UNTUK KONSERVASI PANTAI TANJUNG TIRAM
KABUPATEN BATUBARA
Oleh :
Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum, (NIDN : 0013026203)
Dr. Edy Ikhsan, SH, MA, (NIDN : 0016026304)
Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum (NIDN : 0115086502)
Atas Biaya Sendiri
FAKULTAS HUKUM
LEGAL COUNSELINGG AND TREE PLANTING
FOR CONSEVATION TANJUNG TIRAM
BEACH BATUBARA DISTRICT
ABSTRACT
Dr. OK. Saidin, SH, M. Hum *) Dr. Edy Ikhsan, SH, MA **)
Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum ***)
Indonesia is one country with the mangrove forest as the second widest in the world after Nigeria. Today the mangrove forest is 3,24 million acre from the total of 17,5 acre mangrove forest in the world. In national scale the widest forest in Indonesia is in Irian Jaya. East Klimantan, South Kalimantan, South Sumatera, and Riau. Whereas another province including North Sumatera only possessed 1,91% of the total mangrove forest in Indonesia. North Sumatera from the percentage has 287.585 acre mangrove forest. In the location of this legal counseling is done, that is in Batubara district, the mangrove forest is 420 acre.
This is far less than the previous condition before “blue revolution movement” and “green revolution movement” in the eastern beach of north Sumatera. The blue revolution movement which made the mangroves for aquaculture and green revolution movement for palm garden opening caused many damage inflicted in the eastern beach of North Sumatera. In some reports it is noted that the damage has achived 90% caused by the re use of the land. There are datas announced by North Sumatera Control of Environment Effect Institution that the reuse of mangrove in North Sumatera to become palm garden in 12000 acre whereas the re use for aquaculture is in 10.000 acre and the rest is damaged because of the logging in the last 20 years. Of course this caused certain problems for the society arounf North Sumatera beaches such as Batubara District, Tanjung Tiram area (Guntung village and Bagan Area village).
Because of the damage of the mangroves, the problem arised for the society near it that is the erotion of the beach which anyally decreased and caused the decrease of environment quality which affect the sea and it content near the area.
The role and participation of society in controlling the effect of environment and to maintain the damage that will avoid the area from pollution to bring back the support of nature is becoming our responsibility especially all Universities. Because of that, the counseling regarding the important meaning of environment (including legal counseling) and tree planting is the forst step necessary in the two villages beach area.
*) Lecturer in Law Faculty USU **) Lecturer in Law Faculty USU
In the implementation of the counseling which in one day, at least it can provide motivation to the society on the importance of saving the environment form human life today and for the future. There is no problem or issue in the ativity, but the hope given to the society is so that the activity will not stop at this point, but to be conducted sustainably.
RINGKASAN
PENYULUHAN HUKUM DAN PENANAMAN POHON
UNTUK KONSERVASI PANTAI TANJUNG TIRAM
KABUPATEN BATUBARA
Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum *) Dr. Edy Ikhsan, SH, MA **)
Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum ***)
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki luas hutan mangrove pada urutan ke-2 di dunia setelah Nigeria. Saat ini hutan mangrove Indonesia memiliki total luas 3,24 juta hektar dari total 17,5 juta hektar hutan mangrove di dunia. Pada skala nasional luas hutan mangrove terbesar di Indonesia adalah wilayah Irian Jaya kemudian secara berturut-turut Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan dan Riau. Sedangkan provinsi lain termasuk Sumatera Utara hanya memiliki 1,91% dari total hutan mangrove Indonesia. Sumatera Utara dari persentase itu memiliki hutan mangrove sekitar 287.585 hektar. Di wilayah lokasi penyuluhan hukum ini dilakukan yaitu di Kabupaten Batubara, jumlah hutan mangrove yang ada seluas 420 hektar.
Jumlah ini jauh dari kondisi sebelum terjadinya “gerakan revolusi biru” dan “gerakan revolusi hijau” di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Gerakan revolusi biru yang menjadikan lahan-lahan mangrove untuk wilayah pertambakan dan gerakan revolusi hijau yang menjadikan wilayah mangrove untuk pembukaan kebun-kebun kelapa sawit telah menimbulkan kerusakan hutan di wilayah Pantai Timur Sumatera Utara. Dalam beberapa laporan tercatat bahwa kerusakan itu mencapai angka 90% yang diakibatkan dari alih fungsi lahan tersebut. Terdapat data yang diumumkan oleh Badan Pengnedalian Dampak Lingkungan Provinsi Sumatera Utara bahwa alih fungsi lahan mangrove di Sumatera Utara menjadi perkebunan kelapa sawit sekitar 12.000 hektar sedangkan alih fungsi lahan untuk pertambakan sekitar 10.000 hektar selebihnya terjadi kerusakan akibat penebangan hutan yang terjadi selama kurun waktu 20 tahun terakhir. Tentu saja hal ini menimbulkan persoalan tersendiri bagi masyarakat di sekitar pesisir pantai Sumatera Utara termasuk di wilayah di dua desa Kabupaten Batubara, Kecamatan Tanjung Tiram (Desa Guntung dan Desa Bagan Area).
Akibat kerusakan hutan mangrove ini telah menimbulkan permasalahan tersendiri bagi masyarakat di sekitar kawasan pantai itu yakni terjadi pengikisan bibir
*) Dosen Fakultas Hukum USU **) Dosen Fakultas Hukum USU
pantai yang setiap tahunnya menjadi berkurang dan menyebabkan turunnya kualitas lingkungan hidup yang berpengaruh pula pada plasma nutfah dan biota laut di sekitar kawasan itu.
Peran serta masyarakat dalam pengendalian dampak lingkungan dan memelihara kerusakan lingkungan yang pada gilirannya dapat menjadikan wilayah itu tidak tercemar guna mengembalikan kemampuan daya dukung lingkungan hidup disekitarnya menjadi tanggungjawab kita semua terutama Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, penyuluhan tentang arti penting lingkungan hidup (termasuk penyuluhan hukum) dan penanaman pohon adalah langkah awal yang perlu dilakukan di kawasan pantai di dua desa tersebut.
Dalam pelaksanaan penyuluhan itu yang berlangsung 1 hari dan penanaman pohon berlangsung 1 hari paling tidak dapat memberi motivasi kepada masyarakat sekitar betapa pentingnya arti menyelamatkan lingkungan hidup bagi kehidupan manusia hari ini dan untuk kehidupan masa depan. Tidak ada hambatan yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan tersebut akan tetapi harapan yang dititipkan masyarakat adalah agar kegiatan seperti ini tidak berhenti sampai disini saja tetapi perlu dilakukan secara berkesinambungan.
Kata Kunci : Penyuluhan Hukum, Konservasi Pantai, Penanaman Pohon,
TARGET LUARAN
Target yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah masyarakat di sekitar Desa
Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram, yakni meliputi :
1. Masyarakat/penduduk setempat
2. Tokoh-tokoh masyarakat
3. Pemuda setempat
4. Lembaga Swadaya Masyarakat
5. Pemerintah Kabupaten dan jajaran (Kadis Kehutanan, camat dan jajarannya,
kepala desa, lurah dan instansi terkait serta jajarannya).
Sasaran kegiatan adalah lokasi pantai Tanjung Tiram yang tergerus akibat
proses alam dan hutan di sekitar pantai yang rusak akibat penebangan yang tidak
terkendali oleh masyarakat sekitar.
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan ini pada tahap awal dapat disimpulkan memberi makna yang sangat
berarti bagi masyarakat tersebut. Mereka yang selama ini tidak memahami arti
penting pelestarian hutan bagi kehidupan manusia. Peran serta masyarakat dalam
pengendalian dampak lingkungan dan memelihara kerusakan lingkungan yang pada
gilirannya dapat menjadikan wilayah itu tidak tercemar guna mengembalikan
kemampuan daya dukung lingkungan hidup disekitarnya menjadi tanggungjawab kita
Aktivitas
Setelah Penyuluhan, diperoleh tokoh-tokoh masyarakat, pemuda setempat, LSM dan jajaran paling tidak telah membuka cakrawala masyarakat untuk segera membenahi
semua terutama Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, penyuluhan tentang arti penting
lingkungan hidup (termasuk penyuluhan hukum) dan penanaman pohon adalah
langkah awal yang perlu dilakukan di kawasan pantai di dua desa tersebut.
