• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD STUDEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD STUDEN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DEVISION)

DENGAN BERBANTUAN PROGRAM MICROSOFT EXCEL POKOK MATERI

KALOR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ILMIAH SISWA

KELAS X-5 SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

Ahsin Hendra Hermawan, Ahmad Fauzi, Dewanto Harjunowibowo

Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia

ahsin.hendra.hermawan@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to improve scientific communication skill of class X - 5 SMA Negeri 1 Surakarta in academic year 2012/2013 with the help of Microsoft Excel Program on material Heat . This research is a classroom action research with a model of Kurt Lewin and collaborative models are implemented in two cycles . Each cycle begins preparation phase followed the implementation phase of the cycle of planning action , action, observation and evaluation , and reflection . Subjects were students of class X - 5 SMA Negeri 1 Surakarta academic year 2012/2013 as many as 322 students with research devoted to the subject matter Heat . Data obtained through observations , interviews with teachers and students , and document review . Data analysis techniques used are qualitative and quantitative techniques. Based on the results, it can be concluded that the application of cooperative learning method STAD (Student Teams Achievement Devision) with the help of Microsoft Excel Program can improve scintific communication skills on material Heat of X-5 class students of SMA Negeri 1 Surakarta in academic year 2012/2013 . It can be seen from the results of observations on the pre-cycle , the first cycle and second cycle . Of scientific communication indicators specified obtained the following results : (a) students prepare and submit a report in a systematic and clear results obtained pre-cycle of 71.03 % , 74.48 % for the first cycle , the second cycle of 89.78 % , (b) The student describes the experimental results obtained pre-cycle results for 69.14 % , 75.39 % for the first cycle , the second cycle of 82.03 % , (c) students discuss the results of the experiment diperleh results of 43.49 % pre-cycle , cycle I was 54.69 % , 80.21 % second cycle, (d) students classify the data and compile the data obtained pre-cycle results of 62.11 % , 85.55 % for the first cycle , the second cycle of 100 % , (e) students describe the data in the form of tables , charts , or graphs obtained results pre-cycle by 24.22% , 83.59 % for the first cycle, the second cycle of 85.94 % .

Keywords: scientific communication, Microsoft Excel Program

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi ilmiah siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013 dengan bantuan Program Microsoft Excel pada materi Kalor. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan model Kurt Lewin dan model Kolaboratif yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus diawali tahap persiapan kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan siklus yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 322 siswa dengan penelitian dikhususkan pada materi pokok Kalor. Data diperoleh melalui pengamatan, wawancara dengan guru dan siswa, dan kajian dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif model

STAD (Student Teams Achievement Devision) dengan bantuan Program Microsoft Excel dapat meningkatkan komunikasi ilmiah siswa pada materi Kalor kelas X-5 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Dari indikator komunikasi ilmiah yang ditentukan diperoleh hasil sebagai berikut: (a) siswa menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematik dan jelas diperoleh hasil pra siklus sebesar 71,03%, siklus I sebesar 74,48%, siklus II sebesar 89,78%, (b) siswa menjelaskan hasil percobaan diperoleh hasil pra siklus sebesar 69,14%, siklus I sebesar 75,39%, siklus II sebesar 82,03%, (c) siswa mendiskusikan hasil percobaan diperleh hasil pra siklus sebesar 43,49%, siklus I sebesar 54,69%, siklus II 80,21%, (d) siswa mengklasifikasikan data dan menyusun data diperoleh hasil pra siklus sebesar 62,11%, siklus I sebesar 85,55%, siklus II sebesar 100%, (e) siswa menggambarkan data dalam bentuk tabel, diagram, atau grafik diperoleh hasil pra siklus sebesar 24,22%, siklus I sebesar 83,59%, siklus II sebesar 85,94%.

