam kegiatan usaha sehari-hari.

Produk penghimpunan dana merupakan pelayanan jasa simpanan atau tabungan, dimana dalam rangka penghimpunan dana masyarakat (funding). Penghimpunan dana diartikan sebagai kegiatan bank dalam memperoleh modal bank dari dana pihak ketiga (nasabah) dengan tujuan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dan menanggulangi inflasi atau kenaikan

24 Ascarya dan Diana Yumanita, Gambaran Umum Bank Syariah, hlm. 54-56.

25 Kementrian Agama RI, Buku Saku Perbankan Syariah, hlm. 41.

26 Wiroso, Produk Perbankan Syariah, (Jakarta: LPFE Usakti, 2011), hlm. 117.

(9)

harga.28 Dengan kata lain, penghimpunan dana merupakan kegiatan pokok yang

harus diperhatikan seksama oleh bank demi kelancaran investasi perbankan. Dalam penghimpunan dana, bank syariah melakukan mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang adil sehingga keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua pihak. Tujuan mobilisasi dana merupakan hal penting karena Islam secara tegas mengutuk penimbunan tabungan dan menuntut penggunaan sumber dana secara produktif dalam rangka mencapai tujuan sosial-ekonomi Islam.29 Dalam hal ini, bank syariah

melakukannya tidak dengan prinsip bunga (riba’), melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat Islam, terutama mudharabah (bagi hasil) dan

wadi’ah (titipan). Sumber dana bank syariah selain dari kegiatan penghimpunan dana, tentunya juga dari modal disetor sehingga secara keseluruhan sumber dana bank syariah dapat dibagi menjadi :30

1. Modal;31

2. Rekening Giro;32

3. Rekening Tabungan;33

4. Rekening Investasi Umum;34

5. Rekening Investasi Khusus;35 dan

6. Obligasi Syariah.36

28 Otoritas Jasa Keuangan, Booklet Perbankan 2016, (Jakarta: OJK, 2016), hlm. 28.

29 Ascarya dan Diana Yumanita, Gambaran Umum Bank Syariah, hlm. 15.

30 Ibid.

31 Merupakan dana yang diserahkan oleh pemilik (owner) sebagai bagian keikutsertaannya dalam usaha bank syariah. Pemilik akan menerima sejumlah saham sesuai dengan keikutsertaannya. Setiap tahun akan mendapatkan bagian bagi hasil dalam bentuk dividen. Penyertaan modal dilakukan dengan musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation.

32 Bank syariah menerima simpanan dalam bentuk rekening giro (current account) keamanan dan kemudahan pemakaiannya dengan prinsip al-wadi’ah yad-dhamanah (wadi'ah).

33 Bank Syariah menerima simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan (savings account), serupa rekening giro tetapi tidak sefleksibel giro karena nasabah tidak dapat menarik dananya dengan cek. Prinsip yang digunakan berupa Wadi’ah, Qardh, atau Mudharabah.

34 Bank syariah menerima simpanan deposito berjangka (pada umumnya untuk satu bulan ke atas) ke dalam rekening investasi umum (general investment account) dengan prinsip

mudharabah al-muthlaqah.

35 Bank syariah menawarkan rekening investasi khusus (special investment account) kepada nasabah yang ingin menginvestasikan dananya dalam proyek dan dilaksanakan dengan prinsip mudharabah al-muqayyadah.

(10)

Dari berbagai sumber dana bank diatas maka tentu memiliki manfaat bagi bank maupun bagi nasabah pada umumnya, manfaat tersebut antara lain :

1. Bagi Bank

a. Sumber pendanaan bank baik dalam rupiah maupun valuta asing; b. Salah satu sumber pendapatan dalam bentuk jasa (fee based

income) dari aktivitas Ianjutan pemanfaatan rekening giro, tabungan, maupun deposito oleh nasabah.

