• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Anggaran Sesuai Dengan Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014 di Desa Sibaganding Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Kebijakan Anggaran Sesuai Dengan Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014 di Desa Sibaganding Kabupaten Simalungun"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa adalah sebuah organisasi pemerintahan paling rendah di negara Indonesia. Pengaturan desa merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi untuk menjalankan rumah tangga desa yang lebih baik. Telah banyak pengaturan desa yang telah lahir sebagai bentuk kepengurusan pemerintah terhadap desa. Diantaranya Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah, Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok – Pokok Pemerintahan Daerah, Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan yang terakhir adalah Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

(2)

kemiskinan, dan masalah sosial budaya. Dewasa ini, desa menjadi salah satu targetan khusus pembangunan nasional. Sebanyak kurang lebih 32.000 (tiga puluh dua ribu) desa di antaranya masuk dalam arsiran daerah yang memerlukan perhatian khusus dimana sebagian besar berada di wilayah timur Indonesia. Melihat banyaknya desa yang tertinggal dari sebagaimana desa normal yang seharusnya, mendorong pemerintah untuk berusaha ekstra dalam memikirkan jalan keluar untuk permasalahan ini. Sejarah yang panjang untuk menempatkan (kembali) posisi desa sebagai suatu daerah yang memiliki sifat istimewa, heterogen, serta kejelasan status serta kepastian hukumnya dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

Untuk itulah, pemerintah mensahkan Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pada sidang paripurna DPR RI, Rabu 18 Desember 2013 dan menyetujui rancangan Undang - Undang Desa untuk disahkan menjadi Undang - Undang desa. Dalam Undang – Undang tersebut, di antaranya membahas tentang Keuangan dan Aset Desa dan di dalam pembahasan tersebut, akan dibahas tentang kebijakan anggaran untuk desa.

(3)

mengatur seluruh tatanan di desa, termasuk menyusun anggaran ataupun menyusun keuangan desa sendiri1

Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa), bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD. Pemerintahan Desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan dan keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu adanya Peraturan-peraturan atau Undang - Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan optimal. Pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa, yakni terdiri atas sekretaris desa dan perangkat lainnya. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, desa telah memiliki kewenangan sendiri untuk mengatur seluruh tatanan di desa, termasuk menyusun anggaran ataupun menyusun keuangan desa sendiri. Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa), bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh

1

(4)

pemerintah desa didanai dari APBD. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. APBDesa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan. Rancangan APBDesa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD menetapkan APBDesa setiap tahun dengan Peraturan Desa. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang munculnya kebijakan anggaran yang baru dari pemerintah Indonesia Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. APBDesa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan. Rancangan APBDesa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD menetapkan APBDesa setiap tahun dengan Peraturan Desa Dalam hal ini, pemerintahan desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan dan keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu adanya peraturan-peraturan atau Undang - Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan optimal. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang munculnya kebijakan anggaran yang baru dari pemerintah Indonesia.

(5)

adalah ibu kota kabupaten ini. Suku Bangsa di Kabupaten Simalungun masih didominasi oleh Suku Batak Simalungun, dan suku-suku pendatang seperti Suku Jawa, dan Suku Melayu. Sedangkan agama yang dianut oleh masyarakat Simalungun adalah Islam (56,6 %), Kristen (37,1 %), Katolik (6,1 %), Buddha (0,06 %), Hindu (0,05 %), dan sisanya adalah agama-agama lain seperti Parmalim.

Kabupaten ini memiliki 31 (tiga puluh satu) kecamatan dan keseluruhan kecamatan terdiri dari 345 (tiga ratus empat puluh lima) desa. Desa Sibaganding adalah salah satu desa yang terdapat di kabupaten Simalungun, dimana Desa Sibaganding adalah sebagai objek penelitian. Desa Sibaganding, berjarak 3 (tiga) kilometer dari jalan besar Siantar – Parapat. Namun, akses jalan sepanjang 2 (dua) kilometer ke Desa Sibaganding yang hingga saat ini sangat sulit dilalui oleh kendaraan roda 4 (empat) dan tidak ada angkutan yang dapat masuk ke desa karena kondisi jalan yang sangat parah untuk dilalui. Sehingga, warga kesulitan untuk menjual hasil bumi ke pasar Ajibata dan Parapat dan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk carter mobil bak terbuka. Akses ke desa ini hanya dapat dicapai dengan alat transportasi danau, yaitu kapal. Selain itu, penerangan pada akses jalan darat ke desa ini sangat minim atau bahkan hampir tidak ada.

