• Tidak ada hasil yang ditemukan

06 BAB III up date_ok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "06 BAB III up date_ok"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

[PERUBAHAN RPJMD 2010 – 2015 Kab. Minahasa Selatan]

BAB III

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN

DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

Keuangan   daerah   adalah   semua   hak   dan   kewajiban   daerah   dalam rangka   penyelenggaraan   pemerintahan   daerah   yang   dapat   dinilai   dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban   daerah.   Penyelenggaraan   fungsi   pemerintahan   daerah   akan terlaksana   secara   optimal   apabila   penyelenggaraan   urusan   pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber­sumber penerimaan yang cukup kepada daerah   dengan   mengacu   pada   peraturan   perundang­undangan   (money follow   function).  Analisis   pengelolaan   keuangan   daerah   pada   dasarnya dimaksudkan   untuk   menghasilkan   gambaran   tentang   kapasitas   atau kemampuan   keuangan   daerah   dalam  mendanai   penyelenggaraan pembangunan daerah yang diwujudkan dalam APBD. 

Analisis   pengelolaan   keuangan   daerah   penting   dilakukan   terhadap APBD   dan   laporan   keuangan   daerah   pada   umumnya.   Dibutuhkan pemahaman yang baik tentang realisasi kinerja keuangan daerah sekurang­ kurangnya 5 (lima) tahun  sebelumnya.  Menganalisis pengelolaan keuangan daerah dan kerangka pendanaan seperti pada Kabupaten Minahasa Selatan terlebih   dahulu   harus   memahami   jenis   obyek   pendapatan,   belanja   dan pembiayaan sesuai dengan kewenangan, susunan/struktur masing­masing APBD. 

Selanjutnya,   analisis   dilakukan   terhadap   penerimaan   daerah   yaitu pendapatan   dari   penerimaan   pembiayaan   daerah.   Kapasitas   keuangan daerah   pada   dasarnya   ditempatkan   sejauh   mana   daerah   mampu mengoptimalkan   penerimaan   dari   pendapatan   daerah.   Berbagai   objek penerimaan daerah dianalisis untuk memahami perilaku atau karakteristik penerimaan selama ini.

Selanjutnya, dibuatlah analisis untuk mengidentifikasi proyeksi pendapatan daerah.   Analisis   ini   dilakukan   untuk   memperoleh   gambaran   kapasitas pendapatan   daerah   dengan   proyeksi   5   (lima)   tahun   kedepan,   untuk penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah. 

Analisis   dilakukan   berdasarkan   pada   data   dan   informasi   yang   dapat mempengaruhi pertumbuhan pendapatan daerah, antara lain:

(2)

[PERUBAHAN RPJMD 2010 – 2015 Kab. Minahasa Selatan]

(1) Angka rata­rata pertumbuhan pendapatan daerah masa lalu;

(2) Asumsi   indikator   makro   ekonomi   (PDRB/laju   pertumbuhan   ekonomi, inflasi dan lain­lain); 

(3) Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah; (4) Kebijakan dibidang keuangan negara.

3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu

Pengelolaan   keuangan   daerah   Kabupaten   Minahasa   Selatan tahun  2005­2010  diselenggarakan   sesuai   dengan   Undang­undang Nomor   17   Tahun   2003   tentang   Keuangan   Negara,   Undang­undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang­ndang Nomor   32   Tahun   2004   tentang   Pemerintahan   Daerah,   Peraturan Pemerintah   Nomor   58   Tahun   2005   tentang   Pengelolaan   Keuangan Daerah,     Peraturan   Menteri   Dalam   Negeri   (Permendagri)   Nomor   13 Tahun 2006 yang kemudian diubah dan dilengkapi dengan ketentuan baru yang diatur dalam Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman   Pengelolaan   Keuangan   Daerah,   serta   Peraturan   Daerah nomor 9 tahun 2006 yang mengatur tentang Pokok­pokok Pengelolaan Keuangan   Daerah,   Peraturan   Bupati   nomor   8   tahun   2009   tentang Sistem Prosudur Pengelolaan keuangan daerah dan Peraturan Bupati Nomor 4 tahun 2009 tentang kebijakan Akutansi.

3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD A. Pendapatan

Sumber Pendapatan Daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten   Minahasa   Selatan   meliputi   Pendapatan   Asli   Daerah (PAD),   Dana   Perimbangan,   dan   Lain­Lain   Pendapatan   Daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari pajak daerah, retribusi   daerah,   bagian   laba   perusahaan   milik   daerah/hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain­lain PAD yang sah. Sedangkan Dana Perimbangan meliputi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil Pajak (DBHP), Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (DBHBP),   lain­lain PAD yang   sah   yang   meliputi   Bagi   Hasil   Pajak   Pemerintah   Provinsi, Dana Penyesuaian dan Lain­lain yang sah. 

(3)

[PERUBAHAN RPJMD 2010 – 2015 Kab. Minahasa Selatan]

Kebijakan   pengelolaan   Pendapatan   Daerah   yang   dilakukan pada kurun waktu 2005­2010 diarahkan pada intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan Pendapatan Daerah terutama sumber penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) termasuk pajak daerah dan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, serta penerimaan lain­lain PAD yang sah. Kebijakan pengelolaan Pendapatan   Daerah   juga   dilakukan   dengan   mengoptimalkan Dana Perimbangan termasuk dana alokasi khusus dan dana bagi hasil.

Struktur   Pendapatan   Daerah   Pemerintah   Kabupaten Minahasa   Selatan   menunjukkan   bahwa   sumbangan   PAD terhadap   Pendapatan   Daerah   rata­rata   sebesar   1,30   persen pertahun   selama   periode   2008­2010,   sementara   sumbangan Dana   Perimbangan   terhadap   Pendapatan   Daerah   rata­rata sebesar   87,13   persen   pertahun   dan   sumbangan   lain­lain pendapatan   rata­rata   sebesar   11,57   persen   pertahun.   Struktur pendapatan tersebut menunjukkan ketergantungan yang sangat tinggi   terhadap   Dana   Perimbangan   sebagai   sumber   utama Pendapatan   Daerah.   Dengan   demikian,   tantangan   dalam   lima tahun   mendatang   adalah   perlunya   optimalisasi   PAD   sebagai sumber   utama   Pendapatan   Daerah   dengan   memperhatikan keberlanjutan fiskal dan prinsip pembangunan berkelanjutan.

(4)

[PERUBAHAN RPJMD 2010 – 2015 Kab. Minahasa Selatan]

Tabel 3.1.

