• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Peserta BPJS Kesehatan Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum DR. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Peserta BPJS Kesehatan Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum DR. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persepsi

2.1.1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang terjadi di dalam pengamatan seseorang terhadap orang lain. Persepsi terhadap suatu obyek yang ada disekitar manusia pada dasarnya berbeda dengan lainnya karena sebagai makhluk individu setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap suatu obyek yang dipersepsikan maka semakin baik bentuk persepsi orang tersebut terhadap obyek begitu pula sebaliknya.

Secara etimologis persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil (sobur, 2003). Persepsi seseorang bisa diartikan sebagai proses, pemahaman terhadap sesuatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang saling berkomunikasi, berhubungan atau kerjasama. Jadi setiap orang tidak terlepas dari persepsi.

(2)

Defenisi ini menekankan bahwa persepsi akan timbul setelah seseorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu obyek dan setelah dirasakan akan menginterpretasikan obyek yang dirasakannya tersebut.

2.1.2. Proses Persepsi

Adapun proses persepsi menurut Udai Parek (Sobur, 2003) antara lain : 1. Proses menerima rangsangan

Proses pertama dalam persepsi adalah rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indera. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.

2. Proses menyeleksi ransangan

Setelah diterima, ransangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua ransangan yang telah diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan, ransangan-ransangan itu disaring dan diseleksi untuk proses lanjut. Ada dua kumpulan faktor menentukan seleksi ransangan itu, yaitu:

a. Faktor- Faktor Intern

1) Kebutuhan psikologis

(3)

seseorang kehilangan hal tertentu yang dibutuhkan, mereka lebih sering melihat barang itu.

2) Latar belakang

Latar belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih dalam persepsi. Orang-orang dengan latar belakang tertentu mencari orang-orang dengan latar belakang yang sama. 3) Pengalaman

Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang, hal-hal, dan gejala-gejala yang mungkin seruoa dengan pengalaman pribadinya. Seseorang yang mempunyai pengalaman buruk dalam bekerja dengan jenis orang tertentu, mungkin akan menyeleksi orang-orang ini untuk jenis persepsi tertentu.

4) Kepribadian

Kepribadian juga mempengaruhi persepsi. Seorang yang introvert mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama sekali berbeda. Berbagai faktor dalam kepribadian kepribadian mempengaruhi seleksi dalam persepsi.

5) Sikap dan kepercayaan umum

(4)

bahasa tertentu, besar kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang tidak diperhatikan oleh orang lain.

6) Penerimaan diri

Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi persepsi. Beberapa telah menunjukkan bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya. Untuk yang terakhir ini cenderung mengurangi kecermatan persepsi. Implikasi dari fakta ini ialah kecermatan persepsi dapat ditingkatkan dengan membantu orang-orang untuk lebih menerima diri mereka sendiri.

b. Faktor Ekstern 1. Intensitas

Pada umumnya,ransangan yang lebih intensif mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada ransangan yang kurang intens.

2. Ukuran

Pada umumnya, benda-benda yang lebih besar lebih menarik perhatian. Barang yang lebih besar lebih cepat dilihat.

3. Kontras

(5)

sekonyong-sekonyongnya ada perubahan dalam suara itu, hal itu akan menarik perhatian. Banyak orang secara sadar atau tidak, melakukan hal-hal yang aneh untuk menarik perhatian. Perilaku yang luar biasa menarik perhatian karena prinsip-prinsip perbedaan itu.

4. Gerakan

Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada hal-hal yang diam.

5. Ulangan

Biasanya hal-hal yang terulang dapat menarik perhatian. Akan tetapi, ulangan yang terlalu sering dapat menghasilkan kejenuhan semantic dan dapat kehilangan arti perseptif.

6. Keakraban

Hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian. Hal ini terutama jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka tertentu.

7. Sesuatu yang baru

(6)

3. Proses Pengorganisasian

Ransangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian ransangan, yaitu:

a. Pengelompokan

Berbagai ransangan yang telah diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk. Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan ransangan itu, antara lain:

1) Kesamaan, ransangan-ransangan yang mirip dijadikan satu kelompok.

2) Kedekatan, hal-hal yang lebih dekat antara satu dan yang lain juga dikelompokkan menjadi satu.

3) Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap.

b. Bentuk timbul dan latar

Prinsip lain dari dalam mengatur ransangan disebut bentuk timbul dan latar. Hal ini merupakan salah satu proses persepsi yang paling menarik dan paling pokok. Dalam melihat ransangan atau gejala ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan ransangan atau gejala lainnya berasa di latar belakang.

c. Kemampuan persepsi

(7)

tiga dimensional, faktor ketetapan memainkan peranan yang penting.

4. Proses penafsiran

Setelah ransangan atau data diterima dan diatur, sipenerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima.

5. Proses pengecekan

Sesudah data diterima dan ditafsirkan, sipenerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses pengecekan ini mengklaim terlalu cepat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau data baru. Data atau kesan-kesan itu dicek dengan menanyakan kepada orang-orang lain menegenai persepsi mereka.

6. Proses reaksi

(8)

sehubungan dengan persepsi itu. Satu gejala yang telah menarik perhatan sehubungan dengan tindakan tersembunyi ialah “pembentukan kesan”. Pembentukan kesan ialah cara seorang pencerap membentuk kesan tertentu atas suatu obyek atau atas seseorang menurut cirri-ciri yang diserapnya, atau data yang ia terima dari berbagai sumber.

2.2. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan suatu kondisi yang tidak menguntungkan dari ketidakmampuan seseorang dalam mengakses dan memanfaatkan sumberdaya yang berada di sekitarnnya. Kemiskinan dapat didefenisikan dengan pengertian yang berbeda dengan perspektif yang beragam tergantung dari sudut pandang mana kemiskinan dimaknakan.

Kemiskinan merupakan bagian dari masalah sosial, apabila studi masalah sosial dianggap suatu proses maka penanganan kemiskinan sebagai salah satu bentuk masalah sosial selalu terkait dengan pemahaman terhadap latar belakang atau faktor-faktor yang dianggap sebagai sumber masalah. Strategi dan pendekatan dalam menangani masalah akan sangat ditentukan oleh pendekatan yang digunakan dalam memahami latar belakang masalahnya. Treatment dalam menangani kemiskinan akan sangat ditentukan oleh diagnosis yang dilakukan (Soetomo: 326).

(9)

pendapatan atau konsumsi untuk menempatkan mereka diatas beberapa batas minimum yang memadai.

Ditinjau dari segi sosial kemiskinan penduduk dapat juga disebutkan sebagai suatu kondisi sosial yang sangat rendah, seperti penyediaan fasilitas kesehatan yang tidak mencukupi dan penerangan yang minim. Kondisi sosial lain dari penduduk miskin biasanya dicirikan oleh keadaan rumah tangga dimana jumlah anggota keluarga banyak, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan anggota rumah tangga rendah, dan umumnya rumah tersebut berada di pedesaan. Dari segi ekonomi, rumah tangga miskin dicirikan oleh jenis mata pencaharian pada sektor informal di pedesaan maupun diperkotaan, sering berpindah-pindah mata pencaharian dari produktivitas yang rendah sehingga menyebabkan pendapatan yang rendah. Karakteristik lain dari rumah tangga miskin adalah kecenderungan untuk menyediakan sebagian besar dari anggaran rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan. Alokasi pendapatan yang cenderung hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan merupakan cerminan adanya kemiskinan rumah tangga.

(10)

Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas, dalam menerangkan kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang, dan papan).

2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transfortasi).

3. Ketiadaan jaminan masa depan.

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun missal. 5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia.

6. Keterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Ketiadaan akses terhadap lapangan pekerjaaan dan mata pencaharian berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan berusaha karena cacat fisik maupun mental.

9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (Soeharto, 2009: 32).

2.3. Kesehatan

2.3.2. Pengertian Kesehatan

(11)

spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

2.3.2. Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, dan pemulihan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Pengembangan upaya kesehatan, yang mencakup upaya kesehatan masyarakat dan kesehatan perorangan diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu, berkelanjutan, merata, terjangkau, berjenjang, professional, dan bermutu.

