• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dividend Payout Ratio, Size Dan Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Dividend Payout Ratio, Size Dan Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dividend Payout Ratio

2.1.1 Pengertian Dividen

Perusahaan yang berhasil dalam mengelola operasional perusahaan akan

memperoleh income (pendapatan). Pendapatan yang diperoleh perusahaan inilah

yang sebagian akan dijadikan dividen dan diberikan kepada pemegang saham.

Dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan baik

dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu perusahaan

sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Menurut Halim

(2007:16), ”dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan

perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang diperoleh perusahaan”.

Dividen merupakan salah satu return yang paling dinanti-nantikan oleh

investor sekaligus juga merupakan sinyal bahwa perusahaan berada pada tingkat

profitabilitas tinggi. Bagi para investor, dividen ini merupakan gambaran

keyakinan manajemen atas prospek perusahaan di masa yang akan datang. Bila

perusahaan yakin dengan prospeknya di masa mendatang baik maka akan terjadi

peningkatan pembayaran dividen dan tentu selanjutnya pasar akan merespon

positif atas pengumuman kenaikan dividen tersebut. Hal ini tentunya akan

meningkatkan jumlah maupun harga saham perusahaan.

Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen

(2)

dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar

dividen untuk saham preferen (Jogiyanto, 2003:85).

2.1.2 Jenis-Jenis Dividen

Menurut Darmadji (2006) dividen dapat terbagi dalam beberapa jenis

yaitu:

1. Dividen tunai (cash dividen), yaitu dividen tunai yang mengacu pada deviden yang diberikan emiten kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai.

2. Dividen saham (stock dividen), yaitu dividen yang dibagikan perusahaan dalam bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan menjadi bertambah.

3. Dividen property (property dividen), yaitu pembagian kepada pemegang saham yang dapat dibayar dengan aktiva selain kas.

4. Dividen likuidasi (liquidation dividen), yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai dilikuidasikannya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah selisih nilai realisasi asset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya.

5. Dividen Utang/Scrip Dividends, yaitu timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup.

Secara umum, pemegang saham lebih menyukai dividen dalam bentuk tunai. Dalam teori bird-in-the-hand (Brigham, 2001:103) menyatakan bahwa nilai

perusahaan akan dimaksimumkan oleh rasio pembayaran dividen yang tinggi

karena investor menganggap bahwa dividen tunai lebih kecil risikonya

dibandingkan keuntungan modal potensial. Dividen tunai mengacu pada dividen

yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai.

Misalnya, Perusahaan Y mengumumkan untuk memberikan dividen tunai sebesar

Rp 100 untuk setiap saham, maka pada tanggal yang telah ditentukan setiap

pemegang saham berhak mendapatkan Rp 100 dikalikan dengan jumlah saham

(3)

Biasanya terdapat 3 syarat mutlak untuk pembayaran dividen tunai yaitu:

1. Cukupnya laba ditahan yang belum diapropriasikan

2. Cukupnya uang tunai

3. Tindakan resmi oleh dewan komisaris

2.1.3 Kebijakan Dividen

Besar atau kecilnya payout ratio ditentukan oleh kebijakan dividen dari

masing-masing perusahaan. Menurut Sartono (2001:281), “kebijakan dividen

adalah keputusan apakah yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada

pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan

guna pembiayaan investasi di masa datang”. Dalam memutuskan pembagian

dividen perusahaan harus mempertimbangkan kelangsungan hidup dan

pertumbuhan perusahaan.

Kebijakan dividen yang diambil perusahaan sangat bergantung pada

berbagai faktor yang terjadi, baik itu yang terjadi di dalam perusahaan maupun

yang terjadi di luar perusahaan.

Menurut Sartono (2001:292-295), faktor-faktor yang mempengaruhi

kebijakan dividen ada lima yaitu:

1. Kebutuhan dana perusahaan

Kebutuhan dana perusahaan merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen karena posisi kas perusahaan harus diperhatikan.

2. Likuiditas perusahaan

(4)

secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

3. Kemampuan meminjam

Perusahaan yang memiliki kemampuan meminjam lebih besar akan memiliki kemampuan untuk membayar dividen yang lebih besar pula. 4. Keadaan pemegang saham

Jika keadaan pemegang saham lebih besar berorientasi pada capital gain, maka dividend payout akan rendah, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menahan laba untuk investasi yang profitable.

5. Stabilitas dividen

Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada

dividend payout ratio yang tinggi.