Rerata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2008 s/d Tahun 2011

Kabupaten Minahasa Selatan

No Uraian 2008 2009 2010 2011 PertumbRerata uhan (%)

1 PENDAPATAN

355.172.951

.955 425.904.804.490 415.426.217.730 515.891.352.257 13,88 19,91 -2,460 24,18

1.1

. Pendapatan Asli Daerah

4.209.053.9

38 6.598.234.717 5.594.269.278 9.407.280.004 36,57 56,76 -15,22 68,16

1.1

.1 Pajak daerah

2.206.747.4

65 2.478.847.272 2.174.947.222 4.125.988.779 29,93 12,33 -12,26 89,71

1.1

.2 Retribusi daerah

1.585.707.5

09 2.145.302.036 1.352.240.136 1.407.335.820 0,80

35,29 -36,97 4,07

1.1 .3

Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan

0 0 113.693.947 308.178.078

85,53

0 0 171,06

1.1

.4 Lain-lain PAD yang sah 416.598.964

1.974.085.4

09 1.953.387.973 3.565.777.327 151,78

373,86 -1,05 82,54

1.2

. Dana Perimbangan

316.679.036

.457 352.957.038.922 353.308.988.314 392.648.972.741 7,56

11,46 0,10 11,13

1.2 .1

Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak

15.784.036.

457 16.357.674.922 18.416.537.314 16.347.166.438 1,66 3,63 12,59 -11,24

1.2

.2 Dana alokasi umum

235.981.000

.000 279.551.364.000 289.948.951.000 330.854.571.000 12,10

18,46 3,72 14,11

1.2

.3 Dana alokasi khusus

64.914.000.

000 57.048.000.000 44.943.500.000 43.222.400.000 -12,39 -12,12 -21,22 -3,83

1.3 .

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

34.284.861.

560 66.349.530.851 56.522.960.138 113.835.099.512

60,04 93,5242781

6

-14,8103092

6 101,39621 1.3

.1 Hibah 0 00 333.335.0000 00

-1.3

.2 Dana darurat

30.000.000.

000 0 0 0

-0 0 0

1.3 .3

Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya ***)

4.284.861.5

60 7.778.732.851 8.220.555.964 11.431.592.952

42,09

81,54 5,68 39,06

1.3 .4

Dana

penyesuaian dan otonomi

khusus****)

0 58.570.798.000 47.969.069.174 102.403.506.560

47,69 0 -18,10 113,48

1.3 .5

Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya

0 0 0 0

-- -

-Rerata pertumbuhan pendapatan daerah Kabupaten Minahasa Selatan selama   tahun   2008­2011   sebesar   13,88%.   Lain­Lain   Pendapatan   Daerah Yang   Sah   memberikan   kontribusi   terbesar   terhadap   pertumbuhan

(5)

[PERUBAHAN RPJMD 2010 – 2015 Kab. Minahasa Selatan]

Pendapatan Daerah sebesar 60,04%, diikuti Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 36,57%, dan terakhir Dana Perimbangan sebesar 7,56%.

Kontribusi terbesar pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah berasal dari Lain­Lain   PAD   Yang   Sah   sebesar   151,78%   disusul   Hasil   Pengelolaan Keuangan   Daerah   Yang   Dipisahkan   dengan   rerata   pertumbuhan   sebesar 85,53%.   Rerata   pertumbuhan   Rerata   Pajak   Daerah   cukup   baik   sebesar 29,93% sebaliknya Retribusi Daerah hanya menyubang 0,80%.

Kontribusi   terbesar   pertumbuhan   Dana   Perimbangan   berasal   dari Dana   Alokasi   Umum   sebesar   12,10%   sebaliknya   Dana   Alokasi   Khusus mengalami perurunan dengan rerata sebesar 12,39%. Sementara kontribusi terbesar   Lain­Lain   Pendapatan   Daerah   Yang   Sah   berasal   dari   Dana Penyesuaian   dan   Otonomi   Khusus   sebesar   47,69%   dan   Dana   Bagi   Hasil Pajak Dari Provinsi dan Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya sebesar 42,09% (Tabel 3.1).

Gambar 3.1.

Kontribusi Sumber­Sumber Pendapatan Berdasarkan Struktur Pendapatan Terhadap Total Pendapatan Daerah

Tahun 2008 – 2011 (Dalam Persentase)

1.51

82.67 15.83

Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Berdasarkan persentase dari total pendapatan daerah dari tahun 2008 sampai   2011,   proporsi   terbesar   berasal   dari   Dana   Perimbangan,   yaitu sebesar   82,67%,   diikuti   Lain­Lain   Pendapatan   Daerah   Yang   Sah   sebesar 15,83. Pendapatan Asli Daerah memberikan kontribusi terkecil, yaitu hanya sebesar 1,51% (Gambar 3.1).

(6)

[PERUBAHAN RPJMD 2010 – 2015 Kab. Minahasa Selatan]

Gambar 3.2.

Perkembangan Realisasi Pendapatan Berdasarkan Struktur Pendapatan Kebupaten Minahasa Selatan

Tahun 2008­2011

2008 2009 2010 2011 Rerata

0 50,000,000,000 100,000,000,000 150,000,000,000 200,000,000,000 250,000,000,000 300,000,000,000 350,000,000,000 400,000,000,000 450,000,000,000

6,452,209,484

353,898,509 ,109

67,748,113, 015

Pendapatan Asli Daerah

Dana Perimbangan Lain-Lain Penda-patan Daerah Yang Sah

Realisasi   rerata   pendapatan   berdasarkan   struktur   pendapatan terbesar   disumbangkan   dari   Dana   Perimbangan   sebesar   Rp. 353.898.509.109   diikuti   Lain­Lain   Pendapatan   Daerah   Yang   Sah sebesar Rp. 67.748.113.015 dan Pendapatan Asi Daerah sebesar Rp. 6.452.209.484 (Gambar 3.1).

(7)

[PERUBAHAN RPJMD 2010 – 2015 Kab. Minahasa Selatan]

Tabel 3.2.

Perkembangan Realisasi Struktur Pendapatan Daerah  Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2008­2011 

(8)

No Uraian

2008 2009 2010 2011 Rerata

Capaian Target

dan Realisasi

(%) APBD

Perubahan RealisasiAPBD PerubahanAPBD RealisasiAPBD AnggaranAPBD RealisasiAPBD AnggaranAPBD RealisasiAPBD

1 PENDAPATAN

369.891.401.

238 355.172.951.955 434.134.596.344 425.904.804.490 369.019.686.300 415.426.217.730 408.616.671.300 515.891.352.257 108,24

96,02 98,10 112,58 126,25

1.1. Pendapatan 

Asli Daerah

8.220.726.00

0 4.209.053.938 9.409.193.300 6.598.234.717 7.596.512.500 5.594.269.278 8.073.237.500 9.407.280.004 77,87

51,20 70,13 73,64 116,52

1.1.1 Pajak daerah 2.143.460.000 2.206.747.465 2.366.637.500 2.478.847.272 2.281.437.500 2.174.947.222 2.401.437.500 4.125.988.779 118,71

102,95 104,74 95,33 171,81 1.1.2 Retribusi daerah

1.906.936.00 0

1.585.707.50 9

2.322.835.60 0

2.145.302.03 6

2.065.075.00 0

1.352.240.13 6

2.421.800.00 0

1.407.335.82

0 74,78

83,15 92,36 65,48 58,11

1.1.3

Hasil  pengelolaan  keuangan  daerah yang  dipisahkan

0 0 250.000.000 0 250.000.000 113.693.947 250.000.000 308.178.078

42,19

­ ­ 45,48 123,27

1.1.4 Lain­lain PAD yang  sah

4.170.330.00

0 416.598.964 4.469.720.200 1.974.085.409 3.000.000.000 1.953.387.973 3.000.000.000 3.565.777.327 59,53

9,99 44,17 65,11 118,86

1.2. Dana Perimbanga n

323.984.634.