HASIL KEGIATAN
Setelah pelaksanaan kegiatan ini, masyarakat di Desa Guntung dan Desa
Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten secara sederhana dapat
digambarkan bahwa kegiatan ini paling tidak telah membuka cakrawala masyarakat
untuk segera membenahi lingkungan hidup di sekitar mereka.
KESIMPULAN DAN SARAN
Masyarakat di Desa Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram,
Kabupaten Batubara menjadi paham dan mengetahui tentang arti penting lingkungan
hidup bagi kehidupan manusia. Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan
lingkungan pesisir pantai terutama dalam hal pemeliharaan hutan bakau masih tetap
diperlukan karena kemampuan pemerintah untuk itu sangat terbatas. Pencegahan
terhadap pengrusakan lingkungan pesisir pantai tidak hanya cukup dengan dilakukan
menerapkan undang-undang termasuk penerapan sanksi pidana oleh karena
masyarakat sekitar pantai tersebut secara kultural telah terikat dengan pola-pola
pemanfaatan hutan yang sejak lama mereka lakukan dan berlangsung secara turun
masyarakat disekitar pesisir pantai tersebut dilibatkan secara aktif dan diberikan
pencerahan bahwa hutan bakau yang ada disekitar mereka pada dasarnya adalah
untuk kesejahteraan mereka sendiri. Oleh Karen itu perlu dilakukan kerjasama antara
Dinas Kehutanan Kabupaten dan Provinsi dengan pihak Perguruan Tinggi, terutama
dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Sumatera Utara agar
kegiatan pengabdian itu diarahkan pada penanaman hutan di kawasan-kawasan pantai
TIM PELAKSANA
I. Ketua
1. Nama Lengkap : Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum
2. NIP/NIDN : 196202131990031002 / 0013026203
3. Tanggal Lahir : 13 Februari 1962
4. Tempat Lahir : Kisaran
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
6. No. Telepon (HP) : 081264798135
II. Anggota I
1. Nama Lengkap : Dr. Edy Ikhsan, SH, MA
2. NIP/NIDN : 196302161988031002 / 0016026304
3. Tanggal Lahir : 16 Februari 1963
4. Tempat Lahir : Medan
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
III. Anggota II
1. Nama Lengkap : Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, MA
2. NIDN : 0115086502
3. Tanggal Lahir : 15 Agustus 1965
4. Tempat Lahir : A.Bon Bon
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
Rahmat dan KaruniaNya akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas penyuluhan
hukum ini sebagai bahagian dari kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Kegiatan ini kami laksanakan pada tanggal 19 dan 20 November 2015 yang
dilakukan di dua desa yakni Desa Guntung dan Desa Bagan Area Kelurahan Tanjung
Tiram, Kabupaten Batubara. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 25 peserta pada saat
penyuluhan hukum dan 11 orang pada saat penanaman pohon yang terdiri dari
tokoh-tokoh masyarakat, pemuda, LSM yang didampingi oleh unsur-unsur dari Dinas
Kehutanan Kabupaten Batubara beserta jajarannya, Camat dan Kepala desa.
Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran
masyarakat tentang arti pentingnya melestarikan lingkungan hidup. Secara sederhana
dapat digambarkan bahwa kegiatan ini paling tidak telah membuka cakrawala kepada
masyarakat di Desa Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram,
Kabupaten Batubara untuk segera membenahi lingkungan hidup di sekitar mereka.
Penyuluhan hukum ini ini diselenggarakan atas dasar :
1. Persetujuan Usulan Program Pengabdian Pada Masyarakat yang ditandatangani
oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian/Pelayanan Kepada Masyarakat
Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tanggal
2. Surat Izin Pelaksanaan Pengabdian Pada Masyarakat yang diterbitkan Dekan
Fakultas Hukum USU No. 3812/UN5.2.1.2/KMS/ 2015 tanggal 18 Nopember
2015 atas nama : Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum, Dr. Edy Ikhsan, SH, MA dan Dr.
Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum.
3. Surat Tugas yang diterbitkan oleh Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian/Pelayanan Kepada Masyarakat Bidang Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tanggal 12 November 2015.
Tentu saja kami berterima kasih kepada Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum dan Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian/Pelayanan Kepada Masyarakat Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan peluang kepada kami untuk
dapat melaksanakan kegiatan ini.
Selain itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah
berpartisipasi dalam kegiatan ini. Untuk itu secara khusus kami sampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Para staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah turut
berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan hukum ini.
3. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Batubara, ub Kepala Bidang
Kehutanan, Wahyudi, SP, M.Si serta Camat Tanjung Tiram, Bapak Zahari, SE.
Kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan penyuluhan hukum ini tidak luput dari
berbagai macam kekurangan yang kiranya dapat dijadikan sebagai pedoman untuk perbaikan
di masa yang akan datang.
Semoga kegiatan yang telah kami lakukan ini membawa manfaat bagi masyarakat
kita semua.
Medan, 30 Nopember 2015 Koordinator Pelaksana
(Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRACT ... i
RINGKASAN ... iii
TIM PELAKSANA ... ix
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Analisis Situasi ... 6
B. Permasalahan ... 7
C. Tinjauan Pustaka ... 7
BAB II : TARGET DAN LUARAN ... 23
BAB III : KERANGKA PEMECAHAN MASALAH ... 24
BAB IV : PELAKSANAAN KEGIATAN ... 25
A. Khalayak Sasaran yang Strategis ... 25
B. Keterkaitan ... 26
C. Metode Kegiatan ... 26
D. Rencana dan Jadwal ... 27
E. Susunan Personalia ... 28
BAB V : HASIL KEGIATAN ... 30
A. Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian ... 30
B. Analisis Hasil Kegiatan ... 32
C. Faktor Pendorong dan Penghambat ... 32
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 33
A. Kesimpulan ... 33
B. Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 36
BAB I
PENDAHULUAN
Kesadaran akan arti penting lingkungan hidup adalah menjadi tanggungjawab
kita semua. Tanggungjawab setiap manusia yang hidup, tinggal, bekerja di tempat di
mana ia menghabiskan waktunya hingga akhir hayatnya. Berdasarkan pandangan ini
tanggungjawab untuk memelihara kesinambungan daya dukung lingkungan menjadi
tanggungjawab seumur hidup.
Perguruan Tinggi dalam salah satu tridharma nya adalah melaksanakan
pengabdian pada masyarakat. Untuk menyahuti itu, kami memandang perlu
melakukan sumbangsih untuk sekedar berpartisipasi dalam upaya penyelamatan
lingkungan hidup, dari kerusakan, pengrusakan serta menjaga keseimbangan daya
dukung lingkungan hidup.
Studi pendahuluan yang kami lakukan pada awal tahun 2015 di Desa Guntung
dan Desa Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara,
memperlihatkan kerusakan pada beberapa sisi pantai. Kerusakan itu bukan hanya
karena faktor alam (akibat abrasi dan pengikisan bibir pantai oleh ombak) tetapi juga
karena terjadi penebangan hutan oleh warga untuk sekedar mengambil kayu untuk
memenuhi kebutuhan hidup dalam keseharian mereka.
Untuk itu sebelum semuanya berjalan terlalu jauh yang berakibat pada
untuk melakukan penyuluhan hukum sekaligus penanaman pohon di lokasi tersebut.
Penyuluhan ditujukan kepada masyarakat setempat dengan melibatkan tokoh
masyarakat, aparat pemerintah kecamatan, pemerintahan desa dan Dinas Kehutanan
dan aparat terkait. Tokoh-tokoh LSM, anak-anak muda juga menjadi sasaran
penyuluhan hukum ini. Sedangkan penanaman pohon akan melibatkan beberapa anak
muda dan masyarakat sekitar dan dibantu oleh beberapa mahasiswa dari Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
Pentingnya penyuluhan hukum dan penanaman pohon ini menjadi alasan,
mengapa kegiatan ini harus dilakukan.
A. Analisis Situasi
Pada awal tahun 2015, pengamatan kami di lokasi Desa Guntung dan Desa
Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara, telah terjadi penurunan
kemampuan daya dukung lingkungan akibat abrasi pantai dan penebangan pohon
yang tidak memenuhi standar pengelolaan lingkungan hidup wilayah pantai.
Hasil penjelasan Camat Tanjung Tiram, selama kurun waktu 10 tahun terakhir
pinggiran pantai tergerus lebih dari 4 meter, itu artinya dalam kurun waktu 2,5 tahun
terjadi pengikisan pantai setebal 1 meter. Tentu saja hal ini patut menjadi beban kita
bersama.
