• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peran Pemuda Terhadap Penanggulangan Kemiskinan di Medan Bagian Utara (Studi Kasus: Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan Belawan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peran Pemuda Terhadap Penanggulangan Kemiskinan di Medan Bagian Utara (Studi Kasus: Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan Belawan)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gustina (2008) tarkait Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Kecamatan Medan Maimun menunjukkan bahwa Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) hanya mengurangi jumlah keluarga miskin di Kecamatan Medan Maimun sebesar 4,0368%, karena merupakan tahap awal dari program nasional dan akan terus berlangsung sampai 2015.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian kelompok pada program pengentasan kemiskinan di perkotaan (P2KP) di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Propinsi Sumatera Utara oleh Harahap (2010), menurut Harahap program pengentasan kemiskinan di perkotaan (P2KP) di Kampung Baru tergolong berhasil, hal ini dikarenakan dukungan dari Stake holder yang sangat tinggi.

(2)

Pembangunan Kelurahan (DPK) serta sinergi dalam pelaksanaan masing-masing program dalam bentuk sinergi pelaku dan sinergi sumberdaya yaitu Program Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dan Program Terpadu Pemberdayaan Masyarakat Berdasarkan Gender (P2MBG).

Lubis (2012) pada jurnal penelitian tentang Analisis Pengentasan Kemiskinan di Kota Medan , menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap jumlah penduduk miskin di kota Medan. Inflasi dan penganngguran berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap jumlah penduduk miskin di Kota Medan.

2.2 Peran dan Teori Tentang Sikap

2.2.1 Defenisi Peran

Perilaku individu dalam kesehariannya hidup bermasyarakat berhubungan erat dengan peran. Karena peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani seorang individu dalam bermasyarakat. Sebuah peran harus dijalankan sesuai dengan norma-norma yang berlaku juga di masyarakat. Seorang individu akan terlihat status sosialnya hanya dari peran yang dijalankan dalam kesehariannya (Ali,2006).

(3)

maka ia menjalankan suatu peranan.Sementara itu Menurut Robert Linton dalam Soekanto (2002), peran adalah the dynamic aspect of status. Dengan kata lain, seseorang menjalankan perannya sesuai dengan hyak dan kewajibannya.

2.2.2. Pengertian Sikap

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa.Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap mungkin dihasilkan dari perilaku tetapi sikap tidak sama dengan perilaku.

Menurut Fishbein dalam Ali (2006) “Sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap suatu objek”. Sedangkan menurut Secord dan Backman dalam Saifuddin Azwar (2012) “Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”.

Menurut Ahmadi (2007), sikap adalah kesiapan merespon yang bersifat positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten. Pendapat ini memberikan gambaran bahwa sikap merupakan reaksi mengenai objek atau situasi yang relatif stagnan yang disertai dengan adanya perasaan tertentu dan memberi dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya.

(4)

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamarkan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversal.

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/ bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

2.2.3. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Purwanto dalam Pratiwi (2013) adalah:

(5)

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain sikap itu terbentuk dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

2.2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap antara lain:

1) Pengalaman pribadi untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

(6)

keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh kebudayaan tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karna kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4) Media massa dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaa tidaklah mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.3. Teori Pemuda

2.3.1. Pengertian Pemuda

(7)

mempertahankan perubahan kearah yang lebih baik. Pemuda memiliki banyak potensi yang tertanam dalam dirinya, pemuda harus berani bermimpi dan bercita-cita setinggi-tingginya.

Sedangkan menurut Abdullah (1994), Pemuda selalu berada di garis terdepan dalam perjuangan ummat dan mampu terlibat di semua sektor, yaitu:

1. Sektor Pembebasan dan Kemerdekaan

Pemuda adalah kemampuan, tekad, keberanian, dan kesabaran menghadapi tantangan. Dengannya ummat menghalau musuh dan mengangkat bendera kejayaannya.

2. Sektor Pemikiran dan Pembentukannya

Pemuda adalah unsure kokoh yang mampu belajar keras, menguasai dan menghasilkan pemikiran serta pembaruan. Ibarat ranting yang masih segar, kelenturannya cukup untuk terbentuknya pemikiran sekaligus mentransformasikan pemikiran tersebut kepada orang lain.