238 316.679.036.457 358.345.839.044 352.957.038.922 353.638.928.800 353.308.988.314 392.759.188.800 392.648.972.741 99,03

97,75 98,50 99,91 99,97

1.2.1

Dana bagi  hasil  pajak /bagi  hasil bukan  pajak

23.089.976.2

38 15.784.036.457 21.746.475.044 16.357.674.922 18.746.477.800 18.416.537.314 18.459.514.800 16.347.166.438

82,59

(9)

No Uraian 2008 2009 2010 2011

Rerata Capaian

Target dan APBD

Perubahan RealisasiAPBD PerubahanAPBD RealisasiAPBD AnggaranAPBD RealisasiAPBD AnggaranAPBD RealisasiAPBD

1.2.2 Dana alokasiumum 235.980.658.000 235.981.000.000 279.551.364.000 279.551.364.000 289.948.951.000 289.948.951.000 331.072.211.000 330.854.571.000 99,98

100,00 100,00 100,00 99,93

1.2.3 Dana alokasikhusus 64.914.000.000 64.914.000.000 57.048.000.000 57.048.000.000 44.943.500.000 44.943.500.000 42.940.500.000 43.222.400.000 100,16

100,00 100,00 100,00 100,66 1.3.

Lain­Lain  Pendapatan  Daerah yang Sah

37.686.041.0

00 34.284.861.560 66.379.564.000 66.349.530.851 7.784.245.000 56.522.960.138 7.784.245.000 113.835.099.512

594,86

90,97 99,95 726,12 1462,38

1.3.1 Hibah 0 ­ 0 0 ­ 0 0 ­ 333.335.000 0 ­ 0 ­

1.3.2 Dana darurat 30.000.000.000 30.000.000.000 0 0 0 0 0 0 25,00

100,00 0,00 0,00 0,00

1.3.3

Dana bagi  hasil pajak  dari provinsi  dan 

Pemerintah  Daerah  lainnya ***)

7.686.041.00

0 4.284.861.560 7.686.041.000 7.778.732.851 7.784.245.000 8.220.555.964 7.784.245.000 11.431.592.952

102,35

55,75 101,21 105,61 146,86

1.3.4

Dana 

penyesuaian  dan otonomi  khusus****)

0 0 58.693.523.0

00 58.570.798.000 0 47.969.069.174 0 102.403.506.560 24,95

0,00 99,79 0,00 0,00

1.3.5 Bantuan  keuangan  dari provinsi  atau 

Pemerintah  Daerah 

0 0 0 0 0 0 0 0 ­

(10)

No Uraian 2008 2009 2010 2011

Rerata Capaian

Target dan APBD

Perubahan RealisasiAPBD PerubahanAPBD RealisasiAPBD AnggaranAPBD RealisasiAPBD AnggaranAPBD RealisasiAPBD

(11)

Secara total rerata realisasi Pendapatan Daerah selama periode 2008 ­ 2011  sebesar  108,24  dari   rencana   Pendapatan   Daerah   yang   ditetapkan dalam PERDA.  Realisasi Pendapatan Daerah selama 2008­2011 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2010 dan 2011 melebihi target penerimaan, masing­masing sebesar 112,58% dan 126,25%.

Pencapaian   realisasi   tertinggi   terjadi   pada   Lain­Lain   Pendapatan Daerah Yang Sah dengan rerata realisasi sebesar 594,58%. Rerata realisasi Dana   Perimbangan   dan   Pendapatan   Asli   Daerah   masing­masing   sebesar 99,03 dan 77,87%.

un Pajak Daerah

Retribusi

Lain-Lain PAD

Yang Sah Total

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp)

200

8 2.206.747.465 52,43 1.585.707.509 37,67 0 000, 416.598.964 9,90 4.209.053.938

200

9 2.478.847.272 37,57 2.145.302.036 32,51 0 000, 1.974.085.409 29,92 6.598.234.717

(12)

diatasi antara lain adalah perlunya percepatan pembangunan ekonomi untuk menumbuhkan   potensi   pajak,   intensfikasi   pendataan   dan   penataan   pajak daerah,   pembenahan   administrasi   perpajakan,   perbaikan   pelayanan perpajakan, sosialiasi dan penyuluhan pajak untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar pajak. Selain itu, tantangan yang perlu dihadapi adalah   meningkatkan   pelayanan   publik,   mengoptimalkan   pengelolaan kekayaan   dan   asset   daerah,   dan   memberikan   kemudahan   perijinan   usaha. Langkah   lain   yang   perlu   dilakukan   adalah   penguatan   koordinasi   antar dinas/instansi  pemungut retribus daerah. Berbagai  langkah tersebut  secara bertahap diharapkan akan meningkatkan PAD Kabupaten Minahasa Selatan. 

Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan

Pajak

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi

Khusus Total

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp)

09 16.357.674.922 4,6 3

10 18.416.537.314 5,2 1

11 16.347.166.438 4,1 6

(13)

Tabel 3.5.

Realisasi Lain­Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Tahun 2008­2011

Tahu n

Hibah Dana Darurat

Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan

Pemerintah Daerah Lainnya

***)

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus****)

Bantua n Keuang an Dari Provins i atau Pemeri

ntah Daerah

Lainny a

Total

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp)

2008 0 000, 30.000.000.000 87,50 4.284.861.560 12,50 0 0,00 0 000, 34.284.861.560

2009 0 000, 0 0,00 7.778.732.851 11,72 58.570.798.000 88,28 0 000, 66.349.530.851

2010 333.335.

000 590, 0 0,00 8.220.555.964 14,54 47.969.069.174 84,87 0 000, 56.522.960.138 2011 0 000, 0 0,00 11.431.592.952 10,04 102.403.506.560 89,96 0 000, 113.835.099.512

Sumber: DPKPAD Kab. Minahasa Selatan 2010

Dana Penyesuaian memiliki proporsi realisasi terbesar dari total Lain­lain Pendapatan Daerah Yang Sah selama tahun 2009­ 2011 dengan trend yang meningkat, yaitu Rp. 58.570.798.00 atau 88,28%   pada   tahun   2008   menjadi   RP.   102.403.506.560   atau 89,96% pada tahun 2011. Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi secara   konsisten   setiap   tahun   selama   tahun   2008­2011   juga memberikan   sumbangan   terhadap   total   Lain­Lain   Pendapatan Daerah   Yang   Sah   sekalipun   dengan   kecenderungan   menurun, yaitu Rp. 4.284.861.560 atau 12% pada tahun 2008 menjadi Rp. 11.431.592.952 atau 10,04% (Tabel 3.5).

