• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Anggaran Sesuai Dengan Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014 di Desa Sibaganding Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Kebijakan Anggaran Sesuai Dengan Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014 di Desa Sibaganding Kabupaten Simalungun"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran Interview 1

Narasumber : Jhonri Wilson Purba, SH, M.Si (Camat Girsang Sipangan Bolon) Tgl : 15 September 201

Penulis (P) :”Apakah Bapak tahu mengenai Undang-Undang Desa No.32 Tahun 2004 dimana masa jabatan seorang Kepala Desa adalh 6 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan, dimana keadaan di Desa Sibaganding tidak sesuai dengan Undang-Undang ini. Bagaimana menurut Bapak ?”

Narasumber (N) :”Saya tahu Undang – Undang Desa yang menyatakan jabatan Kepala Desa itu 6 tahun. Tapi, kondisinya di Desa Sibaganding kan tidak memungkinkan. Lagian, saya membiarkan Desa memiliki daulat penuh atas pemerintahan desanya sendiri. Bukan saya ngga peduli, tapi kan kita juga harus lihat kondisinya bagaimana” P :”Bagaimana penyusunan rencana kegiatan Anggaran

Dana Desa (ADD) di desa Kecamatan Girsang Sipangan Bolon ini pak ? Dan apakah Bapak tahu mengenai Undang-Undang Desa yang baru, dimana anggran langsung akan turun ke Desa sebesar 1,4 Milyar?”

(2)

dengan baik terbukti dari tersusunnya MUSRENBANG (Musyawarah Perencanaan Pembangunan),halini dikarenakan MUSRENBANG menjadi syarat pencairan ADD, khususnya anggaran baru dalam Undang – Undang yang baru yang kabarnya akan diberikan langsung kepada desa sebesar 1 Milyar untuk pembangunan desa, dimana desa bekerjasama dengan PKK (Pembina Kesejahteraan Keluarga)”

P :”Bagaimana dengan penyelesaian dan

pertanggungjawaban ADD nya nanti pak ?”

(3)

Interview 2

Narasumber : Rudi Pohan (Kepala Desa Sibaganding)

Juniarli Sinaga (Sekretaris Desa Sibaganding)

Tgl : 18 September 2014

P :”Bapak sudah menjadi Kepala Desa Sibaganding selama 21 tahun lebih. Apa yang menjadikan Bapak demikian ?”

N1 :”Warga tidak ada yang mau jadi Kepala Desa. Katanya repotlah kerjanya, repotlah ngurusnya, kerjaan lain ngga bisa ditinggalkanlah. Jadi mau tak mau harus sayalah yang lanjutkan. Dari sekitar tahun ’92 saya menjabat, ya saya bikinlah semampu saya jadi kepala desa. Mau gimana lagi, kan gitu.”

P :”Di desa Bapak terdapat beberapa masalah-masalah. Apakah pemerintahan Desa Sibaganding sudah memiliki strategi dalam mengatasi masalah-masalah tersebut ?”

(4)

Sibaganding ini. Salah satunya ya, dengan keluarnya Undang – Undang Desa yang baru ini, ya banyak membantulah untuk Desa dan kalu bicara soal kesiapan, kami Desa Sibaganding siap untuk menjalankan Undang – Undang yang baru itu. Apalagi kami juga sudah menyelesaikan MUSRENBANG kami. Sudah kami susun sesuai dengan yang dibutuhkan desa ini”

N2 :”Ya betul. Sebenarnya sudah tepat sekali Undang – Undang itu keluar. Kenapa tidak di tahun – tahun sebelumnya saja begini ? Kan bisa lebih maju desa ini”

P :”Bagaimana persiapan dan strategi Desa Sibaganding dalam menghadapi Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014?”

(5)

P :”Bagaimana kegiatan ADD selama ini terlaksana dan apa rencana kegiatan ADD yang berkaitan dengan Undang-Undang No.6 khususnya mengenai kebijakan anggaran desa ?”

N :”Sudah semua dek, dan bisa dicek ke lapangan untuk membuktikan bahwa semua kegiatan ADD yang sudah tertera dalam MUSRENBANG itu sudah kami laksanakan semuanya dimana kami yang bekerjasama dengan PKK, meskipun ada yang belum selesai. Dan untuk persiapan kami untuk UU Desa yang baru ini, kami melanjutkan pembangunan yang masih belum selesai/tertunda dan memasukkan rencana pembangunan yang baru. Karna pasti anggaran baru yang akan turun itu pasti cukup kan”

P :”Bagaimana dengan pertanggungjawabannya nanti pak ?”

(6)

Interview 3

Narasumber : Jamidin Silitonga (Warga Desa Sibaganding, 57 thn)

Vera Situmorang (Warga Desa Sibaganding, 30 thn)

Tgl : 18 September 2014

P :”Apa yang menjadikan Bapak Rudi Pohan dapat menjabat sebagai Kepala Desa begitu lama, Pak ?”

N1 :”Bapak Pohan udah jadi kepala desa sekitar 21 tahun setengah. Karena memang ngga ada yang mau. Repot jadi kepala desa. Gajinya juga ngga banyak. Bagusan jadi petani atau nelayan lah. Lebih ngerti dan lebih enak ngerjakannya.”

P :”Apakah sudah banyak warga yang tau mengenai Undnag-Undang yang baru,dimana desa akan mendapat dana langsung sebesar 1 Milyar lebih dan apa harapan ibu sebagai masyarakat terhadap undnag-undang ini ?”

(7)
(8)

DAFTAR PUSTAKA

Boleong, 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Bungaran Antonius Simanjuntak, 2013. Dampak Otonomi Daerah di Indonesia,

Merangkai Sejarah Politik dan Pemerintahan Indonesia, Jakarta: yayasan Pustaka Obor Indonesia

H. Nawawi, 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers.

Hanif, Nurcholis, 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Jakarta:Erlangga.

Hassan,Hasbullah.1993.Masalah Kebijaksanaan PembangunanDesa, Yogyakarta:Erlangga

Innesa Destifani, Suwondo, Ike Wanusmawatie, Pelaksanaan Kewenangan Desa Dalam rangka Mewujudkan Otonomi Desa (Studi Pada Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora).

M. Arif Nasution, 2008. Metodologi Penelitian, Medan: FISIP USU PRESS. Syaukani, Afan Gaffar dan Ryaas Rasyid, 2009. Otonomi Daerah dalam Negara

Kesatuan, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Widjaja, 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Winarno, Budi, 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media Presindo.

Undang-Undang :

Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014 Undang-Undang Desa No.22 Tahun 1999 Undang-Undang Desa No. 32 Tahun 2004 Website :

(9)

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini akan disajikan dan dianalisis data yang telah diperoleh langsung dari Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Data yang akan disajikan adalah berupa masalah – masalah yang terdapat di desa tersebut dan juga akan disertakan strategi kesiapan desa yang akan ditempuh dengan menggunakan Undang – Undang No. 6 Tahun 2014 khususnya mengenai anggaran desa untuk mengatasi permasalahan – permasalahan tersebut.

(10)
(11)
(12)

3.1. Permasalahan – Permasalahan Desa Sibaganding

Setiap pemerintahan memiliki masalah – masalah umum atau masalah – masalah mendasar. Masyarakat Desa juga memiliki harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Demikian juga permasalahan yang timbul di desa, dimana desa adalah sebagai pemerintahan terkecil di sebuah negara pun memiliki masalah – masalah sendiri. Desa Sibaganding adalah satu dari banyak desa di Indonesia yang memiliki pemasalahan sendiri, baik permasalahan yang terdapat pada pemerintahan desa itu sendiri maupun permasalahan yang datang dari masyarakat maupun daerah itu sendiri. Masyarakat desa sebagai sebuah komunitas yang sedang mengalami perubahan karena pembangunan tidaklah lepas dari masalah. Beberapa diantara masalah-masalah tersebut adalah masalah lama yang belum terselesaikan atau masalah baru yang muncul akibat perubahan secara keseluruhan atau sebagai dampak negatif dari pembangunan itu sendiri.

(13)

masalah-masalah di pedesaan. Masalah-masalah tersebut terjadi sebagai akibat pengaruh dari luar desa, maupun sebagai akibat dinamika atau perkembangan intern dari desa itu sendiri. Beberapa contoh yang biasa digolongkan masalah pedesan tersebut adalah mash tingginya angka kemiskinan, terbatasnya lapangan kerja, masih redahnya tingkat pendidikan rat-rata penduduk, munculnya pengangguran dan setegah pengangguran, pencemaran air dan udara yang mulai merambah beberapa kawasan pedesaan, erosi, keterbatasan prasarana dan saran pelayanan umum, dan fasilitas sosial lainnya. Berikut akan dibahas secara terbatas beberapa di antara masalah-masalah tersebut yang terdapat di Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan Bolon.