Upaya-upaya kesehatan antara lain sebagai berikut:

a) Upaya pemeliharaan kesehatan

• Kuratif: tindakan pengobatan

• Rehabilitatif: upaya pemeliharaan kesehatan atau pemulihan

kesehatan agar penyakitnya tidak semakin terpuruk dengan mengkonsumsi makanan yang menunjang untuk kesembuhan penyakitnya.

b) Upaya peningkatan kesehatan

• Preventif: upaya pencegahan terhadap suatu penyakit

(12)

2.4. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

2.4.1. Pengertian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) merupakan lembaga penyelenggara jaminan sosial, sehingga dengan adanya jaminan sosial resiko keuangan yang dihadapi oleh seseorang, baik itu karena memasuki usia tidak produktif, mengalami sakit, mengalami kecelakaan bahkan kematian, akan diambil alih oleh lembaga yang menyelenggarakan jaminan sosial. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

2.4.2. Tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) a. Melakukan dan menerima pendaftaran peserta

b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja c. Menerima bantuan dari pemerintah

d. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta

e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial

f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial

(13)

2.4.3. Wewenang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Dalam melaksanakan tugasnya BPJS berwenang untuk :

a. Menagih pembayaran iuran

b. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang memadai

c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional

d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah

e. Membuat dan menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang

tidak memenuhi kewajibannya

g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan

(14)

2.5. BPJS Kesehatan

2.5.1. Pengertian BPJS Kesehatan

Badan penyelenggara jaminan kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6(enam) bulan di Indonesia.

2.5.2. Manfaat dan Sasaran BPJS Kesehatan 1. Manfaat BPJS Kesehatan

Manfaat jaminan kesehatan nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi : 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non

spesialistik mencakup :

1) Administrasi pelayanan

2) Pelayanan promotif dan preventif

3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif

5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai 6) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis

7) Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama

8) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi.

(15)

1) Rawat jalan, meliput i:

a) Administrasi pelayanan

b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis

c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

e) Pelayanan alat kesehatan implant

f) Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi medis

g) Rehabilitasi medis h) Pelayanan darah

i) Pelayanan kedokteran forensik

j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan. 2) Rawat inap meliputi:

a) Perawatan inap non intensif b) Perawatan inap di ruang intensif

(16)

2. Sasaran BPJS Kesehatan

Tabel 2.1 No

.

2014 2019

1 Tersusunnya seluruh peraturan pelaksanaan yang diperlukan;

BPJS Kesehatan telah mendapat kepercayaan penuh publik

2. Beroperasinya BPJS

Kesehatan sesuai UU No.24/2011

Seluruh penduduk (diperkirakan 257,5 juta) telah terjamin

3. Paling sedikit 121,6 juta

penduduk dijamin melalui BPJS Kesehatan

Paket manfaat medis dan non medis sudah sama untuk seluruh peserta

4. Manfaat medis JKN yang dikelola oleh BPJS sama untuk seluruh peserta sedangkan untuk manfaat non medis masih ada perbedaan;

Fasilitas kesehatan telah tersebar memadai;

5. Disusunnya rencana aksi pengembangan fasilitas

kesehatan dan implementasinya secara

bertahap;

Peraturan perundangan disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan waktu itu;

6. Paling sedikit 75 % peserta puas dengan BPJS Kesehatan;

Paling sedikit 85 % peserta puas dengan pelayanan yang diterima dari BPJS Kesehatan;

7. Paling sedikit 75 % fasilitas kesehatan puas;

Paling sedikit 80 % fasilitas kesehatan puas dengan pelayanan yang diterima dari BPJS Kesehatan;

8. Pengelolaan keuangan BPJS Kesehatan terlaksana secara transparan, efisien, dan akuntabel.

(17)

2.5.3. Ketentuan Umun Paket Manfaat BPJS Kesehatan 1. Pelayanan Konferehensif

JKN memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara konferehensif sesuai dengan kebutuhan medis peserta. Artinya, upaya pelayanan yang diberikan kepada peserta meliputi:

a) Promotif (peningkatan status kesehatan); b) Preventif (pencegahan penyakit);

c) Kuratif (pengobatan);

d) Rehabilitatif (pengembalian bekas penderita ke masyarakat). 2. Pelayanan Berjenjang

JKN menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis peserta. Pelayanan kesehatan terdiri atas:

a) Pelayanan kesehatan tingkat pertama di puskesmas, klinik, praktek dokter, atau rumah sakit kelas D pratama).

b) Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan di klinik spesialis, rumah sakit umum, rumah sakit khusus.