B. Pengelolaan Belanja dan Pegeluaran Pembiayaan Daerah

Analisis   belanja   daerah   dan   pengeluaran   pembiayaan daerah   bertujuan   untuk   memperoleh   gambaran   realisasi   dari kebijakan   pembelanjaan   dan   pengeluaran   pembiayaan   daerah pada   periode   tahun   anggaran   sebelumnya   yang   digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran   pembiayaan   dimasa   datang   dalam   rangka peningkatan kapasitas pendanaan pembangunan daerah.

(14)

tujuan   dan   sasaran   pembangunan.   Kebijakan   pengelolaan belanja   daerah   secara   bertahap   didasarkan   pada   anggaran berbasis   kinerja   dengan   orientasi   pada   pencapaian   hasil,   dan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas. 

Berdasarkan  Peraturan  Pemerintah   Nomor  58  Tahun  2005 tentang   Pengelolaan   Keuangan   Daerah,   dan   Peraturan   Menteri Dalam   Negeri   Nomor   13   Tahun   2006   beserta   revisinya   dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, struktur belanja daerah tahun   dibedakan   menjadi   belanja   langsung   dan   belanja   tidak langsung.  Belanja tidak  langsung  diarahkan  untuk  pemenuhan kebutuhan   belanja   pegawai,   belanja   bantuan   sosial,   belanja bantuan   keuangan   kepada   desa,   serta   belanja   tidak   terduga. Sedangkan   belanja   langsung   diarahkan   untuk   mendukung terwujudnya   visi,   misi,   tujuan   dan   sasaran   Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2005­2010. 

Komponen   belanja  terbagi  atas   belanja   Belanja   Tidak Langsung dan Belanja Langsung. 

(1). Kebijakan   belanja   tidak   langsung   diarahkan untuk:

(a). Meningkatkan   efisiensi,   efektivitas   mutu   dan   nilai tambah   dalam   pelayanan   umum   dan   administrasi pemerintahan;

(b). Melaksanakan   kegiatan   tugas   pokok   dan   fungsi   SKPD yang memenuhi kriteria kesesuaian antara masukan dan daya   dukung   setiap   unit   kerja,   antara   keluaran   dan manfaat   yang   dirasakan   masyarakat,   serta   antara dampak dan nilai tambah bagi kemajuan daerah;

(c). Meningkatkan   efektivitas   organisasi   dengan   kriteria kegiatan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja, tidak terjadi tumpang tindih, dan dapat mendorong keterpaduan tindakan antarunit.

(2). Kebijakan Belanja Langsung diarahkan untuk: (a). Mempercepat  terwujudnya   visi,   misi   dan   tujuan   dan

(15)

pendidikan dan kesehatan, serta mendorong peningkatan perekonomian masyarakat;

(b). Mendorong  pengembangan  ekonomi   lokal   melalui percepatan  pembangunan  ekonomi  berbasis  kepulauan, dan memperkuat pemberdayaan ekonomi masyarakat; (c). Meningkatkan  pembangunan  prasarana   dan   sarana

(16)

Tabel 3.6.

Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2008­2011

N

o Uraian

2008 2009 2010 2011

Anggar

769.630 212.110.263.069 242.446.094.800 267.522.245.856 267.074.629.900 305.771.195.238

95,73 96,77 110,34 114,49

1 Belanja Pegawai

156.91

98,29 97,00 110,35 128,71

2 Belanja Bunga 0 0 0 0 0 0 0 0

3 Belanja Subsidi

500.00

0.000 500.000.000 0 0 0 0 0 0

100,00 - -

-4 Belanja Hibah

3.300.0

00.000 1.000.000.000 2.620.519.600 2.204.519.600 0 17.580.847.300 5.500.000.000 0

30,30 84,13 -

-5

Belanja Bantuan Sosial

16.000 0

13.176.2

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/K ab/Kota

0 0 0 0 0 0 15.000.000.000 0

7

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/K ab/Kota

0 0 11.939.966.600 12.411.050.000 0 15.218.800.000 2.000.000.000 0

- 103,95 -

-8

Belanja Tidak

B Belanja Langsung

191.31

163.100 173.390.145.273 126.758.091.500 111.434.910.588 142.927.758.000 356.072.166.658

96,22 80,55 87,91 249,13

1 Belanja Pegawai

20.236.

91,89 91,97 113,86 118,94

2 Belanja Barang dan Jasa

57.733.

77.257 65.246.101.211 67.941.928.100 64.128.744.178 70.553.711.200 74.872.786.014

98,95 87,17 94,39 106,12

3 Belanja Modal

113.34

95,61 74,92 70,50969 149,12

(17)

Realisasi pencapaian Belanja Tidak Langung dari tahun ke 2008­2011 meningkat,   dan   bahkan   pada   tahun   anggaran   2010   mencapai   110,34%, demikian   peningkatan   terjadi   pada   tahun   2011   sebesar   114,49%. Peningkatan realisasi pencapaian juga terjadi pada Belanja Langsung yang cukup   signifikan,   dari   tahun   2008   hanya   96,22%   meningkat   mencapai 249,13% pada tahun anggaran 2011. Secara keseluruhan untuk realisasi Belanja   Langsung,   yang   terdiri   dari   Belanja   Pegawa,   Belanja   Barang   dan Jasa,   serta   Belanja   Modal   memiliki   kecenderungan   yang   meningkat   dari tahun   2008­2011,   dan   khusus   pada   tahun   2011   mencapai   lebih   100%. Demikian   juga   dengan   Belanja   Tak   Langsung   untuk   Belanja   Pegawai memiliki   trend     yang   meningkat,   dan   pada   tahun   2011   peningkatannya mencapai 128,71% (Tabel 3.6).

o Uraian

2008 2009 2010 2011

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

A

Belanja Tidak 4 Belanja Hibah 1.000.000.000 0,28 2.204.519.600 0,57 847.30017.580. 4,64 0 0,00

5

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/ Kab/Kota

0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00

7

Belanja Bantuan Keuanga n

Kepada Provinsi/ Kab/Kota

0 0,00 050.00012.411. 3,22 800.00015.218. 4,02 0 0,00

8

Belanja Tidak Terduga

14.112.

915 0,00 50.000.000 0,01 0 0,00 0 0,00

B

(18)

1 Belanja Pegawai 533.20018.595. 5,18 127.35015.891. 4,12 634.86715.326. 4,04 122.66418.774. 3,88

2 Belanja Barang dan Jasa

57.129.

