• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Penilaian Skor Trauma dan Kematian Pada Trauma Toraks di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Penilaian Skor Trauma dan Kematian Pada Trauma Toraks di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trauma

Trauma adalah penyebab paling umum kematian pada usia produktif yaitu 16-44 tahun di seluruh dunia. (WHO, 2004) Proporsi terbesar dari kematian akibat trauma adalah kecelakaan lalu lintas di jalan raya sebesar 1,2 juta jiwa pertahun. World Health Organization (WHO) memprediksi bahwa pada tahun 2020, traumaakibat

kecelakaan lalu lintas menduduki peringkat ketiga dalam penyebab kematian dini dan kecacatan. (Peden, 2004)

Kematian akibat trauma tergantung pada sejumlah faktor, salah satunya adalah penilaian skor trauma pada awal masuk rumah sakit. Laporan WHO 2004 mengutip angka kematian untuk dewasa terbanyak adalah penderita dengan injury severity score (ISS) > 9, (Mock, 2004). ISS akan diuraikan secara lebih rinci dalam bagian berikutnya. Keseluruhan angka kematian termasuk pra-rumah sakit dan di rumah sakit berkisar 35% di negara-negara maju, namun meningkat menjadi 55% di negara berkembang dan 63% di negara berpenghasilan sedang berkembang. Skor ISS antara 15-24 menunjukkan angka kematian meningkat enam kali lipat dibandingkan skor< 15.(WHO, 2004)

(2)

disebabkan oleh trauma secara klasik memiliki 3 tahap, yang berhubungan antara waktu kejadian dengan penanganan efektif yang dilakukan untuk mengatasi mortalitas (Sobrino J, 2013; ACS, 2008)

1. Immediate deaths ( kematian yang segera ) (Sobrino J, 2013)

Immaediate deaths adalah pasien meninggal oleh karena trauma sebelum sampai ke rumah sakit.Sebagai contoh trauma kepala berat, atau trauma spinal cord.Hanya sedikit dari pasien ini yang dapat hidup sampai ke rumah sakit, karena berkisar 60% dari kasus ini pasien meninggal bersamaan dengan saat kejadian.

2. Early deaths (Sobrino J, 2013)

Early deaths adalah pasien meninggal beberapa jam pertama setelah trauma. Sebagian disebabkan oleh perdarahan organ dalam dan sebagian lagi disebabkan oleh trauma sistem saraf pusat.Hampir semua kasus pada trauma ini potensial dapat ditangani dengan segera. Pada umumnya setiap kasus membutuhkan pertolongan dan perawatan definitif yang sesuai di pusat trauma.Khususnya pada institusi yang dapat melakukan resusitasi segera, identifikasi trauma, dan sarana pelayanan operasi selama 24 jam.

3. Late deaths (Sobrino J, 2013)

(3)

kelainan pendengaran dan penglihatan, post-traumatic stress syndrome dan kondisi kelainan jiwa yang lain.

Trauma toraks merupakan salah satu penyebab kematian pada trauma. Banyak penderita meninggal setibanya di rumah sakit, dan banyak kematian dapat dicegah diantaranya dengan penilaian awal pasien trauma. Penyebab kematian pada trauma toraks dapat terjadi pada dua keadaan yaitu primary survey dan secondary survey. (ACS, 2008)

2.2Penilaian Trauma

Sistem penilaian trauma telah digunakan secara luas dalam berbagai studi epidemiologi. Penggunaan skor trauma dapat digunakan secara terpisah maupun bersamaan. Jika digunakan tersendiri maka akan sulit memprediksi kematian pada trauma. Akan tetapi, jika digunakan secara bersamaan maka akan lebih mudah untuk memprediksi kematian pada trauma. (Pohlman, 2012)

(4)

Metode yang akurat untuk menilai keparahan luka secara kuantitatif bisa dihitung dengan berbagai cara. Penilaian skor trauma dapat berguna untuk menentukan prognosis suatu trauma. Salah satu contoh prognosis trauma adalah kematian. Prediksi kematian dikarenakan trauma sangatlah terbatas dan secara umum tidak lebih baik daripada sebuah prognosis klinis. Penentuan prognosis kematian seorang pasien tidak boleh hanya berdasarkan pada penialaian skor trauma karena hanya bersifat kuantitatif. (Salim, 2012)