3.1.1. Permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM)

(14)

pemerintahan desa ini adalah seorang Kepala Desa yang dipilih melalui musyawarah desa. Sistem pemerintahan kelembagaan Desa Sibaganding menganut sistem yang tidak tentu. Masa jabatan seorang kepala desa tidak ditentukan secara pasti jangka waktu periode jabatannya sehingga stabilitas kelembagaan tidak baik karena dipimpin oleh seorang yang tidak tentu waktu masa jabatannya. Hal ini juga dipaparkan oleh salah seorang penduduk Desa Sibaganding, Jamidin Silitonga (57 tahun buruh keramba ikan) :

“ Bapak Pohan udah jadi kepala desa sekitar 21 tahun setengah. Karena memang ngga ada yang mau. Repot jadi kepala desa. Gajinya juga ngga banyak. Bagusan jadi petani atau nelayan lah. Lebih ngerti dan lebih enak ngerjakannya...” (wawancara 18 September 2014 di Desa Sibaganding)

Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Kepala Desa Sibaganding, Bapak Rudi Pohan ;

(15)

Hal ini menunjukkan bahwa Kepala Desa serta penduduk tidak menjalankan pemerintahan desa sesuai dengan Undang – Undang Desa yang berlaku. Akibat dari situasi dan kondisi, dimana tidak adanya masyarakat Desa Sibaganding yang bersedia untuk menggantikan Kepala Desa yang lama. Sementara, berdasarkan Undang – Undang No. 32 Tahun 2004, masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan. Hal ini mengakibatkan, stabilitas politik di tatanan kelembagaan desa menjadi tidak baik, karena tidak adanya pengkaderisasian yang baik.

Di posisi lain Camat Girsang Sipangan Bolon, Jhonri Wilson Purba, SH, M.Si menyatakan bahwa, Pemerintah Daerah tidak tahu menahu dengan hal ini, dimana hal – hal yang berhubungan dengan pemerintahan desa diserahkan seutuhnya kepada desa yang bersangkutan.

“ Saya tahu Undang – Undang Desa yang menyatakan jabatan Kepala Desa itu 6 tahun. Tapi, kondisinya di Desa Sibaganding kan tidak memungkinkan. Lagian, saya membiarkan Desa memiliki daulat penuh atas pemerintahan desanya sendiri. Bukan saya ngga peduli, tapi kan kita juga harus lihat kondisinya bagaimana “ (wawancara 15 September 2014 di kediaman beliau di Parapat)

(16)

masyarakat. Pemerintah harus peka terhadap kebutuhan-kebutuhan yang masyarakat inginkan.

Pemerintah Desa Sibaganding (terutama Kepala Desa) belum terlalu peka terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapai oleh masyarakat, seperti keterbelakangan pendidikan, ekonomi dan sosial. Pemerintah seharusnya peka terhadap masyarakat agar dapat mengayomi segala kepentingan dan dapat memenuhi kebutuhan dari masyarakat. Pemerintah Desa Sibaganding belum peka terhadap permasalahan yang timbul dan berkembang di masyarakat, seperti prasarana jalan yang masih buruk dan pembangunan yang belum merata. Untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi desa perlu adanya pemerintah yang tanggap dan peka terhadap aspirasi serta kebutuhan masyarakat. Pemerintah desa harus menjadi pelayan masyarakat bukan sebagai penguasa masyarakat.

(17)

(Sekolah Menengah Atas). Selain itu para perangkat desa, pada umumnya juga tidak memiliki pendidikan informal atau pendidikan di luar sekolah. Pendidikan informal yang dimaksudkan adalah, pendidikan atau pelatihan – pelatihan yang berkaitan. Pendidikan informal bertujuan untuk membuka wawasan baru dan melahirkan inovasi baru dalam pembangunan dan pengelolaan desa ke depannya. Tetapi dengan pendidikan yang minim, perangkat desa hanya mampu menerapkan kegiatan dan pembangunan yang monoton dan tidak ada pembaharuan sama sekali, sehingga desa menjadi tetap ketinggalan.

Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik dihasilkan dari manusia yang berpendidikan yang baik pula. Maka, melihat kondisi sumber daya manusia yang masih rendah di Desa Sibaganding ini, membuat desa ini menjadi semakin sulit untuk maju dari desa – desa lain di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan membuat kemajuan pada desa tersebut

3.1.2. Permasalahan Fasilitas, Sarana dan Prasarana Desa

(18)

tempat musyawarah desa, biasanya musyawarah desa diadakan di rumah penduduk yang lebih memadai dan memungkinkan untuk diadakan musyawarah. Begitu juga dengan peralatan kantor kepala desa yang kurang, seperti tidak tersedianya komputer atau hal lain yang mendukung, sehingga akan memperlama proses administrasi desa ini.

(19)

lingkungan dusun ke lingkungan dusun yang lain juga sangat gelap, karena tidak adanya penerangan atau lampu jalan di sepanjang jalur jalan di desa ini.

Kurangnya penerangan di jalan, membuat aktifitas warga ketika malam hari terbatas hanya didalam rumah. Di kondisi lain, penduduk yang menggunakan jembatan penyeberangan untuk melewati sungai, memiliki kondisi jembatan yang sangat buruk yang dapat membahayakan pengguna jembatan tersebut. Pada tahun 2011, jembatan ini sudah dalam perbaikan namun belum sepenuhnya rampung karena permaslahan anggaran yang kurang, sehingga jembatan setengah jadi ini sangat tidak nyaman digunakan oleh penduduk desa. Untuk menuju ke ibu kota kecamatan ataupun ke ibu kota kabupaten, penduduk desa harus berjalan ke Kelurahan Parapat untuk menggunakan angkutan umum. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa pada umumnya di pedesaan masalah yang paling banyak dihadapi dan perlu adanya pemecahan masalah adalah masalah insfrastruktur seperti jalanan yang berkibat kurang lancarnya transportasi, karena dengan kurangnya transportasi maka komunikasi tidak bisa berjalan dengan baik, demikian juga distribusi komoditi baik hasil yang ada di desa maupun yang diperlukan didesa tidak menjadi lancar. Tidak hanya itu, akses jalan menuju pekuburan umum juga masih belum dibangun dengan layak, sehingga penduduk desa memiliki akses yang tidak baik menuju pekuburan umum tersebut.

(20)

Huta tersebut adalah, tidak tersedianya perpipaan air minum yang dialiri air yang yang bersumber langsung dari gunung. Penduduk desa sebagian besar menggunakan air gunung untuk kebutuhan air minum, sedangkan untuk sehari – hari biasanya penduduk desa menggunakan air sungai maupun langsung ke Danau Toba. Namun, dari keempat huta, Huta III yang memiiki kondisi perpipaan air minum yang sangat buruk, sehingga membutukan perbaikan.

(21)

15.000 (limabelas ribu rupiah) dalam satu mata pelajaran yang diajarkan. Fasilitas mobiler belajar, seperti meja belajar, kursi belajar dan lemari buku juga sangat sedikit dan memiliki kualitas rendah. Fasilitas lainnya pada sekolah yaitu, tidak adanya kamar mandi atau toilet bagi guru dan siswa di sekolah tersebut. Namun, orangtua terpaksa menyekolahkan anak – anak mereka di sekolah di desa tersebut karena mengingat jauhnya akses sekolah ke kelurahan Parapat maupun ke Kelurahan Tiga Raja. Hal ini dikarenakan kurangnya anggaran untuk pendidikan dan tidak adanya lahan yang tepat untuk digunakan membangun sekolah. Orangtua sering mengeluhkan fasilitas pendidikan yang sangat rendah di desa ini, sehingga tak jarang mereka tidak menyekolahkan anak mereka akibat jarangnya belajar di sekolah ini dikarenakan jarangnya tenaga pengajar di sekolah tersebut.

(22)

3.1.3. Permasalahan Perekonomian Penduduk Desa

Aktivitas ekonomi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Dalam aktivitas ini kita dapat meneliti kebutuhan biologis manusia yang mendorongnya bekerja dalam lingkungan tersebut. Budaya manusia sendiri membentuk cara-cara berfikir yang secara simbolik menandai kegiatan-kegiatan sosial termasuk mengorganisasi dirinya dimana peranan-peranan yang ditetapkan menunjukkan interaksi dari setiap institusi yang memposisikan partisipasi dalam merencanakan dan melakukan aktivitasnya.