(6)

Komposisi penduduk antara pria dan wanita di Desa Sibaganding hampir sama, yakni 695 pria atau sekitar 49,01 % dan 723 jiwa wanita atau sekitar 50,99 %. Warga Desa Sibaganding mempunyai mata pencarian yang berbeda – beda, sebagian besar adalah nelayan atau tambak ikan, sebagian kecil sebagai petani penggarap dan sisanya adalah pekerja swasta maupun sipil.

(7)

tersedianya SMP dan SMA. Sedangkan fasilitas kesehatan di desa juga sangat rendah. Tidak ada fasilitas kesehatan yang cukup memadai untuk masyarakat desa. Hanya bidan desa yang tersedia di desa ini. Sementara untuk berobat, masyarakat desa harus ke Pusat Kesehatan Masyarakat (PusKesMas) kota Parapat maupun Rumah Sakit di Pematang Siantar.

Melihat kondisi desa Sibaganding, yaitu kondisi jalan atau akses jalan menuju desa, fasilitas masyarakat seperti fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan yang masih kurang memadai, maka Undang –Undang No. 6 Tahun 2014 diharapkan dapat menjadi solusi dalam kekurangan atau permasalahan di desa. Dalam Undang – Undang baru yang membahas tentang anggaran itu, alokasi dana Desa paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari pajak dan retribusi daerah atau dengan kata lain dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Dengan demikian, Desa dapat membangun kesejahteraannya sendiri dengan mandiri. Desa Sibaganding tidak lagi menunggu perhatian terlalu lama dari Pemerintah Kabupaten. Namun, dengan Undang – Undang No.6 ini Desa Sibaganding mendapat anggaran langsung dan langsung membuat perubahan di Desa Sibaganding itu sendiri.

(8)

Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa, serta melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa. Selanjutnya dalam ayat (4) pasal yang sama disebutkan.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka saya merasa tertarik untuk menulis skripsi tentang implementasi kebijakan anggaran sesuai dengan Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014 di Desa Sibaganding kabupaten Simalungun.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan perlu untuk diteliti.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang

menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana strategi

dan kesiapan pemerintahan desa dan masyarakat desa di Desa Sibaganding

Kabupaten Simalungun dalam mengimplementasikan anggaran desa sesuai

dengan Undang – Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa”

C. Tujuan Penelitian

(9)

1. Untuk mendeskripsikan masalah – masalah apa saja yang dihadapi oleh pemerintahan dan masyarakat desa terkait dengan masalah anggaran pada desa.

2. Untuk mengetahui strategi dan kesiapan pemerintahan dan masyarakat desa yang akan ditempuh untuk mengatasi masalah yang ada pada desa sesuai dengan Undang – Undang No. 6 Tahun 2014 tentang anggaran desa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik kepada peneliti maupun kepada orang lain yang membacanya, terlebih lagi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:

1. Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, mengenai berbagai aspek dari pengetahuan politik terkait dengan kebijakan publik, yaitu tentang kebijakan anggaran pada desa Sibaganding Kabupaten Simalungun.

(10)

3. Bagi peneliti, untuk meningkatkan pengetahuan politik yaitu strategi dan kesiapan desa Sibaganding Kabupaten Simalungun dalam mengimplementasikan kebijakan anggaran sesuai Undang – Undang No. 6 Tahun 2014.

E. Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan teori berfikir untuk menggambarkan dari segi mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih 2

Desa, atau udik, menurut definisi "universal", adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari beberapa

Hal ini tentu bersinergi terhadap fokus masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Menurut F. N. Karliger, teori adalah sebuah konsep atau konstruksi yang berhubungan satu dengan yang lain, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis dan fenomena. Jadi dapat dikatakan kerangka teori merupakan bagian penting dalam penelitian karena merupakan kostruksi ataupun dasar dari sebuah penelitian. Adapun beberapa teori yang digunakan oleh peneliti, adalah :

E.1. Desa

2

(11)

unit pemukiman kecil yang disebut kampung (Banten, Jawa Barat) atau dusun (Yogyakarta) atau banjar (Bali) atau jorong (Sumatera Barat). Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain misalnya Kepala Kampung atau Petinggi di Kalimantan Timur, Klèbun di Madura, Pambakal di Kalimantan Selatan, dan Kuwu di Cirebon, Hukum Tua di Sulawesi Utara.

