• Tidak ada hasil yang ditemukan

Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Warga Binaan Pemasyarakatan Laki-laki dan Kesiapan Berwirausaha Kelas II.A Rantau Prapat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskriptif Teori

2.1.1. Teori Pemberdayaan

Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya”yang

berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut maka

pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses

untuk memperoleh daya/ kekuatan/kemampuan dan atau proses pemberian daya/

kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang

atau belum berdaya. Adapun pengertian pemberdayaan menurut Person (Suharto

2009:58) Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup

kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas dan mempegaruhi

terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi

kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh

keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi

kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.

Secara konseptual secara rinci pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment), berasal dari kata ‘’power’’(kekuasaan atau keberdayaan). Ide

utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.

Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang

(2)

Ilmu sosial tradisonal menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh

dan kontrol. Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya

kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan

dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan

(freedom),(b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka

dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa

yang mereka perlukan dan (c)berpartisipasi dalam proses pembangunan dan

keputusan-keputusan yang mempegaruhi mereka.

2.1.2. Upaya-Upaya Pemberdayaan Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan Yang Pernah Dibina.

Lembaga pemasyarakatan Kelas II.A Rantau Prapat memiliki peranan

penting dalam memberdayakan warga binaan pemasyarakatan menjadi manusia

yang terampil yang memiliki soft skill kelak dipersiapkan menjadi seorang

wirausahawan. Warga binaan yang pernah melakukanperbuatan penyimpangan di

dalam lingkungan masyarakat membuat mereka pendapatkan pelabelan negatif

dan hubungan mereka dengan masyarakat menjadi tidak harmonis. Pelabelan

negatif yang disematkan kepada warga binaan pemasyarakatan secara tidak

langsung dapat mempengaruhi psikologis dan mental warga binaan

pemasyarakatan. Timbul rasa pesimis dan malu terhadap diri sendiri kerap

mempengaruhi kehidupan warga binaan pemasyarakatan, belum lagi lingkungan

kehidupan didalam lapas yang serba terbatas, warga binaan tidak dapat hidup

secara mandiri dan selalu mengharapkan belas kasih dari keluarga dan orang lain

untuk mencukupi kebutuhannya selama berada didalam lembaga pemasyarakatan.

(3)

lemah, tidak berdaya dan tidak berguna lagi.Sejalan dengan pernyataaan Sennet

dan Cabb (1972) dalam Edi Suharto (2009:61) menyatakan bahwa

ketidakberdayaan disebabkan oleh beberapa faktor seperti: ketiadaan jaminan

ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam arena politik, ketiadaan akses informasi,

ketiadaan dukungan finansial, ketiadaan pelatihan-pelatihan dan adanya

ketegangan fisik maupun emosional. Ketidakberdayaan yang dialami oleh

sekelompok masyarakat merupakan akibat dari proses internalisasi yang

dihasilkan dari interaksi mereka dengan masyarakat. Mereka menganggap diri

mereka lemah dan tidak berdaya, karena masyarakat memang menganggapnya

demikian. Seeman menyebutkan keadaan ini dengan istilah ‘’alienasi’’ Seeman

(1985) dalam Edi Suharto (2009:61).

Berangkat dari fenomena ini pihak lembaga pemasyarakatan berusaha

melakukan pembinaan kepada warga binaan pemasyarakatan. Pembinaan

berbentuk keterampilan ini memang sengaja dilakukan untuk memberdayakan

para warga binaan pemasyarakatan menjadi manusia yang memiliki bakat

keterampilan serta mendidik para warga binaan pemasyarakatan menjadi manusia

yang mandiri, bertanggung jawab dan memiliki jiwa kepemimpinan.

