BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
pencuiman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)
(Notoatmodjo, 2003, hal. 121)
2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan.
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Temasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Oleh sebab itu tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyinpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplkasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapimasih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun informasi baru dari informasi-informasi yang ada. Misalnya,
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
(Notoatmodjo, 2003, hal.122)
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitin atau
responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003.hal,124).
3. Kategori Pengetahuan
Pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
a) Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100%
dari seluruh petanyaan
b) Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari
seluruh pernyataan
c) Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar <56% dari
seluruh pernyataan
B. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Menurut Syah (2010, hal.10) pendidikan berasal dari kata “didik”,
lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik”, artinya
memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan.
Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan,
yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
Menurut UU No.20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
2. Tingkat pendidikan
Di dalam UU No.20 Tahun 2003 Jenjang pendidikan formal terdiri
atas :
a. pendidikan dasar
b. pendidikan menengah
c. pendidikan tinggi
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat
serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah
(MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan
lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah
merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, spesialis, dan doktor
yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi
deselenggarakan dengan sistem terbuka, pendidikan tinggi dapat
berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.
Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat, perguruan tinggi dapat
menyelenggarakan program akademik, profesi, dan vokasi.
3. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan diharapkan individu mempunyai kemampuan dan
keterampilan secara mandiri untuk meningkatkan taraf hidup lahir batin dan
meningkatkan perannya sebagai pribadi, pegawai/karyawan, warga
masyarakat, warga negara, dan makhluk Tuhan dalam mengisi pembangunan
(Widyastuti, Rahmawati, & Purnamaningrum. 2010, hal. 124).
4. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan
Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh
faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku
kesehatan menurut Lawrence Green (1980, dalam Notoatmodjo, 2003, hal.
13), perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu :
a. Faktor predisposisi (Predisposing factors )
Faktor presdiposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah dan
mendasari untuk terjadinya perilaku seseorang. Yang termasuk dalam
kelompok ini antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem
b. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)
Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau
menfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya faktor pemungkin adalah
sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.
Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana
pendukung. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu
dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan
mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil.
Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan
terwujudnya perilaku kesehatan.
c. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)
Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku pada ibu hamil dalam melakukan kunjungan
pemeriksaan antenatal. Faktor ini meliputi dukungan suami dan tindakan
petugas kesehatan. Sebagai contoh, ibu hamil akan melakukan kunjungan
pemeriksaan antenatal dengan rutin apabila suami menganjurkan,
memberikan dukungan maka ibu hamil mau untuk melaksanakannya.
Apabila tindakan petugas kesehatan baik dan ramah maka ibu hamil akan
melakukan kunjungan pemeriksaan antenatal dengan rutin dan sebaliknya
apabila petugas kesehatan kurang ramah ibu hamil akan enggan untuk
melakukannya dan mungkin akan berpindah ke tempat kunjungan
B. Pemeriksaan Antenatal (PAN)
1. Pengertian pemeriksaan antenatal (PAN)
Pengertian pemeriksaan antenatal menurut Depkes RI (dalam
Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 8).adalah pelayanan yang diberikan oleh
ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya.
Pelayanan antenatal ini meliputi pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi
terhadap penyimpangan dan intervensi dasar yang dilakukan.
2. Tujuan pemeriksaan antenatal (PAN)
a. Memantau kemajuan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang anak.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
budaya ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan, pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
f. Mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Pantikawati & Saryono.
2010, hal. 9).
3. Frekuensi dan tempat pemeriksaan antenatal (PAN)
Frekuensi dari pemeriksaan pemeriksaan antenatal adalah :
1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan
jiwa
2) Mencegah masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, kebiasaan
tradisional yang berbahaya
3) Membangun hubungan saling percaya
4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi
5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,
seks, dan sebagainya).
b. Minimal 1 kali pada trimester II (usia kehamilan 14-28 minggu)
1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan
jiwa
2) Mencegah masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, kebiasaan
tradisional yang berbahaya
3) Membangun hubungan saling percaya
4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi
5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,
seks, dan sebagainya)
6) Kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala
preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria).
c. Minimal 2 kali pada trimester III (usia kehamilan 28-36 minggu sekali
kunjungan)
1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan
jiwa
2) Mencegah masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, kebiasaan
3) Membangun hubungan saling percaya
4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi
5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,
seks, dan sebagainya)
6) Kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala
preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)
7) Deteksi kehamilan ganda
Setelah 36 minggu sekali kunjungan
1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan
jiwa
2) Mencegah masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, kebiasaan
tradisional yang berbahaya
3) Membangun hubungan saling percaya
4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi
5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,
seks, dan sebagainya)
6) Kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala
preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)
7) Deteksi kehamilan ganda
8) Deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di
RS (Dewi & Sunarsih. 2011, hal. 22).