(2)

PENDAHULUAN

Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA tercantum tujuan pembelajaran fisika yang antara lain agar peserta didik memiliki kemampuan mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Hal ini sejalan dengan istilah komunikasi ilmiah yang diungkapkan oleh Prihastuti (2006 : 19) bahwa komunikasi ilmiah (scholarly or scientific communication) adalah komunikasi yang umumnya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan penelitian atau penyelidikan, khususnya di lingkungan akademik. Hal ini juga berkaitan erat aspek kemampuan komunikasi ilmiah yang dituliskan Karso dkk (1993 : 193).

Salah satu ketrampilan yang harus dikuasai siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari adalah kemampuan komunikasi ilmiah. Prahastuti (2006: 19) menjelaskan tentang asal kata komunikasi ilmiah berdasarkan pendapat Corea. Dituliskan bahwa komunikasi berasal dari kata latin “communicare” yang artinya membuat jadi biasa, berbagi, mengimpor dan mentranmisikan dan selanjutnya dari kata ini muncul kata communication, communicate, communicator dan sebagainya. Sedangkan istilah ilmiah (scholarly atau scientific) umumnya digunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan penelitian atau investigasi, khususnya dalam lingkungan ilmuwan dan peneliti. Dengan demikian komunikasi ilmiah (scholarly or scientific communication) adalah komunikasi yang umumnya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan penelitian atau penyelidikan, khususnya di lingkungan akademik. Liu (2007: 112) menuliskan bahwa komunikasi ilmiah berkaitan dengan pemanfaatan dan penyebaran informasi di lingkungan akademik baik melalui saluran formal maupun informal. Seorang penulis mengkomunikasikan pengetahuannya pada masyarakat melalui media rekam formal seperti buku, jurnal, prosiding dan lain-lain dan diskusi serta berbagi ide melalui kegiatan komunikasi informal seperti tanya jawab, ceramah, telepon, e-mail, surat dan lain-lain. Karso, dkk (1993 : 193) menyatakan bahwa indikator komunikasi ilmiah dalam pembelajaran IPA meliputi lima aspek yaitu ; (a) menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas, (b) menjelaskan hasil percobaan, (c) mendiskusikan hasil percobaan, (d) mengklasifikasikan data dan menyusun data, (e) menggambarkan data dalam grafik, tabel, atau diagram.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru fisika SMA Negeri 1 Surakarta, disimpulkan bahwa masalah yang terjadi dalam pembelajaran Fisika di Kelas X-5 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013 adalah banyak siswa mengalami kesulitan memahami konsep fisika terutama konsep fisika yang dinyatakan secara implisit dalam grafik, kemampuan berkomunikasi ilmiah sebagian besar siswa cenderung masuk kategori rendah.

Kemudian, berdasarkan hasil observasi awal kemampuan komunikasi ilmiah siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013 disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi ilmiah siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil observasi kelima aspek komunikasi ilmiah menurut Karso, dkk (1993 : 193) yaitu menyusun dan menyampaiakan laporan secara sistematik dan jelas sebesar 71,03%, menjelaskan hasil percobaan seebesar 69,14%,

mendiskusikan hasil percobaan sebesar 43,49%,

mengklasifikasikan data dan menyusun data sebesar 62,11%, dan menggambarkan data dalam bentuk tabel, diagram, atau grafik sebesar 24,22%.

Oleh karena itu, diperlukan inovasi pembelajaran Fisika agar tidak hanya menyentuh aspek konsep yang hanya bersifat hafalan dan aplikasi, tetapi siswa perlu diarahkan untuk menguasai aspek proses sains melalui pengalaman untuk mendapatkan konsep-konsep fisika. Salah satu alternatif inovasi pembelajaran yang telah terbukti dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan komunikasi ilmiah siswa yaitu penggunaan Program Microsoft Excel dalam pembelajaran Fisika. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi ilmiah siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013 adalah model pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divison) dengan berbantuan Program Microsoft Excel. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan karena model pembelajaran ini dianggap mampu memecahkan masalah di Kelas X-5 tahun ajaran 2012/2013 yang sudah dikemukakan oleh guru fisika. Penerapan model pembelajaran ini menuntut siswa untuk berperan aktif, mampu bekerja sama dengan teman satu kelompoknya, dan menggali kemampuan komunikasi ilmiah masing-masing siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan merangsang daya ciptanya untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya.

