• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAP.COM - PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA ... - IPB REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TAP.COM - PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA ... - IPB REPOSITORY"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI

DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU

BIBIT MANGGIS (

Garcinia mangostana

L.) SETELAH

TRANSPORTASI

Oleh :

ANUM PETALARIFARRDHI A 34303057

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI

DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU

BIBIT MANGGIS (

Garcinia mangostana

L.) SETELAH

TRANSPORTASI

Skripsi sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ANUM PETALARIFARRDHI A 34303057

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

RINGKASAN

ANUM PETALARIFARRDHI. Pengaruh Penggunaan Anti Transpirasi dan Media Transportasi Terhadap Mutu Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) Setelah Transportasi. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO.

Penelitian ini dilakukan untuk mempertahankan mutu bibit manggis setelah transportasi dan mengetahui metode transportasi bibit manggis yang tepat dan efisien. Penelitian dilakukan di Kebun Tajur 2 UPT Kebun Percobaan IPB Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, Bogor.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan dua faktor yaitu pengaruh anti transpirasi dan media transportasi. Anti transpirasi terdiri dari empat taraf yaitu kontrol (air), chitosan (15 mg/L), liquinox start (2 ml/L), dan campuran chitosan (15 mg/L) dengan liquinox start (2 ml/L). Sedangkan media transportasi terdiri dari tiga taraf yaitu campuran tanah dengan pupuk kandang, arang sekam, dan tanpa media. Percobaan ini terdiri dari 12 kombinasi perlakuan, masing-masing di ulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 48 satuan percobaan dengan 3 tanaman untuk setiap ulangannya. Total tanaman yang digunakan sebanyak 144 tanaman.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit manggis asal sambungan. Batang bawah bibit sambungan yang digunakan berasal dari Purwakarta dan Kaligesing, sedangkan batang atas yang digunakan berasal dari Bogor. Bibit yang digunakan berumur 3-4 tahun, kondisinya baik, tinggi berkisar antara 40-60 cm, dan jumlah daun berkisar antara 10-25 helai daun. Repotting

dilakukan pada 30 hari sebelum tranportasi. Pemberian anti transpirasi menggunakan kontrol, chitosan, liquinox start, dan chitosan+liquinox start dilakukan sesaat sebelum transportasi. Bibit manggis yang telah diberikan perlakuan anti transpirasi dan media transportasi selanjutnya ditransportasikan menggunakan mobil bak terbuka. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama dilakukan pada tanggal 18 April 2007 dari pukul 09.00 hingga 15.00 (siang hari) dengan rute perjalanan Bogor-Jakarta-Bogor. Bibit manggis pada percobaan pertama ini mengalami kerusakan yang berat setelah transportasi. Hal ini mengakibatkan bibit manggis pada percobaan pertama hanya dapat bertahan hidup hingga dua minggu setelah perlakuan. Oleh karena itu data yang digunakan pada penelitian ini selain data transpirasi tanaman adalah data hasil pengamatan pada percobaan kedua. Percobaan kedua dilakukan pada tanggal 1 Juli 2007 dari pukul 19.00 hingga pukul 01.00 (malam hari) dengan rute perjalanan Tajur-Leuwiliang-Ciawi-Tajur. Pengamatan dilakukan sejak Juli hingga Oktober 2007.

(4)
(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : “PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI”.

Nama : Anum Petalarifarrdhi NRP : A 34303057

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc NIP. 131 284 818

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Januari 1985. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Karsono Soewadi dan Ibu Risona Priati.

Tahun 1990 penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK. Ketilang, Ciputat, Tanggerang. Pada tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 01 Pagi Pondok Bambu Jakarta. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan di SLTPN 1 Bekasi pada tahun 2000 dan Lulus dari SMUN 1 Bekasi pada tahun 2003.

Tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan hortikultura, Fakultas Pertanian.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Penggunaan Anti Transpirasi dan Media Transportasi Terhadap Mutu Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) Setelah Transportasi” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan sembah bakti kepada Bapak dan Ibu tercinta atas kasih sayang, doa, dan bimbingan yang senantiasa menyertai penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian hingga penulisan skripsi.

2. Dr. Ir. Sobir, MSi selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji yang telah memberikan masukan dan dorongan selama studi di IPB serta saran dan kritik kepada penulis untuk memperbaiki skripsi.

3. Dr. Ir. Nurul Khumaida, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis untuk memperbaiki skripsi 4. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB atas segala bantuan

selama perencanaan hingga penelitian ini berakhir. 5. Adikku tercinta atas segala doa dan dukungannya.

6. Destri Maulina Lubis, SE. atas segala bantuan, dukungan, doa, pengertian, dan persahabatan yang selama ini terjalin.

7. Aslih, Wati, Armita, Ella, Yani, lisa, Ika Sri, Teman-teman Hortilkultura ’40, dan Teman-teman Wisma Fahmeda atas segala bantuan, dukungan, dan doanya.

8. Ibu Heni dan Ibu Sriani atas segala bantuan, saran dan kritik yang membangun.

(8)

Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam pengamatan di lapang maupun dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis haturkan terima kasih. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Namun penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca sekalian.

Bogor, Mei 2008

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Intesitas Kerusakan Tanaman pada Bibit Manggis Hidup...

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Intesitas Kerusakan Tanaman pada Bibit Manggis Mati...

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Laju Transpirasi pada Bibit Manggis...

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Tinggi Tanaman dan Diameter Batang pada Bibit Manggis...

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Waktu Muncul Trubus dan Jumlah Trubus pada Bibit Manggis..

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Panjang Trubus Total dan Diameter Trubus pada Bibit Manggis...

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Panjang, Lebar, dan Luas Daun Baru pada Bibit Manggis ...

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Warna Daun pada Bibit Manggis ...

Lampiran

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Persentase Kematian pada Bibit Manggis...

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Laju Transpirasi pada Bibit Manggis ...

(11)

4.

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Intesitas Kerusakan Tanaman pada Bibit Manggis Mati.

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Gugur pada Bibit Manggis ...

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Gugur pada Bibit Manggis ...

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Baru pada Bibit Manggis ...

Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Baru pada Bibit Manggis...

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Tinggi Tanaman pada Bibit Manggis ...

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Diameter Batang pada Bibit Manggis ...

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Waktu Muncul Trubus pada Bibit Manggis ...

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Trubus pada Bibit Manggis ...

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Panjang Trubus Total pada Bibit Manggis ...

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Diameter Trubus pada Bibit Manggis ...

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Panjang Daun Baru pada Bibit Manggis ...

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Lebar Daun Baru pada Bibit Manggis ...

Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Luas Daun Baru pada Bibit Manggis ...

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Struktur Kimia Chitosan ...

Kondisi Bibit di Kebun Percobaan IPB Tajur 2 ...

Pengaruh anti transpirasi terhadap jumlah daun gugur ...

Pengaruh media transportasi terhadap jumlah daun gugur ...

Pengaruh anti transpirasi terhadap Jumlah daun baru ...

Pengaruh media transportasi terhadap jumlah daun baru ...

5

16

23

24

25

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia yang banyak digemari oleh konsumen dalam dan luar negeri. Buah manggis digemari karena memiliki perpaduan warna yang indah dan cita rasa yang lezat. Oleh karena hal tersebut buah ini memiliki potensi yang baik untuk untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor non migas.

Menurut Poerwanto (2000) buah manggis yang diperdagangkan di dalam negeri dan di luar negeri saat ini berasal dari ’hutan manggis’ yaitu kebun campuran yang terdapat pohon manggis baik yang di sengaja untuk ditanam maupun yang tumbuh dengan sendirinya. Pembangunan kebun manggis secara komersial saat ini belum banyak dilakukan oleh petani Indonesia karena masa juvenil manggis yang terlalu lama, dan sulit memperoleh bibit manggis yang bermutu dalam jumlah yang besar. Walaupun begitu Indonesia masih dapat mengekspor manggis ke luar negeri dalam volume yang cukup besar. Hal ini tidak menguntungkan untuk pemasaran buah manggis pada masa yang akan datang, karena negara tetangga seperti Thailand telah melakukan pengembangan manggis secara besar-besaran.

