BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Determinan Kualitas Pelayanan
Determinan atau disebut juga determinisme berasal dari
umum, pemikiran ini berpendapat bahwa keadaan hidup dan perilaku manusia
ditentukan oleh faktor-faktor fisi
Determinisme juga berpegangan bahwa perilaku
etis manusia ditentukan oleh lingkungan, adat istiadat, tradisi, norma dan nilai etis
masyarakat. Istilah ini dimasukkan menjadi istilah filsafat ole
yang menerapkannya padadeterminisme
ini adal
semua kejadian (Lorens, 2000).
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Menurut Kolter, kualitas adalah keseluruhan diri serta sifat suatu produk atau
pelayanan yang berpengaruh terhadap kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan
yang dinyatakan atau tersirat (Syafruddin, 2011).
Menurut Azwar dalam Syafruddin (2011), kualitas pelayanan kesehatan
mengacu pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang disatu pihak
dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditentukan. Definisi kualitas jasa di
atas berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta
ketepatan pemberi layanan untuk mengimbangi harapan pelanggan.
2.1.1. Pengukuran Kualitas Pelayanan
Mengenai pengukuran kualitas, Tjiptono (2005) telah mengembangkan suatu
alat ukur kualitas layanan yang disebut servqual (service quality). Servqual ini
merupakan skala multi item yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dapat
digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan atas kualitas layanan meliputi 5
dimensi, yaitu:
1. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.
2. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemampuan para karyawan untuk
membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
3. Assurance, yaitu kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki
oleh para staf, bebas dari bahaya, risiko dan keragu-raguan.
4. Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik,
perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan.
5. Tangibles, yaitu fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Assauri (2003) yang menyatakan bahwa:
dimensi mutu dari suatu jasa atau pelayanan tidak terlepas dari penilaian atas
komponen jasa dari produk yang ditawarkan, dimana diantaranya yang terpenting
dimensi yang penting dari mutu jasa atau pelayanan, yaitu pertama adalah tampilan
berwujud atau tangibles yang berbentuk fasilitas fisik, peralatan, personalia dan
bahan-bahan komunikasi. Kedua adalah sesuatu hal yang dapat dipercaya atau
reliability yaitu kemampuan untuk menyediakan jasa yang dijanjikan secara tepat dan
dapat dipercaya. Ketiga adalah cepat tanggap atau responsiveness, yaitu keinginan
untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa yang cepat dan tepat. Keempat
adalah jaminan atau assurance yang berupa pengetahuan dan keramahan karyawan
serta kemampuan untuk memberitahukan secara meyakinkan dan dapat dipercaya.
Kelima adalah rasa yang terdapat pada diri seseorang untuk tidak menggunakan
emosinya, atau empathy, karena sangat kuat menekankan perhatiannya kepada orang
lain yang dapat diberikan perusahaan kepada pelanggan.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa kualitas layanan tidak hanya
ditentukan oleh satu faktor seperti kemampuan karyawan ketika menghadapi
pelanggan, akan tetapi lebih penting lagi bagaimana perusahaan dengan segala
sumber daya yang dimilikinya dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Selanjutnya kepuasan pelanggan akan muncul apabila sesuatu yang mereka harapkan
dari layanan jasa tertentu terpenuhi. Dengan kata lain, antara harapan dengan layanan
yang mereka rasakan tidak berbeda sama sekali (Tjiptono, 2005).
2.1.2. Faktor yang Memengaruhi Kualitas Pelayanan
Menurut Engeenderhealth dalam Syafruddin (2011) faktor-faktor yang
1. Adanya komitmen petugas kesehatan (bidan)
2. Terpenuhinya kebutuhan bidan akan supervisi yang memfasilitasi
3. Manajemen, informasi, pelatihan dan pengembangan polindes
4. Terpenuhinya kebutuhan akan bahan, peralatan dan infrastruktur
5. Terpenuhinya hak ibu hamil untuk memperoleh informasi agar ibu hamil
mendapatkan pelayanan yang diharapkan, diantaranya yaitu :
a. Pelayanan yang aman dan nyaman
b. Pelayanan yang mengutamakan privasi dan menjaga kerahasiaan
c. Pelayanan yang sopan, ramah dan nyaman
d. Dapat mengemukakan pendapat atau masalah secara bebas
e. Hak untuk kelangsungan pelayanan.
Menurut Moenir dalam Purwoastuti (2015), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan berjalan dengan baik, yaitu:
1. Kesadaran para pejabat dan petugas yang berkecimpung dalam pelayanan.
2. Aturan yang menjadi landasan/pedoman kerja pelayanan.
3. Organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya
mekanisme kegiatan pelayanan.