724.796 15,91 101.21165.246. 16,93 744.17864.128. 16,92 786.01474.872. 15,48

3 Belanja Modal

108.369 .079.03 4

30,

19 916.71292.252. 23,93 531.54331.979. 8,44 174.65184.389. 17,44

C Total Belanja

359.006 .195.55 9

10 0,0 0

385.500 .408.34 2

10 0,0 0

378.957 .156.44 4

10 0,0 0

483.807 .278.56 7

10 0,0 0

Realisasi APBD 2008­2011 Kabupaten Minahasa Selatan

Secara   keseluruhan   alokasi   Belanja   Langsung   Pegawai,   Belanja Barang  dan   Jasa,   serta  Belanja  Barang   Modal   memiliki  proporsi   terbesar dari   total   alokasi   Belanja   Daerah   selama   tahun   2008­2011.   Belanja Langsung Pegawai maupun Belanja Barang dan Jasa memiliki trend yang meningkat, sebaliknya Belanja Modal memiliki trend yang menurun (Tabel 3.7).

Gambar 3.3.

Persentase Proporsi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung  Kabupaten Minahasa Selatan

Tahun 2008­2011

2008 2009 2010 2011

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

48.72

55.02

70.59

46.20 51.28

44.98

29.41

53.80

Belanja Tidak Langsung

Belanja Langsung

Proporsi   Belanja   Daerah   pada   tahun   2011   mengalami perubahan,   yang   semula   dengan   proporsi   terbesar   adalah   Belanja Tidak Langsung menjadi Belanja Langsung. Proporsi Belanja Langsung yang semula 48,72% pada tahun 2008 dan mengalami penurunan dua tahun berikutnya sampai terendah sebesar 29,41% pada tahun 2010, namun untuk pertama kalinya proporsi Belanja Langsung melampaui proporsi   Belanja   Tidak   Langsung   pada   Tahun   2011,   yaitu   sebesar 53,80% (Gambar 3.3.).

Gambar 3.4.

(19)

Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2008­2011

2008 2009 2010 2011 Rerata 0%

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

88.18 85.99 82.81 100.00 89.25

11.82 14.01 17.19 0.00 10.75

Belanja Tidak Langsung (Lain-Lain)

Belanja Tidak Langsung (Pe-gawai)

(20)

Gambar  3.5.

Persentase Proporsi Belanja Modal, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Pegawai Terhadap Belanja Langsung 

Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2008­2011

2008 2009 2010 2011 Rerata 0%

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

10.10 9.16 13.75 10.55 10.89 31.03 37.63

57.55

42.05 42.07 58.87 53.21

28.70

47.40 47.04

Belanja Modal Belanja Barang dan Jasa

Belanja Pegawai

Proporasi   alokasi   pada   Belanja   Langsung   selang   tahun   2008­ 2011 didominasi oleh Belanja Modal dengan rerata 47,04% sementara Belanja Barang dan Jasa sebesar 42,07% (Gambar 3.5).

Berbagai   permasalahan   yang   dihadapi   dalam   pengelolaan belanja daerah antara lain adalah:

(1). Belum   adanya   konsistensi   peraturan   perundang­undangan yang   mengatur   tentang   struktur   keuangan   daerah.   Selain itu,   peraturan   perundang­undangan   tentang   pengelolaan keuangan   daerah   terus   mengalami   perubahan   yang menyebabkan   keterlambatan   dalam   proses   penyusunan anggaran,   mengganggu   kelancaran   dalam   pelaksanaan anggaran   dan   menghambat   kecepatan   dalam   pelaporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran;

(2). Adanya   perubahan   peraturan   perundangan   yang   sangat cepat tanpa diikuti oleh sosialisasi juga telah menyebabkan keterlambatan   penyesuaian   terhadap   peraturan   yang   baru dan   berdampak   terhadap   kurang   optimalnya   penyerapan belanja daerah; 

(21)

terutama   dalam   penentuan   prioritas   belanja   dengan mengacu pada prinsip anggaran berbasis kinerja;

(4). Belum   adanya   standar   pelayanan   minimal   sebagai   acuan dalam mengalokasikan anggaran belanja daerah;

(5). Belum adanya standar analisis belanja sebagai acuan yang digunakan untuk mengukur tingkat kewajaran belanja dan beban kerja;

(6). Belum semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) baik Dinas,   Kantor,   Badan   maupun   Bagian   menggunakan anggaran   berbasis   kinerja   sebagai   dasar   penyusunan anggaran.   Kondisi   ini   menyebabkan   kesulitan   dalam menetapkan indikator kinerja program dan kegiatan setiap SKPD   dan   ketidaktepatan   dalam   mengalokasikan   belanja daerah   untuk   mewujudkan   tujuan   dan   sasaran pembangunan.

Tabel 3.8.

Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Minahasa Selatan

(22)

N

o Uraian 2008 2009 2010 2011

A Belanja Tidak Langsung

174.911.858.

529 212.110.263.069 267.522.245.856 305.771.195.238

1 Belanja Gajidan Tunjangan

154.240.803.

114 182.399.677.469 221.546.348.556 305.771.195.238

2

Belanja Tambahan Penghasilan **)

18.595.533.2

00 15.891.127.350 15.326.634.867 18.774.122.664

3

Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional

Belanja pemunguta

B Belanja Langsung 184.094.337.030 215.258.163.100 126.758.091.500 142.927.758.000

1 Belanja Honorarium

PNS**) Na Na Na Na

2 Belanja Uang

Lembur**) Na Na Na Na

3

Belanja Beasiswa Pendidikan PNS

Na Na Na Na

4

Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan

Bimbingan Teknis PNS**)

Na Na Na Na

5

Belanja premi asuransi kesehatan

Na Na Na Na

6

Belanja makanan dan

minuman pegawai*** )

Na Na Na Na

(23)

*)  Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. **)  Diisi sesuai dengan ketersediaan data. 

***) Dapat ditetapkan menjadi prioritas untuk dilakukan efisiensi

Tabel 3.9.

Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur

No

. Uraian

Total Belanja Untuk Pemenuhan

Kebutuhan Aparatur

(Rp)

Total Pengeluaran

(Belanja + Pembiayaan Pengeluaran)

(Rp)

Prosentas e

(a) (b) (a) / (b) x100%

1.

Tahun anggaran

2008

172.836.336.31 4

359.006.195.55

9 48,14

2.

Tahun anggaran

2009

198.290.804.81 9

423.914.627.54

4 46,78

3.

Tahun anggaran

2010

236.872.983.42 3

418.076.938.28

9 56,66

4.

Tahun anggaran

2011

324.545.317.90 2

494.158.673.52

9 65,68

Sumber : Diolah dari Buku Laporan Keuangan Daerah Tahun 2008­ 2010

(24)

tenaga honorer yang dibiayai oleh APBD menyebabkan pengeluaran belanja aparatur menjadi besar disamping operasional SKPD itu sendiri. 

Proporsi Total Belanja Daerah untuk pemenuhan kebutuhan aparatur terhadap total pengeluaran (Total Belanja + Total Pembiayaan Pengeluaran) dari tahun 2008­2011 memiliki trend yang meningkat. Tahun 2008 dengan proporsi sebesar 48,14% meningkat menjadi 65% pada tahun 2011. Kondisi ini mencerminkan alokasi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur melebihi porsi alokasi belanja publik atau belanja yang diperuntukan untuk pelayanan kepada masyarakat (Tabel 3.9).