Menurut Atmaja (1994) faktor yang mempengaruhi dalam menentukan

kebijakan dividen, antara lain :

1. Perjanjian Hutang, pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor membatasi pembayaran dividen.

2. Pembatasan dari Saham Preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferen belum dibayar.

3. Tersedianya Kas, dividen berupa uang tunai hanya dapat dibayar jika tersedia uang tunai yang cukup.

4. Pengendalian, Jika manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, ia cenderung menjual saham baru. Akibatnya dividen yang dibayarkan kecil.

5. Kebutuhan Dana untuk Investasi, Perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan.

6. Fluktuasi Laba, jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan dividen yang relatif besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi dividen sebaiknya kecil agar kestabilannya terjaga.

2.1.4 Pengertian Dividend Payout Ratio

Besarnya dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham dapat

direpresentasikan oleh suatu rasio yang disebut rasio pembayaran dividen yang

merupakan persentase dari pendapatan setelah pajak yang berubah menjadi

(5)

yang mengukur perbandingan dividen terhadap laba perusahaan. Jika perusahaan

meraih laba bersih sebesar 100 miliar dan membayar dividen sebanyak 30 miliar,

maka rasio pembayaran dividen adalah 30%.

Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang dapat ditahan

dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi, dengan menahan laba

saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit

uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini. Jadi, aspek utama dari

kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat (Van

Horne, 2005:270).

Menurut (Horne dan Wachowicz, 2007) ada tiga faktor yang

mempengaruhi perusahaan melakukan pembayaran dividen yang stabil :

1. Kandungan Informasi.

Ketika laba jatuh dan perusahaan tidak memotong dividennya pasar mungkin akan lebih yakin pada saham perusahaan daripada jika dividen tiba-tiba dikurangi.

2. Keinginan untuk mendapatkan penghasilan.

Pada investor yang menginginkan penghasilan periodik tertentu lebih menyukai perusahaan yang dimiliki dividen stabil, walaupun kedua perusahaan tersebut mungkin memiliki pola laba dan pembayaran dividen jangka panjang yang sama.

3. Pertimbangan Institusional.

Dividen yang stabil mungkin menguntungkan dari sisi hukum untuk memungkinkan para investor institusi tertentu membeli saham biasa.

Pembagian dividen memberikan sinyal positif kepada para investor

mengenai prospek saham karena mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi DPR akan mengutungkan para investor

tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena

(6)

para investor tetapi internal financial perusahaan akan semakin meningkat.

Banyak perusahaan yang telah memiliki kebijakan dividen yang mantap dan tidak

menginginkan terjadinya fluktuasi dividen (khususnya arah yang menurun),

karena hal ini justru akan berpengaruh negatif terhadap harga saham.

2.2 Size

Size atau ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja perusahaan. Perusahaan besar akan mempertahankan

kebesarannya dengan menjaga agar tidak terjadi penurunan nilai saham di pasar

modal. Perusahaan yang berukuran besar pada umumnya usahanya lebih

terdiversifikasi, lebih mudah dalam mengakses pasar modal, dan membayar

tingkat suku bunga rendah (Sartono, 2001).

Berbeda dengan perusahaan besar, perusahaan baru dan yang masih kecil

akan mengalami kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal. Kemudahan

akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk

memperoleh dana yang lebih besar. Ukuran perusahaan menjadi salah satu faktor

yang dipertimbangkan oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi.

Menurut Febriani (2010):

(7)

Jika perusahaan memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa

perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan dimana tahap ini arus kas

perusahaan sudah positif dan dianggap telah memiliki prospek yang baik dalam

jangka waktu yang relatif lama. Selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan

relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan

dengan total asset yang kecil.

2.3 Earning Growth

Menurut Harahap (2001:267) yang dimaksud dengan laba adalah

“perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan

pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk

mendapatkan penghasilan itu”. Pertumbuhan laba adalah peningkatan laba atau

penurunan laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya.

Menurut Keown et al. (2001:136), “rasio pertumbuhan (growth ratio)

yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan ekonomi

secara umum”. Pertumbuhan laba dapat digunakan untuk menilai bagaimana

kinerja suatu perusahaan. Pada umumnya kinerja manajer perusahaan diukur dan

dievaluasi berdasarkan laba yang diperoleh, sehingga banyak manajer yang

melakukan manajemen laba agar kinerja mereka terlihat baik. Tindakan

manajemen tersebut dapat merugikan pemegang saham. Pemegang saham sangat

(8)

peningkatan laba karena peningkatan laba akan meningkatkan pengembalian

kepada pemegang saham.