Keadaan atau situasi itu perlu segera diantisipasi dengan penanaman kembali
pohon-pohon semisal bakau untuk lokasi yang digenangi lumpur pasang surut dan
tergenang air tapi berpotensi tergerus air pasang surut dan pukulan ombak selat
malaka.
Oleh karena langkah penanaman kembali dan penyuluhan hukum kami
pandang perlu untuk segera dilaksanakan.
B. Permasalahan
Problema yang dihadapi oleh masyarakat di Tanjung Tiram adalah ancaman
semakin menjoroknya bibir pantai ke daratan, akibat gerusan air laut, akibat deburan
ombak (Pantai Timur) Selat Malaka. Situasi ni menimbulkan prakiraan bahwa
semakin tahun Pantai Timur Kabupaten Batubara terancam secara perlahan-lahan
akan terkikis dan menyebabkan turunnya kualitas lingkungan hidup. Keadaan ini
pada gilirannya akan menyebabkan turun pula kemampuan daya dukung lingkungan.
Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat hari ini adalah ketiadaan
agen-agen pembangunan yang dapat menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan dan penyelamatan lingkungan hidup. Permasalahan ini perlu diatasi
dengan melibatkan Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
masyarakat sekitar, Pemerintah Daerah, tokoh-tokoh masyarakat lokal guna
menyikapi permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat di Kecamatan
C. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Hutan
Secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Angka 1
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undangundang
tersebut, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungan, 1 yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dari definisi
hutan yang disebutkan, terdapat unsur-unsur yang meliputi :
a. Suatu kesatuan ekosistem
b. Berupa hamparan lahan
c. Berisi sumberdaya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya.
d. Mampu memberi manfaat secara lestari. Keempat ciri pokok dimiliki suatu
wilayah yang dinamakan hutan, merupakan rangkaian kesatuan komponen
yang utuh dan saling ketergantungan terhadap fungsi ekosistem di bumi.
Eksistensi hutan sebagai subekosistem global menenpatikan posisi penting
sebagai paru-paru dunia (Zain, 1996).
Sedangkan kawasan hutan lebih lanjut dijabarkan dalam Keputusan Menteri
Kehutanan No. 70/Kpts-II/2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, perubahan status
1 Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu yang membentuk kondisi dan akan
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung baik kepada kehidupan dalam bentuk individual maupun kuminitas pada tempat tertentu. Achmad Lutfi,2009. Pengertian
dan fungsi kawasan hutan, yaitu wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Dari
definisi dan penjelasan tentang kawasan hutan, terdapat unsur-unsur meliputi :
a) suatu wilayah tertentu
b) terdapat hutan atau tidak tidak terdapat hutan
c) ditetapkan pemerintah (menteri) sebagai kawasan hutan
d) didasarkan pada kebutuhan serta kepentingan masyarakat.
Dari unsur pokok yang terkandung di dalam definisi kawasan hutan,
dijadikan dasar pertimbangan ditetapkannya wilayah-wilayah tertentu sebagai
kawasan hutan. Kemudian, untuk menjamin diperolehnya manfaat yang
sebesar-besarnya dari hutan dan berdasarkan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat serta
berbagai faktor pertimbangan fisik, hidrologi dan ekosistem, maka luas wilayah yang
minimal harus dipertahankan sebagai kawasan hutan adalah 30 % dari luas daratan.
Undang-undang No.41 Tahun 1999 adalah undang-undang yang megatur
khusus tentang hutan dan kehutanan di Indonesia, yang meskipun dalam kelahirannya
telah mendapat tantangan berbagai pihak yang akan terkena dampak pada saat itu.
Dapat dipahami apabila undang-undang tersebut mendapat tantangan karena lahirnya
undang-undang kahutanan saat itu adalah tidak murni atas keinginan pemerintah,
tetapi ada tekanan dari pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan.2
2 Sadino, Mengelola Hutan dengan Pendekatan Hukum Pidana :Suatu Kajian Yuridis
Dari sisi substansi hukumnya, undang-undang ini masih bersifat
sentralistik dan dominan pada Pemerintahan Pusat (Menteri Kehutanan). Sebab dalam
ketentuan tersebut dinyatakan bahwa, penguasaan hutan oleh Negara sebagaimana di
atur dalam penjelasan undang-undang tersebut. Dalam undangundang tersebut
dinyatakan bahwa Negara bukan sebagai pemilik hutan, tetapi Negara memberikan
wewenang kepada pemerintah untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang
berkaitan dengan hutan dan hasil hutan, mengatur dan menetapkan hubungan hukum
antara orang dengan hutan atau kawasan hutan dan hasil hutan, serta engatur
mengenai kehutanan. Selanjutnya pemerintah mempunyai wewenang untuk
memberikan ijin dan hak kepada pihak lain untuk melakukan kegiatan di bidang
kehutanan.
Hutan memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan. Manfaat hutan tersebut
diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat berfungsi secara
optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan memberikan
peranan nyata apabila pengelolaan sumberdaya alam berupa hutan seiring dengan
upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Sumber daya alam yang terbaharui harus dikelola sedemikian rupa
sehingga fungsinya dapat selalu terpelihara sepanjang masa. Oleh karena itu,
sumberdaya alam harus dijaga agar kemampuannya untuk memperbaharui diri sendiri
selalu terpelihara. Sumberdaya alam yang tidak terbaharukan harus digunakan
sehemat mungkin dan diusahakan hasilnya selama mungkin. Pembangunan
industri dalam negeri sehingga dapat menghasilkan nilai tambah dan menciptakan
lapangan kerja yang sebesar-besarnya.
Kebijakan umum pembangunan kehutanan dalam Pelita VI dituangkan di
dalam GBHN 1993 sebagai berikut :
a) pembangunan kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian dan fungsi
hutan, dan dengan mengutamakan pelestarian sumberdaya alam dan fungsi
lingkungan hidup, memelihara tata air, serta untuk memperluas kesempatan
usaha dan lapangan kerja, meningkatkan sumber dan pendapatan negara,
devisa serta mengacu pembangunan daerah.
b) Pengembangan produksi hasil kayu dan non kayu diselenggarakan melalui
upaya peningkatan pengusahaan hutan produksi, hutan rakyat, hutan tanaman
industri dan upaya peningkatan produktivitas hutan alam yang didukung oleh
penyediaan bibit hutan tanaman hutan yang unggul dan budidaya kehutanan
yang tangguh.
c) Hutan sebagai salah satu penentu ekosistem, pengelolaannya ditingkatkan
secara terpadu dan berwawasan lingkungan untuk menjaga dan memelihara
fungsi tanah, air, udara, iklim dan lingkungan hidup serta memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
d) Upaya rehabilitasi hutan dan tanah kritis, konservasi tanah, rehabilitasi sungai,
rawa, pelestarian gua-gua alam, karang laut, flora dan fauna langka serta
e) Dalam pembangunan kehutanan, keikutsertaan masyarakat di kawasan hutan
sekitarnya termasuk masyarakat transmigrasi kehutanan perlu diberi peluang
dan ditingkatkan.
f) Pengusahaan hasil hutan disesuaikan dengan daya dukung sumberdaya
alamnya agar kelestarian sumberdaya hutan terjamin dan perusakan
lingkungan dapat dicegah.
g) Pembangunan kehutanan perlu didukung dengan kegiatan penyuluhan,
pendidikan dan pelatihan, peraturan perundangundangan, penyediaan
informasi serta penelitian dan pengembangan. Pencemaran lingkungan
terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami perubahan,
sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya terganggu.
Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena proses alam
atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern ini banyak kegiatan
atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan
teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan.3
Untuk kepentingan pengelolaan hutan agar terwujud keberlangsungan
fungsi ekonomi, lingkungan dan sosial, seluruh kawasan hutan akan dibagi menjadi
unit-unit kewilayahan dalam skala manajemen dalam bentuk Kesatuan Pengelolaan
3 Admin, Pencemaran Lingkungan Solusi dan Permasalahannya,
Hutan (KPH) (Pasal 17 UU Nomor 41 Tahun 1999). Kegiatan pengelolaan hutan
yang dilakukan KPH meliputi:
1) Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,
2) Pemanfaatan hutan dalam hal pemantauan dan pengendalian terhadap
pemegang izin,
3) Pemanfataan hutan di wilayah tertentu,
4) Rehabilitasi hutan dan reklamasi, dan
5) Perlindungan hutan dan konservasi alam.4
Adanya perubahan kebijakan dan perubahan UU kehutanan, namun dalam
pelaksanaannya kebijakan kehutanan yang ada membuat hutan semakin hancur, dan
carut marutnya kebijakan -kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, dan banyak
terdapat ketidak sinkronan peraturan-peraturan lain dengan peraturan kehutanan,
sehingga sering terdapat ketidakjelasan kebijakan atau peraturan dalam suatu
peraturan di lapangan.