Pemberdayaan tersebut bertujuan untuk memberikan kekuatan, kekuasaan agar

mampu bangkit dari keterpurukan dan ketidakberdayaan seperti yang dialami oleh

para warga binaan pemasyarakatan laki-laki di lembaga pemasyarakatan Kelas

II.A. Rantau Prapat. Wujud pembinaanyang diberikan oleh pihak lembaga

pemasyarakatan kepada warga binaan sebagai wujud pemberdayaan yang

memberikan pelatihan keterampilan, bimbingan selama menjalani pembinaan dan

(4)

memberikan semangat dan harapan, warga binaan pemasyarakatan menjadi tidak

lagi pesimis dan takut akan pelabelan yang pernah diterimanya dari masyarakat,

berani mengambil resiko dan mampu memberikan keputusan untuk masa

depannya.Menurut Ife dalam (Adi 2012:215) upaya-upaya pemberdayaan yang

dilakukan secara lebih spesifik akan mengarah pada teknik dan keterampilan

tertentu yang harus dimiliki seseorang sebagai pemberdayaan masyarakat.

Upaya-upaya pemberdayaan memiliki 2 (dua)peran antara lain sebagai berikut:

1) Peran dan keterampilan fasilitatif( facilitative roles and skills ) adalah

peran keterampilan fasilitasi meliputi 4 peran khusus yang mendukung

suatu proses pemberdayaan diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Animasi sosial, adalah upaya pelaku perubahan dalam

memberdayakan energi ataupun pemberdayaan untuk

membangkitkan energi, inspirasi, antusiasme

individumenstimulasi dan mengembangkan motivasi individu

untuk bertindak.

b. Pemberian dukungan, salah satu peran daripada pemberdayaan

masyarakat adalah untuk menyediakan dan memberikan dukungan

terhadap individu yang terlibat dalam proses pembinaan.

Dukungan tersebut tidak selalu berbentuk ekstrinsik ataupun

meteriel, tetapi juga dapat berbentuk intrinsik seperti pujian,

penghargaan dalam bentuk kata-kata ataupun sikap dan prilaku

yang menunjukkan memberikan dukungan dari pelaku perubahan.

c. Pemanfaat sumber daya dan keterampilan, upaya pemberdayaan

(5)

keterampilan dan sumber daya yang ada dalam program

pembinaan apa yang sudah disedikan sebagai pendukung program

pembinaan tersebut.

d. Mengorganisasikan, pelaku perubahan harus memiliki kemampuan

untuk berpikir tentang apa-apa saja yan perlu dilakukan dan

memastikan bahwa semua itu mungkin dapat diwujudkan. Dimana

fasilitator/pelaku perubahan harus mampu mengorganisasikan

semua hal-hal yang berkaitan dengan program hal ini agar

program yang hendak dijalankan dapat berjalan sesuai harapan.

2) Peran dan keterampilan edukasional adalah peran keterampilan

edukasional terdapat beberapa bagian yakni:

a. Membangkitkan kesadaran individu menjadi langkah awal yang

harus di terapkan guna menumbuhkan keinginan untuk berkarya

dan memperbaiki diri.

b. Pelatihan, merupakan peran edukatif yang paling spesifik karena

secara mendasar memfokuskan pada upaya pengajaran pada warga

binaan pemasyarakatan bagaimana cara melakukan sesuatu hal

yang akan berguna bagi mereka secara khusus dan lebih luas lagi

adalah bagi lingkungan masyarakat.

c. Partisipasi, individu harus ikut serta dalam proses pelatihan

pembinaan yang telah di sediakan. Keikutsertaan individuakan

menjadi tolok ukur sejauh mana kesuksesan individu dalam

pemberdayaan.Hal itu dapat dilihat dari sikap, pola fikir dan hasil

(6)

oleh (Wahyu Dwi Lestari, 2016) penelitian ini membahas

bagaimana seorang mantan narapidana yang mencoba masuk

kembali berinteraksi di dalam lingkungan masyarakat. Pelebelan

negatif yang selama ini diterima narapidana memang sulit untuk

dihilangkan dari pola dan cara berpikir masyarakat. Namun setelah

keluar dari lembaga pemasyarakat, narapidana menunjukkan sikap

yang positif di dalam lingkungan masyarakat, ini dapat dilihat dari

semakin rajinnya mantan narapidana untuk beribadah, mantan

narapidana juga semakin aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial

seperti gotong royong, menghadiri acara-acara masyarakat seperti

acara pernikahan, syukuran dan lain sebagainya dan terakhir

mantan narapidana sudah dapat meninggalkan pergaulan atau

kehidupan lamanya.