Dalam rangka mengembangkan tanaman manggis secara komersial di Indonesia maka diperlukan pengembangan sentra-sentra produksi manggis di Indonesia yang lebih baik lagi. Produksi bibit manggis yang bermutu dan berkelanjutan sangat diperlukan guna menunjang pengembangan sentra-sentra produksi manggis.

(14)

Untuk mengatasi permasalahan transportasi bibit manggis perlu dilakukan modifikasi media tanam saat transportasi dan aplikasi anti transpirasi. Modifikasi media transportasi yang lebih ringan dan tidak voluminous terkadang tidak dapat mempertahankan mutu bibit manggis. Untuk mencegah hal tersebut maka diperlukan suatu zat anti transpirasi yang dapat menekan penurunan mutu bibit manggis.

Penggunaan chitosan dan liquinox start serta modifikasi media transportasi dapat dijadikan metode alternatif dalam pendistribusian bibit manggis. Chitosan adalah biomaterial sekunder, senyawa organik turunan dari khitin yang bermanfaat sebagai pengawet biji-bijian dari serangan hama; membran atau kapsul pelindung obat; immobilisasi enzim, sel bakteri, dan sel jaringan; bahan kosmetik; dapat memfiksasi dan melindungi pupuk ditanah; dan lain sebagainya (Suptijah, 2006). Sedangkan liquinox start adalah zat pengatur tumbuh yang diformulasikan untuk memacu pertumbuhan tanaman (www.liquinox.com).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan mutu bibit manggis setelah transportasi dan mengetahui metode transportasi bibit manggis yang tepat dan efisien.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Penggunaan zat anti transpirasi dapat menekan laju transpirasi selama transportasi sehingga dapat mempertahankan mutu bibit manggis.

2. Terdapat media transportasi ringan bukan tanah yang dapat mempertahankan mutu bibit manggis.

3. Bibit manggis yang ditransportasikan tanpa menggunakan media trasnportasi bila diberikan anti transpirasi akan mempunyai resiko kematian yang rendah.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Manggis

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara (Verheij, 1997). Manggis termasuk kedalam genus Garcinia dari famili Guttiferae. Manggis merupakan spesies yang memiliki nilai jual yang tinggi.

Akar tanaman manggis berjumlah sedikit dan tidak mempunyai bulu akar. Akar tanaman manggis mempunyai laju pertumbuhan yang lambat. Akar tanaman manggis mudah rusak dan terganggu sebagai akibat dari lingkungan yang kurang menguntungkan, sehingga luas permukaan kontak akar dengan media tumbuh sedikit (Cox, 1976).

Menurut Verheij (1997) kanopi tanaman manggis berbentuk oval dan kerucut berukuran sedang dengan tinggi tanaman dewasa dapat mencapai 10 - 25 meter dan berdiameter 25 - 35 cm. Daun tanaman manggis berbentuk bulat panjang dengan ujung yang tajam dan terletak berhadapan, serta bertekstur tebal. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau gelap sedangkan bagian bawah berwarna hijau kusam. Ukuran daun bervariasi yaitu dengan panjang daun 15 - 25 cm dan lebarnya 7 - 13 cm (Verheij dan Coronel, 1992).

Bunga manggis berkelamin tunggal dan berumah dua. Bunga tersebut tumbuh pada ujung ranting. Kelopak dan mahkota masing-masing berjumlah , tebal dan berwarna merah muda atau merah. Bakal buah bulat berwarna krem dan ditutupi oleh putik bunga yang berjumlah 5 – 8 buah (Allen, 1967). Bunga jantan manggis bersifat rudimenter, yaitu tumbuh kecil dan mengering sehingga tidak berfungsi.

(16)

Syarat Tumbuh Manggis

Tanaman manggis tumbuh pada daerah dengan curah hujan yang tinggi yaitu 1500 – 2500 mm per tahun dengan distribusi yang merata sepanjang tahun. Untuk pertumbuhan tanaman manggis yang baik diusahakan agar tanah tidak mengalami kekeringan dan dipertahankan tinggi air tanah tidak lebih dari 1.8 m dari permukaan tanah (Hume, 1950)

Verheij dan Coronel (1992) menyatakan bahwa tanaman manggis akan tumbuh optimal pada suhu dan kelembapan yang tinggi. Suhu di bawah 20° C dan di atas 38°C menyebabkan kematian tanaman manggis sedangkan pada suhu di bawah 20° C pertumbuhan akan terhambat. Kelembaban yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman manggis adalah sekitar 80 %.

Drainase sangat penting dalam pertumbuhan tanaman manggis muda. Untuk pertumbuhan tanaman manggis yang optimal, selain drainase yang baik diperlukan tanah yang subur , porous, dan kaya akan bahan organik (Hume, 1950).

Transpirasi

Air memegang peranan penting dalam kehidupan tumbuhan. Untuk setiap gram bahan organik tanaman, kira-kira 500 gram air harus diserap oleh akar dan di transportasikan keseluruh tubuh untuk kemudian diuapkan ke atmosfer. Sedikit saja terjadi ketidak-seimbangan air dalam tanaman akan mengakibatkan defisit air dan terganggunya proses selular tumbuhan. Oleh karena itu tanaman harus memelihara keseimbangan penyerapan dan penguapan air.

Transpirasi adalah hilangnya air dalam bentuk uap dari tubuh tumbuhan melalui penguapan (Tjondronegoro, Haraan, dan Hamim, 1999). Tenaga penggerak transpirasi adalah perbedaan potensial air antara ruang dalam stomata dan atmosfir luar.

(17)

transpirasi cenderung meningkat tajam pada pagi hari, lalu mencapai puncaknya pada siang hari, dan kemudian mengalami penurunan pada sore hari.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi laju transpirasi adalah melakukan penyiraman air atau pengairan, memangkas daun tanaman, dan menggunakan zat anti transpirasi (Carpenter, Walker, and Lanpehear, 1975).

Anti Transpirasi

Anti transpirasi digunakan untuk menekan laju transpirasi tanaman. Anti transpirasi dapat membantu mencegah atau setidaknya memperlambat kelayuan dengan memperlambat laju kehilangan air (Davenport, Hagan, and Lanpehear, 1969). Anti transpirasi dapat menghemat suplai air yang ada pada media tanam, mempertahankan daya tahan tanaman terhadap cekaman kekeringan, dan melindungi daun dari fungi dan serangga. Anti transpirasi diklasifikasikan menjadi 3 yaitu anti transpirasi dengan material pemantul cahaya matahari yang dapat menurunkan absorbsi energi radiasi matahari sehingga menurunkan suhu daun, anti transpirasi yang dapat menyebabkan stomata menutup secara kimiawi, dan anti transpirasi yang dapat membentuk lapisan yang menutupi permukaan daun sehingga laju kehilangan air berkurang (Davenport et.al., 1969).

Chitosan

Menurut Suptijah (2006) chitosan adalah suatu zat yang merupakan turunan dari kitin dengan rumus N-asetil D-glukosamin (Gambar 1.). Sedangkan definisi kitin adalah selulosa alami yang banyak terdapat pada hewan khususnya pada kelompok crustacea seperti kulit udang, kepiting, rajungan, serta pada dinding sel bakteri dan fungi. Chitosan mempunyai bentuk rombik yang dapat digunakan sebagai matriks atau resin.

Gambar 1. Struktur Kimia Chitosan

(18)

larut dalam asam organik, dengan membebaskan asam laktat dan N-asetil. Chitosan dan kitin dalam larutan yang mengandung ion logam berat akan membentuk senyawa kompleks (Hawab, 2006).