Setiap kegiatan manusia akan menambah materi atau energi pada
ligkungan. Apabila materi atau energi itu membahayakan, atau mengancam kesehatan
manusia, miliknya atau sumber daya, baik langsung maupun tidak langsung dikatakan
terjadi pencemaran.5
4 http://www.dephut.go.id diakses tanggal 17 November 2015
5 Daud Silalahi,Hukum Lingkungan (Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Semua hutan di wilayah Republik Indonesia, termasuk kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesarbesarnya
kemakmuran rakyat. Dalam rangka penguasaan tersebut, Negara memberikan
kewenangan kepada Pemerintah untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang
berkaitan dengan hutan. Pengelolaan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat
sebesar-besarnya serta serbaguna dan lestari untuk kemakmuran rakyat.
Sumberdaya alam yang terbaharui harus dikelola sedemikian rupa sehingga
fungsinya dapat selalu terpelihara sepanjang masa. Oleh karena itu, sumberdaya alam
harus dijaga agar kemampuannya untuk memperbaharui diri sendiri selalu terpelihara.
Sumberdaya alam yang tidak terbaharukan harus digunakan sehemat mungkin dan
diusahakan hasilnya selama mungkin. Pembangunan kehutanan harus makin
diarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan hutan bagi industri dalam negeri
sehingga dapat menghasilkan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja yang
sebesar-besarnya
Contoh kasus pencemaran lintas batas yang hingga kini masih menjadi
masalah masyarakat internasional adalah kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera
dan Kalimantan yang berdampak hingga kenegara tetangga seperti Malaysia dan
Singapura. Dari catatan Badan Penanganan Bencana Kalimantan Barat, sejarah
bencana kabut asap yang terbesar terjadi pada tahun 1997 juga ditetapkan sebagai
bencana nasional. Tercatat kebakaran hutan terbesar dalam sejarah di Indonesia telah
menghanguskan hutan sebesar 11,7 Juta hektar. Terluas di Kalimantan 8,13 Juta Ha
Ha, dan pula Jawa 100 Ribu Juta Ha. Diperkirakan Indonesia mengalami kerugian
US$10 miliar. Setelah 1997-sampai sekarang, kebakaran hutan masih terjadi, dan
kerugian demi kerugian terus diperoleh. Akibat kabut asap, aktivitas warga hampir
seluruh daerah menjadi lumpuh. Seperti pihak sekolah terpaksa meliburkan siswa
dalam beberapa pekan sampai kabut asap hilang. Belum lagi jasa transportasi seperti
jasa pelayanan penerbangan dan bus harus memarkirkan kendaraannya di sejumlah
terminal sampai beberapa pekan lantaran jarak pandang hanya mencapai 100 meter.6
Kebakaran hutan bisa terjadi karena tiga hal yaitu : 7
a. Kedatangan musim kemarau
Cuaca yang cukup panas akan menyulut reaksi oksidasi reranting pohon
kering yang saling bergesekan, akibat gesekan inilah yang akan menimbulkan
percikan api dan terjadilah kebakaran tersebut dan terdapat juga perubahan
musim kemarau dan musim hujan yang kadang tidak teratur kadang datang
lebih cepat dan berakhir lebih lama, hal ini berkaitan dengan gejala El
Nino-Southern Oscillation atau ENSO.
b. Karena ada sumber api buatan manusia
Kebakaran hutan semula dianggap terjadi secara alami, tetapi kemungkinan
manusia mempunyai peran dalam memulai kebakaran di milenium terakhir
ini, pertama untuk memudahkan perburuan dan selanjutnya untuk membuka
6 Agus Wahyuni,Cari Pawang Kabut Asap di Kalimantan Barat,
http://www.borneotribune.com/sintang/cari-pawang-kabut-asap-di-kalimantan-barat.htmldiakses pada tanggal 10 November 2015.
7 Annas, Sebab Kebakaran Hutan,
petak-petak pertanian di dalam hutan. Meskipun kebakaran telah menjadi
suatu ciri hutan-hutan di Indonesia selama beribu-ribu tahun, kebakaranyang
terjadi mula-mula pasti lebih kecil dan lebih tersebar dari segi frekuensi dan
waktunya dibandingkan dua dekade belakangan ini.
c. Karena ada bahan bakar.
Faktor-faktor terjadinya suatu kebakaran hutan dan lahan adalah karena
adanya unsur panas, bahan bakar dan udara/oksigen. Penyebaran api
bergantung kepada bahan bakar dan cuaca. Bahan bakar berat seperti log,
tonggak dan cabang-cabang kayu dalam keadaan kering bisa terbakar, meski
lambat tetapi menghasilkan panas yang tinggi. Bahan bakar ringan seperti
rumput dan resam kering, daun-daun pinus dan serasah, mudah terbakar dan
cepat menyebar, yang selanjutnya dapat menyebabkan kebakaran hutan.
Sangsi pidana yang terdapat dalam UU No.41 Tahun1999 yang
diundangkan sejak tahun1999 banyak mengambi dari ketentuan dalam PP. No 28
Tahun 1985 tentang perlindungan hutan. PP No.28 tahun 1985 merupan Peraturan
Pemerintah yang diamanahkandalam Undang-undang No. 5 tahun 1967, maka secara
otomatis peraturan pemerintah tersebut tidak berlaku lagi sesuai dengan ketentuan
Pasal 83 undang-undang No.41 Tahun1999. di dalam undang-undang No.41
Tahun1999 diatur tentang ketentuan pidana, ganti rugi, sanksi administrasi, dan
penyelesaian sengketa terhadap setiap orang melakukan perbutaan melanggar hukum
di bidang kehutanan. Dengan sangsi administrasi yang berat diharapkan akan
Hukuman penjara yang berkaitan dengan kehutanan diatur dalam pasal 18
ayat (1) dan ayat (2) PP No. 28 tahun 1985 . terdapat tiga ketegori perbuatan pidana
yang dapat dihukum berdasarkan pasal 18 ayat (1), yaitu :
1) Mengerjakan atau menduduki kawasan hutan lindung atau hutan cadangan
tanpa izin Mentri Kehutanan, pasal 6 ayat (1);8
2) Melakukan penebangan pohon-pohon dalam kawasan hutan lindung tanpa izin
dari pejabat yang berwenang, pasal 9 ayat (2);9
3) Membakar hutan, (pasal 10 ayat(1)10
Tindak pidana kehutanan diatur dalam Pasal 50 sebagai berikut : ayat (1)
setiap orang dilarang merusak prasarana dan darana perlindungan hutan . dan ayat (2)
setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin udaha pemanfaatan
jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, dilarang
melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan.11
Ayat (3) setiap orang dilarang : a. Mengerjakan dan atau menggunakan dan
atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah; b. Merambah kawasan hutan: c.
Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarang
sampai dengan ; 1. 500 (lima ratus) meter dari waduh dan danau ; 2. 200 (dua ratus)
meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; 3. 100 (seratus) mete
8 PP No.28 tahun1985 Pasal 6 ayat (1) Kawasan hutan dan hutan cadangan dilarang
dikerjakan atau diduduki tanpa izin mentri
9 Pasal 9 ayat (2)”setiap orang dilarang melakukan penebangan pohon-pohon dalam hutan
tanpa izin dari pejabat yang berwenang.
10 Pasal 10 ayat(1) Setiap orang dilarang membakar hutan kecuali dengan kewenangan yang
sah .
dari kiri kanan tepi sungai ; 4. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai;
5. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang ; 6. 130 (seratus tiga puluh) kali
selisih pasang tertinggi dan pasang terendah di tepi sungai d. Membakar hutan; e.
Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa
meliki hak atau izin dari peabat yang berwenang ; Menerima atau membeli atau
menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan atau memiliki hasil hutan
yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau
dipungut secara tidak sah; g. Melakukan kegiatan penyelidik umum atau eksplorasi
tau eksploitasi bahan tambang di kawasan hutan, tanpa izin Menteri ; h. Mengangkut,
menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan
surat keterangan sahnya hasil hutan ; i. Mengembalakan ternak di kawasan hutan yan
tidak di tunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang j.