(23)

permasalahannya adalah penduduk desa tidak memiliki modal cukup untuk membeli bibit ikan dan bibit untuk lahan untuk dilanjutkan kembali. Hal ini membuat mata rantai perekonomian penduduk tersendat dan usaha penduduk tersebut tidak dapat diperluas karena tidak cukupnya modal untuk membeli bibit – bibit baru. Bibit – bibit yang diperlukan diantaranya, bibit tanaman keras seperti, gelugur, kopi dan coklat, bibit ikan seperti bibit ikan nila dan juga bantuan hewan ternak, seperti lembu. Biasanya, penduduk desa menjual hasil –hasil usaha mereka ke Kelurahan Parapat, Kelurahan Tiga Raja, ibu kota kecamatan maupun ke ibu kota kabupaten. Para penduduk yang memiliki usaha keramba, petani dan peternak membutuhkan bantuan bibit yang cukup untuk dijual untuk perekonomian yang lebih baik lagi. Melihat kondisi yang demikian, penduduk yang memang mayoritas memiliki usaha keramba dan lahan pertanian sangat membutuhkan bantuan berupa bibit – bibit tersebut.

(24)

3.1.4. Permasalahan Kemiskinan

Salah satu masalah penting yang banyak dihadapi masyarakat sepanjang sejarah adalah kemiskinan. Kemiskinan dan permalasahan di pedesaan adalah merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, karena sebagian besar penduduk Indonesia yang miskin adalah yang tinggal di daerah pedesaan dan kemiskinan ini sesungguhnya bisa digolongkan sebagai masalah sosial ekonomi yang juga berkaitan erat dengan masalah lainya. Begitu kompleksitasnya masalah - masalah yang diahadapi pedesaan, padahal masyarakat kita kebanyakan tinggal di daerah pedesaan. Begitupun yang terjadi di Desa Sibaganding. Tidak jauh berbeda dengan desa-desa lainnya di Indonesia,. salah satu problem yang dihadapi adalah bagaimana rencana aksi yang akan disusun dapat menjawab seluruh dimensi sehingga mampu menjawab akar permasalahan kemiskinan. Kemiskinan selalu menjadi ciri khas masyarakat pedesaan. Contoh hal dalam Alokasi dana APBD ketergantungan terhadap dana dari pusat masih sangat tinggi, dimana alokasi 60% untuk belanja tidak langsung dan 40% untuk belanja langsung.

(25)

Indonesia. Namun, sejak berlakunya otonomi daerah di Indonesia yang berasas desentralisasi dengan berlandaskan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah pusat memberi wewenang kepada pemerintah daerah untuk menentukan sendiri program kebijakan yang tepat untuk daerahnya, terutama kebijakan pengentasan kemiskinan, karena pemerintah daerah lebih mengetahui kebutuhan, karakteristik, potensi dan adat-istiadat daerahnya. Maka dengan adanya otonomi daerah diharapkan masalah kemiskinan teratasi. Masalah kemiskinan desa ini tidak akan terselesaikan jika tidak ada kerjasama dari pemerintahdan masyarakat, tentunya juga pemerintahan yang bersih dari penyelewengan.

(26)

pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Sedangkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desa merupakan kesatuan masyarakathukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempatyang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. penduduk miskin di pedesaan antara lain buruh tani, tidak memilikilahan atau faktor produksi, petani gurem, petani tadah hujan, nelayan, peternak penggembala, masyarakat disekitar hutan dan lahan kritis, masyarakat di daerahterpencil, masyarakat yang direlokasikan karena suatu keadaan bencana alam,dansebagainya.

Kemiskinan di Indonesia tidak hanya karena budaya malas bekerja. Faktor-faktor kemiskinan di desa lainnya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Sulitnyaakses ke desa tersebut, keterbatasan lapangan kerja, kebijakan pembangunan yang tidak tepat dan KKN adalah faktor eksternal. Sedangkan faktor internalnya antara lain adalahrendahnya tingkat pendidikan, kurangnya ketrampilan, tingkat kesehatan yang buruk,etos kerja yang rendah, dan tingkat pendapatan yang rendah.

(27)

akan disajikan berikut, kita akan mengetahui seberapa banyak penduduk Desa Sibaganding yang miskin (dalam hitungan KK (Kepala Keluarga))

Tabel 3.1

Data Keadaan Desa Sibaganding Tahun 2014

No. Nama Dusun (Lingkungan)

Jumlah Penduduk

Jiwa Miskin (KK)

1.

Huta I (Sualan, Hubuan, Sait Dolok)

380 26

2.

Huta II (Sibaganding, Siuhan, Simpang Patra Jasa)

294 21

3.

HutaIII (Panahatan, Sileutu, Sigaol-gaol, Repa Dolok)

343 27

4.

Huta IV (Tanjung Dolok, Aek Nauli)

401 43

Sumber : Kantor Kepala Desa Sibaganding, 2014

(28)

setiap huta memiliki jumlah kepala keluarga yang tergolong miskin dan memiliki jumlah kepala keluarga yang cukup banyak. Tiap kepala keluarga rata – rata memiliki 4 (empat) sampai 5 (lima) anggota keluarga. Maka, jika dalam satu huta memiliki 380 (tigaratus delapanpuluh) jiwa, dan 26 (duapuluh enam) kepala keluarga yang tergolong miskin, maka ada 130 (seratus tigapuluh) jiwa yang miskin. Dari data diatas, maka Desa Sibaganding memiliki rata – rata memiliki penduduk yang miskin.

(29)

akan naik yang akan menambah kekayaan masyarakat Desa Sibaganding, yang pada akhirnya akan lepas dari kemiskinan.

Terbatasnya trasnportasi di pedesaan berakibat lambatnya perputaran perekonomian di daerah pedesaan. Petugas dari kelurahan maupun kota yang bisa mentransfer teknologi juga sangat jarang sekali, akibatnya kehidupan di pedesaan terkesan monoton. Apabila ada jalan yang mudah dilalui ke desa tersebut maka proses alih teknologi juga akan berjalan dengan cepat, sehingga akan memacu perekonomian di pedesaan. Dengan sentuhan teknologi tepat guna pertanian maka cara bertani akan semakin berkembang yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahateraan masyarakat Desa Sibaganding.

3.2. Strategi dan Kesiapan Pemerintahan Desa yang Ditempuh Untuk Mengatasi Permasalahan di Desa Sibaganding

(30)

hanya mengejar kemajuan lahiriah belaka, seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan sebagainya atau kepuasan bathin seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggungjawab, rasa keadilan dan sebagainya, melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara keduanya10

Namun, pada dasarnya tidak ada permasalahan yang tidak memiliki pemecahan. Setiap permasalahan yang telah diuraikan tersebut akan diambil pemecahannya, salah satunya dengan kesiapan ataupun strategi desa dengan menggunakan Undang – Undang tentang desa yang baru, yaitu UU No. 6 Dalam pelaksanaan pembangunan berbagai strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang digunakan pada dasarnya adalah di samping bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya yang berada di daerah pedesaan, juga untuk mengoptimalkan sumber daya alam dan manusia baik lewat pendayaangunaan sumber-sumber maupun alokasinya. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam pelaksanaan pembangunan desa tidak jarang menjumpai berbagai hambatan baik struktural maupun moral, untuk itu agar hambatan tersebut dapat di atasi maka sebelum menetapkan strategi dan kebijaksanaan pembangunan desa terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi terhadap keadaan dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat desa, sehingga dalam menyusun kebijaksanaan pokok dalam pembangunan desa benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, meskipun terdapat banyak permasalahan.

10

(31)

Tahun 2014 khususnya mengenai anggaran desa yang sudah memiliki Peraturan Pemerintah (PP) yaitu PP No. 43 Tahun 2014. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Berdasarkan Undang-Undang-Undang-Undang tersebut, desa diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas desa. Hal itu berarti dana desa akan digunakan untuk mendanai keseluruhan kewenangan desa sesuai dengan kebutuhan dan prioritas dana desa tersebut.

(32)

penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, desa memiliki kewenangan berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal berskala desa, kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut pada desa diberikan biaya/anggaran yang berasal dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang prosentasenya sekitar 10%.

(33)
(34)

tata usaha keuangan, dan perubahan serta penghitungan anggaran. Kepala Desa bersama Badan Perwakilan Desa (BPD) menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa setiap tahun dengan peraturan desa. Adapun pedoman untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa tersebut ditetapkan oleh Bupati, sedangkan tata cara dan pungutan objek pendapatan dan belanja desa ditetapkan bersama antara Kepala Desa dan Badan Perwakilan Desa. Selanjutnya keuangan desa selain didapat dari sumber - sumber yang telah disebutkan di atas, juga dapat memiliki badan usaha sesuai dengan peraturan perundang - undangan.