Seorang mantan narapidana jika ingin kembali diterima didalam

masyarakat harus berani mengambil keputusan dengan menjahui dan

meninggalkan kehidupan lamanya yang penuh dengan kesuraman menuju jalan

yang benar dan menjadi individu yang baru ditengah-tengah masyarakat. Dengan

begitu anggota masyarakat dapat percaya dan simpati terhadap mantan

narapidana. Hasil pemberdayaan di lembaga pemasyarakatan dinilai berhasil

karena dapat mengubah perilaku seoarang mantan narapidana kearah yang lebih

baik. Hal tersebut ditandai dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa

mantan narapidana dapat kembali diterima oleh keluarganya, hilangnya pelabelan

sosial, adanya peran mantan narapidana di dalam masyarakat, memiliki keleluesan

(7)

2.1.3. Strategi Pemberdayaan Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan

Menurut Parson et.al. (1994:112) dalam Edi Suharto (2009:66)

menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif.

Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan

terjadi dalam relasi satu lawan satu antara pekerjaan sosial dalam setting

pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat

meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan dari klien, hal ini bukanlah

strategi utama pemmberdayaan. Namun demikian, tidak semua intervensi

pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa sistuasi,

strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual, meskipun pada

gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti

mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya.dalam konteks

pekerjaan sosial pemberdayaan. Seperti stretegi pemberdayaan pembinaan

keterampilan yang dilakukan di lembaga pemasyarakatan Kelas II.A Rantau

Prapat dengan menggunakan strategi pemberdayaan metode Aras Mezzo dalam

(Edi Suharto 2009:66), strategi Aras Mezzo adalah :

Aras Mezzo merupakan startegi pemberdayaan yang dilakukan terhadap

sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok

sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya

digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pegetahuan,

keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan

permasalahan yang dihadapi. Aras mezzo merupakan startegi yang sama yang

dilakukan oleh pihak lembaga Kelas II.A Rantau Prapat dalam melakukan

(8)

Pemberdayaan melalui pembinaan keterampilan merupakan bentuk pemberdayaan

dengan meggunakan metode pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan

ini merupakan bentuk sistem pemberdayaan yang diterapkan bagi warga binaan

pemasyarakatan untuk melatih bakat dan membekali pengetahuan tentang dunia

keterampilan, diharapkan melalui pendidikan dan pelatihan keterampilan para

warga binaan pemasyarakatan memiliki pengetahuan yang banyak tentang

keterampilan yang tujuannya adalah memberdayakan para warga binaan

pemasyarakatan menjadi seorang wirausahawan serta memiliki sikap optimis,

memiliki kesadaran diri dan berjiwa mandiri yang mampu menyelesaikan

permasalahannya sendiri.

Tujuannya adalahmenjadikan para warga binaan pemasyarakatan

menjadi seorang wirausahawan dengan menjadi seorang wirausahawan

diharapkan kehidupan warga binaan pemasyarakatan akan lebih baik, lebih terarah

ke arah positif, menjadi seorang wirausahawan bagi warga binaan pemasyarakatan

dituntut untuk memiliki rasa tanggung jawab, dituntut untuk hidup mandiri,

memiliki kesabaran, keuletan, kerja keras, serta mampu bersosialisasi dan bisa

menerima perbedaan dalam lingkungan masyarakat.

