Konsep MSC di Negara Malaysia
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu
EKOJI
999
Nomor 262, 28 Mei 2013
MULTIMEDIA SUPER CORRIDOR
Tahun 1996 pemerintah Malaysia meluncurkan program yang disebut dengan Multimedia Super Coridor (MSC). MSC dibentuk sebagai mesin penggerak pertumbuhan dan industri Malaysia menghadapi era informasi. MSC juga menjadi proyek pemerintah untuk membangun kawasan cyber (cyber region) dengan basis teknologi, multimedia dan industri content. Ide MSC tertuang dalam master‐plan yang disebut dengan Vision 2020. Visi dari master‐plan ini adalah menjadikan Malaysia sebagai negara industrialis, dan kaya akan pengetahuan pada tahun 2020 sesuai dengan kebutuhan budaya masyarakat setempat. Lokasi MSC berada di bagian selatan ibukota Kuala Lumpur yang disebut dengan Koridor yang memiliki panjang 50 km dan lebar 15 km. Letak koridor tersebut berada pada kota baru yang bernama PutraJaya dan CyberJaya. Disamping itu juga dibangun universitas Multimedia di CyberJaya untuk membantu suplai sumber daya manusia. MSC memiliki fasilitas dukungan teknologi terkini seperti serat optik, infrastruktur jaringan multimedia 2,5‐10 Gbps. Fasilitas lainnya yang tersedia adalah lingkungan yang mendukung gaya kerja profesional seperti jalan raya, perumahan, sekolah, mall dan area bisnis serta rekreasi. Pengembangan MSC juga didukung oleh hukum cyber (cyberlaw), kebijakan dan dukungan lainnya untuk memaksimalkan keuntungan dari keberadaan teknologi dan multimedia.
Untuk mengundang investor, pemerintah memberi insentif kepada perusahaan berteknologi tinggi, baik dalam dan luar negeri untuk berlokasi di Koridor. Selain itu pemerintah juga memberikan berbagai kemudahan seperti bebas pajak selama sepuluh tahun, peraturan imigrasi yang mudah dan sebagainya yang disebut dengan “MSC Status”. Sampai dengan pertengahan 2002 lebih dari 700 perusahaan telah menikmati MSC Status dari pemerintah Malaysia. Untuk lebih menarik investor, pemerintah juga membuat program Bill of Guarantees berupa perlindungan terhadap kekayaan intektual, kebebasan vendor internet, kebebasan kepemilikan, insentif keuangan yang kompetitif dan tarif telekomunikasi yang kompetitif. Pemerintah Malaysia juga membuat kerangka kebijakan nasional untuk masalah e‐Commerce berupa perangkat hukum yang mendukung tanda tangan digital, kontrak elektronis, kejahatan komputer, proteksi data dan e‐Government. Untuk membantu mengembangkan MSC, pemerintah Malaysia juga membentuk sebuah kelompok International Advisory Panel (IAP) yang beranggotakan pakar‐pakar dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi seperti Bill Gates dari Microsoft, Gerstner dari IBM, McNealy dari Sun Microsystem, Miyawaki dari NTT dan sebagainya. IAP bertugas untuk memberikan masukan tentang berbagai hal untuk kemajuan MSC mengenai teknologi internet, tren teknologi informasi dan komunikasi, potensi pasar untuk aplikasi multimedia, venture capital, hak kekayaan intelektual, dan tantangan kedepan. Secara umum, IAP bertugas untuk memberikan pengarahan dan masukan sehubungan dengan pengembangan MSC.
FLAGSHIP APPLICATIONS
Proyek Multimedia Super Coridor memiliki perencanaan dengan mengidenti�ikasikan tujuh “Flagship Application” yang menjadi prioritas pengembangan. Aplikasi tersebut dibagi menjadi dua kategori yaitu pengembangan multimedia dan lingkungan multimedia.