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa tehnik-tehnik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Pada model pembelajaran ini, bukan lagi guru yang mendominasi jalannya pembelajaran (teacher center) tetapi siswa yang dituntut lebih aktif dalam pembelajaran sehingga lebih cenderung ke student center. Sutardi (2010), mengemukakan bahwa dengan menggunakan Program Microsoft Excel siswa dapat dengan mudah membuat tabel perhitungan dan memplot grafik. Hal ini memperkuat pendapat Kusrianto (2006 : 1) maupun Rustad (2003) bahwa fasilitas grafik dalam Program Microsoft Excel cukup mudah dipelajari. Temuan yang kedua dari penelitian Sutardi adalah siswa tidak salah dalam menentukan sumbu-sumbu koordinat dalam grafik, yang berarti benar dalam menentukan mana variabel bebas dan variabel terikat dari suatu persamaan.

Menurut Fauzi (2009) potensi Program Microsoft Excel dalam pembelajaran Fisika antara lain adanya kemampuan visualisasi, simulasi dan animasi suatu gejala Fisika dengan tampilan angka dan grafik dinamis yang dapat dibuat tanpa harus menggunakan bahasa pemrograman. Namun belum banyak yang menggunakan karena kurang populernya pemanfaatan Program Microsoft Excel untuk pembelajaran Fisika.

Hasil akhir dari penelitian tindakan kelas oleh Haryono (2006:54) mengemukakan bahwa siswa kelas XII SMA telah dapat menggunakan Program Microsoft Exceluntuk memplot grafik peluruhan radioaktif baik dengan solusi numerik maupun analitik. Program Microsoft Excel yang terpadu dengan pembelajaran Fisika sebaiknya tidak di kelas XII, melainkan kelas X atau XI.

(3)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Metode penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan proses pelaksanaannya, PTK ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus dan siklus ini dapat diikuti oleh siklus-siklus lain secara berkesinambungan.

Adapun tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini berupa penggunaan metode pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Devisions) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi ilmiah siswa dengan berbantuan Program Microsoft Excel. Melalui tindakan ini diharapkan siswa dapat belajar secara aktif dan langsung melalui praktikum sehingga dapat membuktikan sendiri suatu konsep dari teori yang sedang dipelajarinya dan pada akhirnya secara tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan komunikasi ilmiah siswa.

Penerapan pembelajaran tersebut berulang atau bersiklus hingga tercapai target yang telah ditentukan. Apabila pada sikuls satu target yang telah ditentukan belum tercapai, maka pembelajaran dilanjutkan pada siklus berikutnya. Adapun cara penerapan metode eksperimen pada pembelajaran siklus satu sama dengan yang diterapkan pada pembelajaran siklus berikutnya, hanya refleksi terhadap tindakan setiap siklus berbeda, tergantung dari fakta dan data yang diperoleh serta situasi yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Adanya tindak lanjut pada siklus berikutnya dilakukan sebagai perbaikan agar diperoleh hasil yang maksimal.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data informasi tentang keadaan guru dan siswa dilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif yang dimaksud berupa data hasil observasi, wawancara, dan kajian dokumen. Aspek kuantitatif yang dimaksud adalah hasil angket, hasil laporan siswa dalam keterampilan merencanakan dan melaksanakan eksperimen. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian meliputi: angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi atau arsip. Angket digunakan untuk menggali data awal mengenai kemampuan komunikasi ilmiah siswa dan hanya diberikan kepada siswa. Teknik observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara mengamati dan mencatat secara langsung perilaku-perilaku siswa serta kinerja guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan lembar observasi diisi oleh observer.Wawancara dilakukan selama penelitian yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Nara sumber wawancara siswa. Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen yang digunakan dalam proses pembelajaran, seperti: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), laporan praktikum siswa, dan buku-buku atau materi pelajaran yang digunakan. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan tindakan maupun instrumen yang digunakan dalam penelitian agar tetap sesuai dengan ketentuan sekolah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa semester genap kelas X-5 SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Berdasarkan data yang diperoleh selama kondisi