Penilaian awal pasien trauma toraks dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain adalah Injury Severity Score(ISS),Skala Koma Glasgow (SKG), Revised Trauma Score(RTS) dan Trauma - Injury Severity Score(TRISS).(Al Eassa,2013)

2.2.1Injury Severity Score(ISS)

(5)

ISS diperkenalkan oleh Susan Baker pada tahun 1984. ISS merangkum tingkat keparahantrauma dengan beberapa trauma. Pada penilaian AIS, tubuh dibagi menjadi enam area: kepala dan leher, toraks, abdomen (termasuk organ pelvis), alat gerak (termasuk tulang pelvis), dan permukaan tubuh. Skor AIS setiap trauma dicatat, dan trauma yang mempunyai nilai tertinggi di setiap area diutamakan.

Tabel 2.1 Sistem Penilaian AIS

NO Nilai Deskripsi

ISS adalah penjumlahan kuadrat dari tiga nilai AIS yang tertinggi, di setiap tiga area tubuh yang mendapat trauma paling berat.Nilai AIS 6 setara dengan nilai ISS 75. (Salim, 2012; Pohlman, 2012)

Tabel 2.2 Nilai AIS pada ISS Chest Wall Injury Scale*

Grade† Injury Type Description AIS-90

I Contusion Any size 1

Laceration Skin and subcutaneous 1

Fracture <3 ribs, closed; nondisplaced clavicle closed 1-2

II Laceration Skin, subcutaneous and muscle 1

Fracture ≥3 adjacent ribs, closed 2-3

Open or displaced clavicle 2

Nondisplaced sternum, closed 2

Scapular body, open or closed 2

III Laceration Full thickness including pleural penetration 2 Fracture Open or displaced sternum, flail sternum 2 Unilateral flail segment (<3 ribs) 3-4 IV Laceration

Avulsion of chest wall tissues with underlying rib

fractures 4

(6)

lung Injury Scale

Grade* Injury Type Description

AIS -90

I Contusion Unilateral, <1 lobe 3

II Contusion Unilateral, single lobe 3

Laceration Simple pneumothorax 3

III Contusion Unilateral, >1 lobe 3

Laceration Persistent (>72 hrs), air leak from distal airway 3-4 Hematoma Nonexpanding intraparenchymal

IV Laceration Major (segmental or lobar) air leak 4-5 Hematoma Expanding intraparenchymal

Vascular Primary branch intrapulmonary vessel disruption 3-5

V Vascular Hilar vessel disruption 4

VI Vascular Total, uncontained transection of pulmonary hilum 4

Thoracic Vascular Injury Scale

Grade* Description

AIS-90

I Intercostal artery/vein 2-3

Internal mammary artery/vein 2-3

Bronchial artery/vein 2-3

Esophageal artery/vein 2-3

Hemiazygos vein 2-3

Unnamed artery/vein 2-3

II Azygos vein 2-3

Internal jugular vein 2-3

Subclavian vein 3-4

Innominate vein 3-4

III Carotid artery 3-5

Innominate artery 3-4

Subclavian artery 3-4

IV Thoracic aorta, descending 4-5

Inferior vena cava (intrathoracic) 3-4

Pulmonary artery, primary intraparenchymal branch 3 Pulmonary vein, primary intraparenchymal branch 3

V Thoracic aorta, ascending and arch 5

Superior vena cava 3-4

Pulmonary artery, main trunk 4

Pulmonary vein, main trunk 4

VI

Uncontained total transection of thoracic aorta or pulmonary

(7)

Heart Injury Scale

Grade* Description AIS-90

I Blunt cardiac injury with minor ECG abnormality (nonspecific ST or T 3 wave changes, premature atrial or ventricular contraction or

persistent sinus tachycardia)

Blunt or penetrating pericardial wound without cardiac injury,

cardiac 3

tamponade, or cardiac herniation

II

Blunt cardiac injury with heart block (right or left bundle branch,

left 3

anterior fascicular, or atrioventricular) or ischemic changes (ST depression or T wave inversion) without cardiac failure