4. Keterampilan petugas.
2.1.2.1. Komitmen
Komitmen adalah kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku
pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi. Hal ini mencakup
cara-cara mengembangkan tujuan atau memenuhi kebutuhan organisasi yang intinya
mendahulukan misi organisasi dari pada kepentingan pribadi (Soekidjan, 2009).
Menurut Meyer dan Allen dalam Soekidjan (2009), komitmen dapat juga berarti
penerimaan yang kuat individu terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, dan
individu berupaya serta berkarya dan memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan
di organisasi tersebut.
Menurut Van Dyne dan Graham dalam Muchlas (2008), faktor-faktor yang
mempengaruhi komitmen organisasi adalah: personal, situasional dan posisi. Personal
mempunyai ciri-ciri kepribadian tertentu yaitu teliti, ektrovert, berpandangan positif
(optimis), cendrung lebih komit. Karakteristik dari personal yang ada yaitu: usia,
masa kerja, pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, dan keterlibatan kerja.
Situasional yang mempunyai ciri-ciri dengan adanya: nilai (value) tempat kerja,
keadilan organisasi, karakteristik pekerjaan, dan dukungan organisasi. Sedangkan
posisional dipengaruhi oleh masa kerja dan tingkat pekerjaan.
2.1.2.2. Pedoman Kerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) menyebutkan bahwa pedoman
adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus
menentukan atau melaksanakan sesuatu. Berarti bahwa pedoman kerja adalah hal
yang menjadi dasar untuk melaksanakan kerja.
2.1.2.3. Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek).
Untuk lebih memudahkan membedakan keduanya. Sarana lebih ditujukan untuk
benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin, sedangkan prasarana
lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung (KBBI, 2010).
Menurut Mufdlilah (2009), pelayanan antenatal care yang berkualitas dapat
mandeteksi terjadinya risiko pada kehamilan yaitu mendapatkan akses perawatan
kehamilan berkualitas yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai,
memperoleh kesempatan dalam deteksi secara dini terhadap komplikasi yang
mungkin timbul sehingga kematian maternal dapat dihindari. Kualitas pelayanan
antenatal care diberikan selama masa hamil secara berkala sesuai dengan pedoman
pelayanan antenatal care yang telah ditentukan untuk memelihara serta
meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat
menyelesaikan kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.
2.1.2.4. Supervisi
Supervisi adalah upaya pengarahan dengan cara mendengarkan alasan dan
keluhan tentang masalah dalam pelaksanaan dan memberikan petunjuk serta
meningkatkan daya guna dan hasil guna serta kemampuan pelaksanaan dalam
melaksanakan upaya kesehatan puskesmas (Syafrudin, 2009).
2.1.2.5. Manajemen
Menurut Grant dan Massey dalam Zulvandi (2014), manajemen merupakan
suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di
organisasi. Dimana dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan
supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
Manajemen dalam kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian
tahapan logika untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Menurut Gronroos dalam Syafruddin (2011) kualitas total suatu pelayanan
terdiri atas tiga komponen utama yaitu :
1. Tehnical quality yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output
(keluaran) pelayanan yang akan diterima pelanggan. Menurut Parasuraman, etal
technicalquality dapat di perinci lagi sebagai berikut :
a. Search quality yaitu kualitas yang dapat di evaluasi pelanggan sebelum
membeli misalnya harga
b. Experience quality adalah kualitas yang bisa di evaluasi pelanggan setelah
membeli dan mengkonsumsi suatu jasa pelayanan misalnya : ketepatan waktu,
c. Credence quality yaitu kualitas yang sukar di evaluasi pelanggan meskipun
telah mengkonsumsi suatu jasa misalnya kualitas pembedahan.
2. Fungsionalquality yaitu komponen dengan kualitas cara penyampaian suatu jasa
3. Corporate image yaitu profil, reputasi, citra umum, daya tarik khusus suatu
perusahaan.
Menurut Engeenderhealth dalam Syafruddin (2011) juga mengatakan
rendahnya kualitas pelayanan antenatal di pengaruhi oleh :
1. Bidan yang belum memiliki komitmen yang tinggi terhadap kualitas pelayanan
ANC
2. Belum terpenuhinya kebutuhan bidan akan supervisi yang memfasilitasi
(kunjungan rumah)
3. Lama waktu pemeriksaan antenatalcare
4. Belum terpenuhinya hak-hak ibu hamil untuk memperoleh informasi dan
mendapatkan pelayanan yang diharapkan.