3. Aspek perluasan peserta

Perluasan kepesertaan yang akan dikelola BPJS Kesehatan dan penyetaraan paket layanan yang dijamin dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Situmorang, 2013: 254-256):

(18)

b) Penduduk miskin dan tidak mampu (peserta JAMKESMAS) yang mendapat bantuan iuran dari pemerintah yang sebelumnya dikelola oleh kementrian kesehatan akan dikelola oleh BPJS Kesehatan. Peserta tidak membayar iuran, tetapi mendapat bantuan iuran dari pemerintah yang dibayarkan kepada BPJS.

c) Seluruh pegawai negeri anggota TNI dan POLRI yang sebelumnya dikelola oleh dinas kesehatan masing-masing angkatan akan dikelola oleh BPJS Kesehatan.

d) Pemberi kerja swasta yang sebelumnya mendaftarkan diri dan pekerjanya ke PT (Persero) Jamsostek, mulai Januari 2014 mendaftarkan ke BPJS Kesehatan.

e) Penegakan hukum bagi pemberi kerja agar menjamin kesehatan pekerjanya (beserta anggota keluarga) akan dilakukan secara bertahap sampai tahun 2019. Dalam periode ini akan terjadi penambahan peserta yang dikelola oleh BPJS Kesehatan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Peserta Jamkesda (baik yang sebelumnya dikelola oleh PT. Askes dengan nama Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) ataupun yang dikelola dengan skema lain harus bergabung menjadi peserta BPJS Kesehatan paling lambat tahun 2016).

(19)

dengan jumlah karyawan besar yang belum menjamin karyawan (pekerjanya). Sementara pemberi kerja yang sebelumnya telah menyediakan jaminan kesehatan melalui asuransi komersial atau menjamin sendiri (self-insured) mendapat masa tunggu (wait and see) sampai awal tahun 2019. Pemberi kerja ini dapat mendaftarkan pekerjanya kapan saja selama tahun 2014-2019. Penegakan hukum dilakukan secara sistematik mulai dari pemberi kerja dengan jumlah pekerja lebih dari 100 orang, menyusul pemberi kerja dengan jumlah pekerja 50-100 orang dan seterusnya sampai pemberi kerja dengan pekerja satu orang (termasuk rumah tangga) mendaftarkan pekerjanya kepada BPJS Kesehatan di tahun 2019.

3) Pekerja mandiri (bukan penerima upah) yang mendapatkan penghasilan dari usaha sendiri mendaftarkan diri kapan saja selama tahun 2014-2019.

4) Di tahun 2019, tidak boleh lagi ada pekerja yang tidak terdaftar dalam BPJS Kesehatan.

4. Aspek paket manfaat dan iuran

(20)

dengan rata-rata besaran iuran untuk pekerja penerima upah, untuk tahap awal kelas perawatan masih berbeda.

Penerima bantuan iuran (PBI, penduduk miskin dan tidak mampu) berhak mendapat perawatan di kelas III Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Sedangkan yang membayar iuran berhak dirawat di kelas II atau kelas I, tergantung besaran upah atau golongan pangkat pegawai negeri. Ketika pemerintah sudah membayar iuran sebesar rata-rata iuran per orang pekerja penerima upah dan rumah sakit sudah siap memberikan layanan standar, maka kelas perawatan akan disamakan untuk semua.

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak perlu lagi menyediakan dana operasional bagi puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah. Jadi kewajiban pemerintah dialihkan dari penyediaan langsung layanan ke pembayaran iuran bagi penduduk miskin dan tidak mampu (diperkirakan dicapai 2019).

(21)

3-4% pemeberi kerja. Dengan kontribusi iuran oleh pekerja, maka diharapkan pekerja memiliki daya kontrol kepada BPJS.

Besaran iuran nominal bagi pekerja bukan penerima upah diperhitungkan sama dengan rata-rata besaran iuran per orang per bulan yang diterima 5-6% upah sebulan. Besaran iuran tambahan per orang bagi pekerja yang memiliki anak lebih dari tiga orang atau ingin menjamin orang tua adalah 1% dari upah per orang per bulan. Besaran iuran bagi pekerja penerima upah diperkirakan sebesar 100% rata-rata iuran per orang per bulan. Selama masa transisi dua besaran iuran yaitu setara 100% penerima upah untuk perawatan kelas II dan 125% untuk perawatan di kelas I.