Sejak diberlakukannya otonomi daerah Istilah desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya di Sumatera Barat disebut dengan istilah nagari, di Aceh dengan istilah gampong, di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut dengan istilah kampung. Begitu pula segala istilah dan institusi di desa dapat disebut dengan nama lain sesuai dengan karakteristik adat istiadat desa tersebut. Hal ini merupakan salah satu pengakuan dan penghormatan Pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat setempat.

Dalam UU Desa No.6/2014 yang dimaksud dengan desa adalah, desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak assal usul dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(12)

kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005).

Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan.

Kawasan perdesaan didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Selain itu, menurut Undang – Undang No. 22 Tahun 1999, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah Kabupaten.

(13)

diseragamkan di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini tentunya menghambat tumbuhnya kreatifitas dan partisipasi masyarakat desa setempat karena mereka tidak dapat mengelola desa sesuai dengan kondisi budaya dan adat istiadat dari desa itu sendiri. Pada era reformasi, diterbitkan Undang – Undang No. 22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan menjadi Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan keleluasaan kepada desa untuk dapat mengatur rumah tangganya sendiri sesuai adat istiadat dan kondisi budaya setempat. Dalam Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 disebutkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:

1. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa.

2. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa.

3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah provinsi, dan atau pemerintah kabupaten / kota.

(14)

Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD3

3

Hanif Nurcholis, 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Jakarta: Erlangga

.

Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 6 mengenai definisi pemerintahan desa, yaitu : Pemerintah desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal – usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, menyebutkan mengenai perangkat desa, yaitu :

a. Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 terdiri dari

Kepala Desa dan perangkat Desa.

b. Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari

Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya.

(15)

1) Sekretaris Desa

2) Pelaksanaan Teknis Lapangan

3) Unsur Kewilayahan

4)Jumlah Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 2,

Disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya

masyarakat setempat.

5) Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa

ditetapkan dengan Peraturan Desa

Selanjutnya, pada Pasal 30 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 memberikan penjelasan mengenai keanggotaan BPD, yaitu : Anggota BPD adalah wakil dari desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan musyawarah dan mufakat. Adapun kewenangan-kewenangan dari BPD, adalah :

1. Mengayomi adat istiadat, yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan desa.

(16)

3. Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa serta Keputusan Desa

4. Menampung aspirasi masyarakat, yaitu menumbuhkan demokrasi dan menyalurkan aspirasi yang diterima dari masyarakat kepada pejabat atau institusi yang berwenang.

Otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa, desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di muka pengadilan4

Dengan dimulai dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan landasan kuat bagi desa dalam mewujudkan “Development Community” dimana desa tidak lagi sebagai level administrasi atau bawahan daerah tetapi sebaliknya sebagai “Independent Community” yaitu desa dan masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan masyarakat sendiri. Desa diberi kewenangan untuk mengatur desanya secara mandiri termasuk bidang sosial, politik dan ekonomi.

4

(17)

Dengan adanya kemandirian ini diharapkan akan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan sosial dan politik.

(18)

mewujudkan “Development Community” dimana desa tidak lagi sebagai level administrasi atau bawahan daerah tetapi sebaliknya sebagai “Independent Community” yaitu desa dan masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan masyarakat sendiri. Desa diberi kewenangan untuk mengatur desanya secara mandiri termasuk bidang sosial, politik dan ekonomi. Dengan adanya kemandirian ini diharapkan akan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan sosial dan politik.

Bagi desa, otonomi yang dimiliki berbeda dengan otonomi yang dimiliki oleh daerah propinsi maupun daerah kabupaten dan daerah kota. Otonomi yang dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya,bukan berdasarkan penyerahan wewenang dari Pemerintah. Desa atau nama lainnya, yang selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Landasan pemikiran yang perlu dikembangkan saat ini adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi, dan pemberdayaan masyarakat.

Pengakuan otonomi di desa, dijelaskan sebagai berikut :

(19)

masyarakat desa kepada “kemurahan hati” pemerintah dapat semakin berkurang.

b. Posisi dan peran pemerintahan desa dipulihkan, dikembalikan seperti sediakala atau dikembangkan sehingga mampu mengantisipasi masa depan 5

Oleh karena itu, dalam pelaksanaan hak, kewenangan dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi desa harus tetap menjunjung nilai-nilai tanggungjawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menekankan bahwa desa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa dan negara Indonesia. Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan otonomi desa menuntut tanggungjawab untuk memelihara integritas, persatuan dan kesatuan bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tanggungjawab Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan desa tersebut. Urusan pemerintahan berdasarkan asal-usul desa, urusan yang menjadi wewenang pemerintahan Kabupaten atau Kota diserahkan pengaturannya kepada desa. Namun harus selalu diingat bahwa tiada hak tanpa kewajiban.