Ibu hamil dapat melaksanakan pemeriksaan kehamilan disarana kesehatan
seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, Bidan Praktek Swasta dan
4. Standar pemeriksaan antenatal (PAN) yang diprogramkan
Menurut Arifin (dalam Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 9) Standar
Pelayanan pemeriksaan antenatal meliputi standar 14 T,sehingga ibu hamil
yang datang memperoleh pelayanan komprehensif dengan harapan antenatal
care dengan standar 14 T dapat sebagai daya ungkit pelayanan dan
diharapkan ikut andil dalam menurunkan angka kematian ibu.
5. Kebijakan program
Pelayanan pemeriksaan antenatal minimal 5T, meningkat menjadi
7T, dan sekarang menjadi 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik
malaria menjadi 14T, yakni :
5T :
a. Ukur tinggi badan/berat badan
b. Ukur tekanan darah
c. Ukur tinggi fundus uteri
d. Pemberian imunisasi TT
e. Pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet) selama kehamilan.
7T
f. Test terhadap penyakit menular seksual/VDRL
g. Temu wicara/konseling
h. Tes/pemeriksaan Hb
i. Tes/pemeriksaan urin protein
j. Tes reduksi urin
k. Perawatan payudara (tekan pijat payudara)
m. Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemik gondok)
n. Terapi obat malaria (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 10).
6. Langkah-langkah dalam perawatan kehamilan pemeriksaan antenatal (PAN)
a. Timbang berat badan dan tinggi badan
Menurut Rochyati (2000, dalam Pantikawati & Saryono. 2010,
hal. 10) tinggi badan diperiksa sekali pada saat ibu hamil datang pertama
kali kunjungan, dilakukan untuk mendeteksi tinggi badan ibu yang
berguna untuk mengkatoagorikan adanya resiko apabila hasil pengukuran
< 145 cm. Berat badan diukur setiap ibu datang atau berkunjung untuk
mengetahui kenaikan Bb atau penurunan BB. Kenaikan BB ibu hamil
normal rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg.
b. Tekanan darah
Menurut Wiknjosastro tekanan darah diukur dan diperiksa setiap
kali ibu datang atau berkunjung. Pemeriksaan tekanan darah sangat
penting untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah.Seteksi
tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala kearah
hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun dibawah normal kita pikirkan
kearah anemia. Tekanan darah normal berkisar systole/diastole :
110/80-120/80 mmHg (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 11).
c. Pengukuran tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita
sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atas sympisis dan rentangkan
sampai fundus uteri (fundus tidak boleh ditekan) (Pantikawati &
Tabel 2.1
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
No Tinggi Fundus Uteri (cm)
d. Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe)
Tablet ini mengandung 200 mg Sulfat Ferosus 0,25 mg asam
folat yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah
untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada
masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring dengan pertumbuhan
janin. Zat besi ini penting untuk mengkompensasi peningkatan volume
darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan
dan perkembangan janin yang adekuat. Cara pemberian adalah satu tablet
Fe per hati, sesudah makan, selama masa kehamilan dan nifas. Perlu
diberitahukan kepada ibu bahwa normal bila warna tinja mungkin
menjadi hitam setelah makan obat ini. Dosis tersebut tidak mencukupi
pada ibu hamil yang mengalami anemia, terutama pada anemia berat (8
gr% atau kurang). Dosis yang dibutuhkan adalah sebanyak 1-2 x 100
mg/hari selama 2 bulan sampai dengan melahirkan (Pantikawati &
Saryono. 2010, hal. 11).
e. Pemberian imunisasi TT
merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan. Ini
akansembuh dan tidak perlu pengobatan (Pantikawati & Saryono. 2010,
hal 12).
Jenis pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara
Talquis dan dengan cara sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada
kunjungan ibu hamil yang pertama kali, lalu periksa lagi menjelang
persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi
anemia pada ibu hamil (Pantikawati & Saryono. 2010, hal 12).
g. Pemeriksaan protein urine
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein
dalam urin ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3 %
ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki
oedema. Pemeriksaan urin protein ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah
h. Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL)
adalah untuk mengetahui adanya treponema pallidum/penyakit menular
seksual, antara lain syphilis. Pemeriksaan kepada ibu hamil yang pertama
kali datang diambil spesimen darah vena ± 2 cc. Apabila hasil te
dinyatakan positif, ibu hamil dilakukan pengobatan/rujukan. Akibat fatal
yang terjadi adalah kematian janin pada kehamilan <16 minggu, pada
kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran premature, cacat bawaan
(Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 13).
i. Pemeriksaan urine reduksi
Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan
indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga ibu
dan suami.Bila hasil pemeriksaan urine reduksi positif (+) perlu diikuti
pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya Diabetes Mellitus
Gestasional (DMG). Diabetes Mellitus Gestasional pada ibu dapat
mengakibatkan adanya penyakit berupa pre eklamsia, polihidramnion,
bayi besar (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 13).
j. Perawatan payudara
Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan
payudara yang ditujukan kepada ibu hamil. Manfaat perawatan payudara
adalah :
1) Menjaga kebersihan payudara, terutama putting susu
2) Mengencangkan serta memperbaiki bentuk putting susu (pada putting
susu yang terbenam)
4) Mempersiapkan ibu dalam laktasi
Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi
dan dimulai pada kehamilan 6 bulan (Pantikawati & Saryono. 2010, hal.
