• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Kualitas Pelayanan Anc (Antenatal Care) Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Determinan Kualitas Pelayanan Anc (Antenatal Care) Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Determinan Kualitas Pelayanan

Determinan atau disebut juga determinisme berasal dari

umum, pemikiran ini berpendapat bahwa keadaan hidup dan perilaku manusia

ditentukan oleh faktor-faktor fisi

Determinisme juga berpegangan bahwa perilaku

etis manusia ditentukan oleh lingkungan, adat istiadat, tradisi, norma dan nilai etis

masyarakat. Istilah ini dimasukkan menjadi istilah filsafat ole

yang menerapkannya padadeterminisme

ini adal

semua kejadian (Lorens, 2000).

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Menurut Kolter, kualitas adalah keseluruhan diri serta sifat suatu produk atau

pelayanan yang berpengaruh terhadap kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan

yang dinyatakan atau tersirat (Syafruddin, 2011).

Menurut Azwar dalam Syafruddin (2011), kualitas pelayanan kesehatan

mengacu pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang disatu pihak

(2)

dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditentukan. Definisi kualitas jasa di

atas berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta

ketepatan pemberi layanan untuk mengimbangi harapan pelanggan.

2.1.1. Pengukuran Kualitas Pelayanan

Mengenai pengukuran kualitas, Tjiptono (2005) telah mengembangkan suatu

alat ukur kualitas layanan yang disebut servqual (service quality). Servqual ini

merupakan skala multi item yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dapat

digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan atas kualitas layanan meliputi 5

dimensi, yaitu:

1. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

2. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemampuan para karyawan untuk

membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

3. Assurance, yaitu kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki

oleh para staf, bebas dari bahaya, risiko dan keragu-raguan.

4. Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik,

perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan.

5. Tangibles, yaitu fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Assauri (2003) yang menyatakan bahwa:

dimensi mutu dari suatu jasa atau pelayanan tidak terlepas dari penilaian atas

komponen jasa dari produk yang ditawarkan, dimana diantaranya yang terpenting

(3)

dimensi yang penting dari mutu jasa atau pelayanan, yaitu pertama adalah tampilan

berwujud atau tangibles yang berbentuk fasilitas fisik, peralatan, personalia dan

bahan-bahan komunikasi. Kedua adalah sesuatu hal yang dapat dipercaya atau

reliability yaitu kemampuan untuk menyediakan jasa yang dijanjikan secara tepat dan

dapat dipercaya. Ketiga adalah cepat tanggap atau responsiveness, yaitu keinginan

untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa yang cepat dan tepat. Keempat

adalah jaminan atau assurance yang berupa pengetahuan dan keramahan karyawan

serta kemampuan untuk memberitahukan secara meyakinkan dan dapat dipercaya.

Kelima adalah rasa yang terdapat pada diri seseorang untuk tidak menggunakan

emosinya, atau empathy, karena sangat kuat menekankan perhatiannya kepada orang

lain yang dapat diberikan perusahaan kepada pelanggan.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa kualitas layanan tidak hanya

ditentukan oleh satu faktor seperti kemampuan karyawan ketika menghadapi

pelanggan, akan tetapi lebih penting lagi bagaimana perusahaan dengan segala

sumber daya yang dimilikinya dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan.

Selanjutnya kepuasan pelanggan akan muncul apabila sesuatu yang mereka harapkan

dari layanan jasa tertentu terpenuhi. Dengan kata lain, antara harapan dengan layanan

yang mereka rasakan tidak berbeda sama sekali (Tjiptono, 2005).

2.1.2. Faktor yang Memengaruhi Kualitas Pelayanan

Menurut Engeenderhealth dalam Syafruddin (2011) faktor-faktor yang

(4)

1. Adanya komitmen petugas kesehatan (bidan)

2. Terpenuhinya kebutuhan bidan akan supervisi yang memfasilitasi

3. Manajemen, informasi, pelatihan dan pengembangan polindes

4. Terpenuhinya kebutuhan akan bahan, peralatan dan infrastruktur

5. Terpenuhinya hak ibu hamil untuk memperoleh informasi agar ibu hamil

mendapatkan pelayanan yang diharapkan, diantaranya yaitu :

a. Pelayanan yang aman dan nyaman

b. Pelayanan yang mengutamakan privasi dan menjaga kerahasiaan

c. Pelayanan yang sopan, ramah dan nyaman

d. Dapat mengemukakan pendapat atau masalah secara bebas

e. Hak untuk kelangsungan pelayanan.

Menurut Moenir dalam Purwoastuti (2015), terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi kualitas pelayanan berjalan dengan baik, yaitu:

1. Kesadaran para pejabat dan petugas yang berkecimpung dalam pelayanan.

2. Aturan yang menjadi landasan/pedoman kerja pelayanan.

3. Organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya

mekanisme kegiatan pelayanan.

