• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hamperi Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hamperi Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari

Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia mengekspor kopi ke berbagai negara

senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$

9,740,453.00. Di luar dan di dalam negeri kopi juga sudah sejak lama dikenal oleh

masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

Gambar 1. Buah Kopi Utuh Sumber : Foto Langsung

Budidaya kopi merupakan usaha tani yang dapat memberikan sumbangan

besar dalam peningkatan pendapatan petani dan permintaan pasar (domestik dan

luar negeri) yang makin meningkat. Dalam upaya memenuhi permintaan,

peningkatan produksi komunitas perlu di tingkatkan baik dari segi kuantitas

maupun dari segi kualitas. Namun selama ini yang terjadi adalah rendahnya

(2)

Beberapa abad lamanya kopi menjadi bahan perdagangan. Hal ini

dikarenakan kopi dapat diolah menjadi minuman yang mempunyai cita rasa yang

khas, dengan kata lain kopi adalah sebagai penyegar badan dan pikiran. Teknik

budidaya tanaman kopi cukup mudah apabila tanaman kopi berada pada kondisi

yang sesuai dengan syarat tumbuhnya dan yang terpenting hama serta penyakit

dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga tanaman kopi tidak mengalami

kerusakan. Dalam pengembangan usaha khususnya kopi, baik pasar lokal

(domestik) dan internasional sangat potensial. Bertambahnya jumlah penduduk

dan kecenderungan produsen tetap dan kemajuan teknologi kopi tidak hanya

diolah sebagai minuman saja akan tetapi dapat digunakan untuk produk kosmetik

(Wardiana, 2012).

Rendahnya produktivitas kopi adalah adanya serangan hama dan penyakit.

Kuruseng dan Rismayani (2006) juga menyatakan bahwa gejala serangandari

hama penggerek buah kopi (Hyphotenemus hampei Ferr.) (Coleoptera: Scolytidae)

yaitu kopi yang terserang kelihatan ada satu atau dua lubang, yang terdapat dekat

dasar buah. Pada biji kopi yang masih hijau terdapat bubuk-bubuk yang berwarna

cokelat dan hitam. Sedang pada biji kopi yang telah masak terdapat larva-larva

yang berwarna putih yang jumlahnya sampai 20 ekor. Oleh karena itu perlu usaha

pencegahan maupun pengendalian hama dan penyakit dengan menerapkan konsep

PHT yang berdasarkan atas, konsepsi agroekosistem dan kelestarian lingkungan.

Salah satu hama utama tanaman kopi adalah hama penggerek buah kopi.

Ketika harga kopi membaik dan seranganhama ini meningkat, petani kopi di

Lampung cenderung menggunakan insektisidauntuk pengendaliannya. Akibatnya,

(3)

2010 akibat adanya indikasi kontaminasi insektisida berbahan aktif carbaryl. Oleh

karena itu, sudah saatnya teknikpengendalian hama secara konvensional pada

tanaman kopi diganti dengan teknikpengendalian yang lebih ramah lingkungan

dan lebih terintegrasi dengan system budidaya kopi secara keseluruhan

(Swibawa dan Sudarsono, 2011).

Pengendalian hayati pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan

musuh alami untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan. Pengendalian

hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi terutama

teori tentang pengetahuan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan

ekosistem. Musuh alami yang terdiri dari parasitoid, predator danpatogen

merupakan pengendali alami utama hama yang bekerja secara

“density-dependent”sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan

hama (Untung, 1996).

Hama bubuk buah kopi merupakan hama utama yang sangat meresahkan

petani kopi. Persentase serangan dapat mencapai 30-60 % yang menyebabkan

kehilangan hasil serta menurunnya mutu produksi (Laila et al., 2011).

Tindakan pemangkasan pada tanaman kopi akan menghindari kelembaban

kebun yang tinggi, memperlancar aliran udara sehingga proses penyerbukan dapat

berlangsung secara intensif, membuka kanopi agar tanaman mendapat penyinaran

merata guna merangsang pembungaan dan membuang cabang tua yang kurang

produktif atau terserang hama atau penyakit sehingga hara dapat di distribusikan

ke cabang muda yang perlakuan pemangkasan, sanitasi, dan lebih produktif.

(4)

Musuh alami yang berupa parasitoid, predator dan patogen dikenal sebagai

pengatur dan pengatur populasi serangga yang efektif karena sifat pengaturannya

yang tergantng kepadatan. Sebagai agen pengendali hayati arasitoid sangat baik

digunakan dan selama ini yang paling sering berhasil mengendalikan hama

dibandingkan dengan kelompok agen agensia lainnya (Untung, 1996).

Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu

teknik penyediaan sarana produksi, proses produksi/budidaya, teknik penanganan

pasca panen dan pengolahan (agroindustri), dan system pemasarannya. Keempat

empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan

dengan baik dan benar (Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).

H. hampei Ferr.pada buah muda menyebabkan gugur buah. Serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu

rendah. H. hampei Ferr.diketahui makan dan berkembang biak hanya di dalam

buah kopi saja. Kumbang betina masuk ke dalam buah kopi dengan membuat

lubang dari ujung buah dan berkembang biak dalam buah.Mantonet al. (2012)

menyatakan bahwa Nematoda Entomopatogen (NEP) merupakan tipe dari musuh

alami, yang memiliki kemampuan sebagai biopestisida komersial untuk

mengendalikan Hama Penggerek Buah Kopi (PBKo).

Pengendalian kimiawi merupakan salah satu cara yang sering dilakukan

petani, membutuhkan biaya yang besar tetapi hama tersebut sudah resistenserta

memberikan dampak negative terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh

karena itu, pengendalian ramah lingkungan sangat diharapkan. Menurut

(5)

berpotensi mengurangi ketergantungan pada insektisida kimia yaitu dengan

memanfaatkan biopestisida.

Nematoda yang dapat mengendalikan hama serangga adalah

nematodaentomopatogen yaitu dari genus Steinernema dan Heterorhadditis

(Shapiro-llan dan Gaugler, 2008). Nematoda entomopatogen umumnya tidak

memiliki stilet. Imanadi (2012) juga mengatakan bahwa Nematoda

Steinernema sp. adalah agensia hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu

alternative pengendalian hama. Nematoda ini memiliki kelebihan-kelebihan

tertentu dibandingkan dengan bahan-bahan kimia sebagai agen pengendali. Selain

itu mudah dikembangbiakkan dan memiliki kemampuan menginfeksi yang tinggi

(daya bunuhnya sangat cepat), kisaran inangnya yang luas, aktif mencari inang

sehingga untuk mengendalikan serangga dalam jaringan, tidak menimbulkan

resistensi, mudah diperbanyak dan aman terhadap lingkungan.

Pemanfaatan agens hayati dengan nematoda entomopatogen sebagai

pengendali hama utama pertanian yang ramah lingkungan sangat diharapkan.

Pemanfaatan nematoda entomopatogen sebagai agens hayati hama utama pada

tanaman perkebunan masih merupakan hal baru di Indonesia. Oleh karena itu,

saya tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Uji efektivitas Nematoda

entomopatogen pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr. di

Laboratorium.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas

Nematoda Entomopatogen (NEP) pada Hama Penggerek Buah Kopi

(6)

Hipotesis Penelitian

Adanya tingkat mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. yang berbeda

terhadap beberapa taraf dan waktu pengaplikasian nematoda entomopatogen

Steinernema sp.

Kegunaan Penulisan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program

Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan

Gambar

Gambar 1. Buah Kopi Utuh Sumber : Foto Langsung

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu mengenai pengaruh pelayanan fiskus dan

Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat.. Senang membaca dengan keras

Pada hari ini Selasa tanggal Tujuh bulan Maret tahun Dua Ribu Tujuh Belas di Ruang ULP Rektorat Lantai I, kami Pokja Pelelangan Konsultansi Pengawasan

[r]

Sociocultural based learning overcoming the social conflict.. Social life and culture are amazing modal from

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 23 Peraturan Panglima TNI Nomor 24 Tahun 2012 tentang Standar Layanan Informasi TNI di Lingkungan Tentara

Setelah melakukan penelitian dengan berbagai temuan dilapangan, maka penulis memberikan saran terkait dengan Manajemen Konflik Pertanahan Alih fungsi Hutan Adat

Pelayanan, Harga dan Fasilitas terhadap Keputusan Menginap pada Hotel Jati Wisata Pangkalpinang ”.. Oleh karena itu, mohon bantuan