2.1.4 Teori Kerwirausahaan

Pengertiankewirausahaan dalam Maya Malinda (2014) adalah suatu

proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan

menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan(usaha). Adapun

kewirausahaan tidak terlepas dari seorang entrepreneurship. Menurut Hisrich

(9)

takes risks and starts something new, yang dimaksud dengan seorang

entrepreneur adalah seseorang yang menjalankan bisnisnya dengan berani

mengambil resiko yang muncul dalam batas pengetahuan dan pengalaman yang

dimilikinya. Entrepreneur dapat juga dikatakan sebagai seseorang yang memulai

seseuatu yang baru atau dapat memunculkan keunikan dari produk atau jasa yang

diciptakannya sehingga berbeda dari pesaing lainnya. Memulai bisnis baru dapat

menjadi sesuatu yang memberikan tantangan, dan bagi seorang entrepreneur

dapat melihat bahwa memiliki sesuatu bisnis atau berwirausaha merupakan tolak

ukur kesuksesan. Keberhasilan seorang entrepreneur sangat tergantung dari

kemampuannya melihat peluang serta melakukan inovasi secara terus menerus

terhadap apa yang dihasilkannya. Untuk melihat keberhasilan seorang

entrepreneur dalam berwirausaha dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal.

Adapun faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi dan menghantarkan

entrepreneur masuk dalam gerbang menjadi seorang wirausahaan.

Faktor eksternal meliputi faktor dari luar individu yakni lingkungan

sosial didalam masyarakat meliputipeluang, model peranan, aktivitas, kompetisi,

sumber daya, jaringan kelompok (teman,orangtua dan keluarga), budaya, pesaing,

pelanggan dan kebijakan pemerintah. Adapun faktor internal yang memperngaruhi

seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan meliputi Locus of control (arah

kendali) ialah menyatakan pandangan orang terhadap hal-hal yang dapat

mempengaruhi hidupnya, toleransi, pengambil resiko, nilai-nilai pribadi, motivasi,

pendidikan, pengalaman, ketidakpuasan, usia dan komitmen. Secara dapat dilihat

(10)
(11)

Faktor internal dan faktor eksternal adalah sebuah proses yang

mempengaruhi dalam kesiapan dan kesusksesan seseorang dalam berwirausaha

seperti faktor internal yang meliputi locus of control (arah kendali) artinya adalah

pandangan dan pendapat orang lain dalam betwirausaha dapat dijadikan masukkan

untuk mempengaruhi cara pandangnya itu semua tergantung bagaimana seorang

wirausahawan dapat memilah-milah mana yang baik dan tidak baik untuk

usahanya.Selanjutnya seorang wirausahawan harus memiliki rasa toleransi yang

tinggi yang mampu menerima perbedaan dari diri orang lain maupun sekitar kita,

motivasi atau semangat juga dibutuhkan untuk terus konsisten dalam usahanya.

Pendidikan juga mempengaruhi tahap intelenjensi seorang wirausahawan dalam

menyerap pengetahuan dan ilmu yang didapat, pengalaman seseorang juga sangat

menentukan kemahiran seseorang dalam berwirausaha, biasanya jika kemahiran

ada otomatis inovasi akan berkembang dengan sendirinya, dan rasa tidakpuas

menjadi hal utama dalam proses kewirausahawan rasa ingin mencoba hal-hal yang

baru berinovasi, berkreasi lebih dan lebih baik lagi merupakan tahapan seseorang

ingin berwirausaha.

Faktor eksternal merupakan faktor pendukung yang dapat mempengaruhi

seorang individu dalam berwirausaha. Adapun faktor tersebut meliputi Peluang,

peluang adalah sebuah kesempatan yang muncul didalam lingkungan masyarakat,

biasanya seorang wirausahawan harus mampu melihat dan memanfaatkan peluang

dan dapat berinovasi dengan melahirkan ide-ide baru yang berguna. Selanjutnya

model peranan artinya serangkain prilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai

dengan posisi sosial agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau

(12)

mempengaruhi seseorang dalam berwirausaha. Budaya yang berbeda dalam

lingkungan juga berpengaruh, pesaing dan pelanggan juga merupakan bagian dari

proses kewirausahaan yang dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk

berwirausaha.