Penetrating tangential myocardial wound up to, but not extending 3

III

through, endocardium, without tamponade

3-4 Blunt cardiac injury with sustained (≥5 beats/min) or multifocal

ventricular contractions

3- 4 Blunt or penetrating cardiac injury with septal rupture, pulmonary

or

tricuspid valvular incompetence, papillary muscle dysfunction, or

distal coronary arterial occlusion without cardiac failure

3- 4 Blunt pericardial laceration with cardiac herniation

Blunt cardiac injury with cardiac failure 3-4 Penetrating tangential myocardial wound up to, but not extending 3

through, endocardium, with tamponade IV

Blunt or penetrating cardiac injury with septal rupture, pulmonary

or 3

tricuspid valvular incompetence, papillary muscle dysfunction, or

distal coronary arterial occlusion producing cardiac failure

Blunt or penetrating cardiac injury with aortic mitral valve 3

Incompetence 5

Blunt or penetrating cardiac injury of the right ventricle, right atrium,

or left atrium

V

Blunt or penetrating cardiac injury with proximal coronary

arterial 5

Occlusion

Blunt or penetrating left ventricular perforation 5 Stellate wound with <50% tissue loss of the right ventricle, right 5

atrium, or left atrium

VI Blunt avulsion of the heart 6

Penetrating wound producing >50% tissue loss of a chamber 6

(8)

Liver Injury Scale

Grade* Description AIS-90

I Hematoma Subcapsular, <10% surface area 2

Laceration Capsular tear, <1 cm parenchymal depth 2

II Hematoma Subcapsular, 10-50% surface area 2

Laceration

Intraparenchymal, <10 cm in diameter 2 Capsular tear, 1-3 cm parenchymal depth, <10 cm

length 2

III Hematoma Subcapsular, >50% surface area or expanding 3 Ruptured subcapsular or parenchymal hematoma 3

Laceration

Intraparenchymal hematoma >10 cm or expanding 3

>3 cm parenchymal depth 3

IV Laceration

Parenchymal disruption involving 25-75% of hepatic

lobe or 4

V Laceration

1-3 Couinaud’s segments within a single lobe

Parenchymal disruption involving >75% of hepatic lobe

or 5

Vascular

>3 Couinaud’s segments within single lobe

Juxtahepatic venous injuries; i.e., retrohepatic vena 5

Spleen Injury Scale

Grade* Description AIS-90

I Hematoma Subcapsular, <10% surface area 2

Laceration Capsular tear, <1 cm parenchymal depth 2

II Hematoma Subcapsular, 10-50% surface area 2

Laceration

Intraparenchymal, <5 cm in diameter 2 Capsular tear, 1-3 cm parenchymal depth which does

not 2

III Hematoma

involve a trabecular vessel

Subcapsular, >50% surface area or expanding 3 Ruptured subcapsular or parenchymal hematoma 3

Laceration

Intraparenchymal hematoma >5 cm or expanding 3 >3 cm parenchymal depth or involving trabecular

vessels 3

IV Laceration

Laceration involving segemental or hilar vessels

producing 4

major devascularization (>25% of spleen)

V Laceration Completely shattered spleen 5

(9)

Small Bowel Injury Scale

Grade* Description

AIS-90 I Hematoma Contusion or hematoma without devascularization 2 Laceration Partial thickness, no perforation 2 II Laceration Laceration <50% of circumference 3

III Laceration

Laceration >50% of circumference without

transaction 3

IV Laceration Transection of small bowel 4

V Laceration Transection of small bowel with segmental tissue loss 4

Vascular Devascularized segment 4

Colon Injury Scale

Grade* Description AIS-90

I Hematoma Contusion or hematoma without devascularization 2 Laceration Partial thickness, no perforation 2 II Laceration Laceration <50% of circumference 3 III Laceration

Laceration >50% of circumference without

transaction 3

IV Laceration Transection of the colon 4

V Laceration Transection of the colon with segmental tissue loss 4

Rectum Injury Scale

Grade* Description AIS-90

I Hematoma Contusion or hematoma without devascularization 2

Laceration Partial thickness laceration 2

II Laceration Laceration <50% of circumference 3 III Laceration Laceration ≥50% of circumference 4

IV Laceration

Full-thickness laceration with extension into the

perineum 5

V Laceration Devascularized segment 5

Diaphragm Injury Scale

(10)

Duodenum Injury Scale

Grade* Description

AIS-90 I Hematoma Involving single portion of duodenum 2 Laceration Partial thickness, no perforation 3

II Hematoma Involving more than one portion 2

Laceration Disruption <50% circumference 4 III Laceration Disruption 50-75% circumference of 2nd portion 4

Disruption 50-100% circumference of 1st, 3rd, 4th

portion 4

IV Laceration Disruption >75% circumference of 2nd portion 5 Involving ampulla or distal common bile duct 5 V Laceration Massive disruption of duodenopancreatic complex 5