4. Keterampilan petugas.

(5)

2.1.2.1. Komitmen

Komitmen adalah kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku

pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi. Hal ini mencakup

cara-cara mengembangkan tujuan atau memenuhi kebutuhan organisasi yang intinya

mendahulukan misi organisasi dari pada kepentingan pribadi (Soekidjan, 2009).

Menurut Meyer dan Allen dalam Soekidjan (2009), komitmen dapat juga berarti

penerimaan yang kuat individu terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, dan

individu berupaya serta berkarya dan memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan

di organisasi tersebut.

Menurut Van Dyne dan Graham dalam Muchlas (2008), faktor-faktor yang

mempengaruhi komitmen organisasi adalah: personal, situasional dan posisi. Personal

mempunyai ciri-ciri kepribadian tertentu yaitu teliti, ektrovert, berpandangan positif

(optimis), cendrung lebih komit. Karakteristik dari personal yang ada yaitu: usia,

masa kerja, pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, dan keterlibatan kerja.

Situasional yang mempunyai ciri-ciri dengan adanya: nilai (value) tempat kerja,

keadilan organisasi, karakteristik pekerjaan, dan dukungan organisasi. Sedangkan

posisional dipengaruhi oleh masa kerja dan tingkat pekerjaan.

2.1.2.2. Pedoman Kerja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) menyebutkan bahwa pedoman

adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus

(6)

menentukan atau melaksanakan sesuatu. Berarti bahwa pedoman kerja adalah hal

yang menjadi dasar untuk melaksanakan kerja.

2.1.2.3. Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai

maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan

penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek).

Untuk lebih memudahkan membedakan keduanya. Sarana lebih ditujukan untuk

benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin, sedangkan prasarana

lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung (KBBI, 2010).

Menurut Mufdlilah (2009), pelayanan antenatal care yang berkualitas dapat

mandeteksi terjadinya risiko pada kehamilan yaitu mendapatkan akses perawatan

kehamilan berkualitas yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai,

memperoleh kesempatan dalam deteksi secara dini terhadap komplikasi yang

mungkin timbul sehingga kematian maternal dapat dihindari. Kualitas pelayanan

antenatal care diberikan selama masa hamil secara berkala sesuai dengan pedoman

pelayanan antenatal care yang telah ditentukan untuk memelihara serta

meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat

menyelesaikan kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.

2.1.2.4. Supervisi

Supervisi adalah upaya pengarahan dengan cara mendengarkan alasan dan

keluhan tentang masalah dalam pelaksanaan dan memberikan petunjuk serta

(7)

meningkatkan daya guna dan hasil guna serta kemampuan pelaksanaan dalam

melaksanakan upaya kesehatan puskesmas (Syafrudin, 2009).

2.1.2.5. Manajemen

Menurut Grant dan Massey dalam Zulvandi (2014), manajemen merupakan

suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di

organisasi. Dimana dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan

supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.

Manajemen dalam kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian

tahapan logika untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.

Menurut Gronroos dalam Syafruddin (2011) kualitas total suatu pelayanan

terdiri atas tiga komponen utama yaitu :

1. Tehnical quality yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output

(keluaran) pelayanan yang akan diterima pelanggan. Menurut Parasuraman, etal

technicalquality dapat di perinci lagi sebagai berikut :

a. Search quality yaitu kualitas yang dapat di evaluasi pelanggan sebelum

membeli misalnya harga

b. Experience quality adalah kualitas yang bisa di evaluasi pelanggan setelah

membeli dan mengkonsumsi suatu jasa pelayanan misalnya : ketepatan waktu,

(8)

c. Credence quality yaitu kualitas yang sukar di evaluasi pelanggan meskipun

telah mengkonsumsi suatu jasa misalnya kualitas pembedahan.

2. Fungsionalquality yaitu komponen dengan kualitas cara penyampaian suatu jasa

3. Corporate image yaitu profil, reputasi, citra umum, daya tarik khusus suatu

perusahaan.

Menurut Engeenderhealth dalam Syafruddin (2011) juga mengatakan

rendahnya kualitas pelayanan antenatal di pengaruhi oleh :

1. Bidan yang belum memiliki komitmen yang tinggi terhadap kualitas pelayanan

ANC

2. Belum terpenuhinya kebutuhan bidan akan supervisi yang memfasilitasi

(kunjungan rumah)

3. Lama waktu pemeriksaan antenatalcare

4. Belum terpenuhinya hak-hak ibu hamil untuk memperoleh informasi dan

mendapatkan pelayanan yang diharapkan.

2.1.3. Persepsi Kualitas Pelayanan Kesehatan 1. Menurut pasien

Pasien melihat pelayanan kesehatan berkualitas sebagai suatu layanan

kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dengan cara yang sopan

dan santun, tepat waktu, tanggap serta mampu menyembuhkan keluhan dan

mencegah berkembangnya penyakit. Pandangan pasien ini sangat penting karena

pasien yang merasa puas akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat

(9)

2. Menurut pemberi pelayanan

Pemberi layanan kesehatan mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu

dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja, kebebasan profesi dalam setiap

melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan (Purwoastuti,

2015).