Pembuatan chitosan dilakukan melalui tiga proses. Chitosan dibuat dari limbah industri pengolahan udang dan rajungan seperti kulit, kepala, dan ekor udang atau rajungan yang tidak terpakai. Bahan-bahan tersebut selanjutnya dihilangkan kandungan mineralnya melalui proses demineralisasi. Proses selanjutnya adalah proses deproteinasi untuk menghilangkan kandungan protein dalam bahan-bahan tersebut. Dan proses yang terakhir adalah proses deasetilasi untuk menghilangkan gugus asetil.

Chitosan mempunyai potensi yang dapat digunakan pada berbagai jenis industri dan pada bidang kesehatan seperti pengawet biji-bijian dari serangan hama, membran pelindung obat, bahan kosmetik, senyawa penukar ion, dapat memfiksasi dan melindungi pupuk ditanah, serta banyak manfaat lainnya.

Menurut Bittelli, Flury, Campbell, dan Nichols (2001) chitosan termasuk anti transpirasi yang dapat menyebabkan stomata menutup secara kimiawi dan dapat membentuk lapisan yang menutupi permukaan daun sehingga laju kehilangan air berkurang. Aplikasi chitosan yang disemprotkan pada permukaan daun dapat menekan laju transpirasi dan mencegah kelayuan daun pada tanaman cabai (Bittelli et.al., 2001)

Liquinox Start

Liquinox start adalah zat pengatur tumbuh berbentuk cair yang dapat digunakan untuk mengurangi stress pada tanaman yang diakibatkan oleh cekaman lingkungan. Liquinox start diformulasikan untuk membantu mereduksi cekaman pada saat transplanting dan menstimulasi pertumbuhan akar. Liquinox start efektif untuk diaplikasikan pada segala jenis tanaman pada penanaman seperti pada penyemaian benih, penanaman stek, perakaran pada mawar, tanaman pembatas, dll. Liquinox start mengandung :

• Vitamin B1

(19)

zat ini mengandung sulfur (tio) dan nitrogen (amine). Thiamine termasuk kedalam golongan vitamin yang larut dalam air . Thiamine disintesis pada daun dan ditranslokasikan ke daerah meristematik pada akar dan tunas. Thiamine pada tanaman terdapat dalam bentuk bebas dan sebagai thiamin fosfat (Khrishnamoorthy, 1981). Vitamin berfungsi sebagai ko-faktor dalam reaksi-reaksi enzim. Thiamine pirofosfat merupakan bagian yang aktif dari enzim karboksilase. Karena proses sintesis thiamine terjadi pada daun maka cahaya sangat diperlukan pada saat sintesis dan translokasinya (Khrisnamoorthy, 1981).

• NAA

NAA merupakan senyawa sintetik dari auksin yang memiliki fungsi sebagai salah satu zat pengatur tumbuh pada tanaman. Auksin berperan pada berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Peranan auksin antara lain adalah pembesaran sel, penghambatan mata tunas samping, pengguguran daun, aktivitas kambium, dan pertumbuhan akar. Auksin pada tanaman dapat mempengaruhi proses membuka dan menutupnya stomata (Klingman, 1973). Aktivitas auksin sintetik dipengaruhi oleh kesanggupan senyawa tersebut menembus kutikula, sifat translokasi didalam tanaman, pengikatan auksin menjadi senyawa yang tidak aktif, interaksi dengan hormon tumbuhan lainnya, spesies tanaman, fase pertumbuhan, dan lingkungan (Wattimena, 1988).

• Ekstrak yucca

Tanaman yucca termasuk kedalam family Liliaceae. Tanaman Yucca mengandung saponin steroid. Penggunaan saponin streoid sebagai anti stress pada tanaman saat ini sudah meluas. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tanaman yang diberi ekstrak yucca mempunyai daya tahan yang baik terhadap lingkungan yang kering.

• Zat besi

(20)

• Asam fosfat

Asam fosfat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman. Asam fosfat dapat merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembungaan, membantu dalam pembentukan benih dan sangat penting pada saat perkecambahan (Gardner, Pearce, and Mitchell, 1991).

• Fe-EDTA

EDTA adalah zat pengkelat yang umum digunakan untuk unsur Fe, Zn, dan unsur-unsur mikro yang lain. Khusus pada liquinox start digunakan Fe-EDTA. Pemberian Fe-EDTA atau pun zat pengkelat yang lain merupakan metode yang biasa diterapkan melalui tanah atau daun agar ketersediaannya tercukupi sehingga pertumbuhan tanaman berjalan lancar (Gardner et.al., 1991).

Media Tanam Saat Transportasi

Media tanam memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai tempat tumbuh tanaman dan penyuplai hara mineral bagi tanaman. Suatu media tanam harus dapat mensuplai hara mineral, mampu menahan air tersedia, menyediakan aerasi yang baik, dan memberikan tunjangan mekanik bagi tanaman agar pertumbuhan tanaman berjalan dengan baik (Soepardi,1983).

Campuran Tanah dan Bahan Organik

Pemberian bahan organik pada media tanam tanaman manggis akan memperbaiki struktur tanah, meningkatkan meningkatkan efisiensi pemupukan dan pemberian air yang dapat memperbaiki sistem perakaran tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Jumlah bahan organik di dalam campuran media tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman manggis.

(21)

P dan S dalam bentuk organik. Sedangkan secara biologi bahan organik dapat meningkatkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah.

Arang Sekam

Arang sekam adalah hasil dari pembakaran sekam padi yang berwarna hitam. Saat ini arang sekam sudah banyak digunakan sebagai media tanam pada teknik budidaya secara hidroponik. Arang sekam mengandung beberapa unsur penting yaitu karbon, oksigen,hidrogen, dan silika (Nugraha dan Setiawati, 2006). Selain itu arang sekam juga mengandung protein, lemak, karbohidrat, dan serat kasar (Nugraha dan Setiawati, 2006).

(22)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur, Bogor. Lokasi penelitian ini memiliki ketinggian 250 meter di atas permukaan laut dengan temperatur 20 °C – 32 °C . Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret sampai Oktober 2007. Jalur transportasi yang digunakan terdiri dari dua rute perjalanan yaitu, rute perjalanan Bogor-Jakarta-Bogor dan rute perjalanan Tajur-Leuwiliang-Ciawi-Tajur.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit manggis berumur 3-4 tahun, kondisinya baik, tinggi berkisar antara 40-60 cm, dan jumlah daun berkisar antara 10-25 helai daun. Anti transpirasi yaitu, chitosan gel dan liquinox start. Media transportasi yaitu, campuran tanah dengan pupuk kandang, arang sekam,insektisida Confidor, dan pupuk NPK.

Alat yang digunakan adalah sprayer, mobil bak terbuka, gembor, plastik transparans, benang kasur, pisau, gunting, meteran, termometer basah dan kering, alat pengukur transpirasi, dan alat penunjang penelitian lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di lapang dengan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan dua faktor yaitu pengaruh anti transpirasi dan media transportasi. Anti transpirasi terdiri dari empat taraf yaitu kontrol (air), chitosan (15 mg/L), liquinox start (2 ml/L), dan campuran chitosan (15 mg/L) dengan liquinox start (2 ml/L). Sedangkan media transportasi terdiri dari tiga taraf yaitu campuran tanah dengan pupuk kandang , arang sekam, dan tanpa media.

(23)

Model matematika yang digunakan untuk analisis statistik dalam penelitian ini adalah :

Yijk =

µ

+

τ

i + β j +(

τ

β) i j +

ρk

+

ε

i j

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada taraf ke-i dari faktor pemberian anti-transpirasi

dan taraf ke-j dari faktor media transportasi µ = Nilai rataan umum

τ

i = Pengaruh aditif dari taraf ke-i faktor pemberian anti-transpirasi

β j = Pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor media transportasi

(

τ

β )ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor pemberian anti-transpirasi dan taraf

ke-j faktor media transportasi

ρk

= Pengaruh kelompok

εij = Pengaruh galat pada taraf ke-i faktor pemberian anti-transpirasi dan

taraf ke-j faktor media transportasi i = 1, 2, 3, 4

j = 1, 2, 3

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F. Jika uji F nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 5%.

