• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Remaja Siswi tentang Abortus di SMA Negeri 1 Delitua Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Remaja Siswi tentang Abortus di SMA Negeri 1 Delitua Tahun 2015"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu

objek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni

indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa dna peraba melalui kulit.

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).

2.1.2. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2010), ada beberapa cara untuk memperoleh

pengetahuan, yaitu:

1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan yang

kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan

apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan

seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya

maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah)

atau metode coba salah coba-coba

2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.

Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke

generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh

berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas

(2)

pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu

menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta

empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan

karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa

yang dikemukakannya adalah benar

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah

ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh pengetahuan

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berfikir manusia

pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain,

dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi

5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian

ilmiah”, atau lebih popular disebut metodelogi penelitian (research

methodology).

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2007), faktor yang mempengaruhi pengetahuan

meliputi :

1) Pendidikan

Merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi

(3)

2) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan

tentang sesuati yang bersifat nonformal

3) Informasi

Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan

memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber

infomasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media masa

4) Lingkungan budaya

Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik

sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam

berfikir selama jenjang hidupnya

5) Sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya

untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun rendah.

2.1.4. Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2007), dalam domain kognitif berkaitan dengan

pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berfikir, berintraksi, analisa,

memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut:

1) Tahu (Knowledge)

Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya.

Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau

mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil di

himpun atau dikenali (recall of facts)

2) Memahami (Comprehension)

Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang

hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang

bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun

diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya

kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan,

(4)

3) Menerapkan (Aplication)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah

dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai. Kemampuan

menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan

mengeksplorasikan

4) Analisa (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi

rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang

berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk

susunan berarti

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali

bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang

mengandung arti tertentu

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal

yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga

diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang

dinilainya (Notoatmodjo, 2010).

2.2. Remaja

2.2.1. Definisi Remaja

Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh

menjadi dewasa. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini

mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan

fisik (Hurlock, 1999).

Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi

dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa di bawah tingkat

orang-orang yang lebih tua, melainkan berada di dalam tingkatan yang sama,

(5)

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, di mulai saat anak secara seksual matang

dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hokum (Hurlock, 1999).

Remaja juga didefinisikan sebagai suatu periode perkembangan dari

transisi antara masa anak-anak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan biologis,

kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 1998). Remaja adalah individu yang

berusia antara 12-21 tahun yang sudah mengalami peralihan dari masa anak-anak

ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18

tahun adalah masa remaja penengahan, dan 18–21 tahun adalah masa remaja akhir

(Monks, 1999)

(Sarwono ,2001) menyatakan definisi remaja untuk masyarakat Indonesia

adalah menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan

pertimbangan sebagai berikut:

1) Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda seksual

sekunder mulai tampak (kriteria fisik)

2) Di banyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil

balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak

lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria seksual)

3) Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan

perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity),

tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual, dan

tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral

4) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi

peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih

menggantungkan diri pada orang tua

5) Dalam definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan karena

arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara

menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usiaberapapun

dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara

hukum maupun kehidupan bermasyarakat dan keluarga. Karena itu

defenisi remaja di sini dibatasi khusus untuk orang yang belum

(6)

Dari berbagai defenisi mengenai remaja di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa remaja merupakan suatu periode perkembangan dari transisi antara masa

anak-anak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan biologis, kognitif, dan

sosioemosional.

2.2.2. Ciri-ciri Masa Remaja

Ciri-ciri masa remaja antara lain:

1) Masa remaja sebagai periode yang penting

Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan

penting dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya

penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru

2) Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang

telah terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan perpindahan dari

satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, dengan

demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya

akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang

akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru

pada tahap berikutnya

3) Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja

sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi

dengan pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga

berlangsung pesat. Perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap

dan perilaku juga menurun

4) Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah

masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak

(7)

Ada dua alasan bagi kesulitan ini, yaitu:

a. Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian

diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan

remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah

b. Remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi

masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.

5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian

diri dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap

individualistis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja awal

masih tetap penting bagi anaklaki-laki dan perempuan, namun lambat

laun mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin

menjadi pribadi yang berbeda dengan oranglain

6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang

tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan

berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus

membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut

bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku

remaja yang normal

7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih

dalam hal cita-cita. Semakin tidak realistik cita-citanya ia semakin

menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain

mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang

ditetapkannya sendiri

8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah

untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan

(8)

diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu

merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan dan

terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini

akan memberi citra yang mereka inginkan (Hurlock, 1999).