Vascular Devascularization of duodenum 5

Pancreas Injury Scale

Grade* Description AIS-90

I Hematoma Minor contusion without duct injury 2 Laceration Superficial laceration without duct injury 2 II Hematoma Major contusion without duct injury or tissue loss 2 Laceration Major laceration without duct injury or tissue loss 3 III Laceration Distal transection or parenchymal / duct injury 3 IV Laceration

Proximal transection or parenchymal injury involving

ampulla 4

V Laceration Massive disruption of pancreatic head 5

Kidney Injury Scale

Grade* Description AIS-90

I Contusion Microscopic or gross hematuria 2

Hematoma

Subcapsular, nonexpanding without parenchymal

laceration 2

II Hematoma

Nonexpanding perirenal hematoma confined to

renal 2

Laceration

retroperitoneum

<1 cm parenchymal depth of renal cortex without

urinary 2

Extravasation III Laceration

<1 cm parenchymal depth of renal cortex without

collecting 3

IV Laceration

system rupture or urinary extravasation

Parenchymal laceration extending through the renal

cortex, 4

Vascular

medulla, and collecting system

Main renal artery or vein injury with contained

hemorrhage 4

V Laceration Completely shattered kidney 5

(11)

Ureter Injury Scale

Grade* Description AIS-90

I Hematoma Contusion or hematoma without devascularization 2

II Laceration <50% transaction 2

III Laceration >50% transaction 3

IV Laceration

Complete transection with <2 cm

devascularization 3

V Laceration Avulsion with >2 cm devascularization 3

Bladder Injury Scale

Grade* Description AIS-90

I Hematoma Contusion, intramural hematoma 2

Laceration Partial thickness 3

II Laceration Extraperitoneal bladder wall laceration <2 cm 4 III Laceration

Extraperitoneal (>2 cm) or intraperitoneal (<2

cm) 4

bladder wall laceration

IV Laceration Intraperitoneal bladder wall laceration >2 cm 4 V Laceration Intraperitoneal or extraperitoneal bladder wall 4

laceration extending into the bladder neck or ureteral orifice (trigone)

Urethra Injury Scale

Grade* Injury Type Description AIS-90

I Contusion Blood at urethral meatus; urethrography normal 2 II Stretch Injury Elongation of urethra without extravasation on 2

Urethrography

III Partial

Extravasation of urethrography contrast at injury

site 2

Disruption with contrast visualized in the bladder IV Complete

Extravasation of urethrography contrast at injury

site 3

Disruption

without contrast visualization in the bladder; <2 cm

of urethral separation V Complete

Complete transection with >2 cm urethral

separation, 4

Disruption or extension into the prostate or vagina

Abdominal Vascular Injury Scale*

Grade† Description AIS-90

I Non-named SMA or SMV branches NS

Non-named IMA or IMV branches NS

Phrenic artery / vein NS

Lumbar artery / vein NS

(12)

Ovarian artery / vein NS Other non-named small arterial or venous structures requiring

ligation NS

II Right, left, or common hepatic artery 3

Splenic artery/vein 3

Right or left gastric arteries 3

Gastroduodenal artery 3

IMA or IMV trunk 3

Primary named branches of mesenteric artery or vein 3 Other named abdominal vessels requiring ligation/repair 3

III SMV trunk 3

Renal artery/vein 3

Iliac artery vein 3

Hypogastric artery/vein 3

Vena cava, infrarenal 3

IV SMA trunk 3

Celiac axis proper 3

Vena cava, suprarenal and infrahepatic 3

Aorta, infrarenal 4

V Portal vein 3

Extraparenchymal hepatic vein 3/5

Vena cava, retrohepatic or suprahepatic 5

Aorta, suprarenal, subdiaphragmatic 4

Extrahepatic Biliary Tree Injury Scale

Grade* Description

AIS -90

I Gallbladder contusion/hematoma 2

Portal triad contusion/hematoma 2

II Partial gallbladder avulsion from liver bed; cystic duct intact 2 Laceration or perforation of the gallbladder 2 III Complete gallbladder avulsion from liver bed 3

Cystic duct laceration 2-3

IV Partial or complete right hepatic duct laceration 2-3 Partial or complete left hepatic duct laceration 2-3 Partial common hepatic duct laceration (<50%) 3 Partial common bile duct laceration (<50%) 3