Pelaksanaan

1. Persiapan Bibit

Bibit yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit manggis yang telah berumur 3-4 tahun. Bibit dipilih dan dikelompokkan berdasarkan umur dan tinggi tanaman. Bibit yang dibutuhkan berjumlah 144 tanaman.

2. Penggantian Media Tanam

(24)

pengemasan menggunakan plastik lalu dikemas menggunakan kardus. Penggantian media tanam bibit manggis juga dilakukan segera setelah transportasi bibit manggis, yaitu bibit manggis dengan perlakuan media transportasi arang sekam dan perlakuan tanpa media seluruhnya diganti menjadi media tanam campuran tanah dan pupuk kandang dengan polybag yang berukuran lebih besar.

3. Aplikasi Anti Transpirasi

Anti transpirasi diaplikasikan dengan cara disemprotkan dengan menggunakan handsprayer pada permukaan atas dan bawah daun. Aplikasi penyemprotan anti transpirasi dilakukan sesaat sebelum transportasi bibit manggis.

4. Transportasi Bibit Manggis

Bibit tanaman manggis yang telah diberi perlakuan anti transpirasi dan penggantian media tanam, selanjutnya diangkut kedalam mobil bak terbuka. Bibit-bibit tersebut disusun agar tidak berhimpitan satu sama lain. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Transportasi pada percobaan pertama dilakukan pada tanggal 18 April 2007 dari pukul 09.00 hingga pukul 15.00 dengan rute perjalanan Bogor-Jakarta-Bogor. Sedangkan transportasi pada percobaan kedua dilakukan malam hari pada tanggal 1 Juli 2007 dari pukul 19.00 hingga pukul 01.00 dengan rute perjalanan Tajur-Leuwiliang-Ciawi-Tajur.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengamatan kuantitatif yang dilakukan adalah :

1. Tinggi tanaman (cm)

Diukur mulai dari permukaan media tanam hingga titik tumbuh. Pengukuran dilakukan pada awal dan akhir pengamatan. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan menggunakan tali dan penggaris.

2. Diameter batang (cm)

(25)

3. Jumlah daun

Dihitung jumlah daun gugur dan daun baru pada bibit manggis. Perhitungan dilakukan dua hari sekali sampai trubus pertama mengalami dormansi.

4. Suhu (°C)

Diukur pada saat transportasi menggunakan termometer basah dan kering. 5. Transpirasi

Diukur pada saat transportasi menggunakan ADC Bioscientific Portable Light Unit LCA4.

6. Waktu munculnya trubus

Dicatat waktu munculnya trubus pada satu tanaman. Pencatatan dilakukan sampai trubus pertama mengalami dormansi .

7. Jumlah trubus

Dicatat jumlah trubus yang muncul pada satu tanaman. Pencatatan dilakukan sampai trubus pertama mengalami dormansi

8. Panjang trubus total (cm)

Diukur panjang trubus total yang muncul pada satu tanaman. Pengukuran dilakukan pada saat trubus pertama telah mengalami dormansi. Pengukuran panjang tubus total dilakukan menggunakan tali dan penggaris.

9. Diameter trubus (mm)

Diukur diameter trubus yang muncul pada satu tanaman. Pengukuran dilakukan pada saat trubus pertama telah mengalami dormansi. Pengukuran diameter trubus dilakukan menggunakan jangka sorong.

10. Panjang dan lebar daun (cm)

Diukur panjang dan lebar daun baru yang muncul pada satu tanaman. Pengukuran dilakukan pada saat trubus pertama telah mengalami dormansi. Pengukuran panjang dan lebar daun baru dilakukan menggunakan tali dan penggaris.

11. Luas daun baru

(26)

Pengukuran luas daun dilakukan menggunakan rumus (Wiebel, 1993) :

A = 0.510 x L

1.25

x W

0.931

Keterangan : A = Luas daun L = Panjang daun W = Lebar daun

Pengamatan kualitatif yang dilakukan adalah : 1. Pengamatan warna daun bibit manggis

Diamati warna daun mulai dari sebelum transportasi sampai trubus pertama mengalami dormansi. Pengamatan warna daun dilakukan menggunakan

Munsell Color Chart. Klasifikasi warna dengan sistem munsell menggunakan tiga ciri yaitu: Hue (rona), Value (nilai), Chroma (kroma).

Hue menunjukkan warna dominan dari suatu objek yang diteliti apakah warna tersebut merah, hijau, atau kuning. Pada penelitian ini warna Hue

yang digunakan untuk mengamati warna daun bibit manggis adalah GY (Green Yellow). Value menunjukkan gelap terangnya warna. Nilai value

berkisar antara 0 hingga 10. semakin tinggi nilai value maka warna semakin cerah. Chroma menunjukkan intesitas warna. Nilai chroma berkisar antara 0 hingga 20. semakin tinggi nilai chroma maka intesitas warna semakin gelap (Djunaedi, 1999). Contoh penyajian data :

2.5 GY

7 / 4

Hue Value Chroma

2. Pengamatan intesitas kerusakan tanaman.

Diamati keadaan tanaman setelah bibit ditransportasikan sampai trubus pertama mengalami dormansi. Pengamatan intesitas kerusakan tanaman dilakukan menggunakan skoring stress :

(27)

• Skor 2 : tanaman segar, daun berwarna hijau dan terdapat bercak kekuningan (<25%).

• Skor 3 : tanaman sedikit layu , daun berwarna hijau dan terdapat bercak kekuningan (25-50%).

• Skor 4 : tanaman layu, batang agak keriput, daun berwarna hijau muda dengan bercak kekuningan (>50%) dan agak keriting.

• Skor 5 : tanaman layu, batang keriput, daun berwarna hijau muda kusam dengan bercak kekuningan (50-75%), dan keriting.

• Skor 6 : tanaman sangat layu, batang sangat keriput, daun berwarna hijau kecoklatan, agak kering, sangat keriting, dan daun gugur.

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Bibit manggis yang digunakan berasal dari sambungan. Batang bawah bibit sambungan yang digunakan berasal dari Purwakarta dan Kaligesing, sedangkan batang atas yang digunakan berasal dari Bogor. Bibit manggis yang digunakan berumur 3-4 tahun, kondisinya baik, tinggi berkisar antara 40-60 cm, dan jumlah daun berkisar antara 10-25 helai daun.

Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Pada saat sebelum tranportasi, bibit manggis diberikan perlakuan anti transpirasi kontrol, chitosan, liquinox start, dan campuran antara chitosan dan liquinox start. Kemudian bibit disusun di dalam mobil bak terbuka dengan dinaungi paranet 75%. Transportasi pada percobaan pertama dilakukan pada tanggal 18 April 2007 dari pukul 09.00 hingga pukul 15.00 dengan rute perjalanan Bogor-Jakarta-Bogor. Suhu selama transportasi pertama berkisar antara 30-37°C dengan kelembapan 50-64%. Sedangkan transportasi pada percobaan kedua dilakukan malam hari pada tanggal 1 Juli 2007 dari pukul 19.00 hingga pukul 01.00 dengan rute perjalanan Tajur-Leuwiliang-Ciawi-Tajur. Suhu selama perjalanan berkisar antara 24-26°C dengan kelembapan 90%.

(29)

Bibit manggis pada percobaan pertama (Transportasi pertama) mengalami kerusakan yang berat setelah transportasi. Hal ini disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi (32-37°C) dan kelembapan udara yang rendah (48-64%) selama perjalanan. Hal tersebut mengakibatkan bibit manggis menjadi stress dan hanya dapat bertahan hidup hingga 2 minggu setelah perlakuan. Oleh karena itu data yang digunakan pada penelitian ini adalah data hasil pengamatan pada transportasi yang kedua (Gambar 2.).