2. Bagi Nasabah

a. Memperlancar aktivitas pembayaran dan atau penerimaan dana. b. Kemudahan dalam pengelolaan likuiditas baik dalam hal

penyetoran, penarikan, transfer, dan pembayaran transaksi yang fleksibel.

c. Sebagai alternatif investasi nasabah. d. Dapat memperoleh bonus atau bagi hasil.37

Prinsip operasional yang diterapkan oleh perbankan syariah dalam menghimpun dana dari masyarakat ada dua, yaitu prinsip wadiah dan

mudharabbah.38

1. Akad Wadiah

Akad Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan menghendaki dan bank bertanggungjawab atas pengembalian titipan. Simpanan atau tabungan yang berakad wadiah ada dua, yaitu :

a. Wadiah yad dhamanah;

b. Wadiah amanah.

Perbedaan Wadi'ah Yad Al Amanah dengan Wadi'ah Yad Adh Amanah

Wadi'ah Yad Amanah Wadi'ah Yad Adh Amanah

1) Pihak yang diberi kepercayaan titipan tidak boleh menggunakan

1) Dana yang dititipkan dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh

37 Kementrian Agama RI, Buku Saku Perbankan Syariah, hlm. 54-55.

(11)

dan memanfaatkan barang yang

Dalam tabungan wadi'ah, bank dengan nasabah tidak boleh mensyaratkan pembagian hasil keuntungan atas pemanfaatan harta tersebut. Namun bank diperbolehkan memberikan bonus (fee) kepada pemilik harta titipan (nasabah) selama tidak disyaratkan dimuka. Dengan kata lain, pemberian bonus (fee) merupakan kebijakan bank yang bersifat sukarela.40

2. Akad Mudharabah

Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana.41 Umumnya

mudharabbah digunakan dalam produk deposito dan tabungan. Prinsip mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah dapat diterapkan dalam kegiatan usaha bank syariah untuk produk tabungan

mudharabah dan deposito mudharabah.

Penghimpunan dana dengan prinsip mudharabah, dibagi atas dua skema yaitu :

a. Muthlaqah

39 PKES Publishing, Perbankan Syariah, hlm. 46.

40 Ibid.

(12)

Prinsip mudharabah muthlaqah, menjelaskan bahwa kedudukan bank syariah adalah sebagai mudharib

(pihak yang mengelola dana) sedangkan penabung atau deposan adalah shohibul maal (pemilik dana).

b. Muqayyadah

Prinsip mudharabah muqayyadah, kedudukan bank bertindak sebagai agen saja, karena shohibul maal

adalah nasabah pemilik dana mudharabah muqayyadah, sedang mudharib adalah nasabah pembiayaan

mudharabah muqayyadah.42

Melalui peraturan Fatwa DSN No. 2/DSN-MUI/IV/2000 dan Fatwa DSN No. 3/DSN-MUI/IV/2000, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah dapat diambil beberapa ketentuan umum sebagai berikut :

a. Nasabah merupakan shohibul maal atau pemilik dana, dan bank merupakan mudharib atau pengelola dana. b. Berbagai macam usaha dapat dilakukan bank yang tidak

menentang prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk mudharabah dengan pihak lain.

c. Modal dinyatakan dalam bentuk tunai dengan jumlahnya dan bukan piutang.

d. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

e. Biaya operasional dapat ditutup oleh mudharib dengan menggunakan keuntungan yang menjadi biaya.43

3. Qardh

Di Iran dan beberapa negara Timur Tengah lainnya akad

Qardh dijadikan dasar untuk produk giro dan tabungan. Bank diasumsikan meminjam dana dari nasabah dan dapat ditarik

sewaktu-42 PKES Publishing, Perbankan Syariah, hlm. 48.

(13)

waktu. Bank dapat memberikan “hadiah” atas pinjaman yang diberikan oleh nasabah, sepanjang tidak diperjanjikan dimuka.44

Dari produk-produk penghimpunan dana yang ditawarkan oleh perbankan syariah diatas, semuanya merupakan bentuk pilihan investasi yang bisa dipilih oleh nasabah ataupun calon nasabah yang ingin menginvestasikan dananya pada perbankan syariah. Pilihan investasi tersebut tidak hanya mencari keuntungan saja, namun ada juga nilai manfaat yang ada di dalamnya, yaitu falah. Kedepan, perbankan syariah diharapkan sebagai garda terdepan roda ekonomi umat Islam sehingga mampu bersaing dengan perbankan konvensional yang sudah dikenal oleh masyarakat.