Menurut Syafrudin (2011), kualitas pelayanan kesehatan dapat di lihat dari

sudut pandang : (1) pasien yang berarti suatu emphaty, respek dan tanggap akan

kebutuhannya, yang mana pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka dan

ramah pada waktu berkunjung (2) provider (petugas kesehatan dan manajer) yang

berarti bebas melakukan segala sesuatu secara profesional yang bertujuan untuk

meningkatkan derajat kesehatan pasien sesuai dengan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang maju serta kualitas peralatan yang baik dan memenuhi standar.

2.2. AntenatalCare ( ANC )

Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan

kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala

nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

Asuhan antenatal care juga merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama

ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Pantikawati,

(10)

2.2.1. Tujuan AntenatalCare ( ANC )

Menurut Pantikawati (2010), tujuan utama ANC adalah menurunkan/

mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya

adalah :

1. Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental dan sosial ibu

3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan

pembedahan

4. Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan

bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

eksklusif

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

dapat tumbuh kembang secara optimal.

2.2.2. Standar Asuhan AntenatalCare ( ANC )

Menurut Asrinah (2010), terdapat enam standar dalam standar pelayanan

antenatal seperti berikut ini :

1. Standar 1 : Identifikasi Ibu Hamil

Standar ini bertujuan mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan

(11)

Pernyataan standar : Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi

dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi

ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan

kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

2. Standar 2 : Pemeriksaan dan Pemantauan AntenatalCare

Pemeriksaan dan pemantauan antenatal care bertujuan memberikan pelayanan

antenatal care berkualitas dan diteliti dalam komplikasi. Bidan memberikan

sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan

ibu dan dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung

normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan, khususnya anemia,

kurang gizi, hipertensi, PMS/Infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat

dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.

Mereka harus mencatat data yang tepat padu setiap kunjungan. Bila ditemukan

kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya

untuk tindakan selanjutnya.

3. Standar 3 : Palpasi Abdominal

Standar palpasi abdominal bertujuan memperkirakan usia, kehamilan,

pemantauan pertumbuhan jenis, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin.

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan palpasi

untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa

posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk

(12)

Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan

membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilikus

atau prosesus sifoideus. Cara tersebut dilakukan dengan tanpa memperhitungkan

ukuran tubuh ibu. Sebaik-baiknya pemeriksaan (perkiraan) tersebut, hasilnya masih

kasar dan dilaporkan hasilnya bervariasi.

Dalam upaya standarisasi perkiraan tinggi fundus, para peneliti saat ini

menyarankan penggunaan pita ukur untuk mengukur tinggi fundus dari tepi atas

simfisis pubis karena memberikan hasil yang lebih akurat dan dapat diandalkan.

Pengukuran tinggi fundus uteri tersebut bila dilakukan pada setiap kunjungan oleh

petugas yang sama, terbukti memiliki nilai prediktif yang baik, terutama untuk

mengidentifikasi adanya gangguan pertumbuhan intrauterin yang berat dan kehamilan

kembar. Walaupun pengukuran tinggi fundus uteri dengan pita ukur masih bervariasi

antar operator, namun variasi ini lebih kecil dibandingkan dengan metoda tradisional

lainnya. Oleh karena itu penelitian mendukung penggunaan pita ukur untuk

memperkirakan tinggi fundus sebagai bagian dari pemeriksaan rutin pada setiap

kunjungan.

4. Standar 4 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Standar ini bertujuan menemukan anemia pada kehamilan secara dini dan

melakukan tindakan lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum

persalinan berlangsung. Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,

penanganan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan

(13)

Pemeriksaan hemoglobin (HB) secara rutin selama kehamilan merupakan

kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Namun ada

kecendurungan bahwa kegiatan ini tidak dilaksanakan secara optimal selama masa

kehamilan. Perubahan normal ini di kenal sebagai hemodilusi dan biasanya mencapai

titik terendah pada kehamilan minggu ke-30. Oleh karena itu pemeriksaan HB

dianjurkan untuk dilakukan pada awal kehamilan dan diulang kembali pada minggu

ke- 30 untuk mendapat gambaran akurat tentang status HB.

5. Standar 5 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Standar ini bertujuan mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada

kehamilan dan melakukan tindakan diperlukan. Bidan menemukan secara dini setiap

kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala

preeklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

6. Standar 6 : Persiapan Persalinan

Standar persiapan persalinan dengan tujuan untuk memastikan bahwa

persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan

pertolongan bidan terampil. Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,

suami/keluarganya pada trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih,

aman dan suatu suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di

samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi

keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap

(14)

2.2.3. Standar Minimal Kunjungan AntenatalCare

Jadwal dalam melakukan pemeriksaan antenatal care sebanyak 12 – 13 kali

selama kehamilan. Di negara berkembang pemeriksaan antenatal care dilakukan

sebanyak 4 kali sudah cukup sebagai kasus tercatat.

1. Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah diketahui terlambat haidnya

satu bulan.