(30)

Persentase Kematian Bibit Chitosan 8.25 22.00 30.25 35.75 Liquinox Start 11.00 16.58 19.33 41.33 Chitosan+Liquinox start 16.50 22.00 27.50 30.25

Uji F tn tn tn tn

Media Transportasi :

Tanah + Pupuk kandang 8.25b 10.31b 12.37b 20.62b Arang Sekam 4.12b 16.50ab 24.75b 33.00b Tanpa Media 22.68a 35.12a 49.5a 57.87a

Uji F ** ** ** **

Interaksi :

tn tn tn tn

Keterangan : MSP = minggu setelah perlakuan tn = tidak berbeda nyata

(31)

kematian bibit terendah dihasilkan oleh perlakuan tanah dengan pupuk kandang yaitu sebesar 10.31%. Perlakuan arang sekam mengalami kenaikan persentase kematian bibit yang lebih besar bila dibandingkan dengan perlakuan tanah dengan pupuk kandang, yaitu sebesar 16.50%. Hal ini disebabkan karena perlakuan arang sekam tidak dapat memulihkan tanaman dari stress. Pada waktu pengamatan 13 MSP, persentase kematian bibit tertinggi dihasilkan oleh perlakuan tanpa media yaitu sebesar 49.50% dan persentase kematian bibit terendah dihasilkan oleh perlakuan tanah dengan pupuk kandang yaitu sebesar 12.37%. Pada waktu pengamatan 17 MSP, persentase kematian bibit tertinggi dihasilkan oleh perlakuan tanpa media yaitu sebesar 57.87% dan persentase kematian bibit terendah dihasilkan oleh perlakuan tanah dengan pupuk kandang yaitu sebesar 20.62%.

Tingginya suhu selama transportasi dan pengamatan menyebabkan kenaikan laju transpirasi pada bibit manggis. Transpirasi yang berlebihan pada perlakuan tanpa media mempengaruhi metabolisme bibit manggis yang mengakibatkan kerusakan dan kematian tanaman. Menurut Coder (1999) kematian tanaman dipengaruhi oleh suhu yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang, tercapainya suhu maksimum tanaman, usia jaringan tanaman, kandungan air dalam jaringan tanaman, dan kemampuan tanaman untuk menyesuaikan diri dengan perubahan suhu. Coder (1999) menyatakan bahwa kenaikan suhu menyebabkan laju transpirasi meningkat, yang selanjutnya menyebabkan stomata menutup sehingga laju transpirasi berkurang. Namun dengan menurunnya transpirasi dapat menyebabkan kenaikan suhu di dalam daun yang dapat mencapai suhu maksimum yang dapat mengakibatkan kematian tanaman.

Menurut Edmond, Musser, dan Andrews (1975) kegiatan pemindahan tanaman merusak sebagian sistem perakaran. Kerusakan sistem perakaran ini mengakibatkan jumlah air yang diabsorpsi tanaman menjadi berkurang, namun disisi lain transpirasi terus berlangsung. Hal ini meyebabkan persediaan air dalam tanaman berkurang, sehingga laju pembelahan sel menurun. Efek berikutnya yang terjadi adalah menurunnya tekanan turgor sel penjaga pada stomata daun, sehingga stomata menutup. Penutupan stomata ini mengakibatkan laju difusi CO2

(32)

fotosintesis menyebabkan berkurangnya cadangan makanan tanaman, sehingga proses pembelahan sel terhambat dan pertumbuhan tanaman terganggu. Bila laju fotosintesis menurun namun respirasi tanaman terus berlangsung maka akan terjadi degradasi protein dan membran yang dapat menyebabkan kematian sel dan jaringan tanaman.

Intesitas Kerusakan Tanaman

Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap intesitas kerusakan tanaman pada bibit manggis yang bertahan hidup pada semua waktu pengamatan. Begitu juga dengan pengaruh anti transpirasi tidak berpengaruh nyata terhadap intesitas kerusakan tanaman pada bibit manggis yang bertahan hidup pada semua waktu pengamatan. Sedangkan pengaruh media transportasi berpengaruh nyata terhadap intesitas kerusakan tanaman pada bibit manggis yang bertahan hidup pada semua waktu pengamatan (Tabel 2.).

Pada awal pengamatan (1 MSP) skor intesitas kerusakan tanaman mengalami peningkatan, lalu dikuti dengan penurunan skor intesitas kerusakan tanaman seiring dengan pemulihan kesegaran tanaman. Pada akhir pengamatan terjadi kenaikan skor intesitas kerusakan tanaman, namun skor intesitas kerusakan tanaman tidak lebih besar dari skor intesitas kerusakan tanaman awal. Namun perlakuan tanpa media mengalami kenaikan intesitas kerusakan tanaman secara terus menerus pada 1 MSP hingga 17 MSP

(33)

Tabel 2. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Intesitas Kerusakan Tanaman pada Bibit Manggis Hidup

Perlakuan

Waktu Pengamatan (MSP)

1 9 17

Skor Intesitas Kerusakan Tanaman

Anti Transpirasi:

Kontrol 2.05 2.01 1.98

Chitosan 1.86 1.94 2.16

Liquinox Start 1.90 1.75 1.91 Liquinox Start + Chitosan 2.04 1.90 1.86

Uji F tn tn tn

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5% menurut uji Duncan

tn = tidak berbeda nyata

** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% MSP = Minggu Setelah Perlakuan

Perlakuan media transportasi tanah dengan pupuk kandang dan media transportasi arang sekam menghasilkan intesitas kerusakan tanaman yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa media. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan air yang mencukupi pada media untuk mempertahankan daya tahan bibit. Media transportasi tanah dengan pupuk kandang memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan tanaman agar dapat tumbuh dengan baik seperti kelembapan tanah dan ketersediaan unsur hara. Hume (1950) menyatakan bahwa tanaman manggis tumbuh dengan baik pada media yang mengandung banyak bahan organik. Sedangkan media transportasi arang sekam memiliki kemampuan untuk menahan air yang baik sehingga dapat mempertahankan daya tahan bibit.

(34)

mengalami kematian pada akhir pengamatan. Begitu juga dengan pengaruh anti transpirasi tidak berpengaruh nyata terhadap intesitas kerusakan tanaman pada bibit manggis pada semua waktu pengamatan. Sedangkan pengaruh media transportasi berpengaruh nyata terhadap intesitas kerusakan tanaman pada bibit manggis pada semua waktu pengamatan (Tabel 3.).

Tabel 3. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Intesitas Kerusakan Tanaman pada Bibit Manggis Mati Liquinox Start + Chitosan 2.41 3.27 3.52

Uji F tn tn tn

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5% menurut uji Duncan

tn = tidak berbeda nyata

** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% MSP = Minggu Setelah Perlakuan

(35)

muncul bercak-bercak kuning pada daun, lalu daun mengering dan gugur. berpengaruh nyata terhadap jumlah daun gugur pada semua waktu pengamatan. Pengaruh anti transpirasi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun gugur pada waktu pengamatan 3 minggu setelah perlakuan. Sedangkan pengaruh media transportasi berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun gugur pada semua waktu pengamatan (Tabel Lampiran 6.).

Gambar 3. Pengaruh anti transpirasi terhadap jumlah daun gugur

(36)

Gambar 4. Pengaruh media transportasi terhadap jumlah daun gugur

Perlakuan anti transpirasi chitosan+ liquinox start berbeda nyata dengan ketiga perlakuan yang lain pada waktu pengamatan 3MSP. Perlakuan ini memiliki jumlah daun gugur terbesar yaitu sebesar 10.80%. Sedangkan perlakuan kontrol memiliki jumlah daun gugur terkecil yaitu sebesar 4.78%

(37)

Jumlah Daun Baru

Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun baru pada semua waktu pengamatan. Pengaruh anti transpirasi berpengaruh nyata pada taraf 5% pada saat 13 MSP dan berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% pada saat 15 MSP dan 17 MSP terhadap jumlah daun baru. Pengaruh media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun baru pada semua waktu pengamatan (Tabel Lampiran 8.).