3.1.2. Neraca Daerah

Menurut  Peraturan  Pemerintah Nomor 11 tahun 2001, Neraca Daerah adalah neraca yang disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintah   secara   bertahap   sesuai   dengan   kondisi   masing­masing pemerintah. Neraca Daerah memberikan informasi mengenai posisi keuangan   berupa   aset,   kewajiban   (utang),   dan   ekuitas   dana   pada tanggal   neraca   tersebut   dikeluarkan.   Aset,   kewajiban,   dan   ekuitas dana   merupakan   rekening   utama   yang   masih   dapat   dirinci   lagi menjadi sub rekening sampai level rincian obyek. 

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005   tentang   Standar   Akuntasi   Pemerintah,   Neraca   Daerah merupakan   salah   satu   laporan   keuangan   yang   harus   dibuat   oleh Pemerintah   Daerah.   Laporan   ini   sangat   penting   bagi   manajemen pemerintah daerah, tidak hanya dalam rangka memenuhi kewajiban peraturan   perundang­undangan   yang   berlaku   saja,   tetapi   juga sebagai   dasar   untuk   pengambilan   keputusan   yang   terarah   dalam rangka pengelolaan sumber­sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien dan efektif. Kinerja Neraca Daerah Pemerintah Daerah   Kabupaten   Minahasa   Selatan   selama   kurun   waktu   2006­ 2009   seperti  terlihat   pada  Tabel   3.10  dan  dapat   dijelaskan   secara rinci, sebagai berikut:

Tabel 3.10.

Perkembangan Neraca Daerah

Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Selatan 2006­2009

(25)

Pertum buhan

1. ASET 182.898.359.721 278.092.144.433 386.952.178.293 516.864.869.925 1.

1. ASET LANCAR 7.124.303.249 4.147.579.990 4.492.967.719 6.012.210.863 0,12

1.1

314 259,57 1.1

.2. Piutang - - 2.575.634.260 1.844.667.863 (9,46) 1.1

.3. Persediaan - - 1.602.997.162 983.572.686 (12,88)

1.

659.062 42,91

1.2

.1. Tanah

37.764.73

7.061 7,28 1.2

8.819 134,35

1.2 .3.

Gedung dan Irigasi, dan

24.699 39,62

1.2

158 21.897.201.754 8.799.104.890 9.917.422.391 33,99

1.2

Tagihan Penjuala

Tagihan Tuntutan

Dengan Pihak Kedua/ Penyerta an Modal Pada Bank Sulut

- 510.000.000 510.000.000 510.000.000 98,04

1.3

(26)

2. KEWAJIBAN 0 0 67.417.301.319 55.247.819.424 (18,05)

0 0 67.417.301.319 55.247.819.424 (18,05)

2.1

- - 10.533.837.068 10.884.644.717 1,11

2.1 Diterima Dimuka

- - - -

-2.1

.4. Utang Jangka - - 56.883.464.251 35.063.174.707 (38,36) 2.1

.5

Hutang Jangka

Panjang - -

-9.300.000.

000

-3. EKUITAS DANA 182.898.359.721 278.602.144.433 319.534.876.974 461.617.050.501 (565,15) 3.

3.249 4.147.579.990

-.2. SILPA 7.124.303.249 4.147.579.990

-10.219.50 0.767

-7.700.674.

403 (137,61) 3.1

863 (28,38)

3.1

- - 1.602.997.162 983.572.686 (38,64)

3.1 .5.

Utang Jangka

Pendek -

-4.707 (38,36)

3.

056.472 274.454.564.443 382.459.210.570 501.552.659.062 42,20

3.2 .1.

Diinvest asikan Dalam

59.062 42,91

3.2 asikan Dalam Investasi jangka Panjang

- - 510.000.000 1.010.000.000 98,04

3.2 .4.

Utang Jangka Panjang

- - - 9.300.000.

-000

(27)

BAN Dan EKUITA S DANA

Ekuitas Dana yang  meliputi Dana Lancar, Dana Investasi, dan Dana   Cadangan,   merupakan   selisih   antara   aset   dengan   kewajiban pemerintah daerah. Ekuitas Dana Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan selama kurun waktu 3 tahun mengalami peningkatan rata­ rata sebesar 37,14%. yang merupakan akumulasi dari ekuitas dana lancar dan ekuitas dana yang investasikan.

(28)

Tabel 3.11.

Analisis Rasio Keuangan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan  Tahun 2007­2009

(%­Hari) N

O Uraian 2007 2008 2009

1. Rasio Lancar (Current Ratio) 4,147 0,07 13,09 2. Rasio Quick (Quick Ratio) 4,14 4,29 11 3. Rasio   Total   Hutang   TerhadapTotal Asset 0 0,21 0,12 4. Rasio Hutang Terhadap Modal 0 0,21 0,10

5. Rerata Umur Piutang 1 1 1

6. Rerata Umur Persediaan 1 1 1

    Sumber : Diolah dari Buku Laporan Keuangan Daerah Tahun 2007­2009

3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu 3.3.1 Proporsi Penggunaan Anggaran

Proporsi penggunaan anggaran untuk setiap sektor atau Satuan Kerja Perangka Daerah selama tahun 2008­2009 dialokasikan sesuai dengan  amanat   Undang­Undang,   khususnya  untuk  Urusan Pendidikan sekurang­kurangnya 20% dari APBD termasuk Gaji dan tunjangan tenaga pendidik. 

(29)

Tabel 3.12.

Proporsi Alokasi Belanja Berdasarkan SKPD Kabupaten Minahasa Selatan

Tahun 2008­2011

Uraian 2008 2009 2010 2011 Rerata

Dinas 

(4,93%) 5,82

RSUD

(0,58%) 0,60 Dinas Pekerjaan 

Umum 60.960.490.723 55.265.716.551 19.329.669.613  55.819.868.820 12,09 (17,24%) (14,48%) (5,10%) (11,54%)

BAPPEDA 2.344.202.790 3.212.686.679 2.748.560.575 2.861.183.444 0,71 (0,66%) (0,84%) (0,73%) (0,59%)

Dinas

Perhubungan, Komunikasi   dan Informatika

(0,64%) 0,63 Kantor 

(0,15%) 0,24

Dinas 

(0,31%) 0,12 Dinas

(0,29%) 0,38 Badan   Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Perempuan   dan Perlindungan

(0,66%) 0,84

Dinas   Sosial, tenaga Kerja dan

(0,47%) 0,52 Badan

(0,22%) 0,11

Pelaksana Harian

(30)

Kantor

(0,17%) 0,13 Kantor

Pelayanan

Terpadu   satu Pintu

(0,14%) 0,06 Badan   Kesatuan

Bangsa,   Politik dan

(0,30%) 0,47

Kantor Satuan 

(0,45%) 0,54 Dewan

(1,16%) 1,35 Kepala Daerah &

Wakil   Kepala Daerah

(0,06%) 0,07

Sekretariat

(7,53%) 8,83

Sekretariat

(4,01%) 4,20 Dinas   Pengelola

Keuangan,

Pendapatan   dan Aset

(0,40%) 0,48

Pemerintah 

(3,69%) 3,10 Badan

(0,57%) 0,73 Badan

(0,40%) 0,44 Badan

Pemberdayaan Masyarakat   Dan Pemerintah Desa

(1,93%) 1,47 Kantor 

(0,14%) 0,11

Kantor   Statistik Daerah

(31)