2. Pemeriksaan ulang setiap dua minggu sampai umur kehamilan delapan bulan.

3. Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan delapan bulan sampai

terjadinya persalinan.

4. Kunjungan antenatal care sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan yaitu

trimester pertama 1 kali (sebelum 14 minggu), trimester kedua 1 kali (antara

minggu 14-28) dan trimester ketiga 2 kali (antara minggu 28-36 dan sesudah

minggu ke 36).

Kunjungan antenatal care (ANC) sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan,

yaitu:

1. Satu kali pada trimester pertama, yaitu :

a. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu sehingga suatu mata

rantai penyelamatan jiwa telah terbina jika diperlukan.

b. Mendeteksi masalah yang dapat diobati sebelum menjadi bersifat mengancam

jiwa.

c. Mencegah masalah, seperti tetanus neonatorum, anemia defisiensi zat besi,

(15)

d. Memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.

e. Mendorong perilaku yang sehat (nutrisi, latihan, kebersihan, istirahat dan

sebagainya).

2. Satu kali pada trimester kedua ( sebelum minggu ke 28 ), yaitu :

a. Sama seperti kunjungan pada trimester pertama.

b. Perlu kewaspadaan khusus mengenai pre eklampsia, pantauan tekanan darah,

periksa protein urine dan gejala yang lainnya.

3. Dua kali pada trimester ketiga, yaitu :

a. Sama seperti kunjungan sebelumnya.

b. Perlu adanya palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda.

c. Deteksi kelainan letak atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah

sakit (Pantikawati, 2010).

2.2.4. Standar AntenatalCare yang di Programkan

Menurut Arifin, standar pelayanan ANC meliputi standar 14 T, sehingga ibu

hamil yang datang memperoleh pelayanan komprehensif dengan harapan antenatal

care dengan standar 14T dapat sebagai daya ungkit pelayanan kehamilan dan di

harapkan ikut andil dalam menurunkan angka kematian ibu.

Berdasarkan kebijakan program pemerintah pelayanan ANC minimal 5T

meningkat menjadi 7T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemis malaria menjadi

14T yaitu :

1. 5T meliputi :

(16)

b. Ukur tekanan darah (TD)

c. Ukur tinggi fundus uteri (TFU)

d. Imunisasi tetanus toxoid (TT)

e. Tablet zat besi (FE) minimal 90 tablet selama kehamilan

2. 7T meliputi :

f. Tes PMS / VDRL (veneraldeaseresearchlaboratory)

g. Temu wicara / konseling

3. 14T meliputi :

h. Pemeriksaan hemoglobin (HB)

i. Pemeriksaan protein urin

j. Pemeriksaan reduksi urine

k. Perawatan payudara

l. Pemeliharaan tingkat kebugaran

m. Terapi yodium

n. Pemeriksaan malaria (Pantikawati, 2010).

Langkah-langkah dalam perawatan kehamilan/ANC yaitu :

1. Timbang berat badan dan tinggi badan

Tinggi badan diperiksa sekali pada saat ibu hamil datang pertama kali

kunjungan, dilakukan untuk mendeteksi tinggi badan ibu yang berguna untuk

mengkategorikan adanya risiko apabila hasil pengukuran <145 cm. Berat badan

(17)

penurunan berat badan. Kenaikan berat badan ibu hamil normal rata-rata antara 6,5

kg sampai 16 kg (Wiknojosastro, 2006).

2. Tekanan darah

Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang atau berkunjung. Pemeriksaan

tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah.

Deteksi tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala ke arah

hipertensi dan preeklampsi. Apabila turun dibawah normal kita pikirkan ke arah

anemia. Tekanan darah normal berkisar systole/diastole: 110/80-120/80 mmHg

(Winkjosastro, 2006).

4. Pengukuran tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita sentimeter,

letakkan titik nol pada tepi atas sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus

tidak boleh ditekan).

Tabel 2.1. Ukuran Tinggi Fundus Uteri

No Tinggi Fundus Uteri (cm) Umur Kehamilan Dalam Minggu

1 12 cm 12

2 16 cm 16

3 20 cm 20

4 24 cm 24

5 28 cm 28

6 32 cm 32

7 36 cm 36

(18)

5. Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe)

Tablet ini mengandung 200 mg sulfat ferosus 0,25 mg asam folat yang diikat

dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe

pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat

seiring dengan pertumbuhan janin. Zat besi ini penting untuk mengkompensasi

peningkatan volume darah yagn terjadi selama kehamilan untuk memastikan

pertumbuhan dan perkembangan janin yang adekuat, cara pemberian adalah satu

tablet Fe per hari, sesudah makan, selama masa kehamilan dan nifas (Pusdiknakes,

2003).

Perlu diberitahukan kepada ibu bahwa normal bila warna tinja mungkin

menjadi hitam setelah makan obat ini. Dosis tersebut tidak mencukupi pada ibu hamil

yang mengalami anemia, terutama pada anemia berat (8 gr% atau kurang). Dosis

yang dibutuhkan adalah sebanyak 1-2 x 100 mg/hari selama 2 bulan sampai dengan

melahirkan.