2.1.3. Persepsi Kualitas Pelayanan Kesehatan 1. Menurut pasien
Pasien melihat pelayanan kesehatan berkualitas sebagai suatu layanan
kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dengan cara yang sopan
dan santun, tepat waktu, tanggap serta mampu menyembuhkan keluhan dan
mencegah berkembangnya penyakit. Pandangan pasien ini sangat penting karena
pasien yang merasa puas akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat
2. Menurut pemberi pelayanan
Pemberi layanan kesehatan mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu
dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja, kebebasan profesi dalam setiap
melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan (Purwoastuti,
2015).
Menurut Syafrudin (2011), kualitas pelayanan kesehatan dapat di lihat dari
sudut pandang : (1) pasien yang berarti suatu emphaty, respek dan tanggap akan
kebutuhannya, yang mana pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka dan
ramah pada waktu berkunjung (2) provider (petugas kesehatan dan manajer) yang
berarti bebas melakukan segala sesuatu secara profesional yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan pasien sesuai dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang maju serta kualitas peralatan yang baik dan memenuhi standar.
2.2. AntenatalCare ( ANC )
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan
kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala
nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Asuhan antenatal care juga merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Pantikawati,
2.2.1. Tujuan AntenatalCare ( ANC )
Menurut Pantikawati (2010), tujuan utama ANC adalah menurunkan/
mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya
adalah :
1. Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental dan sosial ibu
3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan
pembedahan
4. Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara optimal.
2.2.2. Standar Asuhan AntenatalCare ( ANC )
Menurut Asrinah (2010), terdapat enam standar dalam standar pelayanan
antenatal seperti berikut ini :
1. Standar 1 : Identifikasi Ibu Hamil
Standar ini bertujuan mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan
Pernyataan standar : Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi
ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2. Standar 2 : Pemeriksaan dan Pemantauan AntenatalCare
Pemeriksaan dan pemantauan antenatal care bertujuan memberikan pelayanan
antenatal care berkualitas dan diteliti dalam komplikasi. Bidan memberikan
sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan
ibu dan dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung
normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan, khususnya anemia,
kurang gizi, hipertensi, PMS/Infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat
dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.
Mereka harus mencatat data yang tepat padu setiap kunjungan. Bila ditemukan
kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya
untuk tindakan selanjutnya.
3. Standar 3 : Palpasi Abdominal
Standar palpasi abdominal bertujuan memperkirakan usia, kehamilan,
pemantauan pertumbuhan jenis, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin.
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan palpasi
untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa
posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk
Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan
membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilikus
atau prosesus sifoideus. Cara tersebut dilakukan dengan tanpa memperhitungkan
ukuran tubuh ibu. Sebaik-baiknya pemeriksaan (perkiraan) tersebut, hasilnya masih
kasar dan dilaporkan hasilnya bervariasi.
Dalam upaya standarisasi perkiraan tinggi fundus, para peneliti saat ini
menyarankan penggunaan pita ukur untuk mengukur tinggi fundus dari tepi atas
simfisis pubis karena memberikan hasil yang lebih akurat dan dapat diandalkan.
Pengukuran tinggi fundus uteri tersebut bila dilakukan pada setiap kunjungan oleh
petugas yang sama, terbukti memiliki nilai prediktif yang baik, terutama untuk
mengidentifikasi adanya gangguan pertumbuhan intrauterin yang berat dan kehamilan
kembar. Walaupun pengukuran tinggi fundus uteri dengan pita ukur masih bervariasi
antar operator, namun variasi ini lebih kecil dibandingkan dengan metoda tradisional
lainnya. Oleh karena itu penelitian mendukung penggunaan pita ukur untuk
memperkirakan tinggi fundus sebagai bagian dari pemeriksaan rutin pada setiap
kunjungan.
4. Standar 4 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Standar ini bertujuan menemukan anemia pada kehamilan secara dini dan
melakukan tindakan lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum
persalinan berlangsung. Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan
Pemeriksaan hemoglobin (HB) secara rutin selama kehamilan merupakan
kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Namun ada
kecendurungan bahwa kegiatan ini tidak dilaksanakan secara optimal selama masa
kehamilan. Perubahan normal ini di kenal sebagai hemodilusi dan biasanya mencapai
titik terendah pada kehamilan minggu ke-30. Oleh karena itu pemeriksaan HB
dianjurkan untuk dilakukan pada awal kehamilan dan diulang kembali pada minggu
ke- 30 untuk mendapat gambaran akurat tentang status HB.