V >50% transection of common hepatic duct 4

>50% transection of common bile duct 4

Tabel 2.3Contoh Penialain ISS

Regio Trauma AIS AIS2

Kepala/leher Memar otak tunggal

3 9

Facial Tanpa trauma 0 0

(13)

Abdomen 1.Laserasi Hepar 4 16 2.limpa yang

hancur

5 25

Ekstremitas Fraktur femur 3 9

Tubuh luar Tanpa trauma 0 0

Skor keparahan trauma(ISS)

50

Rumus ISS:

ISS = a2+ b2+ c2

Trauma mayor adalah jika ISS ≥15, dihubungkan dengan mortalitas lebih dari 10%.ISS mudah digunakan dan dapat menjadi prediktor kelangsungan hidup yang baik, terutama pada pasien-pasien yang mempunyai trauma multipel.

Contoh penerapan sistem penilaian ISS (Salim, 2012)

1 Toraks (contoh terdapat 2 trauma: perforasi paru (nilai 4) dan hemopneumotoraks bilateral (nilai 3). Nilai yang diambil adalah yang paling tinggi yaitu 4.Maka akan didapat 42 = 16

2 Abdomen (contoh terdapat 3 trauma: perforasi diafragma (nilai 3), laserasi hepar (nilai 3), dan laserasiduodenum (nilai 2). Nilai yang diambil adalah nilai yang paling tinggi di antara ketiganya 32=9)

3 Ekstremitas (contoh hanya trauma pada paha, bernilai 1 12=1) Dengan demikian, total ISS adalah : 16+9+1=26

(14)

data dari 18.961 pasien dari State Trauma Registry di Florida menunjukkan bahwa data ISS lengkap pada kurang dari 25% kasus.Oleh karena itu, ISS tidak menghasilkan gambaran keparahan trauma yang nyata. Walaupun demikian ISS sudah digunakan secara luas untuk penilaian awal trauma multipel.

Tabel 2.4.Hubungan nilai ISS dengan angka mortalitas (Salim, 2012)

Skor % Mortalitas

2.2.2 Skala Koma Glasgow (SKG)

Selain penilaian trauma dilakukan secara anatomis, maka diperlukan penilaian secara fisiologis.Sistem penilaian fisiologis yang sering digunakan dan sederhana adalah Skala Koma Glasgow (SKG).Sistem ini merupakan sistem penilaian fisiologis pertama dan diperkenalkan pada tahun 1974 oleh Teasdale dan Jennett. Ada tiga hal yang dinilai pada SKG yaitu nilai membuka mata, respons verbal, dan motorik. Penilaian tiga kriteria tersebut berkisar antara 3 sampai dengan 15 dengan reaksi berbagai penilian, tampak pada tabel.

Tabel 2.5 Skala Koma Glasgow

Bagian Reaksi Nilai

Mata

Mata terbuka dengan spontan 4 Mata membuka setelah diperintah 3 Mata membuka setelah diberi rangsang nyeri 2

(15)

Tidak ada gerakan 1

Verbal

Menjawab pertanyaan dengan benar 5 Salah menjawab pertanyaan 4 Mengeluarkan kata-kata yang tidak sesuai 3 Mengeluarkan suara yang tidak ada artinya 2

Tidak ada jawaban 1

Perhitungan menggunakan SKG cepat dan sederhana, dan pengulangan perhitungan dapat menginformasikan perkembangan atau perburukan pasien.Akan tetapi penilaian ini bersifat subjektif pada beberapa kasus.Sebagai contoh, respons verbal pasien yang terintubasi dan trakeostomi atau respons membuka mata pada pasien dengan pembengkakan wajah berat tidak dapat dinilai, sehingga membatasi penggunaan SKG.Nilai yang rendah menggambarkan trauma yang lebih berat dan memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.

2.2.3 Revised Trauma Score (Cecillia, 2015)

Revised Trauma Score (RTS) adalah sebuah skor penilaian trauma secara fisiologis.Penentuan nilai RTS diperoleh terdiri dari: (Feliciano, 2008)

1. Skala Koma Glasgow (SKG) 2. Tekanan Darah Sistolik (TDS) 3. Frekuensi Pernapasan (FP)

(16)

mempunyai nilai dari 0-4 sehingga RTS triase mempunyai kisaran nilai dari 0-12. Nilai RTS ≤ 11 mengindikasikan pasien perlu dibawa dan menerima perawatan di IGD. (Cecillai, 2015)

SKG, TDS dan frekuensi pernapasan diberi nilai kode, RTS kemudian dihitung dengan menjumlahkan nilai-nilai kode sebagaimana terlihat pada tabel.