6. Pemberian imunisasi TT

Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum.

Efek samping vaksin TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari

pada tempat penyuntikan. Ini akan sembuh dan tidak perlu pengobatan.

Tabel 2.2. Pemberian Imunisasi TT

Imunisasi Interval % perlindungan Masa Perlindungan TT 1 Pada kunjungan ANC Ke-1 0% Tidak ada

TT 2 4 minggu setelah TT 1 80% 3 tahun

(19)

Tabel 2.2. (Lanjutan)

Imunisasi Interval % perlindungan Masa Perlindungan

TT 4 1 tahun setelah TT 3 99% 10 tahun

TT 5 1 tahun setelah TT 4 99% 25 tahun/seumur hidup

7. Pemeriksaan hemoglobin (HB)

Jenis pemeriksaan HB yang sederhana yakni dengan cara talquis dan dengan

cara sahli. Pemeriksaan HB dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali,

lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan HB adalah salah satu upaya

untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.

8. Pemeriksaan protein urine

Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu

hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3 % ditujukan pada ibu hamil

dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki oedema. Pemeriksaan rutin urine protein

ini umumnya mendeteksi ibu hamil ke arah preeklampsia.

9. Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL

Pemeriksaan veneral dease research laboratory (VDRL) adalah untuk

mengetahui adanya penyakit menular seksual, antara lain syphilis. Pemeriksaan

kepada ibu hamil yang pertama kali datang diambil spesimen darah vena ± 2 cc.

Apabila hasil tes dinyatakan positif, ibu hamil dilakukan pengobatan, rujukan, akibat

fatal yang terjadi adalah kematian janin pada kehamilan <16 minggu, pada kehamilan

(20)

10.Pemeriksaan urine reduksi

Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan indikasi

penyakit DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga ibu dan suami. Bila hasil

pemeriksaan urine reduksi positif (+) perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk

memastikan adanya Diabetes Mellitus Gestasional (DMG). DMG pada ibu dapat

mengakibatkan adanya penyakti berupa pre eklamsia, polihidramnion, bayi besar

(Saefudin, 2002).

11. Perawatan Payudara

Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan payudara yang

ditujukan kepada ibu hamil. Manfaat perawatan payudara adalah:

a. Menjaga kebersihan payudara, terutama putting susu

b. Mengencangkan serta memperbaiki bentuk putting susu (pada putting susu

yang terbenam).

c. Merangsang kelenjar-kelenjar susu sehingga produksi ASI lancar

d. Mempersiapkan ibu dalam laktasi

Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan dimulai pada

kehamilan 6 bulan.

12. Senam ibu hamil

Senam ibu hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam

mempersiapkan persalinan dan mempercepat pemulihan setelah melakukan serta

mencegah sembelit. Adapun tujuan senam hamil adalah memperkuat dan

(21)

memperoleh relaksasi tubuh dengan latihan-latihan kontraksi dan relaksasi.

Menguasai teknik pernafasan yagn berperan pada 22 minggu, dilakukan secara

teratur, sesuai kemampuan fisik panggul, gerakan kepala dan gerakan bahu

(memperkuat otot perut), gerakan jongkok atau berdiri (memperkuat otot vagina,

perineum dan memperlancar persalinan).

13. Pemberian obat malaria

Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh satu dari

beberapa jenis plasmodium dan ditularkan oleh gigitan nyamuk anopheles yang

terinfeksi. Di Indonesia terdapat 3 jenis yang biasanya adalah plasmodium vivax,

plasmodiumn falciparum, dan plasmodium malaria. Pemberian obat malaria kepada

ibu hamil pendatang baru berasal dari daerah malaria, juga kepada ibu hamil dengan

gejala khas malaria yakni panas tinggi disertai menggigil dan hasil apusan darah yang

positif. Dampak atau akibat penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan

muda dapat terjadi abortus, partus prematurus juga anemia.

14. Pemberian kapsul minyak beryodium

Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan yodium di daerah endemis.

Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI) adalah rangkaian efek kekurangan

yodium pada tumbuh kembang manusia. Kekurangan unsur yodium dipengaruhi oleh

faktor-faktor lingkungan dimana tanah dan air tidak mengakibatkan gondok dan

kretin yang ditandai dengan : gangguan fungsi mental, gangguan fungsi pendengaran,

(22)

15. Temu wicara/konseling

Konseling adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong orang

lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam usaha untuk

memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya.

Ada 5 prinsip pendekatan kemanusiaan, yaitu : keterbukaan, empati, dukungan,

sikap/respon positif dan setingkat/sederajat.

Tujuan konseling pada antenatalcare

a. Membantu ibu hamil memahami kehamilannya dan sebagai upaya preventif

terhadap hal-hal yang tidak diinginkan

b. Membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan asuhan kehamilan,

penolong persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik yang mungkin

diperlukan (Pantikawati, 2010).