(22)

5. Prosedur Pelayanan Kesehatan

Praktek dokter umum / gigi

RS kelas D Pratama

Membawa kartu peserta BPJS Kesehatan

Fasilitas kesehatan tingkat kedua

Rujuk balik Klinik spesialis

RS umum/khusus

Membawa: - kartu peserta BPJS

kesehatan - rujukan dari Faskes tingkat

pertama

Gawat Darurat (diperbolehkan langsung ke Feskes

tingkar lanjutan)

Bagan 2.2

PROSEDUR PELAYANAN RAWAT JALAN DI FASKES TINGKAT PERTAMA

(23)

Bagan 2.3

PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN DI FASKES RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN

Peserta

- Membawa kartu BPJS Kesehatan

- Surat rujukan dari faskes tingkat

pertama

BPJS Kesehatan Centre di Faskes Tingkat Lanjut

Rujuk Balik ke Faskes Tingkat Pertama

PROSEDUR PELAYANAN OBAT

• Faskes Tingkat Pertama

Puskesmas/klinik

Dokter memberikan resep

Apotik Puskesmas/Klinik/ Jejaring

-Pengkajian resep, menyiapkan dan menyerahkan obat kepada

Peserta

- Peserta menandatangani bukti penerimaan obat

(24)

• Faskes Tingkat Lanjutan

Klinik Spesialis/RS

Dokter memberikan resep

Peserta

- Memberikan resep - Kartu BPJS Kesehatan

- Bukti pelayanan

Pulang Apotik Klinik

Spesialis/RS/Jejaring

- Verifikasi resep dan bukti pendukung -Mengkaji resep dan memberikan obat kepada

peserta

-Peserta menandatangani bukti penerimaan obat

2.5.4. Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan

Tabel 2.2

Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan

Penyuluhan kesehatan perorangan Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis oleh dokter spesialis dan subspesialistik

Skrining kesehatan untuk penyakit: a) Diabetes mellitus tipe 2; b) Hipertensi

c) Kanker leher rahim; dan d) Kanker payudara

Tindakan medis spesialistik bedah dan non bedah, contohnya fungsi cairan paru, operasi sesar, dll

KB (konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan tubektomi)

Obat dan bahan medis habis pakai

Imunisasi dasar (BCG, DPT, HB, Polio, dan Campak)

Alat kesehatan implant

Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

penunjang diagnostic lanjutan, contoh: CT Scan, USG, Endoskopi, dll

Tindakan medis non spesialistik bedah atau non bedah, contoh: rawat luka, cabut gigi, dll

Rehabilitasi medis

Obat dan bahan medis pakai Pelayanan darah

(25)

Laboratorium sederhana Pelayanan jenazah Rawat inap untuk kasus-kasus tertentu,

contoh: persalinan normal, diare ringan, dll

Rawat inap intensif dan non intensif

2.6. Pelayanan Kesehatan

2.6.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan , keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 1995).

2.6.2. Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar

Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu yang berlaku umum terhadap proses pengembangan secara menyeluruh, tetapi dengan penekanan penerapan di bidang kesehatan seperti berikut (WHO, 1992):

1. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan penyebaran sumberdaya- bukan hanya sumberdaya kesehatan seperti dokter, perawat, klinik, obat, melainkan juga sumberdaya sosial- ekonomi yang lain seperti pendidikan, air dan persediaan makanan.

(26)

3. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh. Faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah faktor sosial, budaya, dan ekonomi disamping biologi dan lingkungan.

4. Pencapaian taraf kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih banyak dari penduduk, seperti perorangan, keluarga, dan masyarakat, dalam pengambilan tindakan demi kegiatan mereka sendiri dengan cara menerapkan perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan yang sehat.

2.6.3. Karakteristik pelayanan kesehatan

Dibandingkan dengan kebutuhan hidup manusia yang lain, kebutuhan pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri utama yang terjadi sekaligus dan unik yaitu: uncertainty, asymetri of information dan externality. Ketiga ciri utama tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sangat unik dibandingkan produk atau jasa lainnya.

1. Uncertaninty

Uncertainty atau ketidakpastian menunujukkan bahwa kebutuhan akan

(27)

ini seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin atau bangkrut manakala ia menderita sakit.