pra siklus menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi ilmiah siswa masih rendah. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan komunikasi ilmiah siswa, maka dilakukan observasi terhadap keadaan awal komunikasi ilmiah siswa. Hasil observasi terhadap keadaan awal komunikasi ilmiah siswa pra siklus disajikan oleh Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Observasi Komunikasi Ilmiah Siswa Pra Siklus

No Aspek Ketercapaian Prosentase (%)

1 Menyusun dan menyampaikan

laporan secara sistematik dan jelas

71,03

2 Menjelaskan hasil percobaan 69,14

3 Mendiskusikan hasil

percobaan 43,49

4 Mengklasifikasikan data dan

menyusun data 62,11

5 Menggambarkan data dalam

bentuk tabel, diagram, atau grafik

24,22

Berdasarkan Tabel 1, ketercapaian aspek ke-1 yaitu menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas sebesar 71,03%. Ketercapaian aspek ke-2 yaitu menjelaskan hasil percobaan sebesar 69,14%. Ketercapaian aspek ke-3 yaitu mendiskusikan hasil percobaan sebesar 43,49%. Ketercapaian aspek ke-4 yaitu mengklasifikasikan dan menyusun data sebesar 62,11% dan aspek ke-4 sudah memenuhi target yang diharapkan. Ketercapaian aspek ke-5 yaitu menggambarkan data dalam tabel, diagram, atau grafik sebesar 24,22% dan aspek ke-5 sudah memenuhi target yang diharapkan. Hasil kondisi prasiklus ini tentu masih jauh dari harapan.

Berangkat dari permasalahan di atas, melalui penelitian ini hendak memberikan satu alternatif tindakan, yaitu penerapan pembelajaran dengan model Cooprative Learning

metode STAD (Student Teams Achievement Devisions).Metode penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

(4)

Tabel 2. Hasil Ketercapaian Komunikasi Ilmiah (Dalam Persen) Untuk Tiap Aspek Komunikasi Ilmiah Berdasarkan Observasi pada Siklus I

No Aspek Ketercapaian (%) Prosentase

1 Menyusun dan

menyampaikan laporan

secara sistematik dan jelas

74,48

2 Menjelaskan hasil percobaan 75,39

3 Mendiskusikan hasil

percobaan 54,69

4 Mengklasifikasikan data dan

menyusun data 85,55

5 Menggambarkan data dalam bentuk tabel, diagram, atau grafik

83,59

Berdasarkan Tabel 2, ketercapaian aspek ke-1 yaitu menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas sebesar 74,48% dan aspek 1 belum memenuhi target yang diharapkan. Ketercapaian aspek ke-2 yaitu menjelaskan hasil percobaan sebesar 75,39% dan aspek ke-2 sudah memenuhi target yang diharapkan. Ketercapaian aspek ke-3 yaitu mendiskusikan hasil percobaan sebesar 54,69% dan aspek ke-3 belum memenuhi target yang diharapkan. Ketercapaian aspek ke-4 yaitu mengklasifikasikan dan menyusun data sebesar 85,55% dan aspek ke-4 sudah memenuhi target yang diharapkan. Ketercapaian aspek ke-5 yaitu menggambarkan data dalam tabel, diagram, atau grafik sebesar 83,59% dan aspek ke-5 sudah memenuhi target yang diharapkan. Adanya peningkatan kemampuan komunikasi ilmiah pra siklus dan sikluas I juga ditunjukkan dengan wawancara dan angket komunikasi ilmiah yang diberikan kepada siswa.

Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I yang disajikan dengan data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil siklus I penelitian yaitu terkait dengan komunikasi ilmiah belum mencapai target yang direncanakan. Aspek pertama komunikasi ilmiah belum tercapai karena siswa belum mendapatkan pedoman yang jelas untuk penyusunan laporan praktikum. Aspek ketiga belum tercapai karena dalam kegiatan belajar mengajar yang mendominasi adalah siswa yang pandai di kelas. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran yaitu dengan melanjutkan ke tindakan II supaya target dari aspek komunikasi ilmiah dapat terpenuhi. Selain mengupayakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam berdiskusi, juga diupayakan untuk meningkatkan dan mempertahankan peningkatan komunikasi ilmiah yang telah tercapai dan diupayakan adanya peningkatan yang lebih tinggi dari target yang sudah dicapai di siklus I.

Dalam pelaksanaan Siklus II, peneliti dibantu oleh dua orang observer, mengobservasi aspek ke tiga komunikasi ilmiah tiap siswa yaitu mendiskusikan hasil percobaan. Observer pada observasi ini tidak menemui kesulitan dalam mengobservasi siswa karena setiap siswa mengenakan nomor punggung sesuai absen masing-masing.

Siswa dengan bimbingan guru memasukkan data praktikum ke dalam Program Microsoft Excel. Pada masing-masing kelompok, siswa secara bergantian memasukkan data hasil praktikum dalam bentuk tabel menggunakan Program Microsoft Excel. Kemudian bersama dengan teman-teman satu kelompoknya, siswa mendiskusikan hasil percobaan, kemudian membuat kesimpulan dari percobaan yang telah mereka

lakukan Pertemuan ini diakhiridengan penugasan un tuk membuat laporan praktikum.

Hasil capaian komunikasi ilmiah (dalam prosentase) untuk kelima aspek komunikasi ilmiah berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Ketercapaian Komunikasi Ilmiah (Dalam Prosentase) Untuk Tiap Aspek Komunikasi Ilmiah Berdasarkan Observasi Siklus II

No Aspek Ketercapaian (%) Prosentase

1 Menyusun dan

Berdasarkan Gambar 3, ketercapaian aspek ke-1 yaitu menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas sebesar 89,78% dan aspek 1 sudah memenuhi target yang diharapkan. Ketercapaian aspek ke-2 yaitu menjelaskan hasil percobaan sebesar 82,03% dan aspek ke-2 sudah memenuhi target yang diharapkan. Ketercapaian aspek ke-3 yaitu mendiskusikan hasil percobaan sebesar 80,21% dan aspek ke-3 belum memenuhi target yang diharapkan. Ketercapaian aspek ke-4 yaitu mengklasifikasikan dan menyusun data sebesar 100% dan aspek ke-4 sudah memenuhi target yang diharapkan. Ketercapaian aspek ke-5 yaitu menggambarkan data dalam tabel, diagram, atau grafik sebesar 85,94% dan aspek ke-5 sudah memenuhi target yang diharapkan.. Selain itu, dari hasil wawancara dan angket balikan siswa pada siklus II, kebanyakan siswa merasa kemampuannya dalam komunikasi ilmiah meningkat.

Beberapa temuan dalam proses penelitian tindakan kelas ini dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, dengan menggunakan Program Microsoft Excel siswa mudah dalam membuat tabel perhitungan dan menggambarkan data dalam bentuk grafik. Hal ini memperkuat pendapat Sutardi (2010) maupun Rustad (2003) bahwa fasilitas grafik dalam Program Microsoft Excel cukup mudah dipelajari.

Temuan kedua menunjukkan bahwa siswa tidak salah dalam menentukan sumbu-sumbu koordinat dalam grafik, yang berarti bahwa siswa benar dalam menentukan variabel bebas dan variabel terikat. Hal ini disebabkan karena secara otomatis (default) Program Microsoft Excel akan menempatkan

data series di kolom sebelah kiri sebagai sumbu x dan kolom sebelah kanan sebagai sumbu y. Pemanfaatan Program Microsoft Excel yang seperti inilah yang memudahkan siswa mebuat grafik sehingga grafiknya tidak salah. Hal ini memperkuat pendapat Rustadi (2010) bahwa Program Microsoft Excel memudahkan siswa dalam membuat grafik.