(35)

Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disebut ADD adalah dana bantuan langsung yang dialokasikan kepada Pemerintah Desa digunakan untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat, kelembagaandan prasarana desa yang diperlukan serta diprioritaskan oleh masyarakat, yang pemanfaatan dan administrasi pengelolaannya dilakukan dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala Desa. Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) dimaksudkan sebagai bantuan stimulant atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program pemerintah desa yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan. Tujuan diberikannya Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) antara lain meliputi:

a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakat sesuai dengan kewenangannya.

b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta partisipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki.

c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa dalam rangka pengembangan sosial

(36)

d. Menorong peningkatan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat. Penggunaan Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) dibagi menjadi 2 (dua) komponen, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Sebesar 30 % dari besarnya ADD yang diterima oleh masing-masing desa, digunakan untuk Biaya Operasional Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa.

b. Sebesar 70 % dari besarnya ADD yang diterima oleh masing-masing desa, digunakan untuk membiayai kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Biaya Operasional Pemerintah Desa, BPD, dan LPMD diantaranya dipergunakan untuk:

a. Biaya Operasional Pemerintah Desa, meliputi:

1) Insentif Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK), Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan (PJAK), dan Bendahara/Pemegang Kas Kegiatan ADD.

2) Pengadaan Belanja Barang dan Jasa Pemerintah Desa.

Pengelolaan Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) harus berpedoman pada prinsip-prinsip pengelolaan, yang meliputi:

(37)

b. Rencana kegiatan dilakukan dengan tertib dan harus dapat diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka.

c. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis maupun administrasi.

d. Pelaksanaan ADD harus sudah selesai pada akhir bulan Desember tahun anggaran yang sedang berjalan.

e. Apabila sampai akhir bulan Desember belum dapat selesai atau belum mencapai 100 % dan terdapat sisa dana, maka sisa dana tersebut dikembalikanke Kas Daerah.

f. Hasil kegiatan/proyek yang dibangun menjadi milik desa dan dapat dilestarikan serta dikembangkan oleh pemerintah desa dan masyarakat.

Pengelola Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Bantuan Langsung ADD, terdiri dari:

a. Penanggung jawab operasional kegiatan adalah Kepala Desa.

b. Penanggung jawab administrasi kegiatan adalah Sekretaris Desa.

(38)

Maka, dalam hal ini Pemerintahan Desa Sibaganding sudah memiliki strategi dalam mengatasi permasalahan di Desa Sibaganding, seperti yang dipaparkan oleh Kepala Desa Sibaganding :

“ Kami, Desa Sibaganding sudah memiliki beberapa strategi dalam menghadapi masalah di Desa Sibaganding ini. Salah satunya ya, dengan keluarnya Undang – Undang Desa yang baru ini, ya banyak membantulah untuk Desa dan kalu bicara soal kesiapan, kami Desa Sibaganding siap untuk menjalankan Undang – Undang yang baru itu. Apalagi kami juga sudah menyelesaikan MUSRENBANG kami. Sudah kami susun sesuai dengan yang dibutuhkan desa ini. ” (wawancara 18 September 2014 di Kantor Kepala Desa Sibaganding)

Hal yang senada juga disampaikan oleh Sekretaris Desa, Ibu Juniarli Sinaga saat diwawancara bersamaan dengan Bapak Kepala Desa di Kantor Kepala Desa Sibaganding :

“Ya betul. Sebenarnya sudah tepat sekali Undang – Undang itu keluar. Kenapa tidak di tahun – tahun sebelumnya saja begini ? Kan bisa lebih maju desa ini “ (wawancara 18 September 2014 di Kantor Kepala Desa Sibaganding)

(39)

“ Kami penduduk berharap permasalahan di Desa sibaganding ini segera dapat teratasi dengan adanya bantuan dana sebesar 1 Milyar lebih itu untuk kemajuan desa ini. Apalagi yang listriknya belum ada. Bagus sekali lah program ini. “ (wawancara 18 September 2014 di warung kopi Desa Sibaganding)

Wawancara dengan salah satu penduduk Desa Sibaganding ini, memperlihatkan bahwa penduduk juga merasa terbantu dengan adanya kesiapan dan strategi desa ini untuk menghadapi Undang – Undnag Desa yang baru mengenai anggaran desa.

Berdasarkan fokus penelitian, maka pada sub bab ini akan disajikan hasil penelitian melalui wawancara langsung dengan informan yang telah dipilih. Adapun hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

3.2.1. Implementasi Pelaksanaan Alokasi Anggaran Desa (ADD) Desa Sibaganding

Secara umum pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) telah berjalan dengan baik. Namun demikian pelaksanaan kebijakan ADD di Desa Sibaganding masih terdapat kendala. Hal tersebut dapat diketahui melalui berbagai fenomena yang penulis temukan selama melaksanakan penelitian.

a. Proses Implementasi Kebijakan

(40)

Hasil wawancara dengan Camat Girsang Sipangan Bolon, Jhonri Wilson Purba, SH, M.Si terhadap penyusunan rencana kegiatan ADD sebagai berikut :

” Bagi desa – desa di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, penyusunan rencana kegiatan ADD telah berjalan dengan baik terbukti dari tersusunnya MUSRENBANG (Musyawarah Perencanaan Pembangunan),halini dikarenakan MUSRENBANG menjadi syarat pencairan ADD, khususnya anggaran baru dalam Undang – Undang yang baru yang kabarnya akan diberikan langsung kepada desa sebesar 1 Milyar untuk pembangunan desa, dimana desa bekerjasama dengan PKK (Pembina Kesejahteraan Keluarga)...” (wawancara tanggal 15 September 2014 )

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Kepala Desa Sibaganding yang menyatakan :

(41)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dan Desa Sibaganding sudah mengetahui tentang Undang – Undang Desa No. 6 Tahun 2014 khususnya mengenai kebijakan anggaran dan telah menyusun rencana kegiatan ADD melalui MUSRENBANG juga sebagai kesiapan Desa Sibaganding dalam menghadapi Undang – Undang tersebut yang khususnya membahas kebijakan anggaran.

2). Penyelesaian Kegiatan ADD

Berkaitan dengan penyelesaian kegiatan ADD sebelumnya, para informan memberikan pernyataan yang senada yaitu bahwa semua kegiatan ADD telah diselesaikan semuanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Camat Girsang Sipangan Bolon sebagai berikut :

” Menurut pengamatan kami semua kegiatan ADD di wilayah

Kecamatan Girsang Sipangan Bolon telah berjalan dan diselesaikan dengan baik, meskipun seringkali terlambat...”(wawancara tanggal 15 September 2014).

Demikian juga Kepala Desa Sibaganding memberikan pernyataan yang senada sebagai berikut :

(42)

dengan PKK, meskipun ada yang belum selesai. Dan untuk persiapan kami untuk UU Desa yang baru ini, kami melanjutkan pembangunan yang masih belum selesai/tertunda dan memasukkan rencana pembangunan yang baru. Karna pasti anggaran baru yang akan turun itu pasti cukup kan...”(wawancara tanggal 18 September 2014).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat penyelesaian kegiatan ADD yang sudah direncanakan dalam MUSRENBANG juga strategi kesiapan Desa Sibaganding untuk menghadapi UU No. 6 Tahun 2014 khususnya mengenai kebijakan anggaran nanti. Dimana, rencana pembangunannya adalah melanjutkan pembangunan yang tertunda dan membuat rencana pembangunan yang baru yang diperlukan oleh desa.

3). Pertanggungjawaban Kegiatan ADD

Hasil penelitian terhadap pertanggungjawaban kegiatan ADD terdapat kesamaan dari para informan, antara lain disampaikan oleh Camat Girsang Sipangan Bolon, sebagaimana pernyataan berikut :

(43)

Kepala Desa Sibaganding saat ditemui oleh peneliti juga memberikan pernyataan yang senada dengan Camat Girsang Sipangan Bolon :

” Pasti dek, kami buat SPJ ADD karena dipakai sebagai persyaratan untuk pencairan yang berikutnya ...” ( wawancara tanggal 18 September 2014).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa akan terdapat pertanggungjawaban kegiatan ADD. Memperhatikan kesimpulan pada proses implementasi kebijakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses implementasi kebijakan ADD di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dan khususnya di Desa Sibaganding telah berjalan dengan baik. Hal ini dilihat dari pengetahuan mereka tentang adanya Undang – Undang tentang desa yang baru dan mereka bahkan sudah menyusun serangkaian rencana strategi dan kesiapan dan juga akan memberikan pertanggungjawaban mengenai hal tersebut.