3. Sektor Iman dan Amal

Iman yang diam dan kehilangan dinamika tidak ada harganya, sedangkan

keimanan pemuda selalu memunculkan energi tersembunyi yang besar

dalam bentuk gerakan membina ummat.

4. Sektor Perubahan

Pemuda adalah pelopor dan sarana perubahan. Allah Suhhanahu wata'ala

tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah kondisi

jiwa mereka. Sedangkan pemuda memiliki kekuatan jiwa yang besar, maka

(8)

Pemuda merupakan asset bangsa yang akan melanjutkan estafet pembangunan bangsa dimasa yang akan datang. Pemuda memiliki dinamisasi dan semangat yang tinggi dalam berbagai aspek di masyarakat, pemuda dapat lebih diterima di lingkungannya jika membawa suasana-suasana kebaikan dan mengarah pada perubahan, perubahan yang diharapan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Semangat yang tinggi dan ide-ide memberikan peran kepada pemuda dalam setiap sektor kehidupan.

2.3.2. Peran Pemuda

Pembangunan kepemudaan menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 diwujudkan dalam 3 hal, yaitu; kepemimpinan, kewirausahaan, dan kepeloporan. Pertama, kepemimpinan. Tentang kepemimpinan disebutkan dalam BAB I ketentuan umum pasal 7 yang berbunyi “Pengembangan kepemimpinan pemuda adalah kegiatan mengembangkan potensi keteladanan, keberpengaruhan, serta pergerakan pemuda.” Kedua, kewirausahaan. Kewirausahaan termaktub dalam BAB I ketentuan umum pasal 8 bunyinya “Pengembangan kewirausahaan pemuda adalah kegiatan mengembangkan potensi keterampilan dan kemandirian berusaha”.

Ketiga tentang pengembangan kepeloporan, termaktub dalam BAB I ketentuan umum pasal 9 berbunyi “Kepeloporan pemuda adalah kegiatan mengembangkan potensi dalam merintis jalan, melakukan terobosan, menjawab tantangan, dan memberikan jalan keluar atas pelbagai masalah.”

(9)

1) Mengambil peran besar dalam proses pembuatan kebijakan sektor

perekonomian

Pada fase inilah, para pemuda dapat mengeluarkan gagasan-gagasan cemerlangnya guna kemajuan perekonomian Indonesia, diharapkan para pemuda memiliki pengetahuan yang mendalam dan punya data-data empirik, tentunya akan sangat bermanfaat bagi pembuatan kebijakan di sektor perekonomian.

2) Melakukan pengawasan terhadap program-program perekonomian.

Satu hal yang juga mendesak adalah bagaimana agar program yang telah disusun dapat di terima sesuai dengan sasaran dan target yang telah ditetapkan.Disinilah peran pemuda dapat diberikan untuk memperbaiki lemahnya sistem pengawasan tersebut.

3) Melakukan pencerdasan, pendampingan, dan upaya pemberdayaan

perekonomian guna mengurangi kemiskinan.

Pemuda pada dasarnya adalah bagian dari masyarakat.Keberadaan pemuda di tengah masyarakat setidaknya dapat memberikan peluang pemberdayaan bagi masyarakat yang rata- rata berpendidikan rendah. Salah satu hal yang dapat diberikan dalam konteks pencerdasan, pendampingan, dan pemberdayaan perekonomian adalah dengan turut serta membangun kelembagaan.

4) Memberikan advokasi-advokasi perekonomian guna mengurangi angka

kemiskinan

(10)

rentenir, pedagang dapat dijadikan wahana para pemuda untuk memberikan kontribusinya (Ginandjar,2007).

Peranan pemuda dalam masyarakat dibedakan dalam dua hal, antara lain sebagai berikut :

1. Peranan pemuda yang didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, yaitu pemuda meneruskan tradisi dan mendukung tradisi, dan pemuda yang menyesuaikan diri dengan golongan yang berusaha mengubah tradisi.

2. Peranan pemuda yang menolak menyesuaikan lingkungan sekitarnya, dibedakan menjadi :

a. Jenis pemuda bangkit, yaitu pengurai atau pembuka kejelasan dari suatu masalah sosial.

b. Jenis pemuda nakal, yaitu yang berniat tidak melakukan perubahan pada budaya maupun masyarakat tetapi hanya berusaha mendapat manfaat dari masyarakat dengan tindakan menguntungkan diri sendiri.

c. Jenis pemuda radikal yaitu mereka yang memiliki keinginan besar mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat cara – cara radikal, revolusioner tanpa memikirkan lebih jauh bagaimana selanjutnya.

2.4 Teori Kemiskinan

2.4.1. Pengertian Kemiskinan

(11)

terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin (Suparlan,1993).

Menurut Friedman (1992), mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuatan sosial. Basis kekuasaan sosial ini menurut Friedman meliputi : 1). modal yang produktif atas assets, misalnya, tanah perumahan, peralatan, kesehatan. 2). sumber keuangan,

seperti incomedan kredit yang memadai. 3). organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama, seperti partai politik, atau koperasi. 4). network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, dan 5) informasi-informasi yang berguna untuk kehidupan.

Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan mencapai standar hidup minimum (Suyanto ,1993). Sedangkan Mubyarto (1997) mengemukakan bahwa kemiskinan adalah kondisi serba kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar manusia meliputi sandang, pangan, papan, kebutuhan akan hidup sehat, dan kebutuhan akan pendidikan dasar bagi anak-anak.

(12)

Menurut Arsyad (1992), kemiskinan adalah terjadinya kekurangan modal. Masalah kekurangan modal ini bisa dijelaskan dengan menggunakan konsep lingkaran tak berujung pangkal (vicious circle). Kekurangan modal ini disebabkan oleh rendahnya investasi, sedang rendahnya investasi disebabkan oleh rendahnya pendapatan, sedangkan rendahnya pendapatan karena tingkat produktivitas yang rendah dari tenaga kerja, sumber daya alam dan modal. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh keterbelakangan penduduk, belum dimanfaatkannya sumber daya alam secara optimal.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa kemiskinan sebenarnya merupakan kekurangan kebutuhan yang meliputi sandang, pangan, papan, dan pendidikan dasar. Sehingga konsep kemiskinan sendiri merupakan akibat dari situasi ketidakberdayaan untuk merubah nasib hidupnya agar menjadi lebih baik.

2.4.2. Penyebab Kemiskinan

Dalam melakukan identifikasi penyebab kemiskinan, Dawam Rahardjo sependapat dengan Juni Tamrin mengenai penyebab kemiskinan. Penyebab kemiskinan yang pertama adalah langkanya kesempatan kerja. Kemudian, penyebab kemiskinan yang kedua adalah pemberian upah di bawah minimum, dan disusul oleh rendahnya produktivitas, rendahnya asset yang dikuasai, dan terjadinya diskriminasi jenis kelamin (Rahardjo, 2005).

(13)

menguasai sumber daya ekonomi agar mereka diperlakukan sama seperti manusia lainnya yang bermartabat. Ketiga, pemerintah daerah tidak memiliki komitmen politik yang kuat untuk mendistribusikan sumber daya ekonomi (Sutaryo, 2005 ).

Badan Pusat Statistik dalam Peta Kemiskinan Indonesia (2003) menyimpulkan penyebab kemiskinan terkait dengan tiga isu strategis yaitu: (1) Terbatasnya kesempatan; (2) Rendahnya kapasitas sumberdaya manusia; (3) Kurangnya perlindungan sosial. Ketiga isu strategis itu dapat diuraikan sebagi berikut:

(1) Terbatasnya Kesempatan (Lack of Opportunity) Bidang Ekonomi

a. Akses terhadap lapangan kerja

b. Akses terhadap faktor produksi : terdiri dari kemudahan masyarakat dalam mengakses modal usaha, kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar, kepemilikan asset.

c. Kepemilikan aset Bidang Sosial

a. Kemampuan masyarakat untuk mengakses fasilitas pendidikan b. Kemampuan masyarakat untuk mengakses fasilitas kesehatan (2) Rendahnya Kapasitas Sumberdaya Manusia

Bidang ekonomi

a. Kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar b. Aktivitas penduduk berdasarkan status usaha dan sektor usaha Bidang sosial

(14)

b. Kondisi lingkungan

(3) Kurangnya perlindungan sosial

a. Kelompok masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan b. Kelompok masyarakat usia pasca-produktif

c. Kelompok usia sekolah dari keluarga miskin

Menurut Dawam Rahardjo kondisi kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda, diantaranya adalah pertama, kesempatan kerja, kedua, upah gaji dibawah standar minimum, ketiga, produktivitas kerja yang rendah, keempat, ketiadaan asset, kelima, diskriminasi jender, keenam, tekanan harga, ketujuh, penjualan tanah (Rahardjo, 2005).

Menurut Bappenas (2008) kemiskinan berkaitan erat dengan faktor- faktor eksternal, seperti :

a. Rendahnya akses terhadap sumberdaya dasar (pendidikan, kesehatan, air bersih), atau berada di daerah terpencil

b. Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat yang antara lain disebabkan oleh sistem yang kurang mendukung

c. Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance)

d. Konflik sosial dan politik

e. Bencana alam, seperti longsor, gempa bumi, dan lain – lain

(15)
(16)

pendapatan minimum, mereka dapat dikatakan miskin. Tapi mereka tidak merasa miskin dan tidak mau disebut miskin. Dengan keadaan seperti ini, bermacam tolok ukur dan kebijakan pembangunan sulit menjangkau mereka.

2.4.3. Ukuran dan Indikator Kemiskinan

Secara konvensional, kemiskinan diukur dengan tingkat pendapatan dan belanja yang hanya mampu menunjang standar hidup minimum yang menentukan sebagai ukuran kemiskinan absolute. Memperhatikan kemiskinan dengan sifat multidimensinya, maka kemiskinan tidak hanya diukur melalui kurangnya pendapatan dan konsumsi, melainkan juga diukur dengan sejumlah indikator yang memperluas gambaran kemiskinan.

Arsyad (1992) mengemukakan bahwa ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut diukur dari pendapatan seseorang dibandingkan dengan tingkat kebutuhan minimum. Bila pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum, maka orang dapat dikatakan miskin. Kemiskinan relatif diukur dari pendapatan seseorang dibandingkan dengan keadaan masyarakat disekitarnya. Jadi, bisa jadi seseorang yang sudah memiliki pendapatan diatas tingkat kebutuhan minimum kategorikan miskin karena lebih rendah dibandingkan lingkungan dimana dia tinggal.

(17)

Pada hampir semua negara-negara di dunia, kelompok penduduk miskin memiliki ciri-ciri serupa yaitu :

Ciri pertama ialah bahwa bagian terbesar dari kelompok yang miskin ini terdapat di daerah pedesaan, dan mereka ini umumnya buruh tani yang tidak memiliki tanah sendiri. Kalaupun ada yang memiliki tanah luasnya tidaklah cukup untuk membiayai ongkos hidup yang layak.

Ciri keduaialah bahwa mereka itu penganggur atau setengah penganggur. Kalaupun ada pekerjaan maka sifatnya tidaklah teratur atau pekerjaan itu tidaklah memberi pendapatan yang memadai bagi tingkat hidup yang wajar. Mereka ini terdapat baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Ciri ketigaialah bahwa mereka berusaha sendiri, biasanya dengan menyewa peralatan orang lain. Sifat usaha mereka kecil dan terbatas karena ketiadaan modal. Mereka banyak terdapat terutama diperkotaan maupun di pedesaan (Salim, 1982).

Menurut Arsyad (1992) indikator kemiskinan ada bermacam-macam yakini : tingkat pendapatan dan tingkat kesejahteraan.

(i)Tingkat pendapatan

(18)

(ii)Indikator kesejahteraan rakyat

Tingkat kesejahteraan diukur dengan (9) sembilan komponen yaitu kesehatan, konsumsi makanan dan gizi, pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, jaminan sosial, sandang, rekreasi dan kebebasan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa indikator untuk mengukur kemiskinan sebenarnya dapat diketahui dari tingkat pendapatan atau penghasilan seseorang dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, perumahan, dan pendidikan dasar.

2.4.4. Penanggulangan Kemiskinan

Penanggulangan kemiskinan di berbagai negara berkembang sekarang ini secara umum telah mengakui adanya paradigma baru. Bukti empiris di negara berkembang telah menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat miskin jauh lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi tidak dengan sendirinya mengalir ke seluruh lapisan rakyat jika semua orang tidak mendapatkan kesempatan yang sama dalam memiliki akses ke sumber daya kunci.

(19)

Penanggulangan kemiskinan di era otonomi daerah mengandung pelajaran tentang peluang penanggulangan kemiskinan, baik dari bentuk lama yang disusun di pemerintahan pusat, maupun pola baru hasil susunan pemerintah daerah, mungkin juga disertai dukungan pemerintah pusat atau swasta di daerah (Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2004). Otonomi daerah memungkinkan peningkatan penanggulangan kemiskinan karena menghadapi jarak spasial maupun temporal yang lebih dekat dengan penduduk miskin itu sendiri. Selain itu peluang tanggung jawab atas kegiatan tersebut berada di tangan pemerintah di aras kabupaten dan kota, serta pemerintah desa.

Pengalaman penanggulangan kemiskinan pada masa lalu telah memperlihatkan berbagai kelemahan, antara lain berupa : (1) masih berorientasi kepada pertumbuhan makro tanpa memperhatikan aspek pemerataan, (2) kebijakan yang bersifat sentralistik, (3) lebih bersifat karikatif daripada transformatif, (4) memposisikan masyarakat sebagai obyek daripada subyek,(5) orientasi penanggulangan kemiskinan yang cenderung karikatif dan sesaat dari pada produktivitas yang berkelanjutan, serta (6) cara pandang dan solusi yang bersifat generik terhadap permasalahan kemiskinan yang ada tanpa memperhatikankemajemukan yang ada. Karena begitu beragam sifat tantangan yang ada,maka penanganan persoalan kemiskinan harus menyentuh dasar sumber dan akar persoalan yang sesungguhnya, baik langsung maupun tak langsung (Bappenas, 2008).

(20)

1) Penciptaan peluang kerja bagi kaum miskin untuk mendapatkan sumber pendapatan melalui pola pembangunan yang menggalakkan penggunaan tenaga kerja secara efisien.

2) Meningkatkan kesejahteraan kaum miskin dan meningkatkan kemampuan mereka untuk dapat memanfaatkan peluang tersebut dengan cara meningkatkan pelayanan-pelayanan umum (pendidikan, kesehatan, dan lain-lain) bagi kaum miskin (Suyanto, 1995).

Menurut Nugroho (1995), kemiskinan merupakan hasil dari konstruksi sosial, sehingga pembangunan yang dilakukan justru menimbulkan dominasi baru. Untuk itu, ia mengajukan upaya pengentasan kemiskinan sebagai berikut :

1.Standarisasi kemiskinan dan pendataan tentang kemiskinan

2.Pemberdayaan dan meningkatkan partisipasi kelompok miskin dalam pembangunan

3.Meniadakan eksploitasi

4.Melakukan social constructionuntuk meningkatkan etos kerja 5.Pembangunan sosial budaya

6.Redistribusi pendapatan yang merata

(21)

Kebijaksanaan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya peningkatan pemerataan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan, penyediaan sarana dan prasarana, penguatan kelembagaan serta penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

(22)

2.5 Kerangka Pemikiran Penelitian

Dari perumusan masalah di atas dapat disusun kerangka pemikiran permasalahan sebagai berikut :

Gambar 2.1: Skema analisis peran pemuda terhadap penanggulangan kemiskinan

2.6 Hipotesis Penelitian

Peran pemuda berpengaruh positif terhadap penanggulangan kemiskinan. Penanggulangan

Kemiskinan Kota Medan Bagian Utara (Kecamatan

Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan)

Kemiskinan

Peran Pemuda

Kepemimpinan Kewirausahaan Kepeloporan

Gambar

Gambar 2.1:  Skema analisis peran pemuda terhadap penanggulangan kemiskinan

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan perbedaan rerata panjang trikoma ( abaksial ) daun jati ( Tectona grandis L.) pada umur 12 MST yang ditanam pada tanah pascatambang emas Bombana dengan

Hasil SEM (Scanning Electron Microscopy) Pati Ikat

[r]

bahwa skripsi saya yang berjudul “ Pengaruh Karakter Eksekutif Perusahaan Manufaktur Terhadap Agresivitas Pajak dengan Variabel Moderasi Efektivitas Dewan Komisaris ”

Tugevus Beruntung dalam menyusun Detail Engineering Design (DED) Infrastruktur Kawasan Rumah Sederhana Sehat (RSH). Undang- Undang

[r]

Mengenai mekanisme penetapan komite penilaian proposal dan/atau reviewer di lingkungan PTKIN, ditetapkan oleh Rektor/pimpinan masing-masing PTKIN dengan merujuk

Dalam Rapat Anggota yang dilaksanakan secara langsung maupun dengan sistem perwakilan, Rapat Pengurus memilih maksimal 30 (tiga puluh) orang dari Anggota Luar Biasa untuk