2.1.5 Strategi MemulaiWirausaha

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat akan memulai

berwirausaha, antara lain:

1. Menemukan ide usaha, seorang individu harus memiliki cara yang

menarik untuk memunculkan ide usaha yaitu menggunakan hobi sebagai

sumber menemukan usaha.

2. Memahami minat pasar, memahami minat pasar berarti memahami

kebutuhan dan keinginan dari masyarakat yang pada akhirnya dijadikan

dasar mendisain produk/jasa yang akan ditawarkan pada masyarakat

3. Perencanaan usaha yang matang. Seorang individu yang akan memulai

usahanya harus merencanakan segala sesuatunya dengan baik, agar ketika

sudah dalam proses berwirausaha tidak mengalami kegagalan.

4. Melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman didalam

berwirausaha. Sering sekali individu lalai dalam hal ini, tidak selektif

dalam melihat peluuang dan tidak mampu dalam mengatasi masalah

merupakan ancaman kegagalan dalam strategis kewirausahaan.

5. Mendesain startegi fungsional, Strategi dapat diartikan secara bebas adalah

cara untuk mencapai tujuan dan fungsional mengacu kepada

(13)

2.1.6 Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Pemberdayaan Sebagai Wirausaha

Ada 2 (dua) beberapafaktor penentu penyebab seseorang mengalami

kegagalan dalam berwirausaha :

1. Faktor Eksternal

Faktor eksternal pada umumnya digambarkan dengan keadaan lingkungan

perusahaan yang dapat berakibat kegagalan perusahaan apabila keadaan

lingkungan tersebut kurang mendukung atau menguntungkan bagi

usahanya. Unsur-unsur faktor ekstrenal antara lain :

a. Berubahnya nilai-nilai selera masyarakat, perubahan didalam

masyarakat terjadi sejalan dengan perubahan teknologi yang

semakin maju. Pada akhirnya masyarakat mulai menentukan

pilihannya terhadap gaya hidup dan selera dalam kehidupan

kebutuhan dan keinginanmasyarakat sehari-hari.

b. Perubahan teknologi, perubahan teknologi membuat masyarakat menjadi cepat meyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi.

Masyarakat modren cenderung untuk tetap eksis dan tidak mau

ketinggalan dalam berbagai pembaharuan disekitar

lingkungannya.

c. Persaingan industri, ketatnya dan kerasnya persingan dalam dunia

bisnis dan kerja menyebabkan perusahaan/usaha tidak mampu

bersaing.

d. Perubahan pada penyalur, kredikur, dan penyuplai bahan baku,

(14)

juga berpengaruh pada kebangkrutan dan kerugian dalam sebuah

usaha/perusahaan ini tentu akan merubah semua kebijakan dan

konsep sebuah perusahaan/usaha yang telah dibangun. Faktor

eksternal diatas cukup efektif berpengaruh terhadap

perusahaan/usaha yang dimiliki seorang wirausahawan.

2. Faktor Internal

Faktor internal lebih bersifat terkontrol bila dibandingkan dengan faktor

eksternal namun begitupun seorang wirausaha tidak boleh lengah, karena

dapat menimbulkan kefatalan pada sebuah usaha/perusahaan. Unsur-unsur

faktor internal adalah sebagai berikut :

a. Rasa cepat puas diri,. rasa puas diri dapat berakibat suatu

usaha/perusahaan yang telah tumbuh akan mengalami

stagnasi. Hal ini dipicu seorang wirausahawan telah

merasa cukup dan selesai dalam bekerja keras untuk

membangun usahanya. Timbulnya rasa cepat puas diri juga

dapat menghilangkan kreatifitas dan inovasi seorang

wirausahawaan yang akan mengakibatkan usahanya

menjadi sulit berkembang.

b. Modal, menjadi faktor utama hambatan dan kegagalan

dalam proses berwirausaha. Modal yang tidak cukup akan

mempengaruhi kesiapan berwirausaha.