(44)
[image:44.595.57.560.215.635.2]

Tabel 3.2

Daftar Prioritas Pembangunan Desa Sibaganding di Bidang Fisik Prasarana Tahun 2015

No. Uraian Kegiatan

Lokasi (Huta) Volume Jlh. Dana (Rp) Keterangan

1. Pengaspalan jalan

Sibaganding dari simpang Patra Jasa – Huta

Sibaganding dengan hotmix

II 2700 M x 3 M

27.000.000 Rusak parah

2. Pembangunan tembok penahan jalan di jalan Huta Sibaganding (3 titik)

II 3(30 M x 60 M x 0,6 M)

50.000.000 Akan longsor

3. Pengaspalan jalan dengan hotmix jalan

I 800 M x 3 M

80.000.000 Rusak Sedang

4. Peningkatan Jalan dengan lapen jalan Sileutu – Parhutingan

III 1000 M x 3 M

30.000.000 Perkerasan

Sumber : Hasil MUSRENBANG Desa Sibaganding, 2014

(45)

prioritas pembangunan yang cukup banyak. Pengaspalan jalan Sibaganding, dari simpang Patra Jasa ke Huta Sibaganding yang terletak di Huta II ini dengan volume 2700 M x 3 M ini membutuhkan pengaspalan hotmix (pengaspalan dengan aspal beton). Pengaspalan dengan hotmix ini karena jalan tersebut telah mengalami rusak sedang. Jalan ini termasuk jalan lintas maka harus menggunkan pengaspalan hotmix karena dengan pengaspalan hotmix lebih kuat daripada aspal biasa agar tidak gampang rusak atau hancur dengan mudah.

(46)
(47)
[image:47.595.55.555.211.664.2]

Tabel 3.3

Daftar Prioritas Pembangunan Desa Sibaganding di Bidang Fisik Sarana - Prasarana Tahun 2015

No. Uraian Kegiatan

Lokasi (Huta) Volume Jumlah Dana (Rp) Keterangan

1. Rabat beton jalan Hubuan I 120 M x 3M

50.000.000 Rusak Sedang

2. Rabat beton jalan Said Dolok

I 120 M x

2,5 M

45.000.000 Rusak Sedang

3. Pembukaan jalan Sitoru – toru

I 450 M x

3M

50.000.000 Pembukaan Jalan

4. Pembukaan jalan menuju pekuburan umum

Sibaganding

II 150 M x 2M

50.000.000 Pembukaan Jalan

5. Perpipaan air minum di Huta Parhutingan

III 2000 M 150.000.000 Pembangunan perpipaan 6. Perkerasan (telford) Jalan

Bottean (lanjutan)

(48)

Tabel di atas adalah tabel daftar prioritas pembangunan Desa Sibaganding dalam bidang fisik sarana – prasarana. Fisik sarana – prasarana adalah salah satu bagian yang penting dalam pembangunan, karena bidang ini adalah akses utama agar dapat masuk ke desa dan faktor penting untuk akses aktifitas yang dilakukan oleh warga desa tersebut. Pada daftar tabel diatas, pembangunan diprioritaskan pada rabat beton atau penguat jalan dengan menggunakan rangkaian besi beton di jalan Hubuan yang terletak di Huta I, rabat beton jalan Said Dolok yang berlokasi di Huta I juga. Karena akses jalan Desa Sibaganding ini rata – rata adalah jalan yang terjal, bebatuan dan langsung berbatasan dengan jurang curam, maka rabat beton ini menjadi suatu kebijakan yang menjadi prioritas.

Selanjutnya, adalah kebijakan untuk pembukaan jalan Sitoru – toru, yang berlokasi di Huta I. Jalan Sitoru – toru ini tidak memiliki akses jalan yang layak ke huta lainnya maupun jalan ke kota. Sehingga warga menjadi kesulitan untuk melakukan aktifitas mereka. Selama ini, warga tersebut menggunakan jalan setapak yang sangat sempit dan dapat membahayakan mereka,adapun jalan lain yaitu warga harus memutar jauh dan memakan waktu yang lama. Sehingga akses jalan ini harus dibuka untuk mempermudah akses warga.

(49)

Namun, jalan menuju pekuburan umum ini masih belum ada dan membutuhkan pembukaan jalan karena jalan meuju pekuburan umum tersebut adalah tanjakan dan masih berbatu, sehingga menyulitkan warga untuk mengaksesnya. Oleh karena itu, pembukaan jalan menuju pekuburan umum ini masuk ke dalam daftar prioritas pembangunan Desa Sibaganding. Demikian juga dengan pemasangan perpipaan air minum di huta parhutingan yang berada di Huta III. Pemasangan pipa air minum ini dikarenakan karena Huta Parhutingan tidak memiliki perpipaan air minum, namun huta ini mengandalkan air dari pegunungan maupun air dari Danau Toba.

(50)
[image:50.595.56.561.215.728.2]

Tabel 3.4

Daftar Prioritas Pembangunan Desa Sibaganding di Bidang Perekonomian Tahun 2015

No. Uraian Kegiatan

Lokasi (Huta) Volume Jumlah Dana (Rp) Keterangan 1.

Bantuan bibit tanaman keras (gelugur)

I, II, III, IV

5000 btng 50.000.000 Peningkatan pendapatan masyarakat

2.

Bantuan bibit kopi unggul

I, II, III, IV

150.000 btng 75.000.000 Peningkatan pendapatan masyarakat

3.

Bantuan bibit coklat I, II, III, IV

10.000 btng 35.000.000 Peningkatan pendapatan masyarakat

4.

Bantuan bibit ikan nila I, II, III, IV

1000.000ekor 40.000.000 Peningkatan pendapatan masyarakat

5.

Bantuan hewan ternak (lembu)

(51)

Sumber : Hasil MUSRENBANG Desa Sibaganding, 2014.

Tidak hanya dalam bidang fisik sarana dan prasarana, bidang ekonomi juga diprioritaskan dalam pembangunan tahun 2015 untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan juga menjadi kesiapan desa untuk menghadapi UU Desa No. 6 mengenai kebijakan anggaran. Bantuan bibit tanaman keras (gelugur) sebanyak 5000 (lima ribu) batang diberikan kepada Huta I, II, III dan IV sebagai bantuan dalam bidang ekonomi di Desa Sibaganding, dimana warga dari keempat desa ini memang rata – rata adalah petani tanaman gelugur. Dengan adanya bantuan bibit tanaman gelugur ini, diharapkan petani tanaman ini dapat memasok gelugur dengan jumlah yang lebih besar lagi dan lebih luas lagi, dengan demikian akan meningkatkan pendapatan masyarakat tersebut. Selain tanaman gelugur, keempat huta ini direncanakan akan diberikan bantuan bibit kopi unggul sebanyak 150.000 (seratuslimapuluh ribu).

(52)

Selain pertanian, masyarakat Desa Sibaganding juga memproduksi ikan nila langsung dari keramba (tambak ikan nila) langsung dari Danau Toba. Keberadaan Danau Toba yang memiliki lokasi yang sangat strategis dengan Desa Sibaganding menjadi salah satu sumber pendapatan dari masyarakat desa, yaitu produksi ikan nila. Oleh sebab itu, di bidang perekonomian bantuan bibit ikan nila masuk ke dalam daftar prioritas pembangunan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Sebanyak 100.000 (seratus ribu) ekor bibit ikan nila akan diberikan kepada empat huta di Desa Sibaganding, karena desa ini adalah salah satu produksi terbesar ikan nila yang akan didistribusikan ke kelurahan, kecamatan, kabupaten maupun ibukota kabupaten.

(53)
[image:53.595.59.559.211.724.2]

Tabel 3.5

Daftar Prioritas Pembangunan Desa Sibaganding di Bidang Pendidikan Tahun 2015

No. Uraian kegiatan

Lokasi (Huta) Volume Jumlah Dana (Rp) Keterangan 1.

Pengadaan mobiler SD. Neg. 091470

a. Meja belajar b. Kursi belajar

II

1 set 1 set

2.

Rehab kamar mandi SD. Neg. 091470

II 1 unit

3.

Penambahan guru di SD. Neg. 091470 a. Guru kelas

b. Guru bidang studi

II

3 orang 3 orang

4.

Pengadaan mobiler SD. Neg. 091486

a. Meja belajar b. Kursi belajar c.Lemari buku

IV 1 set

(54)

SD. Neg. 091486 a. Guru kelas

b. Guru bidang studi

3 orang 3 orang

Sumber : Hasil MUSRENBANG Desa Sibaganding, 2014

(55)

SD. Negeri 091486 yang terletak di Huta IV juga memiliki kekurangan yang hampir sama dengan SD. Negeri 091470.

(56)

3.2.2. Analisis Kritis: Implementasi Kebijakan Anggaran Sesuai dengan UU DESA NO 6 TAHUN 2014 DI DESA SIBAGANDING

Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional karena desa meemberikan sumbangan dalam menciptakan stabilitas nasional. Pemerintah menyadari akan pentingnya pembangunan di tingkat desa. Berbagai bentuk dan program untuk mendorong untuk mendorong percepatan pembangunan kawasan pedesaaan telah dilakukan oleh pemerintah, namun hasilnya masih belum signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan desa harus dilakukan secara terencana dengan baik dan harus menyentuh kebutuhan riil masyarakat desa. Artinya pembangunan desa harus terencana dengan baik berdasarkan hasil analisis atau kajian yang menyeluruh terhadap segenap potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (kelemahan/hambatan) yang dihadapi desa. Hasil analisis terhadap potensi dan permasalahan yang ada dan mungkin akan muncul di masa mendatang inilah yang menjadi bahan dasar bagi perencanaan dan program pembangunan desa di masa mendatang dengan melibatkan seluas-luasnya partisipasi masyarakat.

Dalam Undang-Undang Desa No 6 tahun 2014 Pasal 71 dijelaskan bahwa sumber pendapatan desa berasal dari :

(57)

b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ;

c.bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota ;

d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota ;

e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota ;

f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari piak ketiga ; dan

g. lain-lain pendapatan belanja desa yang sah

(58)

pembangunan di desa dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kebutuhan desa dan masyarakat.

(59)

kebijakan tersebut tidak berhasil mewujudkan atau hasil akhir yang dikehendaki.

Untuk mewujudkan pembangunan desa yang terencana,maka pemerintah desa dan seluruh elemen masyarakat harus terlibat dalam proses perencanaan pembangunan.Bentuk perencanaan pembangunan seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah(RPJM) desa dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrembang) merupakan beberapa contoh perencanaan pembangunan tersebut. Musyawarah perencanaan pembangunan desa adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholder) desa untuk menyepakati rencana kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya. Musrembang desa dilakukan untuk menyusun rencana kegiatan tahunan desa dengan mengacu/memperhatikan kepada rencana pembangunan desa (RPJM Desa) yang sudah disusun11

” Di desa kami MUSRENBANG untuk persiapan UU No. 6 Tahun 2014 khususnya untuk menghadapi kebijakan anggaran sudah tersusun dengan melibatkan masyarakat. Kami sudah tau akan kebijakan anggaran yang baru yang akan turun sekitar 1 Milyar dan juga akan langsung dikelola oleh desa Jadi kan desa bisa langsung mengolah 1 . Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Desa Sibaganding, yaitu sebagai berikut ;

11

(60)

Milyar itu untuk keperluan desa...”(wawancara tanggal 18 September 2014).12

Kebijakan ini berlaku secara nasional namun kita mengetahui pemerintah pusat juga harus memberikan pengawasan dan standard yang berbeda disesuaikan dengan Sumber Daya desa-desa yang terkait. Untuk itu

Pembangunan desa akan terlaksana dengan baik apabila pemerintah desa memainkan perannya secara langsung dan melibatkan diri dalam pembangunan desa. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh perangkat desa terutama kepala desa, sekretaris desa dan bendahara desa serta para ketua RW dan RT membuat dibutuhkan kordinasi antara perangkat desa dan masyarakat Desa Sibaganding. Apalagi UU ini baru saja keluar dan partisipasi dari seluruh masyarakat akan menjadi kontribusi yang sangat besar dalam menunjang program pemerintah desa. Kemudian dibutuhkan pendampingan dari pihak-pihak yang terkait tentang penyusunan anggaran desa baik itu dari kalangan pemerintah, birokrat maupun akademisi dalam mendampingi desa dalam penyusunan anggaran agar benar-benar tepat sasaran dan berguna untuk kesejahteraaan masyarakat di desa Sibaganding. Proses ini dilakukan juga secara mandiri oleh desa masing-masing, untuk mengantisipasi dugaan korupsi, padahal hanya salah dalam penyusunan anggaran dan alokasi dana anggaran.

12

(61)

penyusunan anggaran dalam musrembang di desa Sibaganding membutuhkan skala prioritas dalam pengelolaannya misalnya Prioritas Pengaspalan karena jalan ini termasuk jalan utama atau jalan pintas ke ibukota kabupaten dan akses lintas antar provinsi, pembangunan gedung sekolah dan infrasutur yang memang prioritas di desa Sibaganding. Pemerintahan desa Sibaganding telah menyusun secara detail apa-apa saja yang menjadi kebutuhan desa tersebut, walaupun anggarannya baru akan turun di tahun 2015 tetapi persiaapan desa Sibaganding untuk menyambut implementasi UU Desa tersebut sudah dimulai sejak thaun 2014 ini. Penting untuk desa membuat sendiri anggaran karena hal ini berkaitan dengan dana yang akan dikelola oleh desa lebih dari 1 mIlyar untuk itu desa melakukan serangkaian kegian perencanaan apa yang akan dibangun di desa Sibaganding.

(62)

pentingnya sarana olah raga seperti sepak bola, sepak takraw, bulu tangkis dan Volly. Desa telah menyusun anggaran yang memfasilitasinya dengan penyediaan bola, net dan tiang yang dibutuhkan.

Pensusunan anggran desa yang diatur dalam musrembang desa Sibaganding kedepannya akan bersinergi terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat, perangkat desa, karang taruna dan masyarakat kedepannya akan terus berkordinasi mengenai hal-hal yang berkembang seputar desa. Bahkan kedepannya desa Sibaganding juga akan membuat semacam taman bacaan buat masyarakat, dimana ini dibuat untu merangsang minat baca masyarakat di desa Sibaganding. Persiapan proses implementasi anggaran desa Sibaganding dapat diwujudkan dengan tujuan yang diinginkan harus mendayagunakan sumber yang ada, melibatkan orang atau sekelompok orang dalam implementasi, menginterprestasikan dan program yang dilaksanakan harus direncanakan dengan manajemen yang baik, dan menyediakan layanan dan manfaat pada masyarakat Sibaganding

Berkaitan dengan penyelesaian kegiatan ADD sebelumnya, para informan memberikan pernyataan yang senada yaitu bahwa semua kegiatan ADD telah diselesaikan semuanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Camat Girsang Sipangan Bolon sebagai berikut :

(63)

dengan baik, meskipun seringkali terlambat...”(wawancara tanggal 15 September 2014)13

”Sudah semua dek, dan bisa dicek ke lapangan untuk membuktikan bahwa semua kegiatan ADD yang sudah tertera dalam MUSRENBANG itu sudah kami laksanakan semuanya dimana kami yang bekerjasama dengan PKK, meskipun ada yang belum selesai. Dan untuk persiapan kami untuk UU Desa yang baru ini, kami melanjutkan pembangunan yang masih belum selesai/tertunda dan memasukkan rencana pembangunan yang baru. Karena pasti anggaran baru yang akan turun itu pasti cukup kan...”(wawancara tanggal 18 September 2014). Demikian juga Kepala Desa Sibaganding memberikan pernyataan yang senada sebagai berikut :

14

Sebagai upaya untuk mewujudkan rencana pembangunan yang terencana berdasarkan situasi, kondisi, tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh Desa Sibaganding bahwa semua Alokasi Dana Desa (ADD) hasil musrembang tahun lalu sudah berjalan, namun belum selesai dalam pelaksanaan dimana hambatan yang utama masalah dana yang mana dana yang ada tidak cukup untuk alokasi pembangunan yang telah direncanakan oleh MUSRENBANG tahun lalu. Selain itu dalam MUSRENBANG yang telah

(64)

disepakati oleh Desa Sibaganding, desa belum dapat memahami secara jelas pengalokasian dana desa yang tertera dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014 Pasal 72 Ayat 3, dimana dana desa paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari pajak dan retribusi daerah. Dana desa akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Sementara, pada hasil MUSRENBANG dimana Desa Sibaganding belum sepenuhnya memenuhi pembiayaan desa sesuai dengan yang tertera pada Undang – Undang tersebut.

(65)

UU Desa No. 6 Tahun 2014 akan lebih optimal jika dialokasikan sesuai dengan Undang – Undang tersebut.

(66)

ingin dicapai sesuai dengan visi dan misi Badan Perencanaan desa dan bidang pembangunan dan bidang Kemasyarakatan melalui pelaksanaan kegiatan yang terencana, melembaga serta berkesinambungan sehingga diharapakan benar-benar mencapai hasil yang maksimal.

(67)

bantu yang disiapkan sedikit banyak memudahkan peserta dalam membahas usulan program/kegiatan.

Para Stake-holder Desa Sibaganding memiliki kepercayaan diri untuk mengendalikan perumusan pembangunan Desa Sibaganding, Hal ini, disebabkan karena cara pemecahan masalah dalam berbagai bidang yang ada, pemikir atau peserta MUSRENBANG telah bisa menerima dan mengatasi ancaman pada perumusan perencaan pembangunan.

MUSRENBANG Desa Sibaganding, peran serta masyarakat sehingga bertambahnya masyarakat yang memiliki kesigapan dalam menghadapi permasalahan pokok desa, meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan sosial masyarakat, memberdayakan kemandirian masyarakat dan menampung aspirasi masyarakat untuk merumuskan kebijakan mengelola desa dengan baik. Ancaman implementasi pelaksanaan musyawarah rencana pembangunan Desa Sibaganing bisa terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

(68)
(69)

BAB IV

PENUTUP

Pada bab ini akan disimpulkan hasil dari analisis data yang telah diperoleh dari penelitian yang dilakukan di Desa Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon yang membahas tentang masalah – masalah apa saja yang dihadapi oleh pemerintahan dan masyarakat desa dan juga mengenai strategi dan kesiapan pemerintah desa yang akan ditempuh untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Strategi dan kesiapan tersebut menyangkut kebijakan publik yang berupa kebijakan anggaran sesuai dengan Undang – Undang Desa yang baru, yaitu Undang – Undang No. 6 tahun 2014 tentang anggaran. Selain itu juga penulis juga akan memberikan saran – saran yang berhubungan dengan penelitian ini.