Tabel 2.6 Nilai komponen RTS

Skala Koma Glasgow

Tekanan Darah Sistolik

Frekuensi Pernapasan

Nilai

13-15 >89 10-29 4

9-12 76-89 >29 3

6-8 50-75 6-9 2

4-5 1-49 1-5 1

3 0 0 0

Dari Skor RTS dapat dinilai bahwa perubahan anatomis yang ada belum menimbulkan perubahan fisiologis karena tubuh mempunyai kemampuan untuk melakukan kompensasi terhadap perubahan yang terjadi. Selain dari memperhatikan perubahan fisiologis yang terjadi, perlu juga dilihat dari lokasi anatomi trauma, mekanisme trauma, ataupun adanya pertimbangan khusus untuk pasien tersebut.

Penurunan tekanan darah terjadi apabila pasien telah kehilangan 30%-40% dari volume darah. Hal ini menjelaskan kenapa perubahan tekanan darah sistolik yang paling sedikit terjadi dimana hanya 1 pasien (5,2%) dari 19 pasien yang mengalami penurunan tekanan darah sistolik. (Cecillia, 2015)

(17)

gangguan pertukaran udara paru sehingga terjadi hipoksia dan hiperkarbia. Keadaan ini juga akan meransang terjadinya hiperventilasi.

Rumus RTS adalah sebagai berikut:

RTS = 0,9368 SKG + 0,7326 TDS + 0,2908 FP

Nilai untuk pengkodean RTS berkisar 2,88-7,8408. (0 = mati 7,8408 = normal) Nilai RTS sangat dipengaruhi olehSKGuntuk mengkompensasi trauma kepala berat tanpa trauma multipel atau perubahan fisiologis.Nilai RTS <4 telah disarankan untuk dirawat di pusat trauma karena dapat meningkatkan risiko kematian.

Keterbatasan RTS:

1. Menghitung bentuk kode di lapangan tidak praktis 2. Masalah dengan SKG pada pasien diintubasi 3. Pengaruh alkohol dan obat-obatan

Contoh sistem penilaian trauma dengan RTS: SKG 15 = 4, TDS 80 = 3, FP 29 = 3

Nilai RTS = (SKGx0,9368)+(TDSx0,7326)+(FPx0,2908) = (4x0,9368)+(3x0,7326)+(3x0,290)

= 3,7472+2,1978+0,8724 = 6,8174

(18)

trauma, jarak waktu dari kejadian trauma dan pengobatan, kualitas pengobatan, dan komplikasi.

2.2.4 TRISS(Belinda, 2004)

Sistem penilaian kombinasi digunakan untuk mengatasi kelemahan sistem anatomis dan fisiologis. Nilai trauma dan nilai keparahan trauma digabung dalam metodologi Trauma-Injury Severity Score (TRISS) yang dikembangkan pada tahun 1987 oleh Champion.Sistem ini menggabungkan usia, ISS, mekanisme trauma, dan komponen RTS penelitian untuk menghitung kemungkinan hidup (Ps/Probability of survival). Ps hanya gambaran statistik dan bukan prediksi dampak yang akurat, namun dapat memberikan dasar perhitungan probabilitas hidup.TRISS memiliki sensitivitas 95%, spesifisitas 96%, dan akurasi 95%.

Studi Osaka yang membandingkan sistem penilaian RTS, ISS, dan TRISS menunjukkan bahwa TRISS memiliki sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi paling tinggi (95, 96, 95%),sementara ISS paling rendah (68, 70, 68%) dan RTS mempunyai spesifisitas 94% dan akurasi 92%.

Gambar 2.1 Sensitivitas, Spesifisitas, dan Akurasi Berbagai Sistem Penilaian Trauma Berdasarkan Studi Osaka

0 20 40 60 80 100 120

TRISS RTS GCS ISS

Sensitivitas

Spesifisitas

(19)

Angka kemungkinan hidup menggunakan metode TRISS diperoleh dari regresi algoritma equation dengan rumus:

Ps = 1/ (1+e-b), Dimana nilai b didapatkan melalui rumus:

b = bo + b1(RTS) + b2(ISS) + b3(Indeks Usia)

Penialian RTS, ISS telah diuraikan sebelumnya. Nilai b0-b3 berbeda pada keadaan trauma tumpul dan tajam. Indeks usia bernilai 0 untuk pasien dengan usia <54 tahun, dan bernilai 1 unruk pasien > 55 tahun. Jika pasien berusia < 15 tahun maka nilai b3 adalah skor b3 pada trauma tumpul.