5. Standar 5 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Standar ini bertujuan mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada
kehamilan dan melakukan tindakan diperlukan. Bidan menemukan secara dini setiap
kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala
preeklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
6. Standar 6 : Persiapan Persalinan
Standar persiapan persalinan dengan tujuan untuk memastikan bahwa
persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan
pertolongan bidan terampil. Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,
suami/keluarganya pada trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih,
aman dan suatu suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di
samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi
keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap
2.2.3. Standar Minimal Kunjungan AntenatalCare
Jadwal dalam melakukan pemeriksaan antenatal care sebanyak 12 – 13 kali
selama kehamilan. Di negara berkembang pemeriksaan antenatal care dilakukan
sebanyak 4 kali sudah cukup sebagai kasus tercatat.
1. Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah diketahui terlambat haidnya
satu bulan.
2. Pemeriksaan ulang setiap dua minggu sampai umur kehamilan delapan bulan.
3. Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan delapan bulan sampai
terjadinya persalinan.
4. Kunjungan antenatal care sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan yaitu
trimester pertama 1 kali (sebelum 14 minggu), trimester kedua 1 kali (antara
minggu 14-28) dan trimester ketiga 2 kali (antara minggu 28-36 dan sesudah
minggu ke 36).
Kunjungan antenatal care (ANC) sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan,
yaitu:
1. Satu kali pada trimester pertama, yaitu :
a. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu sehingga suatu mata
rantai penyelamatan jiwa telah terbina jika diperlukan.
b. Mendeteksi masalah yang dapat diobati sebelum menjadi bersifat mengancam
jiwa.
c. Mencegah masalah, seperti tetanus neonatorum, anemia defisiensi zat besi,
d. Memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
e. Mendorong perilaku yang sehat (nutrisi, latihan, kebersihan, istirahat dan
sebagainya).
2. Satu kali pada trimester kedua ( sebelum minggu ke 28 ), yaitu :
a. Sama seperti kunjungan pada trimester pertama.
b. Perlu kewaspadaan khusus mengenai pre eklampsia, pantauan tekanan darah,
periksa protein urine dan gejala yang lainnya.
3. Dua kali pada trimester ketiga, yaitu :
a. Sama seperti kunjungan sebelumnya.
b. Perlu adanya palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda.
c. Deteksi kelainan letak atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah
sakit (Pantikawati, 2010).
2.2.4. Standar AntenatalCare yang di Programkan
Menurut Arifin, standar pelayanan ANC meliputi standar 14 T, sehingga ibu
hamil yang datang memperoleh pelayanan komprehensif dengan harapan antenatal
care dengan standar 14T dapat sebagai daya ungkit pelayanan kehamilan dan di
harapkan ikut andil dalam menurunkan angka kematian ibu.
Berdasarkan kebijakan program pemerintah pelayanan ANC minimal 5T
meningkat menjadi 7T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemis malaria menjadi
14T yaitu :
1. 5T meliputi :
b. Ukur tekanan darah (TD)
c. Ukur tinggi fundus uteri (TFU)
d. Imunisasi tetanus toxoid (TT)
e. Tablet zat besi (FE) minimal 90 tablet selama kehamilan
2. 7T meliputi :
f. Tes PMS / VDRL (veneraldeaseresearchlaboratory)
g. Temu wicara / konseling
3. 14T meliputi :
h. Pemeriksaan hemoglobin (HB)
i. Pemeriksaan protein urin
j. Pemeriksaan reduksi urine
k. Perawatan payudara
l. Pemeliharaan tingkat kebugaran
m. Terapi yodium
n. Pemeriksaan malaria (Pantikawati, 2010).
Langkah-langkah dalam perawatan kehamilan/ANC yaitu :
1. Timbang berat badan dan tinggi badan
Tinggi badan diperiksa sekali pada saat ibu hamil datang pertama kali
kunjungan, dilakukan untuk mendeteksi tinggi badan ibu yang berguna untuk
mengkategorikan adanya risiko apabila hasil pengukuran <145 cm. Berat badan
penurunan berat badan. Kenaikan berat badan ibu hamil normal rata-rata antara 6,5
kg sampai 16 kg (Wiknojosastro, 2006).
2. Tekanan darah
Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang atau berkunjung. Pemeriksaan
tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah.
Deteksi tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala ke arah
hipertensi dan preeklampsi. Apabila turun dibawah normal kita pikirkan ke arah
anemia. Tekanan darah normal berkisar systole/diastole: 110/80-120/80 mmHg
(Winkjosastro, 2006).
4. Pengukuran tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita sentimeter,
letakkan titik nol pada tepi atas sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus
tidak boleh ditekan).