4.1. Kesimpulan

(70)

redahnya tingkat pendidikan rata-rata penduduk, munculnya pengangguran dan setegah pengangguran, pencemaran air dan udara yang mulai merambah beberapa kawasan pedesaan, erosi, keterbatasan prasarana dan sarana pelayanan umum, dan fasilitas sosial lainnya. Permasalahan di Desa Sibaganding ini membuat pemerintahan desa tersebut mencari solusi, yaitu dalam bentuk strategi dan kesiapan desa yang tepat sasaran khususnya dalam hal kebijakan publik yaitu berupa kebijakan anggaran.

(71)

balances kewenangan di desa dengan pengaktifan BPD untuk mendorong akuntabilitas pelayanan yang lebih baik kepada warga desa.

(72)

akan ditempuh untuk mengatasi masalah – masalah yang tengah dihadapi oleh desa tersebut. Dari segi kesiapannya, warga desa dituntut lebih aktif memonitor dan memberi masukan. Untuk terlibat aktif, dibutuhkan pemahaman yang baik dari warga terkait fungsi dan proses kepemerintahan.

4.1.2. Saran

Dalam proses menyelesaikan penelitian ini ada beberapa saran yang akan menjadi harapan penulis ke masa depan, mengenai penelitian ini yaitu :

1. Perbaikan sistem pemerintahan desa harus dilakukan demi kelangsungan taraf hidup desa. Pemerintahan desa membutuhkan inovasi baru dalam mengurusi pemerintahan desa, dimana harus adanya regenerasi perangkat desa agar muncul inovasi – inovasi baru dalam sistem pemerintahan desa. Sebaiknya regenerasi perangkat desa dilakukan setiap kurun waktu yang ditentukan.

(73)

desa haruslah lebih sering mengadakan penyuluhan tentang Undang – Undang Desa ini dan masyarakat harus diberi tahu apa saja sisi positif dari Undang – Undang tersebut.

(74)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincian-rincian di setiap bagian yang akan dibutuhkan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa yang menjadi implementasi kebijakan anggaran sesuai dengan UU Desa No.6 Tahun 2014 di Desa Sibaganding Kabupaten Simalungun. Data yang akan disajikan di bab ini diperoleh dari arsip-arsip yang ada di Kantor Kepala Desa Sibaganding dan akan disajikan dalam tabel-tabel untuk mempermudah memahaminya.

2.1. Desa Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun

(75)

1. Sebelah Utara berbatasan dengan :

Kecamatan Jorlang Hataran

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan :

Danau Toba

3. Sebelah Timur berbatasan dengan :

Kelurahan Parapat

4. Sebelah Barat berbatasan dengan :

Kelurahan Sipolha

(76)

Desa Sibaganding, terdiri dari 12 (duabelas) dusun atau yang disebut dengan RT (Rukun Tetangga) yaitu, Aek Nauli, Tanjung Dolok, Siuhan, Sileutu, Panahatan, Sibaganding, Sait Dolok, Hubuan, Simpang Patra Jasa, Sigaol-gaol, Repa Dolok dan Sualan. Dan 12 (duabelas) dusun ini dibagikan lagi ke dalam 4 (empat) Huta (lingkungan) yaitu :

a. Huta I : Sualan, Hubuan, Sait Dolok

b. Huta II : Sibaganding, Siuhan, Simpang Patra Jasa

c. Huta III : Panahatan, Sileutu, Sigaol-gaol, Repa Dolok

d. Huta IV : Tanjung Dolok, Aek Nauli

(77)
[image:77.595.109.462.188.470.2]

Tabel 2.1 :

Pembagian Luas Wilayah Desa Sibaganding

No. Penggunaan Luas (Ha)

1. Jalan 10

2. Sawah 2,5

3. Perladangan 202,5

4. Permukiman dan Perumahan 185

5. Perkantoran 3

6. Hutan Negara 5147

7. Pekarangan 185

8. Tanah Tandus / Kering 515

Jumlah : 6250

Sumber : Kantor Kepala Desa Sibaganding, 2014

2.2. Demografi Desa Sibaganding

(78)

2.2.1. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

[image:78.595.107.513.354.694.2]

Komposisi penduduk Desa Sibaganding, berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.2 :

Komposisi Penduduk Desa Sibaganding Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

No

Golongan Umur

Jenis Kelamin

Jumlah

Tahun Pria Wanita

1. 0 – 4 59 67 126

2. 5 – 9 87 89 176

3. 10 – 15 85 83 168

4 16 – 20 73 77 150

5. 21 – 24 69 68 137

6. 25 – 45 172 174 346

7. 46 – 54 61 96 157

8. 55 keatas 89 69 158

Jumlah 695 723 1418

(79)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa komposisi penduduk antara pria dan wanita di Desa Sibaganding hampir sama, yakni 695 pria atau sekitar 49,01 % dan 723 jiwa wanita atau sekitar 50,99 %. Dari tabel di atas, juga dapat dilihat komposisi tenaga kerja sebagai berikut :

• Jumlah Tenaga Kerja Pria : 549 Jiwa

• Jumlah Tenaga Kerja Wanita : 567 Jiwa

• Anak – Anak : 302 Jiwa

2.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Pemeluk Agama

Di Indonesia, agama yang diakui adalah 5 agama yaitu, Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha. Di Desa Sibaganding, agama Kristen Protestan adalah agama yang paling banyak dianut oleh masyarakatnya, yaitu sebanyak 90%, Islam sebanyak 9%, Katolik sebanyak 1% dan tidak ada penganut agama Hindu dan Budha.

2.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa

(80)

2.2.4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

[image:80.595.108.515.345.519.2]

Masyarakat Desa Sibaganding, memiliki mata pencaharian yang berbeda – beda, sebagian besar adalah nelayan, sebagian kecil adalah petani dan sisanya adalah swasta dan sipil. Jumlah penduduk Desa Sibaganding menurut mata pencariannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.3 :

Jumlah Penduduk Desa Sibaganding Menurut Mata Pencaharian

Jenis Mata Pencarian Jumlah Orang Persentase

Pertanian 43 10,73

Pegawai Negeri 103 26,04

Nelayan 112 28,09

Lain – lain 140 35,14

Jumlah 398 100

Sumber :Kantor Kepala Desa, Sibaganding 2014

(81)

2.2.5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Di Desa Sibaganding, pendidikan sebenarnya, masih membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah. Desa ini hanya memiliki 2 (dua) unit Sekolah Dasar milik pemerintah, itu pun dengan kondisi pengajar yang sangat minim. Tentunya, tingkat pendidikan penduduk juga harus didukung oleh sarana pendidikan yang baik dan memadai. Di desa ini belum terdapat Sekolah Menengah Tingkat Pertama dan Sekolah Menengah Umum. Hal ini disebabkan karena tidak adanya lahan yang strategis yang dapat digunakan untuk mendirikan bangunan sekolah. Maka, mayoritas penduduk desa ini yang bersekolah tingkat SMP dan SMA, bersekolah di Ibukota Kecamatan, Kelurahan Parapat dan Kelurahan Tigaraja.

(82)
[image:82.595.107.415.188.416.2]

Tabel 2.4 :

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Orang

1. Tidak Sekolah 95

2. Tidak Tamat SD 96

3. Tamat SD 504

4. Tamat SLTP 459

5. Tamat SLTA 190

6. Tamat Perguruan Tinggi 74

Jumlah 1418

Sumber : Kantor Kepala Desa, Sibaganding 2014

Pendidikan yang baik juga didukung oleh sarana dan prasarana yang baik pula. Pendidikan yang baik di Desa Sibaganding akan didukung oleh sarana prasarana pendidikan yang baik dan memadai

2.3. Jenis – Jenis Sarana Desa Sibaganding

(83)

penulis paparkan jenis-jenis sarana dan prasarana yang ada sebagai tolak ukur untuk melihat tingkat perkembangan DesaSibaganding. Desa yang memiliki sarana dan prasarana yang baik adalah faktor pendukung dapat dilihatnya tingkat keseriusan kerja pemerintah desa dan aparatnya.