Membawa alat-alat berat atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan
digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat
yang berwenang; Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang,
memotong, atau membelah pohon dikawasan hutan tanpa izin pejabat yang
berwenang; l. Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan
kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam
kawasan hutan ; dan; m. Mengeluarkan, membawa, dan mengangkut
tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari
2. Hutan Mangrove dan Manfaatnya
Hutan mangrove dalam pengertian yang sangat sederhana adalah hutan yang
ditumbuhi oleh pohon bakau. Akan tetapi dalam pengertian yang luas, hutan
mangrove itu adalah seluruh tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar rawa-rawa
perairan payau yang terletak di daerah pantai dan sekitar muara sungai. Di Kabupaten
Batubara, paling tidak terdapat lebih dari 40 spesies tumbuhan yang hidup di sekitar
hutan pantai di kawasan itu.
Hutan mangrove itu memiliki manfaat yang sangat strategis dan fungsional
bagi kehidupan masyarakat disekitarnya antara lain :
1. Sebagai penyangga bibir pantai dari pengikisan air laut.
2. Sebagai tempat bertelur dan berkembang biaknya spesies biota laut.
3. Sebagai sumber nutrisi terhadap hewan-hewan atau biota laut.
4. Sebagai komponen untuk bahan-bahan bangunan.
5. Sebagai bahan makanan olahan.
Akan tetapi jauh lebih penting dari fungsi itu bahwa mangrove adalah
penyangga spektrum luas ekosistem disekitar wilayah hutan tersebut termasuk gugus
karang, padang lamun, hamparan lumpur dan pasir. Menjaga keseimbangan dan
fungsi lingkungan dan ekosistem meliputi supply dan regenerasi nutrisi daur ulang
polutan siklus air dan menjaga kualitas air. Mangrove menyediakan pertahanan
penting melawan erosi pesisir dengan akarnya yang berlapis-lapis dan dapat
mengubah aliran air dan mencegah hilangnya sedimen dari garis pesisir. Disamping
siklon tropis. Demikian juga hutan mangrove dapat mengurangi energi gelombang
saat melalui hutan mangrove dan menjadi penghalang antara gelombang dengan
lahan hutan mangrove.
Dalam beberapa literatur mangrove juga merupakan hutan dengan kandungan
karbon yang terdapat di wilayah tropis. Lahan ini menyimpan lebih dari tiga kali
rata-rata karbon per hektar hutan tropis darata-ratan. 12 Hutan mangrove Indonesia menyimpan
lima kali karbon lebih banyak per hektar dibandingkan dengan hutan tropis dataran
tinggi. 13 Mangroves berkontribusi terhadap 10-15% sedimen simpanan karbon
pesisir sementara di wilayah pesisir global hanya menyumbang 0,5%. Mangrove
Indonesia menyimpan 3,14 miliar metrik ton karbon (PgC). Jumlah ini mencakup
sepertiga stok karbon pesisir global. Permukaan bawah ekosistem mangrove
Indonesia menyimpan sejumlah besar karbon : 78% karbon disimpan di dalam tanah,
20% karbon disimpan di pohon hidup, akar atau biomassa dan 2% disimpan di pohon
mati atau tumbang.
3. Fungsi Hutan Mangrove
Mangrove biasanya berada di daerah muara sungai atau estuarin sehingga
merupakan daerah tujuan akhir dari partikel-partikel organik ataupun endapan lumpur
yang terbawa dari daerah hulu akibat adanya erosi. Dengan demikian, daerah
12 Donato, et all, Mangroves Among the Most Carbon-rich Forests in The Tropics, dalam
jurnal CIFOR, Bogor, No. 12, Februari, 2012. www.cifor.org.
13 Daniel Murdiyarso, Protokol Kyoto, Implikasinya Bagi Negara Berkembang, Kompas,
mangrove merupakan daerah yang subur, baik daratannya maupun perairannya,
karena selalu terjadi transportasi nutrien akibat adanya pasang surut. Mangrove
mempunyai berbagai fungsi.
Fungsi fisiknya yaitu untuk menjaga kondisi pantai agar tetap stabil,
melindungi tebing pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya abrasi dan intrusi
air laut, serta sebagai perangkap zat pencemar. Fungsi biologis mangrove adalah
sebagai habitat benih ikan, udang, dan kepiting untuk hidup dan mencari makan,
sebagai sumber keanekaragaman biota akuatik dan nonakuatik seperti burung, ular,
kera, kelelawar, dan tanaman anggrek, serta sumber plasma nutfah. Fungsi ekonomis
mangrove yaitu sebagai sumber bahan bakar (kayu, arang), bahan bangunan (balok,
papan), serta bahan tekstil, makanan, dan obat-obatan.
Mangrove mengangkut nutrien dan detritus ke perairan pantai sehingga
produksi primer perairan di sekitar mangrove cukup tinggi dan penting bagi
kesuburan perairan. Dedaunan, ranting, bunga, dan buah dari tanaman mangrove
yang mati dimanfaatkan oleh makrofauna, misalnya kepiting sesarmid, kemudian
didekomposisi oleh berbagai jenis mikroba yang melekat di dasar mangrove dan
secara bersama-sama membentuk rantai makanan.
Detritus selanjutnya dimanfaatkan oleh hewan akuatik yang mempunyai
tingkatan lebih tinggi seperti bivalvia, gastropoda, berbagai jenis juvenil ikan dan
udang, serta kepiting. Karena keberadaan mangrove sangat penting maka
Mangampa14 menyarankan hanya 20% saja dari lahan mangrove yang dikonversi
menjadi pertambakan.
4. Upaya Pelestarian Mangrove
Tanaman mangrove mempunyai fungsi yang sangat penting secara ekologi
dan ekonomi, baik untuk masyarakat lokal, regional, nasional maupun global. Dengan
demikian, keberadaan sumber daya mangrove perlu diatur dan ditata pemanfaatannya
secara bertanggung jawab sehingga kelestariannya dapat dipertahankan. Inoue 15
melaporkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 75 spesies vegetasi mangrove yang
tersebar di 27 propinsi.
Selanjutnya Gunarto 16 melaporkan, beberapa vegetasi mangrove seperti
Osbornia octodonta, Exoecaria agalocha, Acanthus ilicifolius, Avicennia alba,
Euphatorium inulifolium, Carbera manghas, dan Soneratia caseolaris mengandung
zat bioaktif yang dapat dijadikan bahan untuk penanggulangan penyakit bakteri pada
budi daya udang windu. Daerah pantai termasuk mangrove mendapat tekanan yang
tinggi akibat perkembangan infrastuktur, pemukiman, pertanian, perikanan, dan
industri, karena 60% dari penduduk Indonesia bermukim di daerah pantai.
14 T. Ahmad dan Mangampa, The use of mangrove stands for bioremediation in clos shrimp
culture system: Proceeding of International Symposium on Marine Biotechnology, Bogor Agriculture
University, Bogor, 2000.
15 Inoue, et.al, Human and Mouse GPAA1 (Glycosylphosphatidylinositol Anchor Attachment
1) Genes: Genomic Structures, Chromosome Loci and the Presence of a Minor Class Intron. Cytogenet Cell Genet 84(3-4), 1999 hal. 199-205.
16 Gunarto, Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai,
Diperkirakan sekitar 200.000 ha mangrove di Indonesia mengalami kerusakan
setiap tahun. 17 Melihat fungsi mangrove yang sangat strategis dan semakin
meluasnya kerusakan yang terjadi, maka upaya pelestarian mangrove harus segera
dilakukan dengan berbagai cara. Dalam budi daya udang, misalnya, harus diterapkan
teknik budi daya yang ramah mangrove, artinya dalam satu hamparan tambak harus
ada hamparan mangrove yang berfungsi sebagai biofilter dan tandon air sebelum air
masuk ke petakan tambak.
Upaya penghutanan kembali tepi perairan pantai dan sungai dengan tanaman
mangrove perlu dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat, seperti yang
dilakukan oleh masyarakat Tongke-Tongke, Sulawesi Selatan. Mangrove juga dapat
dikembangkan sebagai daerah wisata seperti yang telah dilakukan di Cilacap (Jawa
Tengah), Sukamandi dan Cikiong, (Jawa Barat). Untuk meningkatkan produktivitas
mangrove tanpa merusak keberadaannya dapat dikembangkan budi daya sistem
silvo-fishery misalnya untuk pematangan atau penggemukan kepiting bakau, pentokolan
benur windu, pendederan nener bandeng, dan pembesaran nila merah. Di perairan
sungai di kawasan mangrove dapat dijadikan lahan budidaya ikan dengan sistem
karamba apung terutama untuk ikan kakap, kerapu lumpur, nila merah, dan bandeng.