Gambar 5. Pengaruh anti transpirasi terhadap Jumlah daun baru

Gambar 6. Pengaruh media transportasi terhadap jumlah daun baru

(38)

Pada waktu pengamatan 13 MSP, perlakuan chitosan berbeda nyata dengan liquinox start, campuran antara chitosan+liquinox start, dan kontrol. Perlakuan ini menghasilkan jumlah daun baru yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu sebesar 2.33 helai. Perlakuan liquinox start memiliki jumlah daun baru yang terendah yaitu sebesar 0.00 helai. Hal ini dikarenakan oleh perlakuan liquinox start belum memiliki jumlah daun baru hingga akhir waktu pengamatan. Pada waktu pengamatan 15 MSP, perlakuan chitosan berbeda sangat nyata dengan ketiga perlakuan yang lain. Perlakuan ini menghasilkan jumlah daun baru yang tertinggi yaitu sebesar 3.08 helai. Perlakuan liquinox start menghasilkan jumlah daun baru terendah yaitu sebesar 0.00 helai. Pada waktu pengamatan 17 MSP, perlakuan chitosan berbeda sangat nyata dengan ketiga perlakuan lainnya. Perlakuan chitosan menghasilkan jumlah daun baru yang tertinggi yaitu sebesar 3.41 helai. Sedangkan perlakuan liquinox start menghasilkan jumlah daun baru yang terendah yaitu sebesar 0.00 helai.

Menurut Bittelli et.al. (2001) chitosan termasuk anti transpirasi yang dapat menyebabkan stomata menutup secara kimiawi dan dapat membentuk lapisan yang menutupi permukaan daun sehingga laju kehilangan air berkurang. Penurunan laju transpirasi mempengaruhi proses fisiologi tanaman seperti mencegah kelayuan tanaman, penggunaan air yang optimal oleh tanaman, dan peningkatan produksi biomassa. Selain itu chitosan dapat membentuk lapisan film pada permukaan daun sehingga dapat melindungi daun dari kontaminasi mikroba (Pittermann, Horner, and Wachter, 1997). Hal-hal tersebut menyebabkan metabolisme bibit manggis dapat berjalan dengan baik sehingga perlakuan ini dapat pulih dari stress lebih cepat dan menghasilkan jumlah daun baru yang lebih besar dari perlakuan yang lain.

Laju Transpirasi

(39)

Tabel 4. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Laju Chitosan + Liquinox start 1.24 0.18

Uji F tn tn

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5% menurut uji Duncan, tn = tidak berbeda nyata ** =berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Berdasarkan uji lanjut Duncan, perlakuan media transportasi arang sekam menghasilkan laju transpirasi tertinggi (1.54 mmol m-2 s-1) pada waktu

pengamatan siang hari. Tjondronegoro et al. (1999) menyatakan bahwa laju transpirasi dipengaruhi oleh suhu, kelembapan udara, angin, dan pembukaan stomata. Bibit manggis diduga mengalami transpirasi yang lebih tinggi karena tingginya suhu udara dan rendahnya kelembapan selama transportasi. Sedangkan perlakuan media transportasi tanah dengan pupuk kandang menghasilkan laju transpirasi terendah (0.88 mmol m-2 s-1) pada waktu pengamatan siang hari. Bibit

(40)

Tinggi Tanaman Dan Diameter Batang

Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang. Pengaruh anti transpirasi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang. Begitu juga dengan pengaruh media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang (Tabel 5.).

Tabel 5. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Tinggi Tanaman dan Diameter Batang pada Bibit Manggis

Perlakuan Tinggi Tanaman Diameter batang ...…cm…...

Anti Transpirasi :

Kontrol 53.54 1.25

Chitosan 51.38 1.29

Liquinox Start 51.40 1.25 Chitosan + Liquinox Start 50.32 1.26

Uji F tn tn

Media Transportasi :

Tanah + Pupuk Kandang 52.49 1.28

Arang Sekam 49.43 1.25

Tanpa Media 53.05 1.27

Uji F tn tn

Interaksi :

tn tn

(41)

Waktu Muncul Trubus dan Jumlah Trubus

Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap waktu muncul trubus dan jumlah trubus pada semua waktu pengamatan. Pengaruh anti transpirasi tidak berpengaruh nyata terhadap waktu muncul trubus dan jumlah trubus pada semua waktu pengamatan. Begitu juga dengan pengaruh media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap waktu muncul trubus dan jumlah trubus pada semua waktu pengamatan (Tabel 6.).

Tabel 6. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Waktu Muncul Trubus dan Jumlah Trubus pada Bibit Manggis

Perlakuan Waktu Muncul Trubus Jumlah Trubus …MSP… ...Satuan.. Anti Transpirasi:

Kontrol 15.75 1.41

Chitosan 11.12 2.08

Liquinox Start 18.00 0.01 Chitosan + Liquinox Start 13.75 1.00

Uji F tn tn

Media Transportasi :

Tanah+Pupuk Kandang 11.75 2.00

Arang Sekam 14.42 1.37

Tanpa Media 12.71 1.23

Uji F tn tn

Interaksi

tn tn

(42)

Panjang Trubus Total dan Diameter Trubus

Pengaruh kombinasi anti transpirasi dan media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang trubus total dan diameter trubus. Begitu juga dengan pengaruh media transportasi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang trubus total dan diameter trubus. Pengaruh anti transpirasi berpengaruh nyata terhadap panjang trubus total dan berpengaruh sangat nyata terhadap diameter trubus (Tabel 7.).

Tabel 7. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Panjang Trubus Total dan Diameter Trubus pada Bibit Manggis

Perlakuan Panjang Trubus Total Diameter Trubus ...…cm…...

Anti Transpirasi :

Kontrol 0.80b 0.10b

Chitosan 7.93a 0.31a

Liquinox Start 0.01b 0.01b Chitosan + Liquinox Start 1.64b 0.12b

Uji F

*

**

Keterangan: tn = tidak berbeda nyata

* = berpengaruh nyata pada taraf 5% ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

(43)

hingga akhir pengamatan perlakuan liquinox start hanya memiliki panjang trubus total yang kecil sekali ukurannya.

Perlakuan anti transpirasi berpengaruh sangat nyata terhadap diamater trubus bibit manggis. Perlakuan chitosan berbeda nyata dengan perlakuan liquinox start, campuran antara chitosan +liquinox start, dan kontrol. Perlakuan chitosan memiliki nilai diameter trubus yang lebih besar dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya yaitu sebesar 0.31 cm. Perlakuan liquinox start start memiliki nilai diameter trubus terkecil diantara perlakuan lainnya yaitu sebesar 0.01 cm. Hal ini dikarenakan hingga akhir pengamatan perlakuan liquinox start hanya memiliki diameter trubus yang kecil sekali ukurannya.

Chitosan termasuk kedalam anti transpirasi yang dapat menyebabkan stomata menutup secara kimiawi dan membentuk lapisan tipis transparan pada daun (Bittelli et.al., 2001). Lapisan tipis ini dapat menutupi permukaan daun dan stomata daun sehingga laju kehilangan air dari daun selama transportasi dapat ditekan. Hal ini dapat memperlambat kelayuan tanaman. Selain itu lapisan tipis chitosan juga dapat berfungsi sebagai pelindung kontaminasi mikroba (Pittermann

et al., 1997). Anti transpirasi dapat menghemat suplai air yang ada pada media tanam, mempertahankan daya tahan tanaman terhadap cekaman kekeringan, dan melindungi daun dari fungi dan serangga (Davenport, et.al., 1969). Dengan tingkat kelayuan tanaman atau tingkat stress yang lebih rendah, perlakuan chitosan dapat pulih dari stress lebih cepat dari ketiga perlakuan yang lain. Hal ini menyebabkan metabolisme bibit manggis dapat berjalan dengan baik, sehingga perlakuan ini dapat menghasilkan tunas baru yang lebih cepat muncul dan memiliki ukuran panjang trubus total dan diameter trubus yang lebih besar dari perlakuan yang lain.