Tabel 2.1. Ukuran Tinggi Fundus Uteri
No Tinggi Fundus Uteri (cm) Umur Kehamilan Dalam Minggu
1 12 cm 12
2 16 cm 16
3 20 cm 20
4 24 cm 24
5 28 cm 28
6 32 cm 32
7 36 cm 36
5. Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe)
Tablet ini mengandung 200 mg sulfat ferosus 0,25 mg asam folat yang diikat
dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe
pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat
seiring dengan pertumbuhan janin. Zat besi ini penting untuk mengkompensasi
peningkatan volume darah yagn terjadi selama kehamilan untuk memastikan
pertumbuhan dan perkembangan janin yang adekuat, cara pemberian adalah satu
tablet Fe per hari, sesudah makan, selama masa kehamilan dan nifas (Pusdiknakes,
2003).
Perlu diberitahukan kepada ibu bahwa normal bila warna tinja mungkin
menjadi hitam setelah makan obat ini. Dosis tersebut tidak mencukupi pada ibu hamil
yang mengalami anemia, terutama pada anemia berat (8 gr% atau kurang). Dosis
yang dibutuhkan adalah sebanyak 1-2 x 100 mg/hari selama 2 bulan sampai dengan
melahirkan.
6. Pemberian imunisasi TT
Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum.
Efek samping vaksin TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari
pada tempat penyuntikan. Ini akan sembuh dan tidak perlu pengobatan.
Tabel 2.2. Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi Interval % perlindungan Masa Perlindungan TT 1 Pada kunjungan ANC Ke-1 0% Tidak ada
TT 2 4 minggu setelah TT 1 80% 3 tahun
Tabel 2.2. (Lanjutan)
Imunisasi Interval % perlindungan Masa Perlindungan
TT 4 1 tahun setelah TT 3 99% 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99% 25 tahun/seumur hidup
7. Pemeriksaan hemoglobin (HB)
Jenis pemeriksaan HB yang sederhana yakni dengan cara talquis dan dengan
cara sahli. Pemeriksaan HB dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali,
lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan HB adalah salah satu upaya
untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.
8. Pemeriksaan protein urine
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu
hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3 % ditujukan pada ibu hamil
dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki oedema. Pemeriksaan rutin urine protein
ini umumnya mendeteksi ibu hamil ke arah preeklampsia.
9. Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL
Pemeriksaan veneral dease research laboratory (VDRL) adalah untuk
mengetahui adanya penyakit menular seksual, antara lain syphilis. Pemeriksaan
kepada ibu hamil yang pertama kali datang diambil spesimen darah vena ± 2 cc.
Apabila hasil tes dinyatakan positif, ibu hamil dilakukan pengobatan, rujukan, akibat
fatal yang terjadi adalah kematian janin pada kehamilan <16 minggu, pada kehamilan
10.Pemeriksaan urine reduksi
Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan indikasi
penyakit DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga ibu dan suami. Bila hasil
pemeriksaan urine reduksi positif (+) perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk
memastikan adanya Diabetes Mellitus Gestasional (DMG). DMG pada ibu dapat
mengakibatkan adanya penyakti berupa pre eklamsia, polihidramnion, bayi besar
(Saefudin, 2002).
11. Perawatan Payudara
Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan payudara yang
ditujukan kepada ibu hamil. Manfaat perawatan payudara adalah:
a. Menjaga kebersihan payudara, terutama putting susu
b. Mengencangkan serta memperbaiki bentuk putting susu (pada putting susu
yang terbenam).
c. Merangsang kelenjar-kelenjar susu sehingga produksi ASI lancar
d. Mempersiapkan ibu dalam laktasi
Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan dimulai pada
kehamilan 6 bulan.
12. Senam ibu hamil
Senam ibu hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam
mempersiapkan persalinan dan mempercepat pemulihan setelah melakukan serta
mencegah sembelit. Adapun tujuan senam hamil adalah memperkuat dan
memperoleh relaksasi tubuh dengan latihan-latihan kontraksi dan relaksasi.
Menguasai teknik pernafasan yagn berperan pada 22 minggu, dilakukan secara
teratur, sesuai kemampuan fisik panggul, gerakan kepala dan gerakan bahu
(memperkuat otot perut), gerakan jongkok atau berdiri (memperkuat otot vagina,
perineum dan memperlancar persalinan).
13. Pemberian obat malaria
Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh satu dari
beberapa jenis plasmodium dan ditularkan oleh gigitan nyamuk anopheles yang
terinfeksi. Di Indonesia terdapat 3 jenis yang biasanya adalah plasmodium vivax,
plasmodiumn falciparum, dan plasmodium malaria. Pemberian obat malaria kepada
ibu hamil pendatang baru berasal dari daerah malaria, juga kepada ibu hamil dengan
gejala khas malaria yakni panas tinggi disertai menggigil dan hasil apusan darah yang
positif. Dampak atau akibat penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan
muda dapat terjadi abortus, partus prematurus juga anemia.
14. Pemberian kapsul minyak beryodium
Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan yodium di daerah endemis.