Menurut Anoraga (2001:63), “risiko berhubungan positif dengan tingkat

keuntungan. Semakin tinggi suatu risiko maka akan mengakibatkan semakin

tinggi keuntungan yang diharapkan”.

Risiko merupakan ketidakpastian yang selalu menyertai seorang investor

dalam melakukan kegiatan investasi di pasar modal. Untuk mengatasi masalah ini

investor harus mempunyai pengetahuan tertentu agar dapat membuat

perkiraan-perkiraan rasional pada masa yang akan datang. Dari perkiraan-perkiraan-perkiraan-perkiraan rasional

ini dibuatlah keputusan investasi, yaitu jenis investasi yang diperkirakan dapat

menghasilkan keuntungan yang paling besar dengan risiko yang paling kecil.

2.4 Price Earning Ratio

Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio/PER) merupakan bagian dari rasio saham biasa (common stock ratio). Rasio saham biasa menunjukkan bagian

dari laba perusahaan, dividen dan modal yang dibagikan pada setiap saham.

Menurut Rahardjo (2007:131) “rasio ini dihitung dengan membagi harga pasar per

lembar saham (market price share) dengan penghasilan per lembar saham

(earning per share)”. Rasio ini sering digunakan untuk membandingkan peluang

investasi.

Pendekatan PER ini disebut juga pendekatan multiplier. Pada pendekatan

ini investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercemin

(9)

earning perusahaan direfleksikan pada harga saham yang bersedia mereka bayar

atas saham perusahaan tersebut yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap nilai

PER.Dengan kata lain PERmenggambarkan rasio atau perbandingan antara harga

saham terhadap earning perusahaan. Jika misalnya PER suatu saham sebanyak 3

kali berarti harga saham tersebut sama dengan 3 kali earning perusahaan tersebut.

PER merupakan ukuran yang paling banyak digunakan oleh investor

dalam berinvestasi karena PER diakui sebagai metode penilaian saham yang baik

yang menentukan nilai saham di masa yang akan datang apakah investasi modal

yang dilakukan menguntungkan atau merugikan dan menentukan besarnya modal

dalam saham. PER juga berguna untuk melihat bagaimana pasar menghargai

kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang tercermin

dalam earning per share. Keinginan investor melakukan analisis saham melalui

rasio-rasio keuangan seperti PER dikarenakan adanya keinginan investor atau

calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham.

Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung

pada prospek perusahaan.Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang

tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan rendah cenderung memiliki PER yang rendah. Bagi investor

semakin kecil PER suatu saham, semakin bagus, karena saham tersebut termasuk

dalam kategori murah. Selain itu, jika nilai intrinsik suatu saham lebih tinggi

dibanding dengan harga pasarnya, maka saham tersebut tergolong sebagai saham

yang undervalued, dan sebaiknya dibeli. Sebaliknya, jika nilai intrinsik suatu

(10)

sebagai saham yang overvalued, dan sebaiknya tidak dibeli, atau sebaiknya dijual.

Nilai intrinsik yaitu nilai saham pada saat likuidasi.

Menurut Jogiyanto (2003:107) terdapat faktor-faktor yang menentukan

besarnya PER, yaitu:

a. PER berhubungan positif dengan rasio pembayaran dividen (DPR).

b. PER berhubungan negatif dengan tingkat pengembalian yang diinginkan.

c. PER berhubungan positif dengan tingkat pertumbuhan dividen.

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Mpaata dan Sartono (1997) meneliti mengenai faktor yang mempengaruhi

PER dengan menggunakan data perusahaan–perusahaan di Amerika. Variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fixed Asset, DPR, Sales,

Earning Growth, Size, ROE, dan Leverage. Variabel dependen yang digunakan

adalah PER. Hasil penelitian menemukan bahwa DPR berpengaruh signifikan

negatif terhadap PER pada sektor pharmaceutical industry, leverage dan earning

growth berpengaruh positf terhadap PER pada sector food and beverage industry,

dan size berpengaruh signifikan positif pada sector service industry.

Mangku (2002), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi PER.

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPR, Return on

Equity, Leverage, Ukuran perusahaan dan pertumbuhan Earning per Share.