KESIMPULAN

Perbankan syariah merupakan sistem perbankan yang menjalankan operasionalnya sesuai dengan ajaran agama Islam. Sistem perbankan syariah tidak menawarkan konsep bunga karena bunga itu adalah riba’ dan menawarkan konsep bagi hasil atau loss and profit sharing serta falah.

Kegiatan bank syariah meliputi funding, landing, dan jasa perbankan lainnya dimana masing-masing kegiatan tetap menganut prinsip syariah dan berorientasi falah. Dalam funding terdapat akad wadi’ah (titipan) dan

mudharabah (bagi hasil), dalam kegiatan landing dan Jasa perbankan banyak sekali produk yang ditawarkan dan tetap pada prinsip syariah.

Perkembangan perbankan syariah tidak lepas dari bantuan MUI (Majelis Ulama Indonesia), dan pemerintah. Atas perkembangan ini posisi bank syariah semakin kuat di masyarakat. Terbukti dari tahun ke tahun mulai dari aset, jumlah unit, hingga dana pihak ketiga bank syariah memiliki peningkatan signifikan. Peningkatan ini membuat usaha bank syariah semakin baik serta dapat dijadikan pilihan alternatif bagi nasabah dalam memilih investasi di masa yang akan datang dan tentunya sesuai dengan syariat Islam.

DAFTAR PUSTAKA

(14)

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Ascarya dan Diana Yumanita. Gambaran Umum Bank Syariah. Jakarta: PPSK BI, 2005.

Hanifah, Hilda. Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Terhadap Posisi Likuiditas Bank Syariah di Indonesia Tahun 2003-2004. Jember: Universitas Jember, 2005.

Kementrian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta; Kemenag.

Kementrian Agama RI. Buku Saku Perbankan Syariah. Jakarta: Kemenag, 2013.

Otoritas Jasa Keuangan. Booklet Perbankan 2017. Jakarta: OJK, 2017.

Otoritas Jasa Keuangan. Booklet Perbankan 2016. Jakarta: OJK, 2016.

PKES Publishing. Perbankan Syariah. Jakarta: PKES Publishing, 2008.

Rizki, Hutri. Analisis Strategi Terhadap Penghimpunan Dana Pihak Ketiga. Jember: Universitas Negeri Jember, 2011.

Sany, Ibrahim. Analisis Pengaruh Penghimpunan Dana dan Pembiayaan Terhadap Falah Laba. Semarang: Universitas Diponegoro, 2014.

Subaweh, Imam. Produk Perbankan Syariah. Bandung: TP, 2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, cet. 22, 2015.

Wildan, Muhammad. Peran model ekonomi syariah dalam model ekonomi konvemsional. Surakarta: UNS Solo, TT.

Referensi

Dokumen terkait

a) Penerimaan: penerimaan orang tua terhadap anaknya diwujudkan dalam bentuk perhatian, kehangatan, kasih sayang, akan memberikan sumbangan yang berarti bagi berkembangnya

Karena terdapat perbedaan rata-rata ketiga kelas tersebut, maka dilakukan uji hipotesis 2, 3, dan 4 dengan menggunakan uji scheefe’ pada hasil belajar siswa

Yanuardi dalam penelitiannya menghasilkan sistem informasi penelitian dan pengabdian masyarakat dengan menggunakan Visual Foxpro yang memiliki input berupa pengajuan

Tanpa rasionalisasi birokrasi yang ditandai dengan etos Webe- rian yang kuat, birokrasi tidak akan mampu melaksanakan tugas-tugas pemerintah yang kompleks dalam lingkungan

Kesimpulan: Subjek pengkonsumsi alkohol dalam penelitian kami terutama peminum berat dicurigai telah memiliki risiko penyakit hati alkoholik karena sebagian besar

Berdasarkan identifikasi masalah dan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan utama kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan

Keberhasilan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Aceh mencapai target Indikator Kinerja 10 tidak terlepas dari dukungan sumberdaya keuangan berupa alokasi dana yang cukup, data

Dalam hal ini pemerintah berkewajiban melindungi para TKI dari permasalahan- permasalahan tersebut seperti yang telah tercantum dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja