BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Fundamental
Teori fundamental adalah teori yang didasarkan pada fundamental
ekonomi suatu perusahaan. Teori ini menitikberatkan pada rasio
finansial dan kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Pada dasarnya,
tujuan teori fundamental adalah membandingkan kinerja keuangan
sebuah perusahaan terhadap:
1. Kinerja perusahaan pesaing dalam satu sektor industri.
2. Kinerja keuangan masa lalu perusahaan itu sendiri.
Salah satu aspek penting dari teori fundamental adalah analisis
laporan keuangan, karena dari analisis laporan keuangan tersebut,
dapat diperkirakan keadaan atau posisi dan arah perusahaan. Laporan
keuangan yang dianalisa adalah:
1. Laporan keuangan yang menggambarkan harta, utang, dan modal
yang dimiliki perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan
keuangan ini disebut neraca.
2. Laporan keuangan yang menggambarkan besarnya pendapatan,
Rasio keuangan digunakan sebagai alat analisis keadaan keuangan
dan kemampuan perusahaan. Berikut adalah beberapa jenis rasio
laporan keuangan:
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengevaluasi kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, yang
terdiri dari:
• Current Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan
aktiva lancar.
• Quick Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan
aktiva lancar tertentu.
• Cash Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan
kas dan bank.
b. RasioProfitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengevaluasi kemampuan
perusahaan dalam memperolehkeuntungan,yangterdiridari: • Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur tingkat laba
kotorterhadappenjualanbersihperusahaan.
• Operating Profit Margin digunakan untuk mengukur tingkat
• Net Profit Margin digunakan untuk mengukur presentase laba
bersih(setelahpajak)terhadappenjualanbersihperusahaan. • ReturnOnAssets(ROA)digunakanuntukmengukurefektifitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkanaktivayangdimilikinya.
c. RasioPengungkit
Rasio pengungkit digunakan untuk mengevaluasi kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang serta menilai
sampai sejauh mana sumber pembiayaan perusahaan berasal dari
pinjaman, yang terdiri dari:
• Debt Ratio digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang
sebagai sumber pembiayaan aktiva perusahaan.
• Debt Equity Ratio digunakan untuk membandingkan sumber
pembiayaan yang berasal dari modal pemegang saham.
• Leverage Ratio digunakan untuk mengukur jumlah dari aktiva
perusahaan terhadap modal pemegang saham.
d. Rasio Pasar
Rasio pasar digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan melalui
basis per saham, yang terdiri dari:
• Earning Per Share digunakan untuk menghitung penghasilan
• Dividen Yield digunakan untuk mengukur jumlah dividen per
saham relatif terhadap harga pasar yang dinyatakan dalam bentuk
persentase.
• Price Earning Ratio (P/E) digunakan untuk mengukur jumlah
investor untuk dibayar dari pendapatan perusahaan.
2.1.2 Bank
2.1.2.1Definisi Bank
Berdasarkan Undang-undang No. 7/1992 sebagaimana diubah
dengan Undang-undang No. 10/1998 bahwa “Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup orang banyak”.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:31,21), Bank adalah :
“badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup orang banyak”.
Irmayanto (2004:53) mengatakan bahwa “bank merupakan
lembaga keuangan yang menawarkan jasa keuangan seperti kredit,
tabungan, pembayaran jasa dan melakukan fungsi-fungsi keuangan
lainnya secara profesional”.
Berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 dan ditegaskan
lagi dalam Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998, bank
dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu :
1) Bank Umum yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran,
2) Bank Perkreditan Rakyat yaitu bank yang melaksanakan
kegiatan usahanya secara konvensional dan/atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
Berdasarkan kepemilikannya bank dapat dikelompokkan atas :
1) Bank Pemerintah Pusat yang merupakan bank yang
keseluruhan sahamnya dimiliki oleh pemerintah pusat,
2) Bank Pemerintah Daerah yang merupakan bank yang
keseluruhan sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah,
3) Bank Swasta Nasional yang merupakan bank yang keseluruhan
sahamnya dimiliki oleh pihak swasta nasional,
4) Bank Asing yang merupakan bank yang keseluruhan sahamnya
dimiliki oleh pihak asing, yang mengembangkan usahanya
5) Bank Campuran yang merupakan bank yang sahamnya
sebagian dimiliki oleh pihak asing dan sebagian lagi oleh pihak
swasta nasional.
2.1.2.3Kegiatan Bank Umum
Ada tiga kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh bank umum
(Irmayanto, 2002:65), yaitu :
1) Penghimpunan dana (Giro, Deposito, Tabungan) dengan
sasaran meminimumkan biaya perolehan dana.