Variabel dependen yang digunakan adalah PER. Dalam penelitiannya,

menunjukkan bahwa DPR, return on equity, leverage, Ukuran perusahaan dan

(11)

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Untuk variabel leverage

mempunyai pengaruh yang negatif terhadap PER, sedangkan variabel DPR,

return on equity, Ukuran Perusahaan dan pertumbuhan earning per share

berpengaruh positif terhadap PER.

Putri dan Astuti (2003) melakukan penelitian terhadap beberapa faktor

yang mempengaruhi PER diantaranya faktor leverage, dividen DPR, size, dan

earning growth. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Jakarta. Variabel independen yang digunakan adalah leverage, DPR, size,

dan earning growth. Variabel dependen yang digunakan adalah PER. Faktor

Leverage berpengaruh signifikan terhadap PER pada industri food & beverage.

Faktor DPR berpengaruh signifikan terhadap PER pada industri metal & cable.

Faktor size berpengaruh signifikan terhadap PER pada industri metal dan industri

food & beverage. Faktor Country Risk berpengaruh signifikan terhadapPER pada

industri cable & Pharmacy. Faktor earning growth tidak berpengaruh signifikan

terhadapPER pada semua industri.

Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian sebelumnya terdapat

(12)

Tabel 2.1 metal & cable Faktor

(13)

PER pada industri metal dan industri food & beverage Faktor Country Risk berpengaruh

signifikan terhadap PER pada industri cable & Pharmacy. Faktor Earning Growth tidak berpengaruh signifikan terhadap PER pada semua industri

Sumber : Data yang diolah penulis, 2013

2.6 Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian

2.6.1 Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai

(14)

Variabel Independen Variabel Dependen

H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis

hubungan antar variabel yang akan diteliti (Priadana, 2009:89).

Dalam penelitian ini, variabel independen atau variabel bebas yang

digunakan adalah DPR, Size dan Earning Growth. Sebagai variabel dependen

yaitu PER.

DPR merupakan perbandingan antara dividen per lembar saham dengan

laba per lembar saham, semakin besar dividen yang dibagikan maka akan sangat

menarik buat investor.Perubahan atas DPR dapat mempengaruhi perubahan PER.

Jika DPR tinggi maka PER akan tinggi. Jika earning growth tinggi maka PER

juga akan tinggi. Hal ini dapat dijelaskan secara logika, jika suatu perusahaan

dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka perusahaan ini dianggap tidak

Dividend Payout Ratio (X1)

Size (X2)

Earning Growth (X3)

Price Earning

(15)

mengalami kesulitan untuk membayar dividen kepada investor. Investor yang

mengamati tingkat pertumbuhan earning yang tinggi membuat investor mau

membayar beberapa kali lipat dari setiap earning perusahaan sehingga PER

sahamnya tinggi pula. Tingkat earning growth yang terus menerus

menggambarkan tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan. Ukuran (size)

perusahaan secara umum menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendanai

operasi dan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan, sehingga semakin

besar sebuah perusahaan maka akan semakin besar pula penjualannya dan

berdampak pada laba perusahaan. Peningkatan ini akan berdampak positif pada

PER pada masa yang akan datang karena akan dinilai positif oleh para investor.

2.6.2 Hipotesis Penelitian

Menurut Sangadji (2010:90), hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap masalah yang diajukan.

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha: Terdapat pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR), Size dan Earning Growth

terhadap Price Earning Ratio (PER) secara parsial dan simultan.

H0: Tidak terdapat pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR), Size dan Earning

Gambar

 Gambar 2.1        Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

[r]

mempertimbangkan pentingnya penanganan demam dan tindakan mandiri perawat dalam intervensi keperawatan, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai perbedaan penurunan

Data yang diperoleh dianalisis secara deskripsi kuantitatif, yaitu dengan cara memaparkan seluruh hasil yang didapatkan selama praktikum, dengan menentukan

Meilita Tryana Sembiring, ST, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan yang telah meluangkan waktu dan memberikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi arteri radialis subjek penelitian pada praprosedur kateterisasi jantung semuanya (100%) dalam kondisi paten, hal ini berarti

dilengakapi dengan LKM dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada matakuliah genetika dasar.. Kegialan penelitian n~cndukung pengernbar~gan illnu serla

study was focused on semen quality and sperm viability of Javanese local sheep at different level of age.. Each group consisted of four

Speed regulation Automatically adjust windward direction Working temperatur. e -40°C - 80°C Design life