2. Asymmetry of information

Sifat kedua asymmetry of information menunjukkan bahwa konsumen pelayanan kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan provider (dokter dan petugas kesehatan lainnya) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas pelayanan yang dijualnya. Ciri ini juga ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan lain seperti Feldstein, Jacos, Rappaport, dan Phelps. Dalam pelayanan kesehatan, misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memilikin kemampuan untuk mengetahui apakah ia membutuhkan pelayanan tersebut atau tidak. Kondisi ini sering dikenal dengan consumen ignorance atau konsumen yang bodoh, jangankan ia mengetahui berapa banyak yang diperlukan, mengetahui apkah ia memerlukan tindakan bedah saja tidak sanggup dilakukan meskipun pasien mungkin seorang profesor sekalipun.

3. Externality

Externality menunjukkan bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja

(28)

2.6.4. Syarat-Syarat Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan dituntut banyak syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud paling tidak mencakup delapan hal pokok yakni tersedia (available), wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accesible), dapat dijangkau (affordable), efisien (efficient) serta bermutu (quality) (Azwar, 1995).

1. Ketersediaan pelayanan kesehatan (available)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut tersedia di masyarakat.

2. Kewajaran pelayanan kesehatan (appropriate)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah yang dihadapi.

3. Kesinambungan pelayanan kesehatan (continue)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu atau kebutuhan pelayanan kesehatan.

4. Penerimaan pelayanan kesehatan (acceptable)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.

5. Ketercapaian pelayanan kesehatan (accesible)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dicapai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut.

(29)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebur dapat dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.

7. Efisiensi pelayanan kesehatan (efficient)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebur diselenggarakan secara efisien.

8. Mutu pelayanan kesehatan (quality)

9. Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman.

Adapun kriteria-kriteria pelayanan yang memuaskan menurut DR.Bob Woworutu (Noveniawanata, 2008) adalah:

1. Kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi 2. Mampu memberikan pelayanan yang baik 3. Tidak berbelit-belit

4. Menyingkat waktu tunggu masyarakat 5. Dapat menguntungkan semua pihak.

Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas, dari wujud serta ciri atau pun terhadap standar yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan mutu pelayanan tersebut multi-dimensional yang artinya setiap orang dapat saja melakukan penilaian yang berbeda-beda tergantung dari latar belakang kepentingan masing-masing.

(30)

2.7. Konsep Usaha Kesejahteraan Sosial dan Jaminan Sosial 2.7.1. Usaha Kesejahteraan Sosial

Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan dan berbagai kegiatan yang secara konkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi oleh anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok, ataupun komunitas. Berdasarkan hal tersebut dapat dirasakan bahwa kesejahteraan sosial tidaklah bermakna bila tidak diterapkan dalam bentuk usaha kesejahteraan sosial yang nyata menyangkut kesejahteraan masyarakat.

Dari terminologi tersebut terlihat bahwa usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang konkret (nyata) baik ia bersifat langsung (direct service) ataupun tidak langsung (indirect service), sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditujukan untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi warga masyarakat, dan bukan sekedar program, pelayanan ataupun kegiatan yang lebih dititikberatkan pada upaya menghidupi organisasinya sendiri atau hanya sekedar mengekspresikan diri person dalam suatu lembaga. Usaha kesejahteraan sosial yang baik dan bermanfaat mengandung ciri-ciri khusus, yaitu :

1. Relevan, Pelayanan atau bantuan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan warga masyarakat yang menjadi sasaran/penyandang masalah.

(31)

3. Aksesibel, Pelayanan atau bantuan yang disediakan dapat dijangkau dan digunakan oleh sasaran.

4. Partisipasif, Keterlibatan semua pihak termasuk sasaran dalam pelaksanaan pelayanan dan bantuan.

2.7.2. Jaminan Sosial

Jaminan sosial (sosial security) adalah sistem atau skema pemberian tunjangan yang menyangkut pemeliharaan penghasilan (Soeharto, 2009: 15). Sebagai pelayanan sosial publik, jaminan sosial merupakan perangkat negara yang didesain untuk menjamin bahwa setiap orang sekurang-kurangnya memiliki pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

(32)

penyelenggara agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi seluruh peserta. Program jaminan sosial diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi sosial, bantuan sosial, dan atau tabungan wajib yang bertujuan untuk dapat memberikan jaminan sosial bagi seluruh penduduk, guna memenuhi kebutuhan dasar yang layak (UU No 40: 11-12).