Panjang, Lebar, dan Luas Daun Baru

(44)

terhadap panjang daun baru. Pengaruh anti transpirasi berpengaruh sangat nyata terhadap lebar dan luas daun baru. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Panjang, Lebar, dan Luas Daun Baru pada Bibit Manggis

Perlakuan Panjang Daun Lebar Daun Luas daun ...…cm…... ...…cm2…...

Tanah + Pupuk Kandang 2.25 1.31 21.23 Arang Sekam 2.04 1.67 23.45 Tanpa Media 1.22 0.64 4.19

Uji F tn tn tn

Interaksi :

tn tn tn

Keterangan: tn = tidak berbeda nyata

**= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Perlakuan anti transpirasi berpengaruh nyata terhadap lebar daun baru. Perlakuan chitosan berbeda nyata dengan liquinox start, campuran antara chitosan+liquinox start, dan kontrol. Perlakuan chitosan memiliki nilai lebar daun baru yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 3.17 cm. Perlakuan liquinox start memiliki nilai lebar daun daru terendah diantara perlakuan lainnya yaitu sebesar 0.01 cm. Hal ini dikarenakan hingga akhir pengamatan perlakuan liquinox start hanya memiliki ukuran lebar daun baru yang kecil sekali.

(45)

terkecil diantara perlakuan lainnya yaitu sebesar 0.01 cm. Hal ini dikarenakan hingga akhir pengamatan perlakuan liquinox start hanya memiliki ukuran luas daun baru yang yang kecil sekali.

Chitosan merupakan anti transpirasi yang dapat menyebabkan stomata menutup secara kimiawi dan membentuk lapisan tipis transparan (film) pada daun (Bittelli et.al., 2001). Chitosan dapat menutupi permukaan daun sehingga laju kehilangan air dari daun selama transportasi bibit manggis dapat ditekan dan dapat melindungi daun dari kontaminasi mikroba. Hal ini dapat memperlambat kelayuan tanaman. Anti transpirasi dapat menghemat suplai air yang ada pada media tanam, mempertahankan daya tahan tanaman terhadap cekaman kekeringan, dan melindungi daun dari fungi dan serangga (Davenport, et.al., 1969). Perlakuan chitosan dapat memulihkan tanaman dari stress lebih cepat dari ketiga perlakuan yang lain. Hal ini menyebabkan metabolisme bibit manggis dapat berjalan dengan baik, sehingga perlakuan ini dapat menghasilkan tunas baru yang lebih cepat muncul dengan ukuran lebar dan luas daun baru yang lebih besar dari perlakuan lainnya.

Warna Daun

(46)

Tabel 9. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Warna

Kombinasi terbaik yang dapat meningkatkan kesegaran dan warna daun bibit manggis adalah kombinasi perlakuan anti transpirasi chitosan dan media transportasi tanah dengan pupuk kandang. Kombinasi perlakuan chitosan dan tanah+pupuk kandang memiliki warna daun hijau pucat (5GY7/2) hingga 5 MSP. Sedangkan pada waktu pengamatan yang sama, bibit manggis pada perlakuan yang lain sudah berwarna hijau muda agak kusam (2.5GY7/4). Hal ini dikarenakan chitosan dan media transportasi tanah dengan pupuk kandang dapat mengurangi stress dan memulihkan bibit manggis lebih cepat dari perlakuan yang lain.

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Perlakuan anti transpirasi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun baru, panjang trubus total, diameter trubus, lebar daun, dan luas daun.

2. Perlakuan media transportasi berpengaruh nyata terhadap persentase kematian bibit, jumlah daun gugur, laju transpirasi, dan intesitas kerusakan tanaman. Media transportasi tanah dan pupuk kandang memiliki laju transpirasi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan media tanam arang sekam dan tanpa media.

3. Kombinasi anti transpirasi chitosan dan media transportasi tanah dengan pupuk kandang dapat mempertahankan kesegaran dan warna daun bibit manggis.

4. Bibit manggis dapat ditransportasikan tanpa menggunakan media tanam, namun jumlah bibit manggis yang dapat bertahan hidup hanya sebesar 42.13% hingga akhir pengamatan.

5. Transportasi bibit manggis pada malam hari dapat mempertahankan daya tahan hidup bibit manggis yang lebih baik dibandingkan dengan tranportasi bibit manggis pada siang hari.

Saran

1. Diperlukan penelitian lanjutan dengan anti transpirasi yang berbeda dan media transportasi yang lebih ringan namun dapat mempertahankan suplai air yang lebih baik.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, B. M. 1976. Malayan Fruits : An Introduction to The Cultivated Species. Donald Moore Press LTD. Singapore. 595 p.

Almatsier, S. Tanpa tahun. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka utama. Jakarta.

Anonim, 2006. Liquinox Start. http://www.liquinox.com

Bittelli, M., M. Flury, G.S. Campbell, E.J. Nichols. 2001. Reduction of Transpiration Trough Foliar Application of Chitosan. Agricultural and Forest Meteorology 107 (2001) 167-175p.

Carpenter, P.L., T.D. Walker and P.O. Lanpehear. 1976. Plants in the Landscape. W.H, Freeman and Co. San Franssisco. 481 p.

Coder, K. D. 1999. Heat Stroke in Trees. University of Georgia School of Forest Resources Extention Publication. 99(024).

Cox, J. E. K. 1976. Garcinia mangostana – Mangosteen. P. 361 – 375. In R. J. Garner, S. A. Chaudhri (Eds.). The Propagation of Tropical Fruit Trees. FAO and CAB.

Davenport, D.C., R.M. Hagan, P.O. Lanpehear. 1969. Antitranspirant uses and effect of antitranspirant. Plant Physiol. 46:722-724.

Douglas, J.S. 1985. Advanced Guide to Hydroponics. Pelham Books. London. 61-82p.

Djunaedi, A.R. 1999. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 122 hal.

Edmond, Musser, and Andrews. 1957. Fundamental of Horticulture. McGrow-Hill Book Co. New york. 456p.

Gardner, F.P., R.B. Pearce, and R.G. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants. Terj. H. Susilo. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Hawab, M. 2006. Toksisitas dan Kendala Penggunaan Chitin dan Chitosan pada Bahan Makanan dan Makanan. Seminar Nasional Chitin-Chitosan 2006, Bogor ; Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

(49)

Khrishnamoorty, H.N. 1981. Plant Growth Substance Including Application in Agriculture. McGraw-Hill. New York. 214p.

Klingman, G.C. 1973. Weed Control : As A science. John Wiley and Sons. New Delhi. 420p.

Mengel, K. and E. A. Kirkby. 1979. Plant Water Relationship: Principles of Plant Nutrient. Potash Int., Bern. 655p.

Nugraha, S. dan J. Setiawati. 2006. Peluang Agribisnis Arang Sekam. http://www.balitpasca.go.id

Pittermann, W., V. Horner. And R. Wachter. 1997. Chitin Handbook. European Chitin Society. Italy.

Poerwanto, R. 2000. Budidaya Buah-buahan : Teknologi Budidaya Komoditas Unggulan, Pengendalian Mutu Produksi Manggis, Markisa, Salak, Pisang, Dan Jeruk. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. Institut pertanian Bogor. Bogor.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suptijah, P. 2006. Deskripsi dan Karakteristik Fungsional Chitin-Chitosan. Seminar Nasional Chitin-Chitosan 2006, Bogor ; Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Tjondronegoro, P.D., S Haraan, Hamim. 1999. Fisiologi Tumbuhan Dasar Jilid 1. Jurusan Biologi-FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Verheij, E. W. M. 1997. Garcinia mangostana L. P. 220-225. In E. W. M. Verheij And R. E. Coronel (Eds). Edible Fruits and Nuts. Plants Resources of South East Asia. Bogor.