2.3.1. Sarana Sosial

(84)
[image:84.595.106.444.427.599.2]

dibangun atas swadaya masyarakat sendiri terkecuali yang berskala besar. Di Desa Sibaganding tidak memiliki sarana pendidikan SMP dan SMA karena, tidak tersedianya lahan dan dana untuk membangun bangunan tersebut. Sehingga sampai pada saat ini, sarana pendidikan di Desa Sibaganding hanyalah Sekolah Dasar sebanyak 2 unit. Beberapa fasilitas sosial yang ada di Desa Sibaganding seperti, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan dapat terlihat secara terperinci dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.5

Sarana Pendidikan, Peribadatan dan Kesehatan

No. Jenis Sarana Jumlah

1. Sekolah Dasar 2

2. Surau / Langgar 1

3. Mesjid 1

4. Gereja 3

5. Posyandu 2

Sumber : Kantor Kepala Desa, Sibaganding 2014

2.3.2. Sarana dan Prasarana Perhubungan

(85)
[image:85.595.106.378.398.515.2]

masyarakat dalam rangka pemenuhan perekonomiannya. Bagi pemerintah desa sarana dan prasarana perhubungan menjadi penentu vital dari proses pembangunan di Desa Sibaganding. Apabila jembatan rusak atau angkutan mogok perekonomian di Desa Sibaganding hanya berjalan 50% saja. Adapun sarana dan prasarana perhubungan yang ada di Desa Sibaganding dapat diklasifikasikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.6

Sarana Perhubungan

No. Jenis Sarana Jumlah

1. Sepeda motor 10

2. Perahu motor 12

3. Perahu tak bermotor 50 Sumber : Kantor Kepala Desa, Sibaganding 2014

2.4. Kelembagaan Desa

2.4.1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sibaganding

(86)

Bagan Struktur Pemerintahan Desa Sibaganding

Sumber : Kantor Kepala Desa, Sibaganding 2014 KEPALA DESA

Rudi Pohan Sidabutar

KEPALA PENATUA ADAT

SEKRETARIS DESA

KAUR PEMERINTAHAN

KAUR PEMBANGUNAN

Tumbur Samosir

KAUR ADM DAN KEUANGAN

KEPALA DUSUN I

KEPALA DUSUN II

KEPALA DUSUN III

(87)

2.4.2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan perwujudan demokrasi di desa. Demokrasi yang dimaksud adalah bahwa agar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan harus memperhatikan aspirasi dari masyarakat yang diartikulasikan dan diagresiasikan oleh BPD dan lembaga masyarakat lainnya. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat (UU No. 32 Tahun 2004 pasal 209). Oleh karenanya BPD sebagai badan permusyawaratan yang berasal dari masyarakat desa, disamping menjalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara Kepala Desa dengan masyarakat desa, juga dapat menjadi lembaga yang berperan sebagai lembaga representasi dari masyarakat. Sehubungan dengan fungsinya menetapkan peraturan desa maka BPD bersama-sama dengan Kepala Desa menetapkan peraturan desa sesuai dengan aspirasi yang datang dari masyarakat, namun tidak semua aspirasi dari masyarakat dapat ditetapkan dalam bentuk peraturan desa tapi harus melalui berbagai proses sebagai berikut:

1) Artikulasi adalah penyerapan aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh BPD.

(88)

3) Formulasi adalah proses perumusan Rancangan Peraturan Desa yang dilakukan oleh BPD dan/atau oleh Pemerintah Desa.

4) Konsultasi adalah proses dialog bersama antara Pemerintah Desa dan BPD dengan masyarakat.

(89)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa adalah sebuah organisasi pemerintahan paling rendah di negara Indonesia. Pengaturan desa merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi untuk menjalankan rumah tangga desa yang lebih baik. Telah banyak pengaturan desa yang telah lahir sebagai bentuk kepengurusan pemerintah terhadap desa. Diantaranya Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah, Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok – Pokok Pemerintahan Daerah, Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan yang terakhir adalah Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

(90)

kemiskinan, dan masalah sosial budaya. Dewasa ini, desa menjadi salah satu targetan khusus pembangunan nasional. Sebanyak kurang lebih 32.000 (tiga puluh dua ribu) desa di antaranya masuk dalam arsiran daerah yang memerlukan perhatian khusus dimana sebagian besar berada di wilayah timur Indonesia. Melihat banyaknya desa yang tertinggal dari sebagaimana desa normal yang seharusnya, mendorong pemerintah untuk berusaha ekstra dalam memikirkan jalan keluar untuk permasalahan ini. Sejarah yang panjang untuk menempatkan (kembali) posisi desa sebagai suatu daerah yang memiliki sifat istimewa, heterogen, serta kejelasan status serta kepastian hukumnya dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

Untuk itulah, pemerintah mensahkan Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pada sidang paripurna DPR RI, Rabu 18 Desember 2013 dan menyetujui rancangan Undang - Undang Desa untuk disahkan menjadi Undang - Undang desa. Dalam Undang – Undang tersebut, di antaranya membahas tentang Keuangan dan Aset Desa dan di dalam pembahasan tersebut, akan dibahas tentang kebijakan anggaran untuk desa.

(91)

mengatur seluruh tatanan di desa, termasuk menyusun anggaran ataupun menyusun keuangan desa sendiri1

Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa), bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD. Pemerintahan Desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan dan keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu adanya Peraturan-peraturan atau Undang - Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan optimal. Pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa, yakni terdiri atas sekretaris desa dan perangkat lainnya. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, desa telah memiliki kewenangan sendiri untuk mengatur seluruh tatanan di desa, termasuk menyusun anggaran ataupun menyusun keuangan desa sendiri. Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa), bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh

1

(92)

pemerintah desa didanai dari APBD. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. APBDesa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan. Rancangan APBDesa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD menetapkan APBDesa setiap tahun dengan Peraturan Desa. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang munculnya kebijakan anggaran yang baru dari pemerintah Indonesia Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. APBDesa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan. Rancangan APBDesa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD menetapkan APBDesa setiap tahun dengan Peraturan Desa Dalam hal ini, pemerintahan desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan dan keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu adanya peraturan-peraturan atau Undang - Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan optimal. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang munculnya kebijakan anggaran yang baru dari pemerintah Indonesia.

(93)

adalah ibu kota kabupaten ini. Suku Bangsa di Kabupaten Simalungun masih didominasi oleh Suku Batak Simalungun, dan suku-suku pendatang seperti Suku Jawa, dan Suku Melayu. Sedangkan agama yang dianut oleh masyarakat Simalungun adalah Islam (56,6 %), Kristen (37,1 %), Katolik (6,1 %), Buddha (0,06 %), Hindu (0,05 %), dan sisanya adalah agama-agama lain seperti Parmalim.

Kabupaten ini memiliki 31 (tiga puluh satu) kecamatan dan keseluruhan kecamatan terdiri dari 345 (tiga ratus empat puluh lima) desa. Desa Sibaganding adalah salah satu desa yang terdapat di kabupaten Simalungun, dimana Desa Sibaganding adalah sebagai objek penelitian. Desa Sibaganding, berjarak 3 (tiga) kilometer dari jalan besar Siantar – Parapat. Namun, akses jalan sepanjang 2 (dua) kilometer ke Desa Sibaganding yang hingga saat ini sangat sulit dilalui oleh kendaraan roda 4 (empat) dan tidak ada angkutan yang dapat masuk ke desa karena kondisi jalan yang sangat parah untuk dilalui. Sehingga, warga kesulitan untuk menjual hasil bumi ke pasar Ajibata dan Parapat dan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk carter mobil bak terbuka. Akses ke desa ini hanya dapat dicapai dengan alat transportasi danau, yaitu kapal. Selain itu, pener

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang berjudul ” Proses Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 (Studi di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Tahun

3 Tahun 2013 tentang Pedoman Alokasi Dana Desa/Kelurahan (ADD/K) Tahun Anggaran 2013 dijelaskan bahwa Alokasi Dana Desa yang disebut ADD merupakan bantuan keuangan yang

Artinya, RPJM Desa menjadi dokumen rencana pembangunan desa yang dapat memperkuat kohesi antarkelompok dan sistem sosial, kebijakan, kapasitas kelembagaan untuk melakukan

Kepala Desa sebagai peran utama dalam menggunakan dan mengendalikan keputusan terhadap kebijakan dalam penyusunan peraturan desa, tentu mempunyai pertanggungjawaban

Hasil penelitian ini menunjukan pasca implementasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, gerak pembangunan desa di bidang sosial terjadi melalui penguasaan masyarakat

Pemerintah Desa Landungsari sudah memenuhi syarat untuk mengimplementasikan kebijakan program alokasi dana desa secara efektif, Hal itu dapat dilihat dari:Pertama,

Prioritas Penggunaan Dana Desa. Dana Desa sejatinya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta pemerataan pembangunan yang ada di suatu

Dalam hal ini berhubungan UU No.6 tahun 2014 Tentang Desa sebagaimna menyebutkan bahwa Desa adalah Desa dan Desa Adat atau yang disebutkan dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,