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI) adalah rangkaian efek kekurangan
yodium pada tumbuh kembang manusia. Kekurangan unsur yodium dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan dimana tanah dan air tidak mengakibatkan gondok dan
kretin yang ditandai dengan : gangguan fungsi mental, gangguan fungsi pendengaran,
15. Temu wicara/konseling
Konseling adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong orang
lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam usaha untuk
memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya.
Ada 5 prinsip pendekatan kemanusiaan, yaitu : keterbukaan, empati, dukungan,
sikap/respon positif dan setingkat/sederajat.
Tujuan konseling pada antenatalcare
a. Membantu ibu hamil memahami kehamilannya dan sebagai upaya preventif
terhadap hal-hal yang tidak diinginkan
b. Membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan asuhan kehamilan,
penolong persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik yang mungkin
diperlukan (Pantikawati, 2010).
2.2.5. Tipe Pelayanan Asuhan Kehamilan 1. Independetmidwife/BPS
Center pelayanan kebidanan berada pada bidan. Ruang lingkup dan
wewenang asuhan sesuai dengan kepmenkes 900/2002. Dimana bidan memberikan
asuhan kebidanan secara normal dan asuhan kebidanan “bisa diberikan” dalam
wewenang dan batas yang jelas. Sistem rujukan dilakukan apabila ditemukan
komplikasi atau risiko tinggi kehamilan. Rujukan ditujukan pada sistem pelayanan
2. ObstetricianandGynecologicalCare
Center pelayanan kebidanan berada pada SPOG. Lingkup pelayanan
kebidanan meliputi fisiologi dan patologi. Rujukuan dilakukan pada tingkat yang
lebih tinggi dan mempunyai kelengkapan sesuai dengan yang diharapkan.
3. PublicHealthCenter/ Puskemas
Center pelayanan kebidanan berada pada tim antara bidan dan dokter umum.
Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi sesuai dengan
pelayanan yang tersedia. Rujukan dilakukan pada sistem yang lebih tinggi.
4. Hospital
Center pelayanan kebidanan berada pada tim antara bidan dan SPOG.
Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi yang disesuaikan
dengan pelayanan kebidanan yang tersedia. Rujukan ditujukan pada rumah sakit yang
lebih tinggi tipenya.
5. Rumah bersalin
Center pelayanan kebidanan berada pada tim antara bidan dan SPOG sebagai
konsultan. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi yang
disesuaikan dengan pelayanan yang tersedia. Rujukan ditujukan pada sistem
pelayanan yang lebih tinggi (Pantikawati, 2010).
2.2.6. Hak-Hak Wanita Hamil
Hak-hak ibu ketika menerima layanan asuhan kehamilan (Saifuddin, 2002),
yaitu:
1. Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya. Informasi harus
2. Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, harapannya terhadap sistem
pelayanan, dalam lingkungan yang dapat ia percaya. Proses ini berlangsung
secara pribadi dan didasari rasa saling percaya.
3. Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan terhadapnya.
4. Mendapatkan pelayanan secara pribadi/dihormati privasinya dalam setiap
pelaksanaan prosedur.
5. Menerima layanan senyaman mungkin.
6. Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang diterimanya.
2.3. Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan bidan, yang
di akui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait
kebidanan serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan memiliki izin formal
untuk praktik bidan (Hidayat, 2009).
Bidan dikenal sebagai profesional yang bertanggung jawab yang berkerja
sebagai mitra perempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan, asuhan dan
saran selama kehamilan, periode persalinan dan post partum, melakukan pertolongan
persalinan dibawah tanggung jawabnya sendiri, serta memberikan perawatan pada
bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, promosi
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anaknya, akses untuk perawatan
medis atau pertolongan semestinya lainnya serta pemberian tindakan kedaruratan
Bidan memiliki tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak hanya untuk wanita tapi juga keluarga dan masyarakat. Tugas ini meliputi
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua dan dapat meluas hingga
kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau reproduksi dan perawatan anak
(Zulvadi, 2014).
2.3.1. Tanggung Jawab Bidan
Menurut Zulvadi (2014), sebagai tenaga profesional, bidan memikul tanggung
jawab dalam melaksanakan tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan
tanggung jawabnya bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang dilakukannya.
Tanggung jawab bidan meliputi :
1. Tanggung Jawab Terhadap Peraturan Perundang-undangan
Bidan merupakan salah satu bagian dari paramedis. Pengaturan tenaga kesehatan
ditetapkan dalam undang-undang dan peraturan pemerintah. Tugas dan kewenangan
bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktik bidan diatur didalam
peraturan atau keputusan menteri kesehatan.