E‐Government
Multi‐Purpose Card
Untuk mempermudah proses transaksi antara masyarakat dengan pemerintah dan perusahaan, Malaysia mengeluarkan proyek smartcard. Multi‐Purpose Card atau MPC berisikan kode identitas pemilik dan tanda tangan digital pada plastik kartu dengan disematkan chip mikroprosesor. Kartu ini memungkinkan terjadinya transaksi multifungsi seperti identi�ikasi personal, izin mengemudi, informasi passport, aplikasi kesehatan termasuk untuk keperluan pembayaran. MPC ini dikenal di Malaysia dengan nama MyKad. Proyek ini dipimpin oleh Bank Sentral Malaysia.
Smart School
Untuk mendukung cita‐cita mewujudkan ekonomi berbasis pengetahuan, pemerintah Malaysia mulai meningkatkan literasi teknologi ke sekolah‐sekolah. Penggunaan teknologi ini sekalgus dipergunakan untuk proses mengajar dan belajar. Proyek ini dipimpin oleh Kementrian Pendidikan.
Telehealth
Tujuan dari aplikasi ini adalah untuk mempromosikan Malaysia sebagai pusat telemedicine tingkat regional. Aplikasi ini memungkinkan seseorang untuk mengelola sendiri kesehatan dirinya dan mengintegrasikannya dengan berbagai produk dan layanan yang tersedia pada sistem healthcare. Proyek ini dipimpin oleh Kementrian Kesehatan.
R&D Cluster
menengah (SME). Proyek ini dipimpin oleh kementrian ilmu pengetahuan, teknologi dan lingkungan.
Borderless Marketing Centre
Tujuan dari pembentukan Borderless Marketing Centre adalah membuat dunia bisnis agar memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggan dengan terlebih dahulu mengatasi hambatan tradisional seperti waktu, tempat dan bentuk. Inisiatif ini digunakan untuk mempercepat pertumbuhan industri berbasis multimedia di MSC, dengan bentuk telemarketing, layanan informasi online, electronic commerce dan digital broadcasting. Agensi pemerintah yang ditunjuk untuk memimpin proyek ini adalah Multimedia Development Corporation (MDC).
Selain itu, pada tahun 2001 dilakukan penambahan delapan �lagship pada MSC. Salah satu area yang ditambahkan dan juga berkembang adalah Bio Valley, yang didedikasikan untuk perusahaan‐perusahaan biotech. Secara umum, untuk implementasi keseluruhan program pada master‐plan dibutuhkan waktu kurang lebih 20 tahun. Waktu tersebut kemudian dibagi menjadi tiga tahapan.
THE CYBERLAWS
Sejalan dengan pengembangan infrastruktur �isik teknologi informasi dan komunikasi, pemerintah Malaysia juga mengembangkan seperangkat aturan untuk mendukung lingkungan digital, berupa hukum dunia cyber. Hukum ini mencakup beberapa area seperti keamanan informasi, integritas dan con�identiality, legalitas transaksi online dan perlindungan terhadap kekayaan intelektual. Sampai dengan akhir tahun 2002, pemerintah Malaysia telah membuat hukum dunia cyber berikut:
Communications and Multimedia Act 1998 – Yang menyediakan kerangka kebijakan
dan regulasi untuk konvergensi telekomunikasi, broadcasting, dan industri komputer.
Digital Signature Act 1997 – Berisikan regulasi autentikasi dan legalitas pemiliki
dokumen elektronis.
Computer Crimes Act 1997 – Berisikan peraturan mengenai kejahatan atau aktivitas
yang terkait dengan kejahatan komputer, hacking, cracking, penyebaran virus dan bentuk penyerangan lainnya yang terkait dengan komputer.
Copyright (Amandment) Act 1997 – Menyediakan perlindungan terhadap kreasi yang
dilindungi seperti musik, buku, �ilm, content pendidikan, produk hiburan dan informasi dan kreativitas lainnya yang sejenis.
Telemedicine Act 1997 – Regulasi yang berhubungan dengan praktek pengobatan
menggunakan kanal multimedia dan komunikasi di Malaysia.