Sesuai dengan pembagian usia remaja maka terdapat tiga tahap proses

perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai

dengankarakteristiknya, yaitu :

1) Remaja awal (12-15 tahun)

Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang

menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis

dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini

ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan

menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa

2) Remaja madya (15-18 tahun)

Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada

kecendrungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara

lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama

dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi

kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau

peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, dan sebagainya

3) Remaja akhir (18-21 tahun)

Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan

pencapaian :

a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.

(9)

d. Egosentrisme (terlalu memusatkanperhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara kepentinagn diri sendiri

dengan orang lain

e. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat

umum (Monks, 1999).

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri masa

remaja adalah bahwa masa remaja adalahmerupakan periode yang penting,

periode peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah, mencari identitas,

usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa

kedewasaan.

2.2.3. Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Remaja

Tugas-tugas perkembangan tersebut adalah :

1) Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik

laki-laki maupun perempuan.

2) Mencapai peran sosial pria dan wanita.

3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif

4) Mengharapkan dan mencapai perilakusosial yang bertanggung jawab

5) Mencapai kemandirian emosional dariorang tua dan orang-orang

dewasa lainnya.

6) Mempersiapkan karir ekonomi.

7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

8) Memperoleh perangkat nilai dan sisitim etis sebagai pegangan untuk

berperilaku-mengembangkan ideology (Hurlock, 1999).

Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi penguasaan tugas-tugas

perkembangan. Faktor-faktor yang menghalanginya adalah:

1) Tingkat perkembangan yang mundur.

2) Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan

atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya.

3) Tidak ada motivasi.

(10)

5) Cacat tubuh.

6) Tingkat kecerdasan yang rendah.

Faktor-faktor yang membantu penguasaan tugas-tugas perkembangan :

1) Tingkat perkembangan yang normal atau yang diakselarasikan

2) Kesempatan-kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas dalam

perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya

3) Motivasi

4) Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh

5) Kreatifitas (Hurlock, 1999).

2.2.4. Perubahan Sosial pada Masa Remaja

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang

berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan

lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus

menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.

Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan teman-teman

sebaya, maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,

penampilan, dan perilaku lebih besar daripadapengaruh keluarga. Misalnya,

sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian

yang sama dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan untuk

diterima menjadi anggota kelompok lebih besar (Hurlock, 1999).

Kelompok sosial yang paling sering terjadi pada masa remaja adalah :

1) Teman dekat

Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat, atau

sahabat karib. Mereka terdiri dari jenis kelamin yang sama,

mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling

mempengaruhi satu sama lain

2) Kelompok kecil

Kelompok ini terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya,

terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.

(11)

3) Kelompok besar

Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok

teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat pesta dan

berkencan. Kelompok ini besar sehingga penyesuaian minat berkurang

di antara anggota-anggotanya. Terdapat jarak sosial yang lebih besar di

antara mereka

4) Kelompok yang terorganisasi

Kelompok ini adalah kelompok yang dibina oleh orang dewasa,

dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai klik atau

kelompok besar

5) Kelompok geng

Remaja yang tidak termasuk kelompok atau kelompok besar dan

merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi akan mengikuti

kelompok geng. Anggotanya biasanya terdiri dari anak-anak sejenis

dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan

teman-teman melalui perilaku anti sosial (Hurlock, 1999).

2.3. Abortus

2.3.1. Definisi Abortus

Abortus (aborsi, abortion) adalah berhentinya kehamilan sebelum janin

mampu hidup di luar kandungan atau sebelum usia kehamilan 20 minggu atau

berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan

pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan

(Cunningham, 2010).

Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia/ berat lahir

janin yang viabel ( yang mampu bertahan hidup diluar kandungan ), akhirnya

ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin

(12)

Adapun istilah-istilah yang digunakan untuk membedakan abortus:

1) Abortus spontan, apabila abortus terjadi tanpa perilaku mekanis atau

medis untuk mengosongkan uterus. Kata lain yang luas digunakan

adalah keguguran (miscarriage)

2) Abortus terinduksi, adalah terminasi kehamilan secara medis atau

bedah sebelum janin mampu hidup (viabel). Termasuk di dalamnya

adalah :

2.1. Therapeutic abortion, terminasi kehamilan sebelum janin mampu

hidup dengan tujuan menyelamatkan nyawa ibu

2.2. Eugenic abortion, terminasi yang dilakukan terhadap janin yang

cacat/malformasi berat

2.3. Elective abortion, interupsi kehamilan sebelum janin mampu

hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan

atas alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu (Miller,

2008).

2.3.2. Etiologi Abortus

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu:

1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus

pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan

kelainan ini adalah:

a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau

dan alcohol.

2) Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialiskarena

hipertensi menahun

3) Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan

dan toksoplasmosis

4) Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk

abortus pada trimester kedua), retroversi uteri mioma uteri dan

(13)

2.3.3. Patologi Abortus

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian

diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil

konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing

dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan

isinya.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya

dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara

mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus

desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta dilepaskan sempurna yang

dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas

umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa

waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas

dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk

miniatur.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.

Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa

bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed

abortion).

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka

ia dapat diliputi oleh lapisan beku darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta.

Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam

sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain

adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena

terjadi hematoma antara amnion dan korion.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses

mumifikasi, janin mongering karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab

diserap, ia akan menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis

seperti kertas perkamen. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas

dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek,

perut membesar karena terisis cairan dan seluruh janin berwarna

(14)

2.3.4. Klasifikasi Abortus

Beberapa tipe abortus dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Abortus spontan

Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa

disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau

medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

Dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:

1)Abortus Imminens, abortus imminens adalah perdarahan

pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada

tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.

Gambar 2.1. Abortus Imminens

2)Abortus Insipiens, merupakan peristiwa perdarahan uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri

yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus

(15)

3) Abortus Inkompletus, merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi

pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal

dalam uterus

Gambar 2.3. Abortus Inkompletus

4) Abortus Kompletus, merupakan pengeluaran seluruh hasil konsepsi

pada kehamilan sebelum 20 minggu

Gambar 2.4. Abortus Kompletus

5) Missed Abortion, hal ini didefinisikan sebagai retensi produk konsepsi

yang telah meninggal in utero selama beberapa minggu

(16)

6) Abortus Rekuren, keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria

jumlah dan urutan, tetapi definisi yang mungkin paling luas diterima

adalah abortus spontan berturut-turut selama tiga kali atau lebih.

Seorang wanita menderita abortus rekuren/habitualis, apabila ia

mengalami abortus berturut-turut 3 kali atau lebih

7) Abortus Infeksiosus/Abortus Septik, abortus infeksiosus ialah abortus

yang diserti infeksi pada alat genitalia. Abortus septik ialah abortus

yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau

peritoneum (Miller, 2008).

b. Abortus provokatus (terinduksi)

Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja

dibuat/dilakukan. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup

diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu,

atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat

beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus

hidup (Cunningham, 2010).

Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:

1) Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus,

abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik, dengan

alasan bila kehamilan dilanjutkan akan dapat membahayakan jiwa

si ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya diperlukan

persetujuan dari 2 sampai 3 orang dokter ahli. Di banyak negara,

induksi (terapetik) aborsi kini dianggap legal

2) Abortus Provokatus Kriminalis, abortus yang sengaja dilakukan

tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Perilaku ini sifatnya ilegal

dan seringkali dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga

(17)

Gambar 2.6. Kategori Abortus

2.3.5. Manifestasi Klinis Abortus

Adapun manifestasi klinis abortus adalah:

1) Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu

2) Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran

menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal

atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat

3) Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil

konsepsi

4) Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai

nyeri pinggang akibat kontraksi uterus (Miller, 2008).

ABORTUS

ABORTUS

SPONTANEUS

ABORTUS

PROVOKATUS

ABORTUS

PROVOKATU

S KRIM INALIS ABORTUS

PROVOKATU

(18)

2.3.6. Risiko dan Komplikasi Abortus

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi

(Major, 2009):

1) Risiko kesehatan dan keselamatan fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada

beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita yaitu:

1) Kematian mendadak karena pendarahan hebat

2) Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

3) Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan

4) Rahim yang robek (Uterine Perforation)

5) Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations)

6) Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic

Pregnancy)

7) Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

8) Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) (Haddad, 2009).

2) Risiko gangguan psikologi dan kesehatan mental

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari

segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi

juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental

seorang wanita.

Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post Abortion

Syndrome” (Sindrom Paska Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini

dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di

dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan

mengalami hal-hal seperti berikut ini :

1) Kehilangan harga diri

2) Berteriak-teriak histeris

3) Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi

(19)

5) Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang

6) Tidak bisa menikmati lagi seksual.

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi

akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun

dalam hidupnya (Hawari, 2006).

2.3.7. Aspek Hukum Abortus

Abortus provokatus, adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai

obat-obatan maupun alat-alat. Aborsi provocatus merupakan istilah lain yang

secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu

proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.

Menurut Fact Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute For Social,

Studies andaAction, Maret 1991, dalam istilah kesehatan” aborsi didefinisikan

sebagai penghentian kehamilan setelahtertanamnya telur (ovum) yang telah

dibuahi rahim (uterus), sebelum janin (fetus) mencapai 20 minggu.”