Verheij, E. W. M. and R. E. Coronel. 1992. Edible Fruits and Nuts. Plants Resources of South East Asia. Bogor. 446 p.

Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wiebel, J., E. K. Chacko, W. J. S. Downton. 1992 Mangosteen (Garcinia mangostana L.) a potential crop for tropical northern Australia. Acta Hort. 321:132-137.

Wiebel, J. 1993. Physiology and Growth of Mangosteen (Garcinia mangostana

(50)
(51)

Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media

(52)

Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media

tn=tidak berbeda nyata, **= berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Intesitas Kerusakan Tanaman pada Bibit Manggis Mati

(53)

Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media

(54)

Tabel Lampiran 6. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Gugur pada Bibit Manggis

Perlakuan Waktu Pengamatan (MSP)

3 5 8 11 13 15 17

……%…… Anti Transpirasi:

P1:Kontrol

(Air) 4.78b 13.77 17.71 23.59 35.30 44.64 54.72 P2: Chitosan

(15 mg/L) 9.37ab 18.19 23.76 29.31 40.59 48.76 54.32

P3: Liquinox

Start (2 ml/L) 5.67b 13.00 15.96 21.75 35.74 42.80 58.60 P4: Liquinox

Start (2 ml/L) +Chitosan (15 mg/L)

10.80a 22.63 26.16 34.44 46.58 52.90 59.11

Uji F * tn tn tn tn tn tn

Media Transportasi : M1:

Tanah+Pupuk

Kandang 5.85b 8.92b 11.63b 16.83b 26.25b 30.90b 36.26c M2: Arang

Sekam 4.47b 9.39b 12.39b 18.96b 33.05b 43.05b 55.05b M3: Tanpa

Media 12.65a 32.39a 38.67a 46.03a 59.35a 67.88a 78.75a

Uji F ** ** ** ** ** ** **

Interaksi antara Anti Transpirasi dengan Media Transportasi:

P1M1 3.43 8.69 10.53 15.07 21.07 23.26 30.05 P1M2 5.29 10.17 14.81 21.21 35.37 48.60 58.17 P1M3 5.61 22.47 27.81 34.50 49.48 62.08 75.96 P2M1 6.09 6.92 11.08 16.73 29.71 36.09 38.90

P2M2 3.28 8.35 8.99 13.33 24.18 44.35 41.36

P2M3 18.76 39.30 51.22 57.89 67.89 33.83 82.71

P3M1 3.09 5.89 7.96 13.56 27.74 76.98 40.11

P3M2 5.54 12.14 15.17 22.71 35.87 33.53 65.34 P3M3 8.37 20.98 24.78 57.89 43.61 44.35 71.89 P4M1 10.78 14.20 16.97 21.98 26.51 30.75 36.00 P4M2 3.77 6.88 10.64 19.15 36.81 45.43 55.34 P4M3 17.85 46.80 50.89 62.21 76.44 82.53 84.48

Uji F tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan:

MSP: Minggu setelah perlakuan

(55)

Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Baru pada Bibit Manggis

MSP Sumber KT Pr>f

8

Anti Transpirasi 0.0208 tn

Media Transportasi 0.0208 tn Anti TranspirasixMedia Transportasi 0.0208 tn

11

Anti Transpirasi 7.5763 tn

Media Transportasi 2.6458 tn Anti TranspirasixMedia Transportasi 2.3680 tn

13

Anti Transpirasi 13.8541 *

Media Transportasi 5.1458 tn Anti TranspirasixMedia Transportasi 7.3125 tn

15

Anti Transpirasi 22.9167 **

Media Transportasi 6.3958 tn Anti TranspirasixMedia Transportasi 9.1458 tn

17

Anti Transpirasi 27.3889 **

Media Transportasi 4.5208 tn Anti TranspirasixMedia Transportasi 6.1597 tn Keterangan:

(56)

Tabel Lampiran 8. Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Jumlah Daun Baru pada Bibit Manggis

Perlakuan

Waktu Pengamatan (MSP)

8 11 13 15 17

Jumlah Daun Baru (Helai) Anti Transpirasi:

P1:Kontrol (Air) 0.08 0.08 0.08b 0.08b 0.25b

P2: Chitosan (15

Kandang 0.00 0.50 0.50 1.37 1.37

M2: Arang Sekam

0.00 0.87 1.37 1.43 1.56

M3: Tanpa Media

0.06 0.06 0.31 0.31 0.56

Uji F tn tn tn tn tn

Interaksi antara Anti Transpirasi dengan Media Transportasi :

P1M1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

P1M2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.50

P1M3 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25

P2M1 0.00 2.00 2.00 4.00 4.00

P2M2 0.00 3.00 5.00 5.25 5.25

P2M3 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00

P3M1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

P3M2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

P3M3 0.00 0.00 1.00 1.00 1.00

P4M1 0.00 0.00 0.00 1.50 1.50

P4M2 0.00 0.50 0.50 0.50 0.50

P4M3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Uji F tn tn tn tn tn

Keterangan:

MSP: Minggu setelah perlakuan

(57)

Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Tinggi Tanaman pada Bibit Manggis

Sumber KT Pr>f Transportasi terhadap Waktu Muncul Trubus pada Bibit

Manggis Transportasi terhadap Jumlah Trubus pada Bibit Manggis

(58)

Tabel Lampiran 13. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi Terhadap Panjang Trubus Total pada Bibit

Manggis

tn=tidak berbeda nyata, *= berpengaruh nyata pada taraf 5%

(59)

Tabel Lampiran 17. Sidik Ragam Pengaruh Anti Transpirasi dan Media Transportasi terhadap Luas Daun Baru pada Bibit

Manggis

Sumber KT Pr>f

Anti Transpirasi 4613 **

Media Transportasi 1776 tn

Anti TranspirasixMedia Transportasi 1480 tn Keterangan:

Gambar

Gambar 2. Kondisi Bibit di Kebun Percobaan IPB Tajur 2
Gambar 4. Pengaruh media transportasi terhadap jumlah daun gugur
Gambar 5. Pengaruh anti transpirasi terhadap Jumlah daun baru

Referensi

Dokumen terkait

Komposisi campuran media tanam tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) dengan perbandingan 2:1:1 merupakan media paling baik untuk bibit pepaya pada 6 MST serta memiliki bobot

(2) Komposisi media berpengaruh sangat nyata terhadap frekuensi panen tubuh buah dan nyata pada kecepatan panen (Hst) dan (3) perlakuan pemberian jumlah bibit berpengaruh

Komposisi campuran media tanam tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) dengan perbandingan 2:1:1 merupakan media paling baik untuk bibit pepaya pada 6 MST serta

Sedangkan interaksi antara pemberian optimasi kombinasi berbagai media dan pemberian IAA menunjukkan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah pucuk hidup pada semua

(2) Komposisi media berpengaruh sangat nyata terhadap frekuensi panen tubuh buah dan nyata pada kecepatan panen (Hst) dan (3) perlakuan pemberian jumlah bibit berpengaruh

Sedangkan interaksi antara pemberian optimasi kombinasi berbagai media dan pemberian IAA menunjukkan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah pucuk hidup pada semua

Komposisi campuran media tanam tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) dengan perbandingan 2:1:1 merupakan media paling baik untuk bibit pepaya pada 6 MST serta

Setelah mengalami kerusakan jaringan tanaman, respon setiap tanaman berbeda, ada yang mampu bertahan hidup, bahkan melanjutkan pertumbuhan dan memperbaiki keru- sakan