THE ELECTRONIC GOVERNMENT FLAGSHIP
Public/Business to e‐Government
o Akses Layanan (one‐stop, single point of contact, multiple delivery channels,
multilingual).
o Kualitas Layanan (high quality, reliability, security/privacy, accountability).
o Pemberian Layanan (ef�iciency/quick turnaround time,, cost‐effective/
productive).
Intra‐Agency
o Memperbaiki proses.
o Peningkatan pro�ile.
o Pengembangan manusia.
Inter‐Agency
o Meningkatkan kemampuan pemerintah untuk mensukseskan pengembangan e‐
Government.
o Menyediakan agensi pemerintahan dan akses publik terhadap informasi
perkembangan e‐Government.
o Menyediakan model pelatihan dalam bentuk multimedia, dan koleksi informasi
yang bersifat interaktif.
o Meningkatkan fungsi teknologi informasi memperbaiki proses pada sektor
publik.
Pada tahun 1998, Menteri Energi, Komunikasi dan Multimedia memberikan pidato yang merupakan objektif yang akan dicapai pemerintah Malaysia dalam penerapan e‐Government.
Memperkenalkan layanan yang berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
Efektivitas perubahan struktur organisasi publik ke arah lebih baik berupa perbaikan
tingkat e�isiensi, memberikan tanggapan yang lebih baik serta mengeluarkan keputusan yang efektif.
Memperbaiki tingkat disiplin dan akuntabilitas.
Memberikan kesempatan kepada sektor privat untuk dapat menggunakan transaksi
bisnis berdasarkan teknologi informasi.
E‐GOVERNMENT PILOT PROJECT
Generic Of�ice Environment (GOE)
GOE merupakan pilot project yang digunakan untuk membuat kantor elektronis/electronics of�ice untuk meningkatkan produktivitas menggunakan manajemen informasi, komunikasi dan kolaborasi. Objektif yang akan dicapai oleh GOE adalah menyediakan lingkungan kantor elektronis yang terintegrasi, dan terdistribusi. Diharapkan sistem ini dapat menyediakan metode akses yang mudah, up‐to‐date, dan berisikan informasi yang akurat. Pilot project untuk GOE sampai saat ini sudah selesai dilakukan dengan tersedianya aplikasi untuk berbagai modul. Modul‐modul tersebut terdiri atas manajemen dokumen, pencarian, manajemen informasi eksekutif, �ilter untuk informasi online, sistem messaging, pertermuan elektronis, bulletin board, pencatatan keputusan, manajemen pertemuan dan forum diskusi. Electronic Procurement
Pemerintah Malaysia mengeluarkan dana sebesar 35 juta dollar Amerika untuk implementasi e‐Procurement yang disebut dengan “ePerolehan” yang menyediakan 4000 procurement pemerintah dan 30.000 supplier yang sudah teregistrasi. Sistem ini diharapkan dapat menggantikan proses procurement yang dilakukan secara tradisional ke dalam procurement elektronis menggunakan internet. Electronic procurement yang diterapkan melalui ePerolehan digunakan untuk menggantikan sistem procurement yang sudah ada. ePerolehan mendukung keseluruhan procurement cycle dimulai dari center contrack, request for quotation, request for tender dan direct purchase. Sistem tersebut juga mendukung adanya noti�ikasi menggunakan email, pesan singkat (SMS) dan fax.
HUMAN RESOURCE MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM (HRMIS)
HRMIS merupakan sistem yang menyediakan fungsionalitas untuk Manajemen Sumber Daya Manusia bagi pemerintah untuk mengembangkan dan mengatur sumber daya manusia. Objektif yang ingin dicapai dalam HRMIS adalah:
Mengefekti�kan penempatan staf bagi layanan umum melalui informasi Sumber Daya
Manusia yang tersedia.
Otomatisasi proses operasi pengelolaan sumber daya manusia yang sebelumnya
dilakukan secara manual.
Membangun informasi sumber daya manusia yang up‐to‐date untuk efekti�itas
perencanaan pada agensi pemerintah.
Mengembangkan komunikasi, integrasi horizontal dan perbaikan proses melalui
sistem yang dapat digunakan untuk berkolaborasi.