2.2.5. Tipe Pelayanan Asuhan Kehamilan 1. Independetmidwife/BPS

Center pelayanan kebidanan berada pada bidan. Ruang lingkup dan

wewenang asuhan sesuai dengan kepmenkes 900/2002. Dimana bidan memberikan

asuhan kebidanan secara normal dan asuhan kebidanan “bisa diberikan” dalam

wewenang dan batas yang jelas. Sistem rujukan dilakukan apabila ditemukan

komplikasi atau risiko tinggi kehamilan. Rujukan ditujukan pada sistem pelayanan

(23)

2. ObstetricianandGynecologicalCare

Center pelayanan kebidanan berada pada SPOG. Lingkup pelayanan

kebidanan meliputi fisiologi dan patologi. Rujukuan dilakukan pada tingkat yang

lebih tinggi dan mempunyai kelengkapan sesuai dengan yang diharapkan.

3. PublicHealthCenter/ Puskemas

Center pelayanan kebidanan berada pada tim antara bidan dan dokter umum.

Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi sesuai dengan

pelayanan yang tersedia. Rujukan dilakukan pada sistem yang lebih tinggi.

4. Hospital

Center pelayanan kebidanan berada pada tim antara bidan dan SPOG.

Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi yang disesuaikan

dengan pelayanan kebidanan yang tersedia. Rujukan ditujukan pada rumah sakit yang

lebih tinggi tipenya.

5. Rumah bersalin

Center pelayanan kebidanan berada pada tim antara bidan dan SPOG sebagai

konsultan. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi yang

disesuaikan dengan pelayanan yang tersedia. Rujukan ditujukan pada sistem

pelayanan yang lebih tinggi (Pantikawati, 2010).

2.2.6. Hak-Hak Wanita Hamil

Hak-hak ibu ketika menerima layanan asuhan kehamilan (Saifuddin, 2002),

yaitu:

1. Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya. Informasi harus

(24)

2. Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, harapannya terhadap sistem

pelayanan, dalam lingkungan yang dapat ia percaya. Proses ini berlangsung

secara pribadi dan didasari rasa saling percaya.

3. Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan terhadapnya.

4. Mendapatkan pelayanan secara pribadi/dihormati privasinya dalam setiap

pelaksanaan prosedur.

5. Menerima layanan senyaman mungkin.

6. Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang diterimanya.

2.3. Bidan

Bidan adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan bidan, yang

di akui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait

kebidanan serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan memiliki izin formal

untuk praktik bidan (Hidayat, 2009).

Bidan dikenal sebagai profesional yang bertanggung jawab yang berkerja

sebagai mitra perempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan, asuhan dan

saran selama kehamilan, periode persalinan dan post partum, melakukan pertolongan

persalinan dibawah tanggung jawabnya sendiri, serta memberikan perawatan pada

bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, promosi

persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anaknya, akses untuk perawatan

medis atau pertolongan semestinya lainnya serta pemberian tindakan kedaruratan

(25)

Bidan memiliki tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,

tidak hanya untuk wanita tapi juga keluarga dan masyarakat. Tugas ini meliputi

pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua dan dapat meluas hingga

kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau reproduksi dan perawatan anak

(Zulvadi, 2014).

2.3.1. Tanggung Jawab Bidan

Menurut Zulvadi (2014), sebagai tenaga profesional, bidan memikul tanggung

jawab dalam melaksanakan tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan

tanggung jawabnya bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang dilakukannya.

Tanggung jawab bidan meliputi :

1. Tanggung Jawab Terhadap Peraturan Perundang-undangan

Bidan merupakan salah satu bagian dari paramedis. Pengaturan tenaga kesehatan

ditetapkan dalam undang-undang dan peraturan pemerintah. Tugas dan kewenangan

bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktik bidan diatur didalam

peraturan atau keputusan menteri kesehatan.

Kegiatan praktek bidan dikontrak oleh peraturan tersebut. Bidan harus dapat

mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Tanggung Jawab Terhadap Pengembangan Kompetensi.

Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesionalnya.

(26)

dengan mengikuti pelatihan, pendidikan berkelanjutan, seminar serta pertemuan

ilmiah lainnya.

3. Tanggung Jawab Terhadap Penyimpanan Pendokumentasian

Setiap bidan harus mendokumentasikan kegiatannya dalam bentuk catatan

tertulis. Catatan bidan mengenai pasien yang dilayaninya dapat

dipertanggungjawabkan bila terjadi gugatan. Selain itu catatan yang dilakukan bidan

dapat digunakan sebagai bahan laporan untuk disampaikan kepada teman sesama

profesi ataupun atasannya. Di Indonesia belum ada ketentuan lamanya penyimpanan

catatan bidan. Di Inggris bidan harus menyimpan catatan kegiatannya selama 25

tahun.