(5)

bahwa kemampuan siswa menginterpretasikan grafik sebesar 60% (siklus I), 53% (siklus II), dan 72% (siklus III). Nilai-nilai kompetensi menginterpretasikan grafik temuan penulis merupakan nilai yang tergolong rendah meskipun bukan merupakan nilai yang terendah. Keempat, berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam Tabel 4.9 menunjukkan bahwa penggunaan Program Microsoft Excel mampu meningkatkan komunikasi ilmiah siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai tiap aspek komunikasi ilmiah tiap siklusnya. Hasil tersebut sesuai dengan yang disampaikan Song Tae Pak dkk (2005) bahwa pembelajaran fisika dengan memanfaatkan Program Microsoft Excel telah memberikan hasil yang positif dalam peningkatan komunikasi ilmiah siswa.

Dengan melihat data-data di atas yang telah disesuaikan dengan teori maka telah ditemukan model mengajar yang tepat untuk meningkatkan komunikasi ilmiah siswa kelas X-5. Model tersebut adalah model kooperatif dengan kegiatan praktikum dan diskusi dengan olah data hasil praktikum dengan menggunakan bantuan Program Microsoft Excel.

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) berbantuan Program Microsoft Excel dapat meningkatkan komunikasi ilmiah siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fauzi, A. 2009. Pengembangan Bahan Ajar Fisika dengan Aplikasi Spreadsheet. Thesis. Universitas Negeri Semarang.

2. Karso, dkk. 1993. Dasar-dasar Pendidikan MIPA. Jakarta : Depdikbud

3. Prihastuti. 2006. Komunikasi Verbal dan Ilmiah. Bogor : CV Aditya Karsa

4. Rustad, S. 2004. Memanfaatkan Spreadsheet untuk Memperkuat Konsep Pelayangan Gelombang. Jurnal Pendidikan Fisika. UNNES: Semarang.

5. Haryono. 2006. Model Pembelajaran Fisika Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Kompetensi Dasar di SMA N 1 Ungaran. Tesis. Pascasarjana UNNE

6. Kusrianto, Adi. 2006. Teknik Menyajikan Data dengan Diagram Microsoft Excel. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

7. Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. (diterjemahkan oleh Nurulita Yusron). Bandung : Nusa Media.

8.

Sutardi. 2008. Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis Spreadsheet untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Ilmiah. Thesis. Universitas Negeri Semarang.

Surakarta, September 2013 Pembimbing I,

Ahmad Fauzi S.Pd, M.Pd NIP. 19790205 200312 1 001

Pembimbing II,

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh penambahan filler silika terhadap perpanjangan putus sama dengan tegangan putus.. Jurnal Teknik Kimia No. Oleh karena itu sampel B2 dilakukan analisa lanjutan. Hal

Sedangkan menurut Hasibuan (2005) kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai

Pada Mega Electronik Store, pengolahan data dalam hal pemesanan barang electronik masih dilakukan secara manual, dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas tentang pembuatan

Pada Bab Pengujian alat dimana melakukan beberapa pengujian seperti pengujian kecepatan alat pembersih, pengujian berapa lama waktu yang dibutuhkan dan berapa

Kedua orang tua peneliti yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, menuntun peneliti dengan sabar serta doa restu yang selalu diberikan kepada peneliti

Dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan ( deferral ), atau akrual dari penerimaan, atau pembayaran

Tingkat kesamaan komposisi serangga kanopi pohon apel di Poncokusumo dan Bumiaji yang dikoleksi dengan perangkap bejana warna kuning dan biru pada musim berbunga dan

tahap, dengan pendanaan melalui PELIT A V. Pencantuman rencana kerja penelitian Arkeologi Bawaq Air dalam PELIT A V dapat memberikan era baru dalam penelitian arkeologi di