Memperbaiki kemampuan sumber daya manusia untuk bekerja pada lingkungan
paperless.
Menyediakan sistem sumber daya manusia yang terbuka dan �leksibel yang
mempertemukan kebutuhan informasi dan operasional dengan proses manajerial.
PROJECT MONITORING SYSTEM (PMS II)
PMS melupakan pilot project yang digunakan untuk membuat sistem monitoring end‐to‐end untuk pengembangan lingkungan kolaborasi berbagai proyek pengembangan dan manajemen. PMS II memiliki cakupan pengembangan dalam tiga bentuk layanan yaitu application services, data services dan communication services yang bermuara pada perbaikan manajemen proyek. Proyek ini dikembangkan untuk menyediakan implementasi mekanisme monitoring proyek. Proyek PMS II dibuat sebagai pendukung aplikasi G2G, yang digunakan oleh pemerintah untuk memberikan layanan publik yang lebih baik. PMS II memungkinkan pemerintah untuk memantau 40.000 proyek yang dikerjakan pada berbagai daerah.
e‐Service
e‐Service merupakan pilot project yang digunakan oleh pemerintah untuk menyediakan layanan kepada masyarakat. Sistem ini menyediakan mekanisme kepada masyarakat untuk berhubungan dan melakukan transaksi dengan pemerintah agar lebih cepat. Sistem ini dapat diakses dengan beragam cara dan kanal komunikasi, misalnya dengan menggunakan sistem interactive voice response (IVR), melalui komputer personal yang terhubung ke internet, baik di rumah atau kantor, kiosk yang disediakan pada berbagai fasilitas umum serta perangkat wireless. Sistem ini mencakup layanan sesuai dengan pekerjaan spesi�ik tiap kementrian. Sebagai contoh, departeman transportasi menggunakan layanan ini untuk mengatur izin mengemudi, kementrian kesehatan menggunakan sistem ini untuk informasi kesehatan online, dan perusahaan telekomunikasi menggunakannya untuk pembayaran telepon dan internet.
Electronic Labour Exchange
Tahun 1999, pemerintah Malaysia mengeluarkan sembilan pilot project terkait dengan pengembangan e‐Government. Proyek ini disebut dengan Electronic Labour Exchange (ELX). Sistem ini digunakan untuk memperbaiki mobilisasi sumber daya manusia secara keseluruhan untuk mempertemukan tingkat kebutuhan pencari kerja dengan lapangan pekerjaan yang disediakan. ELX didesain sebagai sebuah penghubung yang menyediakan lapangan pekerjaan. Sistem ini dapat diakses oleh warga negara Malaysia dan juga oleh pihak lain diluar Malaysia.
e‐Syariah
Tahun 2002 pemerintah Malaysia mengeluarkan proyek e‐Government yang disebut dengan e‐Syariah yang merupakan sistem aplikasi yang menerapkan pengadilan syariah. Proyek ini digunakan untuk membantu melakukan proses reformasi dan efektivitas Departemen Pengadilan Islam untuk mengkoordinasi dan memonitoring agensi pemerintah yang terkait. Sistem ini juga digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan e�isiensi manajemen pengadilan Islam.
TANTANGAN DAN APRESIASI
perekonomian mereka menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi serta menuju ke knowledge economy.
Key Chalenge
Berbagai review terus dilakukan terkait dengan proyek e‐Government di Malaysia. Salah satu review yang dilakukan pada pertengahan tahun 2002 menghasilkan beberapa kesimpulan seperti berikut:
Kapasitas dan kompleksitas dari proyek yang dikerjakan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya (under‐estimated).
Integrasi antar‐agensi pemerintahan sangat diperlukan.
Terdapat berbagai isu mengenai integrasi terkait dengan legalitas sistem yang ada.
Dalam pengembangannya, masih dibutuhkan pekerja dengan kemampuan yang tinggi.
Resistensi terhadap perubahan merupakan rintangan utama yang harus dihadapi.
Pengembangan harus dilakukan berdasarkan standar.
Kesenjangan digital merupakan halangan dalam penerapan e‐Government.