• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Asthma Control Test (ACT) Dengan Spirometri Sebagai Alat Pengukur Tingkat Kontrol Asma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Asthma Control Test (ACT) Dengan Spirometri Sebagai Alat Pengukur Tingkat Kontrol Asma"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

24 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma adalah penyakit saluran nafas kronik yang masih menjadi masalah

kesehatan serius di seluruh dunia. Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran

napas yang terdapat di seluruh dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan

dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi

berulang (wheezing), sesak napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest

tightness), dispnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari.1 Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI, 2007), pada individu yang rentan, gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi dan

hiperesponsivitas dari saluran pernapasan yang bervariasi derajatnya.2

Semua tingkatan umur dapat mengalami gangguan saluran nafas dan dapat

ditemukan dinegara maju maupun berkembang. Saat ini 1-18 % populasi dunia (300

juta penduduk) menderita asma. Diperkirakan penderita asma didunia akan

bertambah 400 juta pada tahun 2025.1 Di Indonesia menurut Riset Kesehatan dasar (RISKESDA) 2013 prevalensi asma 4,5%.3

Telah diketahui bahwa tidak ada kesembuhan untuk penyakit asma tetapi

penyakit ini dapat dikontrol pada beberapa pasien. Kontrol asma menitikberatkan

pada adekuasi terapi. Kriteria asma terkontrol menurut Global Initiative for asthma

(GINA) sebagai berikut gejala harian termasuk gejala malam tidak ada ( 2 atau

kurang/ minggu), tidak ada keterbatasan aktifitas, kebutuhan bronkodilator minimal (

2 atau kurang/ minggu), fungsi paru normal.4

Menurut rekomendasi GINA dan NAEPP tujuan utama manajemen terapi

asma adalah mencapai kontrol asma dan mencegah exaserbasi asma. Rendahnya

penilaian kontrol asma merupakan penyebab utama kurang optimalnya manajemen

asma di seluruh dunia. Sehingga focus utama menajemen terapi beralih ke penilaian

dan pengobatan berdasarkan kontrol asma.4

(2)

25

Guideline GINA untuk penilaian asma terkontrol ini menggunakan alat pengukur fungsi paru, namun evaluasi ini sulit dilaksanakan karena kurangnya

fasilitas spirometri sebagai alat pengukur fungsi paru di pelayanan primer. Alat

kontrol asma yang sederhana, efisien dan mudah didapat diperlukan untuk pasien

asma. Junifer dkk menulis bahwa kontrol asma dapat diskrining dalam bentuk

kuesioner. Berbagai macam kuesioner sudah dipublikasikan antara lain Asthma

Control Test (ACT), Asthma Control Quesioner (ACQ), Asthma Control scoring (ACS), Asthma Therapy Assesment Quesioner (ATAQ) dan asthma Control Scoring

System (ACSS). Nathan et al (2004) telah menguji reliabilitas dan validitas kontrol asma menggunakan kuesioner yang dikenal dengan Asthma Control test (ACT).5

Asthma Control Test (ACT) adalah suatu uji skrining berupa kuesioner tentang penilaian klinis seorang penderita asma. Kuesioner ini terdiri dari 5

pertanyaan, dikeluarkan oleh American Lung Association yang bertujuan memberi

kemudahan kepada dokter dan pasien untuk mengevaluasi penderita asma yang

berusia diatas 12 tahun dan menetapkan terapi pemeliharaannya. ACT merupakan alat

kontrol asma yang sederhana dan tidak menggunakan kriteria faal paru untuk menilai

kontrol asma penderita. Sehingga ACT dapat digunakan dalam praktek klinik sehari-

hari untuk menilai kontrol asma pada tempat pelayanan yang tidak tersedia fasilitas

spirometri.5

Kota medan merupakan ibukota provinsi sumatera utara dan merupakan kota

terbesar ketiga diindonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Penyakit asma

menyebabkan disabilitas sebesar 1% penduduk dunia per tahun. Oleh sebab itu

diperlukan penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas ACT di kota medan

khususnya di RSUP H. Adam Malik dan RSUD H. Pirngadi Medan

1.2 Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara asthma control test dengan spirometri sebagai

alat pengukur tingkat kontrol asma pada pasien asma bronkial?

(3)

26 1.3 Hipotesa

Ada hubungan antara asthma control test dengan spirometri sebagai alat

pengukur tingkat kontrol asma pada pasien asma bronkial.

1.4 Tujuan penelitian

- Untuk mengetahui hubungan antara asthma control test dengan spirometri

sebagai alat pengukur tingkat kontrol asma pada pasien asma bronkial.

- Untuk mengetahui hubungan asthma control test dengan spirometri untuk

menilai tingkat kontrol asma berdasarkan jenis kelamin.

- Untuk mengetahui pengaruh karakteristik demografi terhadap nilai asthma

control test untuk menilai tingkat kontrol asma

- Untuk mengetahui nilai diagnostik asthma control test untuk menilai tingkat

kontrol asma.

1.5 Manfaat penelitian

Asthma control test (ACT) dapat menjadi alternatif alat pengukur tingkat kontrol asma pada daerah geografis yang fasilitas spirometrinya belum memadai.

(4)

27 1.6 Kerangka Konsep

Faktor Resiko Asma

• Faktor individu ( genetic, obesitas, jenis kelamin, ras dan etnik). • Faktor lingkungan ( allergen, infeksi pernafasan, asap rokok,

polusi udara, diet, bahan dilingkungan kerja, status sosioekonomi

Asthma

• Gejala harian • Keterbatasan

aktifitas

• Gejala malam hari • Kebutuhan obat

Penilaian Subjektif melalui Kuesioner

Asthma Control Test (ACT)

Asthma Control Quesioner (ACQ)

Asthma Therapy Assesment Quesioner (ATAQ)

Spirometri Tingkat Kontrol Asma

Referensi

Dokumen terkait

Dari keseluruhan responden, sejumlah 54,76% menyatakan bahwa mereka kadang-kadang melihat kode ketika membeli produk plastik, 44,19% responden kadang-kadang tidak membeli

(1985,1988) juga menyatakan ada lima dimensi yang digunakan oleh pelanggan untuk menilai kualitas pelayanan pada suatu industri jasa yaitu: (1) Keandalan

Prosedur pembuatan media pembelajaran permainan ular tangga fisika terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (1) pembuatan peta konsep, (2) pembuatan peta kompetensi,

di Sumatera Utara khususnya di Kabupaten Humbang Hasundutan, Samosir, Karo. dan

III. Melalui kegiatan mengamati gambar dan membaca narasi “ Pengalaman Bersama Orangtua”,siswa dapat menyebutkan pengalaman masa kecil yang dialaminya bersama

Underground signal propagation experiences attenuation, multi- path spreading as each area passing though by the signal has dif- ferent ground parameters, fading and signal

Bila kita mungkin tidak menolak “kebenaran” yang dimiliki pihak lain sama ada dengan “kebenaran” yang kita miliki maka sangat mungkin konsep multikultur ini diterapkan dalam