Kegiatan praktek bidan dikontrak oleh peraturan tersebut. Bidan harus dapat
mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Tanggung Jawab Terhadap Pengembangan Kompetensi.
Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesionalnya.
dengan mengikuti pelatihan, pendidikan berkelanjutan, seminar serta pertemuan
ilmiah lainnya.
3. Tanggung Jawab Terhadap Penyimpanan Pendokumentasian
Setiap bidan harus mendokumentasikan kegiatannya dalam bentuk catatan
tertulis. Catatan bidan mengenai pasien yang dilayaninya dapat
dipertanggungjawabkan bila terjadi gugatan. Selain itu catatan yang dilakukan bidan
dapat digunakan sebagai bahan laporan untuk disampaikan kepada teman sesama
profesi ataupun atasannya. Di Indonesia belum ada ketentuan lamanya penyimpanan
catatan bidan. Di Inggris bidan harus menyimpan catatan kegiatannya selama 25
tahun.
4. Tanggung Jawab Terhadap Klien dan Keluarganya
Bidan memiliki kewajiban memberikan asuhan kepada ibu dan anak yang
meminta pertolongan kepadanya. Oleh karena itu, kegiatan bidan sangat erat
kaitannya dengan keluarga. Tanggung jawab bidan tidak hanya pada kesehatan ibu
dan anak, tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga. Bidan harus dapat
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan keluarga serta memberi pelayanan yang
tepat dan sesuai dengan kebutuhan keluarga. Pelayanan terhadap kesehatan keluarga
merupakan kondisi yang diperlukan ibu yang membutuhkan keselamatan, kepuasan
dan kebahagiaan selama masa hamil atau melahirkan. Oleh karena itu, bidan harus
mengarahkan segala kemampuan, sikap, dan perilakunya dalam memberi pelayanan
5. Tanggung Jawab Terhadap Profesi
a. Bidan harus menjaga informasi yang diperoleh dari pasien dan melindungi
privasi mereka.
b. Bidan harus bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang
diambil dalam hal perawatan.
c. Bidan harus dapat menolak untuk ikut terlibat didalam aktifitas yang
bertentangan dengan moral, namun hal tersebut tidak boleh mencegahnya
dalam memberikan pelayanan terhadap pasien.
d. Bidan hendaknya ikut serta terlibat dalam pengembangan dan implementasi
kebijakan kesehatan yang biasa mendukung kesehatan pasien dan ibu hamil
juga bayinya.
6. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
Bidan adalah anggota masyarakat yang juga memiliki tanggung jawab. Oleh
karena itu, bidan turut tanggung jawab dalam memecahkan masalah kesehatan
masyarakat. Misalnya penanganan lingkungan sehat, penyakit menular, masalah gizi
terutama yang menyangkut kesehatan ibu dan anak, baik secara mandiri maupun
bersama teman sejawat dan teman seprofesi. Bidan berkewajiban memanfaatkan
sumber daya yang ada untuk menigkatkan kesehatan masyarakat, bidan juga harus
menjaga kepercayaan masyarakat .Tanggung jawab terhadap masyarakat merupakan
cakupan dan bagian tanggung jawabnya kepada Tuhan.
2.3.2. Fungsi Bidan
1. Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan pelaksana mencakup:
a. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta
masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
b. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan
dengan kasus patologis tertentu dan kehamilan dengan risiko tinggi.
c. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu
d. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi
e. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
f. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui
g. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pascasekolah
h. Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
i. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem
reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause
sesuai dengan wewenangnya.
2. Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
a. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu,
keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit
c. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
d. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antar sektor yang terkait
dengan pelayanan kebidanan
e. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
3. Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
a. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat
terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta KB
b. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan
tanggung jawab bidan.
c. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik
di klinik dan di masyarakat.
d. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
bidang keahliannya.
4. Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:
a. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri
atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
b. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan KB.
2.3.3. Kompetensi Bidan
Kompetensi bidan meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang
aman dan bertanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Kompetensi tersebut dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori yaitu kompetensi
inti/dasar merupakan kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan,
kompetensi tambahan/lanjutan merupakan pengembangan dari pengetahuan dan
keterampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan atau
kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta perkembangan IPTEK (Asrinah,
2010).