17 Inoue, et.al, Human and Mouse GPAA1 (Glycosylphosphatidylinositol Anchor Attachment
5. Strategi Konservasi
Sumberdaya alam yang merupakan perwujudan dari keserasian ekosistem dan
keserasian unsur-unsur pembentuknya perlu dijaga dan dilestarikan sebagai upaya
menjamin keseimbangan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya yang
sejahtera secara berkesinambungan.
Kebijaksaan ini dituangkan dalam strategi konservasi, yaitu :
(a). Perlindungan terhadap sistem penyangga kehidupan, dengan menjamin
terpeliharanya proses ekologi bagi kelangsungan hidup biota dan ekosistemnya;
(b). Pengawetan keanekaragaman sumberdaya plasma nutfah, yaitu menjamin
terpeliharanya sumber genetik dan ekosistemnya bagi kepentingan umat
manusia;
(c). Pelestarian pemanfaatan jenis dan ekosistemnya, yaitu dengan mengatur dan
mengendalikan cara-cara pemanfaatannya, sehingga mencapai manfaat yang
optimal dan berkesimnambungan. Adapun beberapa tujuan dari konservasi
mangrove adalah :
(a). Melestarikan contoh-contoh perwakilan habitat dengan tipe-tipe
ekosistemnya.
(b). Melindungi jenis-jenis biota (dengan habitatnya) yang terancam punah.
(c). Mengelola daerah yang penting bagi pembiakan jenis-jenis biota yang
bernilai ekonomi.
(d). Memanfaatkan daerah tersebut untuk usaha rekreasi, pariwisata, pendidikan
(e). Sebagai tempat untuk melakukan pelatihan di bidang pengelolaan
sumberdaya alam.
(f). Sebagai tempat pembanding bagi kegiatan monitoring tentang akibat
manusia terhadap lingkungannya.
Menurut Waryono 18 bahwa ekosistem mangrove di Indonesia berdasarkan
status peruntukannya dapat dikelompokkan menjadi: (a) kawasan konservasi dengan
peruntukan sebagai cagar alam, (b) kawasan konservasi dengan peruntukan sebagai
suaka margasatwa, (c) kawasan konservasi perlindungan alam, (d) kawasan
konservasi jalur hijau penyangga, (e) kawasan hutan produksi mangrove, dan (f)
kawasan ekosistem wisata mangrove. Ekosistem mangrove sebagai cagar alam dan
suaka margasatwa berfungsi terutama sebagai pelindung dan pelestari
keanekaragaman hayati.
Kriteria kawasan cagar alam adalah kawasan yang ditunjuk mempunyai
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta tipe ekosistemnya, mewakili formasi
biota tertentu dan/atau unit penyusunnya mempunyai kondisi alam, baik biota
maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia,
mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif
dengan daerah penyangga yang cukup luas, dan/atau mempunyai ciri khas dan dapat
merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan
18 Tarsoen Waryono, Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Ekosistem Mangrove.
konservasi. Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan yang ditunjuk merupakan
tempat hidup dan perkembangbiakan dari satu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya
konservasinya, memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi, merupakan tempat dan
kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu, dan/atau mempunyai luas yang cukup
sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.
Ekosistem perlindungan alam, berfungsi terutama sebagai pelindung hidrologi
dan pelindung pantai serta habitat biota pantai. Jalur hijau ekosistem mangrove
adalah ekosistem mangrove yang ditetapkan sebagai jalur hijau di daerah pantai dan
di tepi sungai, dengan lebar tertentu yang diukur dari garis pantai dan tepi sungai,
yang berfungsi mempertahankan tanah pantai dan kelangsungan biotanya.
Oleh karena itu jalur hijau ekosistem mangrove dapat berfungsi sebagai
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Target yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah masyarakat di sekitar Desa
Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram, yakni meliputi :
6. Masyarakat/penduduk setempat
7. Tokoh-tokoh masyarakat
8. Pemuda setempat
9. Lembaga Swadaya Masyarakat
10.Pemerintah Kabupaten dan jajaran (Kadis Kehutanan, camat dan jajarannya,
kepala desa, lurah dan instansi terkait serta jajarannya).
Sasaran kegiatan adalah lokasi pantai Tanjung Tiram yang tergerus akibat
proses alam dan hutan di sekitar pantai yang rusak akibat penebangan yang tidak
terkendali oleh masyarakat sekitar.
BAB III
Setelah Penyuluhan, diperoleh tokoh-tokoh masyarakat, pemuda setempat, LSM dan jajaran paling tidak telah membuka cakrawala masyarakat untuk segera membenahi
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Khalayak Sasaran yang Strategis
Pada dasarnya kegiatan penyuluhan hukum dan penanaman pohon untuk
konservasi Pantai Tanjung Tiram Kabupaten Batubara ini ditujukan untuk masyarakat
secara umum. Namun untuk lebih mengefektifkan sosialisasi ini perlu kiranya
dibentuk kelompok-kelompok kecil tertentu di dalam masyarakat sehingga sosialisasi
ini dapat tersalurkan dengan baik.
Oleh karena itulah, sebagai sasaran dalam pengabdian masyarakat ini
ditetapkan adalah 2 desa yaitu : Desa Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan
Tanjung Tiram Kabupaten Batubara dalam berbagai peringkat yang meliputi : para
tokoh-tokoh masyarakat, pemuda setempat, LSM serta Pemkab dan jajarannya (Kadis
Kehutanan, Camat, Kepala Desa dan Lurah).
Kelompok masyarakat ini nantinya diharapkan dapat menjadi agen
pembangunan guna “menularkan” pengetahuan tentang peranan masyarakat dalam
rangka pelestarian lingkungan serta arti penting lingkungan hidup bagi kehidupan
manusia.
Pada akhirnya diharapkan masyarakat akan turut bekerjasama dengan instansi
terkait dalam rangka pelestarian lingkungan hidup dan penanaman pohon untuk
B. Keterkaitan
Pengabdian ini dilakukan sesuai dengan aplikasi di bidang ilmu hukum
keperdataan serta berdasarkan pada pertimbangan adanya kemudahan dari pihak
masyarakat Desa Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batubara untuk melakukan kegiatan ini.
C. Metode Kegiatan
Masalah kesadaran hukum masyarakat berkaitan erat dengan masalah
pembangunan nasional dalam hal ini kaitannya terdapat dalam dua dimensi yaitu
dimensi pertama kesadaran hukum dapat dipandang independent variable yaitu
dipandang sebagai indikator yang dapat menciptakan sarana yang dapat mendukung
dan mempercepat pembangunan secara keseluruhan. Dimensi kedua bahwa kesadaran
hukum dapat dipandang sebagai suatu obyek atau sasaran pembangunan khususnya
pembangunan di bidang hukum.
Bila kesadaran hukum masyarakat dipandang sebagai independent variable
maka faktor mutlak yang harus dipenuhi adalah meningkatkan penyuluhan hukum
terhadap masyarakat, karena kesadaran hukum masyarakat merupakan determinan
materil untuk timbul dan berprosesnya hukum dalam masyarakat. Meningkatnya
pengetahuan warga masyarakat akan aturan hukum diharapkan akan berpengaruh
terhadap tingkat penghayatan dan ketaatan terhadap hukum. Permasalahan utama
yang ditemukan adalah bahwa pengetahuan masyarakat akan norma hukum masih
Dalam hal ini salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah memberikan
penyuluhan hukum yang diberikan dalam bentuk penyuluhan hukum dan penanaman
pohon untuk konservasi Pantai Tanjung Tiram Kabupten Batubara.
Kegiatan yang dilakukan dalam pengabdian masyarakat ini adalah dalam
bentuk :
1. Ceramah umum kepada masyarakat di Desa Guntung dan Desa Bagan Area
Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara yang meliputi : tokoh-tokoh
masyarakat, pemuda setempat, LSM serta Pemkab dan jajarannya (Kadis
Kehutanan, Camat, Kepala Desa dan Lurah) serta instansi terkait lainnya.
2. Tanya jawab langsung (diskusi) antara penceramah dengan kelompok sasaran.
3. Simulasi tentang Penyuluhan Hukum serta arti penting lingkungan hiudp bagi
kehidupan manusia.