Perkebunan (0,91%)948 (0,91%)666 (1,15%) 74.119 (1,04%)684 Badan

Pelaksanan Penyuluhan Pertanian,

Perikanan   dan Kehutanan

(1,08%) 1,11

Dinas Kehutanan

(0,22%) 0,23 Dinas

Kebudayaan   dan Pariwisata

(0,31%) 0,39

Dinas   Kelautan dan Perikanan

Dinas   Koperasi, UKM,   Pasar,

(0,52%) 0,62

3.3.2 Analisis Pembiayaan

Kondisi   pembiayaan   daerah   dalam   kurun   tahun   2008­2011 dapat digambarkan seperti terlihat pada Tabel 3.13 di bawah ini. Dari Tabel   tersebut,   terlihat   bahwa   defisit   riil   anggaran   Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan pada tahun 2008 mencapai sekitar Rp. 3.833.243.604  dan  surplus   pada   tahun   2009   sebesar   Rp. 1.900.176.946 namun defisit kembali pada tahun 2010 sebesar Rp. 2.650.720.559.   Pada   Tahun   2011   kembal   surplus   sebesar   Rp. 21.732.678.728.

o Uraian 2008 2009 2010 2011

1. Realisasi Pendapat an

Daerah

355.172.951.

955 425.904.804.490 415.426.217.730 515.891.352.257

Dikurangi Realisasi:

(32)

Daerah 559 342 444 567 3. Pengeluar

an

Pembiaya an

Daerah

       0   38.414.219.202    39.119.781.845  10.351.394.962

4. Defisit

Riil 3.833.243.60­ 4

1,900.176.94 6

­ 2.650.720.55 9

21.732.678.7 28 Sumber : Diolah dari Buku Laporan Keuangan Daerah Tahun 2007­2009

Untuk   menutup   defisit   riil   anggaran   pada   kurun   tahun   yang sama  selama   2008­2011   didasarkan   pada  Sisa   Lebih   Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya. Kabupaten Minahasa Selatan   sampai   tahun   2011   tidak   memiliki   penerimaan   yang bersumber dari Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang di Pisahkan, Penerimaan Pinjaman Daerah, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah, dan Penerimaan Piutang Daerah (3.13).

Tabel 3.14.

Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran

Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2008­2011 No Uraian 2008(%) 2009(%) 2010(%) 2011(%)

1. Sisa Lebih  Perhitungan  Anggaran (SiLPA)  Tahun Anggaran  sebelumnya

100 100 100 100

2. Pencairan Dana 

Cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00

3. Hasil Penjualan  Kekayaan Daerah 

Yang di Pisahkan 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Penerimaan 

Pinjaman Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Penerimaan 

Kembali  Pemberian 

Pinjaman Daerah

0,00 0,00 0,00 0,00

6. Penerimaan 

(33)

Untuk   realisasi   sisa   lebih   perhitungan   anggaran   pemerintah daerah,   dengan   kurun   waktu   yang   sama   pada   tahun   2007­2009 (Tabel 3.14).

Tabel 3.15.

Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2007­2009 

N

o Uraian

2007 2008 2009 2010 2011

Rp

2. Pelampauanpenerimaan PAD penerimaan Dana penerimaan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

693,0 atau akibat lainnya

(34)

pelampauan   penerimaan   PAD,   pelampauan   penerimaan   dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain­lain pendapatan daerah yang   sah,   pelampauan   penerimaan   pembiayaan,   penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.

Dari uraian SiLPA yang ada, dari 7 (tujuh) item terdapat ada 4 (empat) item yang berkontribusi terhadap bertambahnya penerimaan SiLPA selama tahun 2008­2010, yakni dari:

a. Pelampauan   penerimaan   PAD   pada   tahun   2008   yang konstribusinya sebesar 48,06% dari SILPA tahun 2007 sebesar Rp. 4,147,579,930 Namun di tahun 2009 dan 2010 realisasi PAD tidak mencapai target sebagaimana yang ditetapkan dalam APBD

b. Pelampauan   penerimaan Dana Perimbangan pada SiLPA Tahun Anggaran   2008   sebesar   1,993,399,000  dengan   kontribusinya terhadap   SILPA   tahun   2008   sebesar   46,06%   dan   selanjutnya untuk   tahun   2009   dan   2010   tidak   terjadi   lagi   pelampauan penerimaan.

c. Pelampauan penerimaan lain­lain Pendapatan Daerah yang sah pada   tahun   anggaran   2008   sebesar   Rp.   693,014,000   atau konstribusinya sebesar 16,71%; 

d. Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya pada tahun 2008 sebesar Rp. 1,461,166,930  atau  konstribusinya sebesar 35,23% dan pada tahun anggaran 2009 sebesar    Rp. 314,336,386 atau kontribusinya 100% dari SILPA tahun 2008.  

e. Kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun 2009 yang belum terselesaikan mengakibatkan SILPA tahun Anggaran 2010   cukup   besar   yaitu   Rp.   40,123,085,023   yang   merupakan 100% dari SILPA tahun 2010. 

3.3. Kerangka Pendanaan

(35)

Pengeluaran periodik pemerintah daerah yang dibebankan pada keuangan   daerah   saat   RPJMD   tahun   2010­2015  dibuat, memperlihatkan kondisi seperti berikut:

Tabel 3.16.

Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2008 ­2009

N

o Uraian 2008 2009 2010 2011

Rerata Pertum

buhan (%)

A Belanja Tidak Langsung 174.911.858.529  212.110.263.069 267.522.245.856 305.771.195.238 20,56

1 Belanja Gaji dan  Tunjangan

172.836.

336.314 198.290.804.819 236.872.983.423 324.545.317.902 23,73

2 Belanja Hibah 1.000.000.000     2.204.519.600   17.580.847.300 0 239,31

3 Belanja Bantuan  Sosial

19.156.9

42.500    15.045.016.000   13.176.250.000 0 ­44,63

4

Belanja  Bantuan  Keuangan  Kepada 

Provinsi/Kabu paten/Kota  dan 

Pemerintah  Desa

0 12.411.050.000 0 0 0

5 Belanja Tidak Terduga 14.112.915 50.000.000 0 0 84,76

B Belanja Langsung 184.094.337.030 173.390.145.273 111.434.910.588  178.036.083.329  6,07

1

Belanja  Fasilitas  Dasar dan  Administrasi  Umum (Fixed  Cost)

165.498.