5

(20)

untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku 6

Kebijakan Publik adalah, keputusan atau peraturan yang dibuat oleh yang berwenang untuk mengatasi masalah publik, sehingga diharapkan tujuan organisasi dapat dicapai denga baik. Dari berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai public policy, yaitu suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi. Aturan atau peraturan tersebut secara sederhana kita pahami sebagai kebijakan publik, jadi kebijakan publik ini dapat kita artikan suatu hukum. Akan tetapi tidak hanya sekedar hukum namun kita harus memahaminya secara utuh dan benar. Ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan bersama dipandang perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut menjadi kebijakan publik yang harus dilakukan dan disusun serta disepakati oleh para pejabat yang berwenang. Ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu kebijakan publik; apakah menjadi Undang-Undang, apakah menjadi Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden termasuk Peraturan Daerah maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang harus

E.2 Kebijakan Publik

6

(21)

ditaati. Ciri –ciri utama kebijakan publik adalah, suatu peraturan atau ketentuan yang diharapkan dapat mengatasi masalah publik. Cochran dan Malone mengemukakan : “Public Policy is a study of goverments decisions

and actions designed to deal with matter of Public Concern”

Dari pengertian di atas, maka Keputusan Menteri, Keputusan Direktoral Jendral, Keputusan Direktur Departemen terkait pada dasarnya merupakan

Public Policy. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai apa yang

dilakukan oleh pemerintah, bagaimana mengerjakannya, mengapa perlu dikerjakan dan perbedaan apa yang dibuat. Dye seperti yang dikutip Winarno berpandangan lebih luas dalam merumuskan pengertian kebijakan, yaitu sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (

whatever goverments choose to do or not to do), 7

7

Winarno, Budi, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media Presindo, 2002.

atau dengan kata lain bahwa

(22)

Dengan mengacu pada pandangan Dye tersebut, maka keputusan – keputusan pemerintah adalah merupakan suatu kebijakan, namun membiarkan sesuatu tanpa adanya keputusan juga merupakan kebijakan. Kebijakan publik, pada dasarnya tidak permanen tetapi harus selalu disesuaikan, karena adanya perubahan keadaan, baik masalah politik, sosial, ekonomi maupun adanya informasi yang berubah. Perubahan kebijakan publik, dilakukan setelah adanya evaluasi.

Suatu kebijakan adalah “arah tindakan yang mempunyai tujuan yang diambil oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan”. Pembuatan kebijakan secara khusus mencakup suatu pola tindakan yang membutuhkan cukup banyak waktu dan meliputi banyak keputusan, baik yang rutin maupun tidak.

E.3. Kebijakan Anggaran

(23)

Dalam mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang 8

1. Anggaran seimbang. Semua pengeluaran didasarkan pada penerimaan. Pada akhirnya, jumlah pengeluaran sama dengan jumlah

Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yakni : Belanja Pemerintah Pusat (adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat) dan Belanja Daerah (belanja yang dibagikan ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD ke daerah yang bersangkutan). Macam-macam kebijakan anggaran

8

(24)

penerimaan. Tujuan penyusunan anggaran seimbang adalah untuk memelihara stabilitas ekonomi dan mencegah terjadinya anggaran defisit.

2. Anggaran dinamis. Dalam anggaran dinamis berarti bahwa jumlah mutlak dari anggaran dari tahun ke tahun semakin besar.

3. Anggaran defisit. Penerimaan negara lebih kecil daripada pengeluaran negara. Kebijakan ini dijalankan karena pemerintah akan memperbaiki keadaan perekonomian negara yang sedang menurun atau dilanda deflasi. Dalam hal ini pemerintah menutup kekurangan anggaran dengan pinjaman dalam dan luar negeri.