D. Rencana dan Jadwal Kerja
Kegiatan ini direncanakan dalam kurun waktu 1 (satu) bulan yang
direncanakan dilaksanakan pada awal bulan Nopember 2015 sampai dengan akhir
No Nama Kegiatan Minggu Ke-
1 2 3 4
1. Survey lapangan
2. Diskusi dan pembuatan proposal
3. Pengajuan proposal
4. Diskusi dan pelaksanaan sosialisasi
5. Melaksanakan penyuluhan
6. Penanaman pohon
7. Pembuatan laporan
E. Susunan Personalia Pelaksana Pengabdian Masyarakat
I. KETUA PELAKSANA
Nama Lengkap : Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum
NIP/NIDN : 196202131990031002 / 0013026203
Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda / IV c
Tempat/Tanggal Lahir : Kisaran, 13 Februari 1962
Alamat : Jl. Titi Papan Gg. Pertahanan No. 19
Sei Sikambing D - Medan – 20119
Bidang Keahlian : Hukum Hak Kekayaan Intelektual
II. TENAGA PELAKSANA I
Nama Lengkap : Dr. Edy Ikhsan, SH, MA
NIP/NIDN : 196302161988031002 / 0016026304
Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda / IV c
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 16 Februari 1963
Alamat : Jl. Duta Wisata No.101
Komplek Villa Prima Indah, Medan
III. TENAGA PELAKSANA III
Nama Lengkap : Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum
NIDN : 0115086502
Pangkat/Golongan : Lektor / III d
Dosen Tenaga Profesional FH-USU
Tempat/Tgl. Lahir : A.Bon Bon, 15 Agustus 1965
Alamat : Jl. Pelita VI No. 16 Kel. Sidorame Barat II
Kec. Medan Perjuangan, Kota Medan
BAB V
HASIL KEGIATAN
A. Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis dan Jumat, tanggal 19 dan 20
Nopember 2015 di Desa Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batubara yang dihadiri oleh 25 orang pada saat penyuluhan hukum
sedangkan pada saat penanaman pohon jumlah masyarakat yang hadir hanya
berjumlah 11 orang. Pohon mahoni ini ditanam untuk lahan-lahan yang kering yang
berjarak 150 meter dari bibir pantai sedangkan jarak antara jarak 0 sampai 150 meter
dari bibir pantai ditanami pohon bakau, api-api, bira-bira dan pohon ketapang. Total
semua penanaman pohon mencapai 1600 batang.
Peserta terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat, pemuda setempat, LSM, Pemkab
dan jajarannya (Kadis Kehutanan, Camat, Kepala Desa dan Lurah) serta instansi
terkait lainnya sebagai pemerhati lingkungan hidup.
Kegiatan pengabdian ini diawali pada tahap persiapan pada awal bulan
November 2015 yakni diawali dari penjajakan dan survey di lapangan. Pada bulan
November itu diperoleh informasi bahwa di lokasi pantai Tanjung Tiram yang
tergerus akibat proses alam dan hutan di sekitar pantai yang rusak akibat penebangan
yang tidak terkendali oleh masyarakat sekitar.
Pada tahap berikutnya tim sosialisasi ini menyusun proposal dengan
fungsi hutan serta dampaknya bagi kehidupan manusia. Setelah proposal tersusun
dengan baik tim mengajukan proposal tersebut untuk mendapat persetujuan dari
pimpinan fakultas. Untuk selanjutnya proposal tersebut diteruskan ke Lembaga
Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Sumatera Utara agar kegiatan penyuluhan
hukum ini dapat terlembaga.
Pelaksanaan kegiatan tersebut pada minggu-minggu berikutnya yaitu pada
awal bulan Nopember 2015 dilakukan penjajakan tempat kegiatan penanaman pohon
dan akhirnya disetujui pelaksanaan itu dilaksanakan di Desa Guntung dan Desa
Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara. Secara simultan
kegiatan selanjutnya adalah menyampaikan undangan kepada para peserta terutama
kepada peserta yang tinggal di Desa Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan
Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara
Kegiatan penyuluhan hukum ini akhirnya dapat dilaksanakan pada pukul
10.00 Wib dan ditutup hingga pukul 16.00 Wib.
Dalam kegiatan penyuluhan hukum tersebut disampaikan ceramah interaktif
yang intinya adalah mensosialisasikan peraturan lingkungan hidup kepada
masyarakat Desa Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram,
Kabupaten Batubara dalam kaitannya dengan pelestarian hutan dan lingkungan hidup
bagi kehidupan manusia. Dalam kegiatan tersebut dapat dipahami bahwa masyarakat
sangat antusias untuk segera melakukan penanaman pohon untuk konservasi Pantai
B. Analisis Hasil Kegiatan
Kegiatan ini pada tahap awal dapat disimpulkan memberi makna yang sangat
berarti bagi masyarakat tersebut. Mereka yang selama ini tidak memahami arti
penting pelestarian hutan bagi kehidupan manusia. Secara sederhana dapat
digambarkan bahwa kegiatan ini paling tidak telah membuka cakrawala kepada
masyarakat di Desa Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram,
Kabupaten Batubara untuk segera membenahi lingkungan hidup di sekitar mereka.
Setelah pelaksanaan kegiatan ini, masyarakat di Desa Guntung dan Desa
Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten secara sederhana dapat
digambarkan bahwa kegiatan ini paling tidak telah membuka cakrawala masyarakat
untuk segera membenahi lingkungan hidup di sekitar mereka.
C. Faktor Pendorong dan Penghambat
Faktor pendorong kegiatan sosialisasi ini mendapat dukungan dari berbagai
pihak terutama para tokoh-tokoh masyarakat, pemuda setempat, LSM dan jajaran
Pemkab di Kabupaten Batubara. Kesemua ini tentu memberi motivasi yang dapat
menyemangati pelaksanaan penyuluhan hukum tersebut.
Dalam penyuluhan hukum ini, tidak ditemukan faktor penghambat yang
berarti, hanya saja memang keterbatasan ketersediaan pohon-pohon yang akan
ditanami adalah salah satu faktor yang menyebabkan tidak semua lokasi dapat
ditanami pohon-pohon tersebut, untuk itu perlu bantuan pemerintah termasuk Dinas
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan “Penyuluhan Hukum dan
Penanaman Pohon Untuk Konservasi Pantai Tanjung Tiram Kabupaten
Batubara” adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat di Desa Guntung dan Desa Bagan Area Kecamatan Tanjung Tiram,
Kabupaten Batubara menjadi paham dan mengetahui tentang arti penting
lingkungan hidup bagi kehidupan manusia.
2. Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan pesisir pantai terutama
dalam hal pemeliharaan hutan bakau masih tetap diperlukan karena kemampuan
pemerintah untuk itu sangat terbatas.
3. Pencegahan terhadap pengrusakan lingkungan pesisir pantai tidak hanya cukup
dengan dilakukan menerapkan undang-undang termasuk penerapan sanksi pidana
oleh karena masyarakat sekitar pantai tersebut secara kultural telah terikat dengan
pola-pola pemanfaatan hutan yang sejak lama mereka lakukan dan berlangsung
secara turun temurun.
4. Efektivitas penegakan hukum lingkungan hanya dapat dilakukan apabila
pencerahan bahwa hutan bakau yang ada disekitar mereka pada dasarnya adalah
untuk kesejahteraan mereka sendiri.
B. Saran
1. Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan hukum ini tidak ditemukan
faktor-faktor penghambat yang berarti, hanya saja memang keterbatasan ketersediaan
pohon-pohon yang akan ditanami adalah salah satu faktor yang menyebabkan
tidak semua lokasi dapat ditanami pohon-pohon tersebut, untuk itu perlu
bantuan pemerintah termasuk Dinas Kehutanan Kabupaten dan Provinsi untuk
menyediakan bibit-bibit pohon tersebut.
2. Perlu dilakukan kerjasama antara Dinas Kehutanan Kabupaten dan Provinsi
dengan pihak Perguruan Tinggi, terutama dengan Lembaga Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Sumatera Utara agar kegiatan pengabdian itu
diarahkan pada penanaman hutan di kawasan-kawasan pantai yang telah
mengalami kerusakan.