2) Alokasi dana (Kredit dan Investasi) dengan sasaran
memaksimumkan pendapatan bank.
3) Pelayanan jasa keuangan (transfer, Letter of Credit, cek
perjalanan, money changer, bank garansi dan lain-lain) dan jasa
non keuangan (pelatihan pegawai, pergudangan, kotak
pengamanan, jasa-jasa komputer) dengan sasaran
memaksimumkan kepuasan nasabah.
2.1.2.4Laporan Keuangan Bank
Bank umum dalam rangka peningkatan transparansi keuangan,
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001
tanggal 13 Desember 2001, wajib menyusun dan menyajikan
laporan keuangan dengan bentuk dan cakupan yang terdiri dari
(Siamat, 2005:368) :
Laporan ini merupakan laporan lengkap mengenai kinerja suatu
bank dalam kurun waktu satu tahun. Laporan tahunan
sekurang-kurangnya mencakup :
a) Informasi Umum yang meliputi kepengurusan,
kepemilikan, perkembangan usaha dan kelompok usaha
bank, strategi dan kebijakan manajemen, laporan
manajemen,
b) Laporan keuangan tahunan bank yaitu laporan keuangan
akhir tahun bank yang disusun berdasarkan standar
keuangan akuntansi yang berlaku dan wajib diaudit oleh
Akuntan Publik, yang meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Catatan
Atas Laporan Keuangan yang berisi Komitmen dan
Kontijensi,
c) Laporan keuangan perusahaan induk di bidang keuangan,
d) Opini dari Akuntan Publik,
e) Seluruh aspek transparansi dan informasi yang diwajibkan,
f) Seluruh aspek pengungkapan (disclosure) sebagaimana
yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
g) Jenis risiko dan potensi kerugian (risk exposure) yang
dihadapi bank serta praktek manajemen risiko yang
diterapkan bank,
h) Informasi lain.
2) Laporan Keuangan Publikasi Triwulan
Laporan ini merupakan laporan yang disusun berdasarkan
standar akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan
setiap triwulan.
3) Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
Laporan ini merupakan laporan keuangan yang disusun
berdasarkan Laporan Bulanan Bank Umum yang disampaikan
bank kepada Bank Indonesia dan dipublikasikan setiap bulan.
4) Laporan Keuangan Konsolidasi
Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan
atau memiliki Anak perusahaan, wajib menyusun laporan
keuangan konsolidasi berdasarkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku serta menyampaikan
laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.
2.1.2.5Analisis Laporan Keuangan Bank
Menurut Bastian, et al. (2006:284), analisis laporan keuangan
perbankan bertujuan antara lain :
penyusunan rencana kerja anggaran bank, untuk memonitor pelaksanaan dari suatu kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan, sehingga dapat diadakan perbaikan penyempurnaan di masa yang akan datang, dan sebagainya. Metode analisis laporan keuangan yang lazim dipergunakan dalam praktik perbankan, diantaranya adalah analisis rasio (ratio analysis). Analisi rasio adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan pos-pos tertentu dalam neraca maupun laba rugi.
2.2Risiko Usaha Bank
2.2.1 Definisi Risiko
Menurut Ali (2004:41), “risiko berupa potensi terjadinya suatu
peristiwa yang mampu memberikan pengaruh negatif, dapat menimpa
siapa saja, apa saja, kapan saja dan dimana saja, tak terkecuali terhadap
perbankan”.
Risiko usaha bank Menurut Siamat (2005:279) :
“risiko usaha atau business risk bank merupakan tingkat
ketidakpastian mengenai pendapatan yang akan diterima. Pendapatan
dalam hal ini adalah keuntungan bank. Semakin tinggi ketidakpastian
pendapatan yang diperoleh suatu bank, semakin besar kemungkinan
risiko yang dihadapi dan semakin tinggi pula premi risiko atau bunga
yang diinginkan”.
2.2.2 Jenis-jenis Risiko yang Dihadapi Bank Umum
Menurut Manurung, et al. (2004:149), bank setidak-tidaknya
menghadapi lima macam risiko yang harus dikelola dengan benar agar
Risiko kredit (Credit Risk) sering disebut juga risiko gagal tagih
(default risk) yaitu risiko yang dihadapi karena ketidakmampuan
nasabah membayar bunga kredit dan mencicil pokok pinjaman.
Risiko ini semakin besar bila bank umum tidak mampu
meningkatkan atau memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan.
2) Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko likuiditas (Liquidity Risk) terjadi bila bank tidak mampu
menyediakan dana tunai untuk memenuhi kebutuhan transaksi para
nasabah dan memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dilunasi
dalam tempo lebih kecil dari satu tahun.
3) Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk)
Risiko tingkat bunga (Interest Rate Risk) adalah risiko yang
dihadapi bank umum karena perubahan tingkat bunga. Perubahan
tingkat bunga akan mempengaruhi biaya dana dan pendapatan
bunga.
4) Risiko Operasional (Operational Risk)
Risiko operasional (Operational Risk) adalah risiko yang berkaitan
dengan kemampuan pengelolaan umum. Jika kemampuan
manajemen pengelolaan semakin rendah, maka semakin besar
risiko operasional yang dihadapi.
Risiko modal (Capital Risk) berkaitan dengan ketidakmampuan
untuk memenuhi komitmen-komitmen usaha, karena
ketidakmampuan modal yang mencukupi.
2.2.3 Rasio Keuangan untuk Mengukur Risiko Usaha Bank
Ada beberapa rasio keuangan atau finansial yang dapat dijadikan
sebagai indikator sehubungan dengan risiko yang dihadapi bank. Rasio
finansial tersebut adalah :
1) Risiko Kredit
Formula yang digunakan sebagai indikator risiko kredit adalah
perbandingan jumlah kredit bermasalah atau Non Performing Loan
(NPL) terhadap total kredit yang diberikan oleh bank. Risiko kredit
diproksikan dengan formula :
NPL = Kredit Bermasala h
Total Kredit
2) Risiko Likuiditas
Formula yang digunakan bank sebagai indikator risiko
likuiditas adalah perbandingan total kredit yang diberikan terhadap
Dana Pihak Ketiga yang dimiliki bank atau Loans To Deposit Ratio
(LDR). Risiko likuiditas diproksikan dengan formula :
Menurut Sawir (2005:30) “yang termasuk dalam total kredit
merupakan total kredit yang diberikan bersih”. Sementara yang
termasuk dalam kategori dana pihak ketiga adalah seluruh dana
yang bersumber dari Giro, Tabungan, dan Deposito Berjangka
(Sawir, 2005:29).
a) Giro
Giro merupakan simpanan masyarakat yang penarikannya
dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan cek,
bilyet giro maupun surat-surat pembayaran lainnya (Irmayanto,
2004:68).
b) Tabungan
Tabungan merupakan simpanan masyarakat pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu (Irmayanto, 2004:68).
c) Deposito Berjangka
Deposito merupakan simpanan berjangka dari masyarakat yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan perjanjian (Irmayanto, 2004:69). Angka
standar yang disepakati untuk LDR adalah 85%-110%
(Manurung, 2004:151). Jika nilai LDR melebihi 110%, berarti
risiko likuidasi yang dihadapi semakin besar.
Formula yang digunakan bank sebagai indikator risiko modal
adalah perbandingan antara jumlah modal dengan total aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR). Risiko modal diproksikan
dengan formula :
CAR = Modal Bank
Total ATMR
Menurut Dendawijaya (2005:41), modal bank terdiri dari
modal inti dan modal pelengkap. Sementara total ATMR diperoleh
dengan menambahkan ATMR aktiva neraca dengan ATMR aktiva
administrasi yang kemudian dikalikan dengan bobot risikonya
masing-masing.
4) Risiko Tingkat Bunga
Formula yang digunakan bank sebagai indikator risiko tingkat
bunga adalah perbandingan antara selisih pendapatan bunga yang
diterima bank dan beban bunga yang dibayarkan bank dengan total
aktiva yang dimilikinya. Rasio tingkat bunga diproksikan dengan
formula :
NIM = Penda patan Bunga−Beban Bunga
Semakin besar angka NIM yang dihasilkan menunjukkan
bahwa risiko tingkat bunga semakin kecil.
2.3Return On Assets (ROA)
2.3.1 Rasio Rentabilitas
Menurut Sawir (2005:31), “rasio rentabilitas merupakan
perbandingan yang digunakan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam menghasilkan laba atau keuntungan selama periode tertentu juga
memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas manajemen
dalam menjalankan operasional perusahaannya”. Ada beberapa macam
rasio rentabilitas yang umum digunakan bank antara lain :
1) Gross Profit Margin = (Pendapatan −Beban )Operasional
Beban Operasional
Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
bank dalam menghasilkan laba dari kegiatan operasinya yang
murni.
2) Net Profit Margin = Laba Bersih Sebelum Pajak
Laba Operasional
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
menghasilkan laba bersih sebelum pajak ditinjau dari sudut laba
operasionalnya.
3) Return On Equity = Laba Bersih
Modal Ekuitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampulabaan bank
4) Return On Assets = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Aktiva
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan bank
dalam mengelola aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan
laba.
2.3.2 Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio rentabilitas
bank yang umum digunakan dalam mengukur kemampuan manajemen
perbankan dalam menghasilkan laba melalui pengelolaan aktiva yang
dimilikinya. Nilai minimum ROA yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia adalah minimal 2% (Manurung, 2004:161). Menurut
Dendawijaya (2005:118) “semakin besar nilai Tingkat pengembalian
atas Perputaran Total Aktiva (ROA) suatu bank, semakin besar pula
posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset”. Return On Assets
diformulasikan sebagai berikut :
ROA = Laba Bersih
Total Aktiva
Formula yang digunakan untuk mengukur ROA berbeda secara
teori dengan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Secara teoritis, laba
yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, namun dalam sistem
CAMEL yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, laba yang digunakan
adalah laba sebelum pajak (Dendawijaya, 2005:118).
Risiko usaha yang terdiri dari risiko kredit, risiko likuiditas, risiko modal,
dan risiko tingkat bunga secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan
terhadap Return On Assets (ROA) bank.
2.4.1 Risiko Kredit
Risiko kredit disebabkan oleh ketidakmampuan (gagal bayar) dari
debitur atas kewajiban pembayaran hutangnya baik hutang pokok
maupun bunganya ataupun keduanya. Semakin tinggi risiko kredit
yang dimiliki bank berarti semakin besar kemungkinan bahwa aktiva
bank tersebut tidak memberikan laba seperti yang diharapkan oleh
bank, dan hal ini akan mempengaruhi pengembalian terhadap total
aktiva yang dimiliki bank sehingga akan mempengaruhi nilai ROA
bank tersebut.
2.4.2 Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas terjadi sebagai akibat kegagalan pengelolaan
antara sumber dana dan penanaman dana atau kekurangan likuiditas
atau dana yang mengakibatkan bank tidak mampu memenuhi
kewajiban keuangan mereka pada waktu yang telah ditetapkan.
Semakin tinggi jumlah alat likuiditas yang dimiliki bank memang
mampu menghindarkan bank dari risiko likuiditas, namun hal ini justru
membawa dampak negatif terhadap rentabilitas bank tersebut.
2.4.3 Risiko Modal
Risiko modal muncul akibat penurunan kualitas aset karena adanya
dan/atau penambahan setoran modal oleh pemilik dengan mencari
investor baru untuk memperbaiki kondisi permodalannya sehingga
sesuai dengan ketentuan permodalan. Risiko modal akan berpengaruh
terhadap ROA bank tersebut.
2.4.4 Risiko Tingkat Bunga
Risiko tingkat bunga adalah risiko yang dialami akibat dari
perubahan tingkat bunga yang terjadi sehingga dapat memberikan
pengaruh terhadap pendapatan bank. Hal ini tentu akan mempengaruhi
laba dari bank tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap ROA.
2.5Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Assets (ROA)
Independent: Assets (ROA)
Metode
positif dan signifikan
terhadap ROA. Untuk NIM, NPL,
pertumbuhan laba operasi dan pertumbuhan
kredit tidak menunjukkan
hasil yang signifikan
terhadap ROA. Enny
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(ROA dan ROE) Bank Umum (Studi kasus pada 40 sedangkan ROE selain
dipengaruhi cadangan kecukupan modal dan laba bersih dalam hal ini disebutkan bahwa tidak semua indikator yang digunakan mempengaruhi Rasio Camel Terhadap
Terdaftar Di BEJ
Independent:
Pengaruh Rasio Camel
Dependent:
Hasil penelitian ini
menunjukkan secara parsial semua variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja keuangan
perbankan. Sedangkan
secara bersama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja keuangan
perbankan. Tika Lestari
(2010)
Pengaruh Rasio Camel Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Yang
Terdaftar Di BEI
Independent:
Pengaruh Rasio Camel
Dependent:
Hasil penelitian ini
mempunyai pengaruh yang signifikan Rasio Camel Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di BEI
Independent:
Pengaruh Rasio Camel
Dependent:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NPM
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Variabel CAR, RR, NPL,
Dana Pihak Ketiga, pada Sektor Keuangan
Dana Pihak Ketiga, pada Sektor Keuangan
positif dan signifikan
terhadap ROA, sementara
BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA.