803.830 157.499.017.923 96.108.275.721 159.261.960.665 7,30

C Pembiayaan Pengeluaran 0       38.414.219.20 2 

      39.11 9.781.84 5

       10.3 51.394.9

62 ­35,85

1 Pembentukan Dana 

Cadangan 0 0 0 0 0,00

2 Pembayaran Pokok Hutang 0 38.414.219.202 39.119.781.845  10.351.394.962 ­35,85

(36)

Kapasitas keuangan Kabupaten Minahasa Selatan dari tahun 2008­ 2011   memiliki   trend   yang   meningkat.   Pada   tahun   2008   sebesar   Rp. 359.006.195.559 meningkat menjadi Rp. 494.158.673.529 pada tahun 2011 (Tabel 3.15). Selama 3 (Tiga) tahun terakhir pemerintah dibebani hutang dari tahun­tahun sebelumnya. Sehubungan dengan itu, pada tahun tahun 2009 dialokasikan untuk pembayaran pokok hutang sebesar Rp. 38.414.219.202, dan pada tahun 2010 sebesar Rp. 39.119.781.845, dan tahun 2011 sebesar Rp. 10.351.394.962 (Tabel 3.16). 

3.3.2 Penghitungan Kerangka Pendanaan

Setelah mengetengahkan kondisi pengelolaan keuangan daerah masa   lalu   yang   dibuat   hingga   tahun   2010,   sebagai   kerangka keuangan   yang   telah   dimasukan   dalam   laporan   keuangan   daerah, selanjutnya akan digambarkan kapasitas riil keuangan daerah untuk mendanai   kebutuhan   pembangunan   daerah   hingga   tahun   2015 mendatang (Tabel 3.17).

Tabel 3.17.

Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah  untuk Mendanai Pembangunan Daerah N

o Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 Pendap

atan 435.841.671.300 477.620.295.946 523.887.698.243 575.168.814.836 604.537.144.229

2

Pencair an Dana Cadang an (Sesuai PERDA)

­ ­ ­ ­ ­

3

Sisa Lebih Riil Perhitu ngan Anggara n

­ ­ ­ ­ ­

4

Total Peneri maan

435.841.6

71.300 477.620.295.946 523.887.698.243 575.168.814.836 604.537.144.229

Dikura ngi:

5 Belanja

(37)

Pengelu aran Yang Wajib dan Mengik at Serta Priorita s

Utama

6

Kapasit as   Riil Kemam puan Keuang an

142.116.4

86.584 148.814.509.854 154.292.172.402 159.051.226.121 128.606.570.685

Dari   tabel   di   atas   dapat  diproyeksikan  bahwa   kapasitas   riil kemampuan   keuangan   daerah   Pemerintah   Kabupaten   Minahasa Selatan untuk 3 Tahun ke depan hingga berakhirnya masa berlaku RPJMD 2010­2015, yaitu :

1. Proyeksi Tahun 2011 sebesar Rp.  142.116.486.584 atau sebesar 32,61 % dari total penerimaan.

2. Proyeksi   Tahun   2012   sebesar       Rp.  148,814,509,854    atau sebesar 31,16 % dari total penerimaan.

3. Proyeksi Tahun 2013 sebesar Rp.   154.292.172.402 atau sebesar 29,45 % dari total penerimaan.

4. Proyeksi Tahun 2014 sebesar Rp. 159.051.226.120 atau sebesar 21,65 % dari total penerimaan.

5. Proyeksi Tahun 2015 sebesar  Rp.  128.606.570.684 atau sebesar 21,27  % dari total penerimaan.

Jumlah kapasitas riil kemampuan keuangan yang ada tersebut merupakan modal pemerintah daerah dalam membiayai:

(38)

dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian visi/misi daerah. Selain  itu, prioritas I juga diperuntukkan bagi prioritas belanja yang   wajib   sesuai   dengan   ketentuan   peraturan   perundang­ undangan.

b. Rencana alokasi pengeluaran prioritas II, yakni berkaitan dengan program prioritas di  tingkat SKPD  yang merupakan penjabaran dari   analisis   per   urusan   serta  paling   berdampak   luas   pada masing­masing   segementasi   masyarakat   yang   dilayani   sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan   layanan   dasar   serta   tugas   dan   fungsi   SKPD   termasuk peningkatan   kapasitas   kelembagaan   yang   berhubungan   dengan itu.

c. Rencana   alokasi   prioritas   III,   yakni   berkaitan   dengan  alokasi belanja­belanja   tidak   langsung   seperti:   tambahan   penghasilan PNS,   belanja   hibah,   belanja   bantuan   sosial   organisasi kemasyarakatan,   belanja   bantuan   keuangan   kepada provinsi/kabupaten/kota   dan   pemerintahan   desa   serta   belanja tidak terduga. Pengalokasian dana pada prioritas III  baru akan dipenuhi setelah pemenuhan dana pada prioritas I dan II terlebih dahulu. 

Melihat   proyeksi   kapasitas   riil   keuangan   daerah   yang   terus mengecil pada tahun 2015 mendatang,  sedangkan  proyeksi jumlah penerimaan terus meningkat, maka terdapat sejumlah pertimbangan alokasi belanja ke depan, yaitu sebagai berikut:

1. Perlu   pengetatan   dalam   memilah   program   dan   kegiatan   sesuai urutan prioritasnya. 

2. Perlunya   peningkatan   keperansertaan   sektor   swasta   dalam pendanaan   pembangunan,   baik   melalui   skenario   kemitraan pemerintah dan sector swasta dan Program Kemitraan dan pelaku usaha   daerah,   yang   tersebar   diberbagai   lapangan   usaha   di Minahasa Selatan;

Gambar

Tabel 3.1.Rerata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah
Gambar 3.1.Kontribusi Sumber­Sumber Pendapatan Berdasarkan Struktur
Gambar 3.2.Perkembangan Realisasi Pendapatan Berdasarkan Struktur Pendapatan
Tabel 3.3.Realisasi Struktur Pendapatan Asli Daerah 
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam artikel ini, diberikan pemberian nomor pada MST topologi jaringan graf yang berbentuk graf wheel , graf helm dan graf lollipop.. Didapatkan

Cereal tepung kacang- kacangan, daging merah, daging ayam, ikan, hati, susu, telur, minyak, kacang-

pelaksanaan program ini adalah untuk memfasilitasi KUMKM dalam.. 3) Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM. Program ini ditujukan untuk mempermudah,

Jika ada orang mengajukan pertanyaan yang sama, “Bagaimana saya bisa memiliki penghasilan, sedangkan saya tidak mem iliki modal?!!” Maka saya akan ajukan pertanyaan yang

Alat Pembuat Pupuk Organik Kapasitas 1400 - 1500 kg/jam..

The following parameters must be specified; otherwise the macro will not run properly. • LABEL: to specify the characteristics of the survey, e.g. country, survey year

kesehatan lahir batin,memiliki pemikiran, perkataan, tindakan baik yang terasah, terasah oleh budaya luhur peninggalan nenek moyang, budaya malu yang

Berpegang pada prinsip bahawa guru tidak boleh mengajar perkara yang mereka sendiri tidak faham (Kauchak dan Eggen, 2007), guru bahasa Iban berusaha untuk menguasai isi