c. Timbulnya rasa malas, rasa malas yang akut atau

berlebihan dapat membuat usaha/perusahaan akan

(15)

baik dan dapat berakibat fatal pada kebangrutan pada

usaha/perusahaan.

d. Pupusnya sikap kewirausahawan, sikap mental seorang

kewirausahawan yang lemah dapat dibangun dan

diperbaiki kembali dengan cara dipupuk dan dipelihara

serta dikembangkan kembali. Tapi jika sebaliknya

timbulnya rasa malas dan rasa cepat puas diri lebih besar

maka sikap-sikap kewirausahawan akan pupus dan

memudar dan perusahaan/usaha akan mengalami

kebangkrutan/ pailit.

e. Lemahnya perencanaan, perencanaan yang lemah membuat

aktivitas dan tujuan dari usaha tersebut terganggu. Usaha

yang dibangun menjadi tidak jelas arahnya. Seorang

wirausahawan juga tidak memiliki rencana jangka pendek

atau jangka panjang dalam perusahaannya. Jika hal ini

terjadi maka sudah dipastikan usaha tersebut akan

mengalami kebangkrutan.

2.1.7Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Pemberdayaan Sebagai Wirausaha

Menurut Steinhoff dan Burgess dalam (Intan Septi, 2013) ada 3 (tiga)

faktor penyebab keberhasilan seseorang dalam kewirausahaan, antara lain : (1)

kemampuan dan kemauan, Orang yang memiliki kemampuan namun tidak

memiliki kemauan atau orang yang memiliki kemauan tetapi tidak memiliki

(16)

di iringi oleh keduanya. Kemampuan dan kemauan harus sama-sama berjalanan

agar dapat meraih kesusksesan dalam berwirausaha. (2) tekad yang kuat dan kerja

keras, tekat yang kuat dan kerja keras merupakan kunci kedua agar berhasil dalam

meraih kesuksesan. Kedua faktor ini juga harus saling melengkapi agar harapan

yang diinginkan menjadi wirausaha sukses dapat tercapai. (3) kesempatan dan

peluang, mengenal dan melihat peluang yang ada dan berusaha meraihnya ketika

ada kesempatan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan

seorang wirausahawan. (4) modal yang mencukupi menjadi faktor keberhasilan

berwirausaha. Modal dapat digunakan untuk kepentingan-kepentingan

berwirausaha.

2.1.8 Teori Pemberdayaan Kesiapan Sebagai Wirausaha

Secara konseptual secara rinci pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment), berasal dari kata ‘’power’’ (kekuasaan atau keberdayaan). Ide

utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.

Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang

lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.

Ilmu sosial tradisonal menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh

dan kontrol. Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya

kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan

dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan

(freedom),(b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka

dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa

yang mereka perlukan dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan

(17)

pemberdayaan menurut Person (Suharto 2009:58) Pemberdayaan adalah sebuah

proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam,

berbagai pengontrolan atas dan mempegaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta

lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan

menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan

yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang

menjadi perhatiannya. Seperti pada warga binaan pemasyarakatan yang

diberdayakan lewat program pembinaan keterampilan. Agar warga binaan

pemasyarakatan memiliki bakat dan keterampilan kewirausahaan yang

dipersiapkanoleh lembaga pemasyarakatan untuk menjadi seorang wirausahawan.

Menurut Slameto dalam Rizka Fahmi (2015) Kesiapan adalah

keseluruhan kondisi sekarang yang membuatnya untuk memberikan

jawaban/respon didalam cara tertentu terhadap suatu situasi.Adanya suatu

kesiapan pada diri seseorang maka orang tersebut dapat memberikan respon atau

reaksi dengan cara-cara tertentu didalam menghadapi situasi apapun.