Sumber : Disusun Penulis, 2013
Kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis pertautan antarvariabel
yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antarvariabel
independen dengan variabel dependen.
Bank selain berperan dalam memperlancar lalu lintas pembayaran dan
pelayanan jasa kepada masyarakat, sebagai lembaga bisnis keuangan juga
mengharapkan laba dari kegiatan operasionalnya. Kemampuan bank dalam
menghasilkan laba sering disebut sebagai kemampulabaan atau rentabilitas.
Tingkat rentabilitas bank dapat memperlihatkan kinerja bank yang
bersangkutan, karena tingkat rentabilitasnya merupakan satu diantara indikator
yang dapat digunakan dalam menilai kesehatan dan kinerja bank. Semakin
tinggi tingkat rentabilitasnya, maka akan semakin baik kinerja bank tersebut.
Satu diantara rasio rentabilitas yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kemampulabaan bank adalah nilai Return On Assets (ROA). ROA
merupakan tingkat perhitungan keuntungan atas total aset yang dimiliki bank.
Semakin tinggi nilai Tingkat ROA nya maka semakin baik bank tersebut
dalam mengelola aset untuk menghasilkan keuntungan.
Aktiva bank menurut sifatnya dapat dibedakan atas aktiva produktif dan
aktiva non produktif. Pengelolaan aktiva bank untuk menghasilkan
keuntungan (income), memperhadapkan bank pada berbagai risiko usaha
bank, antara lain risiko kredit, risiko likuiditas, risiko modal, dan risiko tingkat
bunga.
Semakin tinggi risiko kredit yang dimiliki bank berarti semakin besar
diharapkan oleh bank, dan hal ini akan mempengaruhi pengembalian terhadap
total aktiva yang dimiliki bank sehingga akan mempengaruhi nilai ROA bank
tersebut.
Semakin tinggi jumlah alat likuiditas yang dimiliki bank memang mampu
menghindarkan bank dari risiko likuiditas, namun hal ini justru membawa
dampak negatif terhadap rentabilitas bank, karena semakin besarnya jumlah
dana yang tidak dikelola untuk menghasilkan laba dari kegiatan
operasionalnya. Jadi dengan demikian risiko likuiditas memiliki pengaruh
terhadap ROA bank.
Semakin tinggi risiko modal yang dihadapi bank akan menyebabkan
semakin tingginya kemungkinan bahwa bank yang bersangkutan tidak mampu
mengelola aktivanya dengan modal sendiri. Sementara semakin banyak dana
pihak ketiga yang digunakan dalam mengelola aktiva yang dimiliki bank maka
bank akan mengeluarkan biaya beban bunga atas dana pihak ketiga yang lebih
besar lagi. Hal ini tentu akan mempengaruhi laba dari bank tersebut sehingga
akan berpengaruh terhadap ROA.
Semakin tinggi risiko tingkat bunga yang dihadapi bank, berarti bahwa
semakin besar kemungkinan bahwa bunga yang diterima bank akan lebih kecil
dibandingkan dengan bunga yang dibayarkannya.
Dalam penelitian ini variabel independen adalah Risiko Kredit, Risiko
Likuiditas, Risiko Modal, dan Risiko Tingkat Bunga. Sedangkan variabel
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah
diuraikan diawal, maka penulis menentukan suatu kerangka konseptual
sebagai berikut :
Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)
Risiko Usaha Bank
H1
H2
H3
H4
H5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber : Disusun Penulis, 2013
2.7Hipotesis Penelitian
Hipotesis dirumuskan sebagai jawaban sementara atas permasalahan yang
diteliti. Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dengan
mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang masih harus diuji. Jika
hipotesis telah diuji dan terbukti kebenarannya, maka hipotesis tersebut
menjadi sebuah teori. Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan
berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai adalah:
H1 : Risiko Kredit (X₁) berpengaruh secara parsial terhadap Return On Assets
Return
On
Assets
Risiko Kredit (X1)
Risiko Likuiditas (X2)
Risiko Modal (X3)
H2 : Risiko Likuiditas (X₂) berpengaruh secara parsial terhadap Return On
Assets
H3 : Risiko Modal (X₃) berpengaruh secara parsial terhadap Return On Assets
H4 : Risiko Tingkat Bunga (X4) berpengaruh secara parsial terhadap Return
On Assets
H5 : Risiko Usaha Bank berpengaruh secara simultan terhadap Return On