3. Model penyuluhan hukum dan penanaman hutan di dua desa di Kecamatan
Tanjung Tiram Kabupaten Batubara ini dapat dijadikan sebagai contoh untuk
kawasan-kawasan pantai lain di Sumatera Utara guna dilakukan kegiatan yang
sama dengan dimotori oleh pemerintah kabupaten atau pemerintah kota atau
pemerintah provinsi dengan kerjasama kelembagaan yakni Perguruan Tinggi,
Dinas Kehutanan dan Pemerintah Kabupaten/Kota (termasuk Pemerintah
4. Keterbatasan anggaran untuk pembelian bibit dan biaya penanaman serta
perawatan pohon melalui lembaga Pemerintah Kabupaten/Kota dapat
diantisipasi dengan pemanfaatan dana CSR (Coorporate Social
Responsibility) dari perusahaan-perusahaan atau industri yang beroperasi di
wilayah kabupaten/kota tersebut.
5. Partisipasi masyarakat perlu terus ditingkatkan dengan memberi peluang
kepada masyarakat untuk pemeliharaan hutan pantai di satu sisi namun di sisi
lain harus pula diberikan pencerahan kepada mereka manfaat ekonomi yang
akan dihasilkan dikemudian hari dengan terpeliharanya hutan pantai tersebut.
Motor penggerak ke arah itu, diharapkan dapat dilakukan oleh pemerintah
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ahmad, T dan Mangampa, The use of mangrove stands for bioremediation in clos
shrimp culture system: Proceeding of International Symposium on Marine Biotechnology, Bogor Agriculture University, Bogor, 2000.
Daeng, Hans J., Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000.
Daniel Murdiyarso, Protokol Kyoto, Implikasinya Bagi Negara Berkembang, Kompas, Jakarta, 2004.
Dietz, Ton, Pengakuan Hak Atas Sumberdaya Alam Kontur Geografi Lingkungan
Politik, Insist Press, Yogyakarta, 2005.
Donato, et all, Mangroves Among the Most Carbon-rich Forests in The Tropics, dalam jurnal CIFOR, Bogor, No. 12, Februari, 2012. www.cifor.org.
Gerrard, Michael, B., (ed), Global Climate Change and US Law, ABA Publishing, Chicago, 2007.
Gunarto, Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan
Pantai, Jurnal, Riset Perikanan Budidaya Air Payau, 2001.
Inoue, et.al, Human and Mouse GPAA1 (Glycosylphosphatidylinositol Anchor
Attachment 1) Genes: Genomic Structures, Chromosome Loci and the Presence of a Minor Class Intron. Cytogenet Cell Genet 84(3-4), 1999.
Rahmadi, Takdir, Hukum Lingkungan di Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015.
Reksohadiprodjo, S., Brodjonegoro, Ekonomi Lingkungan, BPFE Yogyakarta. Edisi Kedua. Yogyakarta, 2000.
Saad, Muhammad dan Sabaruddin Amrullah, Pengusahaan Hutan dan Kelestarian
Sadino, Mengelola Hutan dengan Pendekatan Hukum Pidana :Suatu Kajian Yuridis Normatif, Biro Konsultasi Hukum dan Kebijakan Kehutanan, Jakarta, 2011.
Salim, Emil, Membina Bahasa Komunikasi, Menteri Negara Kepenudukan dan Lingkungan Hidup, 1988.
Silalahi, Daud, Hukum Lingkungan (Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia).Cet:3, PT. Alumni, Bandung, 2001.
Waryono, Tarsoen, Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Ekosistem Mangrove. (Kumpulan Makalah) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, Jakarta, 1973.
Internet :
http://www.chem-is-try.org/materi kimia/kimia-lingkungan/pencemaran lingkungan/pengertian-pencemaran/ diakses pada tanggal 14 November 2015.
Admin, Pencemaran Lingkungan Solusi dan Permasalahannya, http://www.peutuah.com/pencemaran- lingkungan-dan-solusi-permasalahannya/.diakses tanggal 10 November 2015.
http://www.dephut.go.id diakses tanggal 17 November 2015.
Agus Wahyuni,Cari Pawang Kabut Asap di Kalimantan Barat,
http://www.borneotribune.com/sintang/cari-pawang-kabut-asap-di-kalimantan-barat.htmldiakses pada tanggal 10 November 2015.
Annas, Sebab Kebakaran Hutan, http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/sebabkebakaran-hutan.html diakses
TERTIB ACARA
PENYULUHAN HUKUM DAN PENANAMAN POHON UNTUK KONSERVASI PANTAI TANJUNG TIRAM
KABUPATEN BATUBARA
Tanggal 19 dan 20 November 2015
Di Desa Guntung dan Desa Bagan Area Kec. Tanjung Tiram Kab. Batubara
Hari Pertama Tanggal 19 November 2015
Waktu Acara Oleh
10.00-10.05 Wib Pembukaan oleh Protokol Muhammad Syukri 10.05-10.10 Wib Sambutan Tuan Rumah Camat Tanjung Tiram
Zahari, SE
10.10-10.15 Wib Sambutan Ketua Pelaksana Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum
10.15-10.20 Wib Do’a Junaidi
10.20-11.00 Wib Pemaparan Makalah : “Perspektif Hukum : Arti Penting Hutan Bakau Bagi Kehidupan Masyarakat Desa Pantai”
Oleh : Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum Moderator : Dr. Edy Ikhsan, SH, MA Notulis : Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum
11.00-12.15 Wib Tanya Jawab Dipandu oleh : Dr. Edy Iksan, SH, MA
12.15-14.00 Wib Ishoma -
14.00-14.30 Wib Pemaparan Makalah : Pengrusakan Hutan Ditinjau Dari Sudut Hukum Lingkungan
Oleh : Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum
Moderator : Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum
Notulis : Dr. Edy Ikhsan, SH, MA 14.30-15.30 Wib Tanya Jawab Dipandu oleh : Dr. OK. Saidin, SH,
M.Hum
15.30-16.00 Wib Penutupan hari pertama Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum
Hari Kedua Tanggal 20 November 2015
Waktu Acara Oleh
10.00-10.30 Wib Pertemuan dengan Tim Penanaman Pohon
Dr. Edy Ikhsan, SH, MA 10.30-11.00 Wib Pendistribusian Tim untuk kegiatan
penanaman
Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum
11.00-13.00 Wib Penanaman Pohon Tim dan seluruh anggota masyarakat
13.00-14.00 Wib Ishoma -
14.00-17.00 Wib Penanaman Pohon Tim dan seluruh anggota masyarakat 17.00-17.30 Wib Penutupan Kegiatan/Berpamitan dengan
PENGRUSAKAN HUTAN
DITINJAU DARI SUDUT HUKUM LINGKUNGAN
1. Pendahuluan
Dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu diusahakan pelestarian lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan dilaksanakan dengan kebijaksanaan terpadu dan menyeluruh serta memperhitungkan kebutuhan generasi sekarang dan mendatang.
Dalam usaha menjaga hutan, Indonesia merupakan salah satu Negara yang menggunakan instrument hukum dalam pengelolahan hutannya. sehingga di buatlah Undang-undang Kehutanan dan peraturan-peraturan lainnya yang berhubungan dengan Kehutanan dan Pertanahan sehingga apabila ada terjadi konflik-konflik yang berhubungan dengan hutan dan segala isinya ,kehutanan sudah memiliki kekuatan hukum ,namun pada kenyataannya pada saat ini banyak konflik mengenai kehutanan mengacu pada Undang-undang dan peraturanperaturan itu semdiri. Undang-undang dan peraturan-peraturan kehutanan itu tersebut terdapat ketidak singkronan.
Selain itu juga dibentuk Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang. Terbitnya Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo PP. No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan telah menandai orientasi baru pembangunan kehutanan yang menyelamatkan fungsi publik hutan dan mewujudkan mimpi kawasan hutan yang akan dipertahankan sebagai hutan tetap, serta menjadi dasar pengelolaan hutan lestari. Serta dibentuk Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Perusakan Hutan.
Hutan sebagai karunia dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang diamanatkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara dan memberikan manfaat bagi umat manusia yang wajib disyukuri, dikelola, dan dimanfaatkan secara optimal serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hutan merupakan paru-paru bumi tempat berbagai satwa hidup, pohon-pohon, hasil tambang dan berbagai sumberdaya lainnya yang bisa kita dapatkan dari hutan yang tak ternilai harganya bagi manusia. Hutan juga merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat yang dirasakan secara langsung, maupun yang dirasakan secara tidak langsung. Manfaat langsung seperti penyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat rekreasi, perlindungan dan pengaturan tata air, pencegahan erosi.