Peyesuaiankondisi pada saat akan berpengaruh pada atau kencenderungan untuk

merespon. Jadi intinya semua pengetahuan, keterampilan, tingkah laku dan

kebiasaan, nilai-nilai dan sikap serta kemampuan seseorang dapat berkembang

dan beradaptasi melalui proses belajar dan pembinaan baik formal maupun non

formal. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kesiapan berwirausaha pada warga

binaan pemasyarakatan adalah kedisiplinan, kedisiplinan harus dimiliki warga

binaan pemasyarakatan dan mantan warga binaan pemasyarakatan dalam

berwirausaha. Kedisiplinan aktualisasi komitmen terhadap pekerjaan yang

(18)

juga dapat dijadikan faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan berwirausaha pada

warga dan mantan warga binaan pemasyarakatan.

2.1.9 Prinsip Kesiapan

Prinsip kesiapan Menurut Slameto (2010:115) dalam Rizka Fahmi (2015)

berpendapat bahwa adalah kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu, dapat

dituangkan menjadi 4 (empat) prinsip, yaitu : (1) semua aspek berinteraksi (saling

mempengaruhi) aspek ekonomi, lingkungan sosial dan aspek pribadi atau diri

sendiri. (2) pengalaman seseorang mempengaruhi pertumbuhan fisiologis

individu. (3) pengalaman-pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam

perkembangan fungsi kepribadian individu, baik jasmani maupun rohani (

pengalaman tersebut mempunyai pengaruh positif terhadap kesiapan). (4)

kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama

masa pembentukan dalam masa perkembangan.

2.1.10 Ciri-ciri Kesiapan

Menurut Agus Fitriyanto dalam Rizka Fahmi (2015), ciri-ciri kesiapan

adalah sebagai berikut : (1) mempunyai pertimbangan yang logis dan objektif,

pertimbangan tidak hanya dilihat dari sudut saja tetapi seseorang akan

menghubungkannya dengan hal yang nalar dan mempertimbangkan dengan

melihat pengalaman orang lain. (2) mempunyai kemampuan dan kemauan untuk

bekerja sama dengan orang lain, berwirausaha membutuhkan kerjasama dengan

banyak orang untuk menjalin kerjasama dituntut untuk berinteraksi dengan orang

lain. (3) mampu mengendalikan diri dan emosi agar dalam meyelesaikan suatu

(19)

usahanya nantinya dengan baik. (4) memiliki sikap kritis, untuk mengoreksi

kesalahan yang selanjutnya akan dapat memutuskan tindakan apa setelah koreksi

tersebut. kritis disini bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk lingkungan

sehingga memunculkan ide/gagasan serta inisiatif. (5) mempunyai keberanian

untuk menerima tanggung jawab, ketika seseorang telah mencapai kematangan

fisik dan mental disertai dengan kesadaran yang timbul dari individu tersebut. (6)

mempunyai kemampuan beradaptasi, mampu beradaptasi dengan lingkungan,

teknologi dapat diawali sejak sebelum seseorang terjun kedunia usaha dan

seseorang harus bisa beradaptasi dengan pekermbangan teknologi sehingga akan

berpengaruh terhadap inovasi produk yang akan dihasilkan. (7) mempunyai

ambisi untuk maju dan berusaha, mengikuti pekermbangan bidang keahlian, dapat

menjadi pendorong seseorang untuk memperoleh hasil yang lebih baik melalui

inovasi dan kreatifitas.

Kesiapan yang lain yang erat kaitannya dengan kesiapan berwirausaha.

Kesiapan berwirausaha lebih ditekankan pada beberapa hal yang menyangkut

kematangan fisik, kematangan mental/jiwa, kematangan pengalaman-pengalaman

yang berkaitan dengan keterampilan kesadaran dan keharusan hidup mandiri

secara ekonomi, seperti yang dikatakan Rizka Fahmi (2015) bahwa seseorang

yang memasuki dunia usaha seharusnya sejak awal telah mempersiapkan diri

dengan berbagai bekal yang diperlukan dalam menjalankan kegiatan usaha. 3

(tiga) bekal kesiapan yang sangat penting untuk antisipasi bagi seseorang untuk

memasuki dunia usaha meliputi: (1) kesiapan mental, gambaran reaksi/ respon

seseorang dalam menanggapi suatu situasi/pekerjaan. (2) kesiapan pegetahuan,

(20)

yaitu tingkat kemampuan berfikir seseorang yang umumnya lebih banyak

ditentukan oleh tingkat pendidikan. (3) kesiapan sumber daya, banyak diperoleh

melalui latihan, kedisiplinan, serta pengalaman.