Aborsi yang dilakukan secara sengaja (abortus provocatus) ini terbagi

menjadi dua :

1) Abortus provocatus medicinalis

Adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis,

yaitu apabila perilaku aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa

ibu. Abortus provokatus medisinalis / artificialis / therapeuticus adalah

aborsi yang dilakukan dengan disertai indikasi medis. Di Indonesia

yang dimaksud dengan indikasi medis adalah demi menyelamatkan

nyawa ibu.

Adapun syarat-syarat yang ditentukan sebagai indikasi medis adalah :

a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan

kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli

kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab

profesi

b. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama,

(20)

c. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atausuaminya atau

keluarga terdekat

d. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang

memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah

e. Prosedur tidak dirahasiakan

f. Dokumen medik harus lengkap (Dewi, 2011).

2) Abortus provocatus criminalis

Adalah aborsi yang terjadi oleh karena perilakuperilaku yang tidak

legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh aborsi yang

dilakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat hubungan

seksual di luar perkawinan. Secara umum pengertian abortus

provokatus criminalis adalah suatu kelahiran dini sebelum bayi itu

pada waktunya dapat hidup sendiri di luar kandungan. Pada umumnya

janin yang keluar itu sudah tidak bernyawa lagi.

Sedangkan secara yuridis abortus provokatus criminalis adalah setiap

penghentian kehamilan sebelum hasil konsepsi dilahirkan, tanpa

memperhitungkan umur bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan

dalam keadaan mati atau hidup. Bertolak pada pengertian diatas,

dapatlah diketahui bahwa pada abortus provocatus ini ada unsur

kesengajaan. Artinya, suatu perbuatan atau perilaku yang dilakukan

agar kandungan lahir sebelum tiba waktunya. Menurut kebiasaan maka

bayi dalam kandungan seorang wanita akan lahir setelah jangka waktu

9 bulan 10 hari. Hanya dalam hal tertentu saja seorang bayi dalam

kandungan dapat lahir pada saat usia kandungan baru mencapai 7

bulan ataupun 8 bulan (Dewi, 2011).

Di Negara Indonesia, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang disengaja digolongkan kedalam

(21)

Dalam KUHP BAB XIX 346-349 dinyatakan sebagai berikut :

Pasal 346 : Diakatan bahwa wanita yang dengan sengaja menggugurkan

kandungannya atau menyuruh orang lain untuk melakukan

hal itu di ancam hukuman penjara paling lama 4 tahun.

Pasal 347 : (1) Disebutkan orang yang menggugurkan atau mematikan

kehamilan seorang wanita tanpa persetujuan wanita itu

diancam hukuman paling lama 12 tahun penjara.

(2) Menyebutkan jika dalam menggugurkan kandungan

tersebut berakibat pada hilangnya nyawa wanita yang

mengandung itu, maka pihak pelaku dikenakan hukuman

penjara paling lama 15 tahun.

Pasal 348 : (1) Disebutkan bahwa orang yang dengan sengaja

menggugurkan kandungan seorang wanita atas persetujuan

wanita itu diancam hukuman paling lama 15 tahun penjara.

(2) Jika dalam perbuatan itu menyebabkan wanita itu

meninggal, maka pelaku diancam hukuman paling lama 17

tahun penjara

Pasal 349 : Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu

melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346 ataupun

membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347

dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu

ditambah dengan sepertiga dan dapat di cabut hak untuk

menjalankan pencaharian mana kejahatan yang dilakukan

Gambar

Gambar 2.3. Abortus Inkompletus
Gambar 2.6. Kategori Abortus

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Jika terdapat kredit pajak PPh Pasal 24, maka jumlah yang diisi adalah maksimum yang dapat dikreditkan sesuai lampiran tersendiriU. (Rupiah) DEPARTEMEN

If the distribution of errors had a normal behavior and there were no extreme values, the error metrics of the root mean square, the average error and the standard deviation would

Menimbang : bahwa sehubungan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai tertentu Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah Tanggungan Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada Saat

Mampu melakukan diagnosis Hipertensi dalam kehamilan ,preklamsia, dan eklamsia berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

Dengan demikian Pusat Diklat Kehutanan sangat menyambut baik dan mendukung upaya yang dilakukan oleh WG-Tenure dalam penyusunan Buku Saku Panduan Praktis: Penggunaan RaTA – AGATA

Conflict Mapping Tools HuMA-WIN Output analysis Analysis support tools Situation/condition of the incident and conflict resolution process Analysis of dispute causes