2.8. Kerangka Pemikiran

Sulitnya akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya faktor tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan yang mahal. Penetapan BPJS Kesehatan dengan mengakomodir penduduk miskin dan tidak mampu (peserta jamkesmas) yang sebelumnya dikelola oleh kementrian kesehatan. Penduduk miskin dan tidak mampu tidak membayar iuran, tetapi mendapat bantuan iuran dari pemerintah yang dibayarkan kepada BPJS.

Rumah Sakit Umum (RSU) Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten samosir merupakan salah satu fasilitas kesehatan (FASKES) dalam BPJS Kesehatan. Pelayanan yang diberikan RSU Dr.Hadrianus Sinaga kepada peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan salah satunya pelayanan Rawat Inap Tindak Lanjutan (RITL) yang mencakup pelayanan obat, penunjang diagnosik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya.

(33)
(34)

Bagan 2.5 Bagan Alir Pikir

RITL (Rawat Inap Tindak Lanjut)

Persepsi peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan terhadap pelayanan kesehatan

-Sarana dan Prasarana Kesehatan - Pelayanan

Medis -Pelayanan Administrasi

Negatif Positif

Rumah Sakit Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir

(35)

2.9. Defenisi konsep dan Defenisi Operasional 2.9.1. Defenisi Konsep

Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138). Dimana peneliti memberikan batasan mengenai konsep-konsep penelitian untuk menghindari kesalahpahaman arti dan konsep penelitian yang digunakan. Defenisi konsep mengarahkan peneliti agar fokus pada satu istilah saja. Adapun konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, dibatasi sebagai berikut:

1. Persepsi adalah proses pemahaman terhadap sesuatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang saling berkomunikasi, berhubungan atau kerjasama.

2. BPJS Kesehatan merupakan badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6(enam) bulan di Indonesia. Peserta BPJS Kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

(36)

2.9.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah suatu proses menjadikan varibael penelitian dapat diukur sehingga terjadi transformasi dari unsur konsep ke dunia nyata. Defenisi operasional adalah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya mentransformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat di observasi (Siagian, 2011).

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah: a) Peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan

Kesehatan yang mendapat pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan.

b) Pasien Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) yang menginap di ruangan kelas III minimal 3 hari di rumah sakit.

c) Pelayanan kesehatan dengan indikator:

1) Kebutuhan pasien yang dapat dipenuhi

Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang lengkap bagi pasien RITL peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan seperti kamar inap, obat-obatan, peralatan dan perlengkapan pelayanan kesehatan lainnya.

2) Mampu memberikan pelayanan yang baik

(37)

peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

- Sikap yang baik dari petugas kesehatan dalam melayani pasien RITL peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

- Adanya komunikasi yang baik antara petugas kesehatan dengan pasien RITL peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

3) Tidak berbelit-belit

- Admisnistrasi masuk rumah sakit yang mudah bagi RITL peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. - Adanya kejelasan yang tepat tentang jenis

penyakit yang diderita pasien peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

4) Menyingkat waktu tunggu pasien

(38)

5) Dapat menguntungkan semua pihak

a. Bagi rumah sakit dapat meningkatkan pendapatan atau keuntungan untuk rumah sakit

Gambar

Pelayanan Kesehatan Tingkat  Tabel 2.2 Pelayanan Tingkat Lanjutan

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung berdasarkan Penyakit Penyerta di RSUD dr.. Hadrianus Sinaga Pangururan tahun

Gambar 5.16 Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-Rata Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di Rumah Sakit Umum

pasien gagal jantung sering datang dengan kondisi yang sudah parah sehingga menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian akibat gagal jantung. Biaya

HADRIANUS SINAGA PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 ” ini beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

Data penelitian adalah data sekunder dengan populasi penelitian seluruh data penderita gagal jantung yang berjumlah 103 data dan dijadikan sebagai sampel.. Data

Gagal jantung merupakan stadium akhir dari semua gangguan kardiovaskular dan merupakan penyebab terbesar morbiditas dan mortalitas (Haldeman, et.al., 1999).. pasien

Prevalensi Penyakit Jantung Hipertensi pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSUP HAM tahun 2011. Karya Tulis Ilmiah mahasiswa

Oedemparu OMI Anemi CPC Kard Penyerta_k Terapi Biaya Lama Lama_k Pulang Rujuk