4. Anggaran surplus. Penerimaan negara lebih besar daripada pengeluaran negara. Kebijakan ini dijalankan bila keadaan ekonomi sedang dilanda inflasi untuk menyesuaikan anggaran dengan kenaikan harga barang atau jasa. Dalam hal ini pemerintah meningkatkan penerimaan negara (dari pajak dan non pajak) dan melakukan penghematan

(25)

Pemerintah pusat harus menyalurkan dana khusus bagi penyelenggaraan pemerintah desa yang disebut sebagai Alokasi Dana Desa (ADD). ADD bersumber dari APBN yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota .

Dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014 Pasal 72 Ayat 3, alokasi dana desa paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari pajak dan retribusi daerah. Dana desa akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Penggunaan dana ini diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, jelaslah diketahui bahwa kebijakan anggaran adalah salah satu kebijakan publik yang diharapkan pencapaiannya adalah untuk kemakmuran seluruh lapisan masyarakat, termasuk masyarakat desa.

F. Metodologi Peneltitian

F.1. Jenis Penelitian

(26)

sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisir untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kualitatif. Dengan kata lain, secara metode, penelitian ini tidak menggunakan metode statistik tetapi menggunakan analisis verbal dan kualitatif.

F.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Desa Sibaganding kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Indonesia.

F.3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh in formasi, keterangan- keterangan atau fakta- fakta yang diperlukan, maka peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Penelitian Lapangan (Field Research)

(27)

Sibaganding, Ibu Jumiarli Sinaga dan Kepala Penatua Adat, Bapak Benni Sinaga.

2. Metode Library Research atau Studi Kepustakaan.

Studi yang dilakukan ini adalah dengan cara pengumpulan data dengan cara menghimpun dan mengumpul buku-buku, dokumen-dokumen, makalah, arsip-arsip, dan literatur-literatur serta seluruh sarana informasi lainnya yang tentu saja berhubungan dengan masalah penelitian ini.

F.4. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menggunakan metode kualitatif. Jenis analisa data seperti ini banyak digunakan pada jenis penelitian yang bersifat deskriftif, yaitu suatu metode yang lebih didasarkan kepada pemberian gambaran yang terperinci yang mengutamakan penghayatan dan berusaha memahami suatu peristiwa dalam situasi tertentu menurut pandangan peneliti9

Untuk analisis data kualitatif dilakukan pada data yang tidak dapat dihitung berwujud kasus- kasus sehingga tidak dapat disusun dalam bentuk angka-angka.

9

(28)

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci, serta untuk mempermudah isi dari skripsi ini, maka dengan ini penulis membagi dalam empat BAB. Susunan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah yang akan dibahas, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori yang digunakan dalam penelitian, metodologi penelitian yang digunakan peneliti serta sistematika penulisan.

BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian

Pada Bab ini akan menggambarkan lokasi penelitian, dalam hal ini adalah profil Desa Sibaganding kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Indonesia.

BAB III Penyajian dan Pembahasan

(29)

BAB IV Penutup

Referensi

Dokumen terkait

Target pada tahun ini, setiap kuartal BBTN akan menyelesaikan kredit macet sebesar Rp1.5 – 1.9 tn dari kredit bermasalah untuk konsumer dan komersial dengan total Rp7 tn.. Kenaikan

Definisi ( Pengertian ) Penyakit gagal jantung didefinisikan sebagai ketidaknormalan dari struktur dan fungsi jantung yang mengakibatkan kegagalan  jantung untuk mengirimkan

Berdasarkan kenyataan, adanya kesenjangan yang sangat besar antara kebutuhan sumberdaya manusia untuk peningkatan pembangunan pertanian berbasis agribisnis di daerah dan

School Visits report at SWCA, Bernardus Page 4 Academic and work environment. Academic climate at SWCA of learning is supported by the availability of facilities

KESEMBILAN : Kelompok Kerja Pengaduan Masyarakat sebagaimana dimaksud diktum KEENAM huruf c mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Sekretariat Tim Koordinasi

Adapun kendala praktik pembelajaran Akhlak mengunakan teknik Quantum Teaching di SMP Jati Agung ini sebagai berikut: Ruang kelas yang dibawah standar Kemendiknas, sarana

Dalam perkembangan selanjutnya, baik hewan vertebrata maupun manusia, Trypanosoma gambiense hidup di dalam darah, kelenjar getah bening, limpa dan bahkan sampai ke susunan

Indicator dari perbuatan melawan hukum pada main hakim sendiri terlihat dari tidak dilaksanakannya ketentuan hukum yang telah ada terkait dengan perlakuan terhadap