Berbagai pemaparan diatas tentang kewirausahaan dapat menjelaskan

bagaimana tahapan-tahapan yang membentuk seseorang hingga menjadi seorang

wirausahawan sukses. Seperti hasil penelitian yang telah penulis lakukan di

lembaga pemasyarakatan Kelas II.A Rantau Prapat tentang program pembinaan

keterampilan yang telah disediakan oleh pihak lembaga kelas II.A Rantau Prapat.

Program pembinaan keterampilan yang disediakan oleh pihak lapas merupakan

program keterampilan yang bertujuan untuk mengasah bakat dan talenta para

warga binaan untuk mempersiapkan warga binaan kelak menjadi seorang

wirausahawan. Kegiatan program pembinaan didalam lapas beraneka ragam mulai

dari kegiatan keterampilan las listrik, miniatur bambu, pangkas, laundry pakaian,

keterampilan mebel, menjahit dan membuat kursi bambu. Kegiatan keterampilan

diadakan setiap hari kecuali hari minggu. Aktivitas kegiatan keterampilan dibuka

mulai pukul 08.00 wib pagi hari sampai 17.00 wib sore hari. Warga binaan selalu

rutin mengikuti program pembinaan di lapas kecuali ada warga binaan

pemasyarakatan yang sedang mengalami sakit.

Warga binaan pemasyarakatan bebas memilih kegiatan apa saja yang

hendak dikerjakannya. Program pembinaan ini sangat baik dalam mengasah bakat

para warga binaan pemasyarakatan. Fasilitas didalam lembaga pemasyarakatan

juga memadai. Hasil barang yang mereka buat sudah dapat dikatakan baik dan

rapi. Barang hasil kerajinan yang mereka buat langsung dijual kepada para

(21)

dapatkan memang tidak besar dan seadanya. Kesiapan berwirausaha bagi warga

dan mantan binaan pemasyarakatan dapat dilihat dari berbagai faktor yakni :

kesiapan mental, kesiapan pengetahuan dan kesiapan sumber daya. Ketiga faktor

tersebut harus saling mempengaruhi satu sama lain untuk melihat seorang warga

binaan pemasyarakatan apakah sudah siap berwirausaha atau masih belum siap

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian adalah Menganalisis biaya produksi, pendapatan, dan efisiensi usahatani padi sawah petani kooperator, dan menganalisis faktor-faktor sosial ekonomi

Jika dilihat dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan berpengaruh tidak signifikan terhadap adopsi internet banking BRI di Surabaya dikarenakan

Art inya warga negara dan aparat ur negara harus berpikir, bert indak, bersikap unt uk kepent ingan bangsa, t erm asuk produk hukum yang dihasilkan oleh lem baga negara dan lem baga

Pada penelitian ini pembedaan responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa keterdedahan media khususnya pada pemberitaan Kawasan Ekonomi Khusus di 5 media

Berdasarkan uji hemaglutinasi antara crude protein vibrio dengan eritrosit ikan kerapu tikus menunjukan hasil hemaglutinasi positif, Hal ini berarti bahwa crude

Bapak Pimpinan dan Bapak Menteri Penaidikan dan Kebudayaan Bapak-lbu sekalian Anggota Pansus yang kami honnati. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Pendirian atau

Guru Besar yang berperanan sebagai pemimpin berimpak tinggi seperti yang terkandung dalam aspek dan standard kualiti Standard 1 SKPMg2 semestinya berupaya

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan