BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk
mengukur status kesehatan masyarakat pada suatu wilayah, salah satu indikator yang biasanya digunakan adalah angka
kematian ibu (AKI). Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas
yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan, terjatuh, dll di setiap 100.000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390
menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu
per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.
AKI Provinsi NTT pada periode 2004-2010 cenderung mengalami penurunan yang cukup bermakna. Pada tahun 2004
AKI NTT sebesar 554 per 100.000 kelahiran hidup (Surkesnas) dan menurun menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2007 (SDKI, 2007). Namun berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2010, AKI meningkat menjadi 536 per
100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan angka nasional 102 per 100.000 kelahiran hidup (SP,2010) maka AKI NTT sangat tinggi. Untuk mengatasi masalah ini maka Provinsi
yang memadai. Yang mana capaian indikator antaranya adalah
menurunnya peran dukun dalam menolong persalinan atau meningkatkan peran tenaga kesehatan terampil dalam
menolong persalinan.
Laporan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-Provinsi
NTT tahun 2014 menunjukkan bahwa konversi AKI per 100.000 Kelahiran Hidup selama periode empat tahun (Tahun
2011-2014) mengalami penurunan. Jumlah kasus kematian ibu pada tahun 2011 sebesar 208 atau 220 per 100.000 KH, pada tahun
2012 menurun menjadi 192 atau 200 per 100.000 KH, pada tahun 2013 menurun menjadi 176 atau 185,6 per 100.000 KH,
selanjutnya pada tahun 2014 menurun lagi menjadi 158 kasus atau 169 per 100.000 KH.
Angka kematian Ibu pada tahun 2011 di Kab. Timor Tengah
Selatan (TTS) yaitu 289,4/100.000 kelahiran hidup dan merupakan penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2010
yaitu sebesar 595,3/100.00 kelahiran hidup. Namun demikian pencapaian ini masih cukup jauh dari target nasional yaitu
sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Penurunan AKI yang signifikan dari tahun 2010 ke 2011 ini karena sudah
tersosialisasikannya program Revolusi KIA yang dicanangkan oleh Gubernur NTT sejak tahun 2009.
Pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten di provinsi NTT masih terus berupaya dengan cara-cara yang luar biasa
untuk mengatasi masalah kematian Ibu. Berbagai kebijakan
oleh pemerintah pusat telah dikeluarkan dan dijalankan untuk mengatasi tingginya kematian ibu, seperti Safe Motherhood Initiative yang dimulai sejak tahun 1987 Pada tahun 2000
pemerintah Indonesia menerapkan strategi Making Pregnancy Safer (MPS). Strategi MPS merupakan bagian dari program
1990. Program Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang
dilakukan agar seluruh perempuan menerima perawatan yang dibutuhkan selama hamil dan bersalin. Program itu terdiri dari
empat pilar yaitu keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman, dan pelayanan obstetri esensial,
sedangkan MPS merupakan penajaman dari Safe Motherhood dimana program ini difokuskan pada kegiatan yang berbasis
masyarakat yang diperlukan untuk menjamin agar perempuan dan bayi baru lahir mempunyai akses terhadap pelayanan dan
mau menggunakannya jika dibutuhkan dengan penekanan khusus pada penolong persalinan yang terampil dan
penyediaan pelayanan termasuk rujukannya. Namun upaya Program Safe Motherhood dan strategi MPS dianggap belum mampu mengangkat posisi NTT di tingkat Nasional dalam
permasalahan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), sehingga harus diupayakan cara-cara yang yang luar biasa untuk
mengatasi masalah ini. Upaya yang luar biasa ini diwujudnyatakan dengan dikeluarkannya kebijakan baru yakni
Kebijakan Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak pada tahun 2009 oleh pemerintah Provinsi NTT melalui Peraturan Gubernur No
42 tahun 2009 tentang Revolusi KIA di NTT. Tujuan akhir dari kebijakan dan strategi yang diupayakan oleh pemerintah adalah
untuk menurunkan AKI dan AKB agar dapat mencapai target yang telah disepakati dalam MDGs. Kebijakan pemerintah
provinsi NTT yaitu Revolusi KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) pada tahun 2009. Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan ibu kota
Soe merupakan salah satu Kabupaten di NTT yang dengan cepat menanggapi Revolusi KIA. Salah satu program Revolusi KIA yang inisiatifnya datang dari Dinas Kesehatan Kabupaten
induk bagi ibu yang akan bersalin dan yang rumahnya jauh dari
puskesmas (H-7) + (H+7) yang artinya 7 hari sebelum bersalin dan 7 hari setelah bersalin. Warna bendera yang digunakan
disesuaikan dengan umur kehamilan Ibu. Bendera warna hijau untuk umur kehamilan Ibu 0-3 bulan, bendera warna kuning
untuk usia kehamilan 4-6 bulan dan bendera warna merah untuk usia kehamilan 7-9 bulan. Ukuran bendera yang
digunakan 30x30 cm yang dipasang di depan rumah ibu hamil. Dengan melihat bendera ini, diharapkan setiap orang dapat
membantu Ibu hamil dan keluarganya apabila ada masalah kesehatan selama masa hamil. Adapun kebijakan Program
Jaminan Persalinan (Jampersal) yang baru dikeluarkan pada tahun 2011 oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kebijakan ini diperuntukkan bagi semua ibu hamil yang belum
memiliki jaminan kesehatan seperti askes, jamkesmas dan lain-lain. Sasarannya ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (sampai 42
hari setelah melahirkan) dan bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari).
Pada tahun 2000 pemerintah Indonesia menyepakati Deklarasi Millennium yang berisi komitmen untuk mempercepat
pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. Komitmen tersebut diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan
target yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). Pencapaian sasaran MDGs menjadi salah satu
prioritas bangsa Indonesia yang bukanlah semata-mata tugas pemerintah tetapi merupakan tugas seluruh komponen bangsa.
Salah satu target MDGs difokuskan untuk meningkatkan kesehatan ibu dengan upaya mengurangi angka kematian ibu hingga mencapai angka 102/100.000 kelahiran hidup.
Kematian Ibu (AKI) tetapi pada kenyataannya AKI di Indonesia
masih tergolong tinggi dan masih jauh dari target. Mulai tahun 2016, Millennium Development Goals (MDGs) resmi digantikan
dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai agenda pembangunan
global yang baru untuk periode 2016-2030 dan berlaku bagi negara-negara maju dan berkembang termaksud Indonesia.
Target nasional yang akan dicapai pada tahun 2030 yaitu sebesar 70/100.000 kelahiran hidup. SDGs berisi 17 tujuan dan
169 sasaran pembangunan. Salah satu tujuan dari SDGs adalah mengatur kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingginya AKI dan kasus kematian ibu di TTS. Faktor tersebut antara lain faktor ekonomi, budaya, geografis, transportasi, faktor
kesehatan (cakupan K-4, cakupan imunisasi Tetanus Toxoid 2x, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan cakupan
kunjungan nifas) dan faktor sosial (Profil Kesehatan TTS 2011). Faktor-faktor ini tersirat dalam empat terlalu, yaitu terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak anak, serta tiga terlambat, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat
menjangkau fasilitas kesehatan dan terlambat memperoleh pertolongan (Sudarma, 2008).
Peran lingkungan sosial dalam proses pengambilan keputusan memiliki peran yang besar dan turut menentukan
kesehatan anggota masyarakatnya. Hal ini didukung oleh Astuti (2008) mengatakan bahwa kematian ibu bersalin disebabkan
terjadinya keterlambatan dalam merujuk ke rumah sakit yang terdiri dari keterlambatan dalam mengambil keputusan setuju merujuk dari pihak keluarga, keterlambatan dalam mengenali
persalinan, keterlambatan dalam mencari transportasi, dan
keterlambatan dalam mengambil keputusan merujuk atau membawa ke rumah sakit yang disebabkan adat istiadat.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya di desa Binaus, dalam lingkungan sosial selain
keluarga perangkat desa memiliki peran yang sangat besar terhadap penentuan status kesehatan masyarakat. Dalam
menjalankan perannya di lingkungan masyarakat selain memiliki tugas pokok untuk menetapkan dan
menyelenggarakan peraturan-peraturan desa, perangkat desa juga bertugas untuk membina kehidupan masyarakat. Salah
satu aspek yang perlu dibina yakni aspek kesehatan. Aspek ini menjadi salah satu aspek fokus dalam menjalankan tugas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dibina. Selain itu
dalam kalangan masyarakat di desa Binaus, tingkat kepatuhan terhadap perangkat desa dan peraturan yang diberlakukan oleh
perangkat desa itu sendiri masih sangat dominan dan cukup mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Hal ini mendorong peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang peran perangkat desa terhadap pengambilan keputusan
terkait kesehatan maternal. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan judul Peran Perangkat Desa Terhadap Pengambilan
Keputusan Terkait Kesehatan Maternal di Desa Binaus, Nusa Tenggara Timur.
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan oleh peneliti di atas, maka fokus penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peran Perangkat Desa
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana Peran Perangkat Desa Terhadap Pengambilan Keputusan Terkait Kesehatan Maternal di Desa Binaus, Nusa
Tenggara Timur. 1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi peran perangkat desa terhadap pengambilan keputusan terkait penggunaan layanan kesehatan
maternal
1.3.2.2 Mengidentifikasi pengambilan keputusan keluarga
terkait penggunaan layanan kesehatan maternal
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dalam penelitian ini sebagai informasi
tambahan mengenai peran perangkat desa terhadap pengambilan keputusan keluarga terkait penggunaan layanan
kesehatan maternal, dengan demikian kajian mengenai manajemen kesehatan ibu dan anak semakin berkembang
dan memberikan kontribusi yang positif dalam bidang keperawatan maternal.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan
Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai data pendukung
dalam upaya meningkatkan pengetahuan mengenai keperawatan maternal khusunya peran perangkat desa terhadap pengambilan keputusan keluarga terkait
1.4.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pelayanan keperawatan khususnya maternal dalam
merencanakan perawatan pada ibu hamil ke depan agar lebih baik.
1.4.2.3 Bagi Dinas Kesehatan TTS
Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan,
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan dalam menyusun rencana dan pelaksanaan
upaya akselerasi penurunan angka kematian ibu (AKI) yaitu dengan meningkatkan peran perangkat desa terhadap
pengambilan keputusan keluarga terkait penggunaan layanan kesehatan maternal.
1.4.2.4 Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti sebagai sebuah media pembelajaran dan pengetahuan dalam melakukan penelitian untuk
mengetahui peran perangkat desa terhadap pengambilan keputusan keluarga terkait penggunaan layanan kesehatan
maternal serta menambah pengalaman dalam bidang pelayanan kesehatan maternal dan komunitas.
1.4.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian
serupa, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan dalam melaksanakan penelitian selajutnya