Berdasarkan Kepmenkes 900 tahun 2002 tentang registrasi dan praktik bidan,
peran fungsi dan kompetensi yang ada di dalam kurikulum D III Kebidanan (1996),
serta memperhatikan draft ke VI kompetensi inti bidan yang disusun oleh ICM
Februari 1999, peran, fungsi dan kompetensi inti bidan dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Pengetahuan umum, keterampilan dan perilaku yang berhubungan dengan
ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan kesehatan profesional
2. Pra konsepsi, KB, dan ginekologi
3. Asuhan konseling selama kehamilan
4. Asuhan selama persalinan dan kelahiran
5. Asuhan pada ibu nifas dan menyusui
6. Asuhan pada bayi baru lahir
7. Asuhan pada bayi dan balita
8. Kebidanan komunitas
2.3.4. Tugas Bidan
Tugas seorang bidan adalah sebagai berikut :
1. Memberi bimbingan, asuhan, dan nasihat kepada remaja (sebagai calon ibu), ibu
hamil termasuk ibu hamil dengan risiko tinggi, ibu melahirkan, ibu nifas, ibu
menyusui serta ibu dalam masa klimaterium dan menopause
2. Menolong ibu yang melahirkan dan memberi asuhan pada bayi dan anak-anak
prasekolah
3. Memberi pelayanan keluarga berencana dalam rangka mewujudkan keluarga
kecil, sehat dan sejahtera
4. Melakukan tindakan pencegahan dan deteksi terhadap kondisi ibu dan anak balita
yang mengalami gangguan kesehatan, serta memberi bantuan pengobatan sebagai
pertolongan pertama sebelum tindakan medis lebih lanjutan dilakukan
5. Melakukan penyuluhan kesehatan khususnya mengenai kehamilan, pra
perkawinan, penyakit kandungan yang terkait dengan kehamilan dan keluarga
berencana, kesehatan balita, gizi dan kesehatan lingkungan keluarga
6. Membimbing dan melatih calon bidan, dukun bayi serta kader kesehatan dalam
lingkup pelayanan kebidanan
7. Mengkaji kegiatan pelayanan asuhan kebidanan yang dilakukan untuk perbaikan
dan peningkatan
8. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat terutama kaum wanita dalam rangka
2.4. Landasan Teori
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Definisi
kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan
konsumen. Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara
membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang mereka terima dengan
pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan terhadap pelayanan suatu perusahaan
(Tjiptono, 2007).
Menurut Engeenderhealth dalam Syafrudin (2011) kualitas pelayanan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti komitmen petugas kesehatan atau bidan,
terpenuhinya kebutuhan bidan akan supervisi yang memfasilitasinya, manajemen,
informasi, pelatihan serta terpenuhinya kebutuhan peralatan, infrastruktur dan hak ibu
hamil untuk memperoleh informasi agar mendapatkan pelayanan yang diharapkan,
seperti pelayanan yang aman dan nyaman, menjaga kerahasiaan serta memberikan
kesempatan kepada ibu hamil untuk mengemukakan pendapat atau masalah secara
bebas.
Menurut Moenir dalam Purwoastuti (2015), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan berjalan dengan baik, seperti adanya kesadaran
para pejabat dan petugas yang berkecimpung dalam pelayanan, aturan yang menjadi
kinerja dan keterampilan petugas yang disertai dengan sarana yang menunjang dalam
pelaksanaan tugas pelayanan.
Berdasarkan teori di atas tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kualitas pelayanan maka peneliti mengombinasikan beberapa faktor tersebut dan
menduga bahwa komitmen, pedoman kerja, sarana dan prasarana, supervisi serta
manajemen berhubungan dengan kualitas pelayanan bidan dalam melakukan ANC
di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
Gambar 2.1. Kerangka teori Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan
1. Komitmen
2. Supervisi
3. Manajemen, informasi, pelatihan
4. Bahan, peralatan dan infrastruktur (sarana dan prasarana)
5. Konseling, ( Enggeenderhealth, 2003)
1. Kesadaran petugas 2. Pedoman kerja
3. Manajemen (organisasi) 4. Keterampilan
5. Sarana, (Moenir, 2002)
2.5. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2. berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2. adalah kerangka konsep penelitian Determinan Kualitas Pelayanan AntenatalCare (ANC) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan
Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang
Komitmen
-Kunjungan rumah -Memberikan informasi -Pelayanan jam istirahat -Pelayanan optimal
Pedoman kerja
-Tindakan sesuai SOP
-Penggunaan alat sesuai standar -Penggunaan obat sesuai aturan -Pemanfaatan ruangan
Saranadanprasarana
-Kelengkapan alat -Tersedia obat -Kebersihan ruangan -Kenyamanan ruang tunggu -Alat-alat steril
Manajemen
-Pelatihan
-Pekerjaan sesuai pendidikan -Pengambilan keputusan -Tugas sesuai keahlian
Berdasarkan gambar 2.2. di atas, dapat di lihat bahwa komitmen, pedoman
kerja, sarana dan prasarana, supervisi dan manajemen berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan bidan dalam melakukan ANC yang meliputi kompetensi bidan dan