4. Tanggung Jawab Terhadap Klien dan Keluarganya

Bidan memiliki kewajiban memberikan asuhan kepada ibu dan anak yang

meminta pertolongan kepadanya. Oleh karena itu, kegiatan bidan sangat erat

kaitannya dengan keluarga. Tanggung jawab bidan tidak hanya pada kesehatan ibu

dan anak, tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga. Bidan harus dapat

mengidentifikasi masalah dan kebutuhan keluarga serta memberi pelayanan yang

tepat dan sesuai dengan kebutuhan keluarga. Pelayanan terhadap kesehatan keluarga

merupakan kondisi yang diperlukan ibu yang membutuhkan keselamatan, kepuasan

dan kebahagiaan selama masa hamil atau melahirkan. Oleh karena itu, bidan harus

mengarahkan segala kemampuan, sikap, dan perilakunya dalam memberi pelayanan

(27)

5. Tanggung Jawab Terhadap Profesi

a. Bidan harus menjaga informasi yang diperoleh dari pasien dan melindungi

privasi mereka.

b. Bidan harus bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang

diambil dalam hal perawatan.

c. Bidan harus dapat menolak untuk ikut terlibat didalam aktifitas yang

bertentangan dengan moral, namun hal tersebut tidak boleh mencegahnya

dalam memberikan pelayanan terhadap pasien.

d. Bidan hendaknya ikut serta terlibat dalam pengembangan dan implementasi

kebijakan kesehatan yang biasa mendukung kesehatan pasien dan ibu hamil

juga bayinya.

6. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat

Bidan adalah anggota masyarakat yang juga memiliki tanggung jawab. Oleh

karena itu, bidan turut tanggung jawab dalam memecahkan masalah kesehatan

masyarakat. Misalnya penanganan lingkungan sehat, penyakit menular, masalah gizi

terutama yang menyangkut kesehatan ibu dan anak, baik secara mandiri maupun

bersama teman sejawat dan teman seprofesi. Bidan berkewajiban memanfaatkan

sumber daya yang ada untuk menigkatkan kesehatan masyarakat, bidan juga harus

menjaga kepercayaan masyarakat .Tanggung jawab terhadap masyarakat merupakan

cakupan dan bagian tanggung jawabnya kepada Tuhan.

2.3.2. Fungsi Bidan

(28)

1. Fungsi Pelaksana

Fungsi bidan pelaksana mencakup:

a. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta

masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.

b. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan

dengan kasus patologis tertentu dan kehamilan dengan risiko tinggi.

c. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu

d. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi

e. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.

f. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui

g. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pascasekolah

h. Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.

i. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem

reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause

sesuai dengan wewenangnya.

2. Fungsi Pengelola

Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:

a. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu,

keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat.

b. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit

(29)

c. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.

d. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antar sektor yang terkait

dengan pelayanan kebidanan

e. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.

3. Fungsi Pendidik

Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:

a. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat

terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta KB

b. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan

tanggung jawab bidan.

c. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik

di klinik dan di masyarakat.

d. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan

bidang keahliannya.

4. Fungsi Peneliti

Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:

a. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri

atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.

b. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan KB.

2.3.3. Kompetensi Bidan

Kompetensi bidan meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang

(30)

aman dan bertanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan.

Kompetensi tersebut dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori yaitu kompetensi

inti/dasar merupakan kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan,

kompetensi tambahan/lanjutan merupakan pengembangan dari pengetahuan dan

keterampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan atau

kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta perkembangan IPTEK (Asrinah,

2010).

Berdasarkan Kepmenkes 900 tahun 2002 tentang registrasi dan praktik bidan,

peran fungsi dan kompetensi yang ada di dalam kurikulum D III Kebidanan (1996),

serta memperhatikan draft ke VI kompetensi inti bidan yang disusun oleh ICM

Februari 1999, peran, fungsi dan kompetensi inti bidan dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Pengetahuan umum, keterampilan dan perilaku yang berhubungan dengan

ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan kesehatan profesional

2. Pra konsepsi, KB, dan ginekologi

3. Asuhan konseling selama kehamilan

4. Asuhan selama persalinan dan kelahiran

5. Asuhan pada ibu nifas dan menyusui

6. Asuhan pada bayi baru lahir

7. Asuhan pada bayi dan balita

8. Kebidanan komunitas

(31)

2.3.4. Tugas Bidan

Tugas seorang bidan adalah sebagai berikut :

1. Memberi bimbingan, asuhan, dan nasihat kepada remaja (sebagai calon ibu), ibu

hamil termasuk ibu hamil dengan risiko tinggi, ibu melahirkan, ibu nifas, ibu

menyusui serta ibu dalam masa klimaterium dan menopause

2. Menolong ibu yang melahirkan dan memberi asuhan pada bayi dan anak-anak

prasekolah

3. Memberi pelayanan keluarga berencana dalam rangka mewujudkan keluarga

kecil, sehat dan sejahtera

4. Melakukan tindakan pencegahan dan deteksi terhadap kondisi ibu dan anak balita

yang mengalami gangguan kesehatan, serta memberi bantuan pengobatan sebagai

pertolongan pertama sebelum tindakan medis lebih lanjutan dilakukan

5. Melakukan penyuluhan kesehatan khususnya mengenai kehamilan, pra

perkawinan, penyakit kandungan yang terkait dengan kehamilan dan keluarga

berencana, kesehatan balita, gizi dan kesehatan lingkungan keluarga

6. Membimbing dan melatih calon bidan, dukun bayi serta kader kesehatan dalam

lingkup pelayanan kebidanan

7. Mengkaji kegiatan pelayanan asuhan kebidanan yang dilakukan untuk perbaikan

dan peningkatan

8. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat terutama kaum wanita dalam rangka