Tabel 2.7 Nilai b 0-b3 pada TRISS

Trauma tumpul Trauma Tajam

B0 -0.4499 -2.5355

B1 0.8085 0.9934

B2 -0.0835 -0.0651

B3 -1.7430 -1.1360

Tabel 2.8 Penilaian TRISS Kasus: Seorang pria usia 25 tahun, dengan kecelakaan lalulintas dan mengalami trauma toraks, nilai ISS adalah sebagai berikut:

Jenis Trauma Nilai ISS

Perforasi Diafragma 3 Perforasi RLL paru 4

Laserasi hepar 3

Laserasi duodenum 2 Lacerasi di paha kanan 1

Maka didapatkan ISS Skor: 42 + 32 + 12 = 16 + 9 + 1=26 Variabel fisiologispada saat rawatan:

TDS: 80 mmHg

Frekuensi pernapasan = 29 x/m SKG = 15

(20)

TRISS sudah digunakan sebagai prediksi dampak trauma selama 20 tahun terakhir dan hampir di seluruh dunia, serta konsisten pada orang dewasa dan anak-anak.Identifikasi dampak yang tidak diharapkan (seperti kematian pada pasien dengan Ps tinggi) membutuhkan penilaian lebih lanjut untuk menemukan kesalahan diagnostik atau tatalaksana yang kurang adekuat.TRISS memiliki keterbatasan seperti ISS dan SKG, memiliki banyak komponen perhitungan, tidak ada informasi yang berkaitan dengan penyakit penyerta (misalnya penyakit jantung, penyakit paru, dan sebagainya).

(21)

2.3.Kerangka Teori

Skor Trauma ISS:

3 area anatomi dengan

keadaan trauma terparah

ISS = a2 + b2 + c2

Skor Trauma SKG

Penilaian Fisiologi:

1. Respon Verbal 2. Respon motorik 3. Respon mata

Skor Trauma RTS: (Penilaian Fisiologis)

RTS = 0,9368 SKG + 0,7326 TDS + 0,2908 FP

Skor Trauma TRISS: (Kombinasi Anatomi &

Fisiologi) Ps = 1/ (1+e-b),

&

b = bo + b1 (RTS) + b2 (ISS) + b3 (Indeks Usia) TRAUMA TORAKS

PENILAIAN SKOR TRAUMA

Gambar

Tabel 2.1 Sistem Penilaian AIS
Tabel 2.3Contoh Penialain ISS
Tabel 2.4.Hubungan nilai ISS dengan angka mortalitas (Salim, 2012)
Tabel 2.6 Nilai komponen RTS
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 4.5 hingga Gambar 4.7 merupakan hasil visualisasi perhitungan algoritma firefly menggunakan matlab yang kemudian akan diterapkan untuk memberikan nilai range pada

antar-a mctrid dengan Guru.. Kerangka

Pembagian tingkat kerawanan banjir dari 143 titik di Kecamatan Muara Bangkahulu, diketahui bahwa sekitar 8,4 % zona kuning atau wilayah rawan banjir satu, 18,9% zona

Pada tampilan Halaman Hasil Perhitungan dan Saran Menu Makanan, User memilih pasien yang telah di- input. Pada halaman ini, setelah User memilih pasien yang telah

Secara tematik, keputusan Mahkamah Konstitusi dapat muncul tanpa adanya kebijakan afirmatif terhadap pe- rempuan karena dunia politik dianggap sebagai dunia laki-laki yang

The LSE method is used to compute the consequent parameters of Takagi-Sugeno neuro- fuzzy model while mean and variance of Gaussian Membership Functions are initially set at

1 Bagaimana yield dan karakteristik biodiesel yang dihasilkan melalui pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan baku dan katalis K 2 O dari limbah kulit pisang kepok

Teknik Mel Frequency Cepstral Coefficients (MFCC) digunakan untuk ekstraksi ciri dari sinyal wicara dan membandingkan dengan penutur tak dikenal dengan penutur yang ada dalam