(32)

2.4. Landasan Teori

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk,

jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Definisi

kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan

konsumen. Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara

membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang mereka terima dengan

pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan terhadap pelayanan suatu perusahaan

(Tjiptono, 2007).

Menurut Engeenderhealth dalam Syafrudin (2011) kualitas pelayanan dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti komitmen petugas kesehatan atau bidan,

terpenuhinya kebutuhan bidan akan supervisi yang memfasilitasinya, manajemen,

informasi, pelatihan serta terpenuhinya kebutuhan peralatan, infrastruktur dan hak ibu

hamil untuk memperoleh informasi agar mendapatkan pelayanan yang diharapkan,

seperti pelayanan yang aman dan nyaman, menjaga kerahasiaan serta memberikan

kesempatan kepada ibu hamil untuk mengemukakan pendapat atau masalah secara

bebas.

Menurut Moenir dalam Purwoastuti (2015), terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi kualitas pelayanan berjalan dengan baik, seperti adanya kesadaran

para pejabat dan petugas yang berkecimpung dalam pelayanan, aturan yang menjadi

(33)

kinerja dan keterampilan petugas yang disertai dengan sarana yang menunjang dalam

pelaksanaan tugas pelayanan.

Berdasarkan teori di atas tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kualitas pelayanan maka peneliti mengombinasikan beberapa faktor tersebut dan

menduga bahwa komitmen, pedoman kerja, sarana dan prasarana, supervisi serta

manajemen berhubungan dengan kualitas pelayanan bidan dalam melakukan ANC

di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

Gambar 2.1. Kerangka teori Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan

1. Komitmen

2. Supervisi

3. Manajemen, informasi, pelatihan

4. Bahan, peralatan dan infrastruktur (sarana dan prasarana)

5. Konseling, ( Enggeenderhealth, 2003)

1. Kesadaran petugas 2. Pedoman kerja

3. Manajemen (organisasi) 4. Keterampilan

5. Sarana, (Moenir, 2002)

(34)

2.5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2. berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. adalah kerangka konsep penelitian Determinan Kualitas Pelayanan AntenatalCare (ANC) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan

Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

Komitmen

-Kunjungan rumah -Memberikan informasi -Pelayanan jam istirahat -Pelayanan optimal

Pedoman kerja

-Tindakan sesuai SOP

-Penggunaan alat sesuai standar -Penggunaan obat sesuai aturan -Pemanfaatan ruangan

Saranadanprasarana

-Kelengkapan alat -Tersedia obat -Kebersihan ruangan -Kenyamanan ruang tunggu -Alat-alat steril

Manajemen

-Pelatihan

-Pekerjaan sesuai pendidikan -Pengambilan keputusan -Tugas sesuai keahlian

(35)

Berdasarkan gambar 2.2. di atas, dapat di lihat bahwa komitmen, pedoman

kerja, sarana dan prasarana, supervisi dan manajemen berpengaruh terhadap kualitas

pelayanan bidan dalam melakukan ANC yang meliputi kompetensi bidan dan

Gambar

Tabel 2.1. Ukuran Tinggi Fundus Uteri
Tabel 2.2. Pemberian Imunisasi TT
Gambar 2.1. Kerangka teori Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Gambar 2.2. adalah kerangka konsep penelitian Determinan Kualitas Pelayanan Antenatal Care (ANC) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan  Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan atau standar asuhan antenatal care 7T yang diberikan pada pemeriksaan kehamilan, oleh tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan

Sarwono Prawirohardjo, Hanifa Wiknjosastro 1992, Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Hal 12.. Prenada

Untuk program EMAS sebaiknya direplikasikan ke seluruh puskesmas PONED yang ada di Kabupaten Deli Serdang sehingga tidak ada kesenjangan mutu pelayanan yang diberikan oleh semua

Pelayanan Emergensi Maternal dan Neonatal pada Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Kabupaten Bantul.. Tesis Paskasarjana Universitas Gajah Mada

Dengan demikian maka untuk dapat meningkatkan kepuasan pasien dalam hal pelayanan antenatal perlu dilakukan perbaikan pelayanan oleh petugas secara bersama

Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa mayoritas kualitas pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Mergangsan masuk kategori baik sebanyak 58 (89,2%).Menurut

Program quality assurance adalah proses di- namis dan berkesinambungan untuk meningkatkan ki- nerja yang berfokus pada pelayanan yang sedang berlang- sung yaitu untuk memastikan bahwa