13).
k. Senam ibu hamil
Senam ibu hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam
mempersiapkan persalinan dan mempercepat pemulihan setelah
melahirkan serta mencegah sembelit. Adapun tujuan senam hamil adalah
memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut,
ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh relaksasi tubuh dengan
latihan-latihan kontraksi dan relaksasi. Menguasai teknik pernafasan
yang berperan pada saat persalinan. Senam hamil dapat dimulai pada
kehamilan 22 minggu, dilakukan secara teratur, sesuai kemampuan fisik
ibu.Gerakan senam hamil meliputi gerakan panggul, gerakan kepala dan
gerakan bahu (memperkuat otot perut), gerakan jongkok atau berdiri
(memperkuat otot vagina, perineum dan memperlancar persalinan)
(Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 13).
l. Pemberian obat malaria
Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
satu dari beberapa jenis plasmodium dan ditularkan oleh gigitan nyamuk
anopheles yang terinfeksi. Di Indonesia terdapat 3 jenis yang biasanya
adalah plasmodium vivax, plasmodium falciparum, dan plasmodium
malaria. Pemberian obat malaria diberikan khusus pada ibu hamil
didaerah endemik malaria atau kepada ibu hamil pendatang baru berasal
yakni panas tinggi disertai menggigil dan hasil apusan darah yang positif.
Dampak atau akibat penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan
muda dapat terjadi abortus, partus prematurus juga anemia (Pantikawati
& Saryono. 2010, hal. 14).
m. Pemberian kapsul minyak beryodium
Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan yodium di
daerah endemis. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI) adalah
rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang
manusia.Kekurangan unsur yodium diperoleh oleh faktor-faktor
lingkungan dimana tanah dan air tidak mengandung unsur yodium.
Akibat kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kretin yang
ditandai dengan (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 14). :
1) Gangguan fungsi mental
2) Gangguan fungsi pendengaran
3) Gangguan pertumbuhan
4) Gangguan kadar hormon yang rendah
n. Temu wicara/konseling
1) Definisi konseling
Konseling adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka)
untuk menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik
mengenai dirinya dalam asuhannya untuk memahami dan mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapinya.
2) Prinsip-prinsip konseling
Ada 5 prinsip pendekatan kemanusiaan, yaitu :
b) Empati
c) Dukungan
d) Sikap dan respon positif
e) Setingkat atau sama sederajat
3) Tujuan konseling pada pemeriksaan antenatal
a) Membantu ibu hamil memahami kehamilannya dan sebagai upaya
preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan
b) Membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan asuhan
kehamilan, penolong persalinan yang bersih dan aman atau
tindakan klinik yang mungkin diperlukan (Pantikawati &
Saryono. 2010, hal. 15).
7. Informasi yang diberikan ketika memberikan asuhan kebidanan
a. Trimester I
1) Menjalin hubungan saling percaya
Ini merupakan langkah paling awal namun akan sangat menentukan
kualitas asuhan di waktu-waktu berikutnya. Hubungan saling percaya
antara pasien dan bidan mutlak harus dapat dipenuhi sehingga
informasi dan penatalaksanaan yang diberikan oleh bidan dapat selalu
sesuai dengan data yang disampaikan pasien secara jujur. Bisa
dibayangkan jika pasien tidak dapat percaya dengan bidan dan
memberikan data yang tidak sesuai, maka jika terjadi gangguan pada
ibu, bidan tidak akan dapat mendeteksi sehingga akan berakibat fatal
2) Deteksi masalah
Pada tahap awal pemberian asuhan, bidan melakukan deteksi
kemungkinan masalah atau komplikasi yang muncul dengan
melakukan penapisan-penapisan. Beberapa di antaranya adalah
penapisan kelainan bentuk panggul pada pasien dengan tinggi badan
kurang dari 145 cm, pre-eklampsi, hipertensi dalam kehamilan,
infeksi, dan sebagainya. Penapisan ini dilakukan melalui proses
pengkajian data subjektif dan objektif serta ditunjang dengan
pemeriksaan laboratorium, USG, serta rontgen.
3) Mencegah masalah (TT dan anemia)
Pencegahan masalah anemia merupakan prioritas pertama yang harus
dilakukan oleh bidan karena anemia merupakan penyebab utama
perdarahan postpartum. Berdasarkan data Departemen Kesehatan,
penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia adalah perdarahan.
Selain anemia, bidan juga harus melakukan pencegahan penyakit
tetanus neonatorum karena penyakit ini memberikan peran yang
cukup besar dalam menyebabkan kematian bayi.
4) Persiapan persalinan dan komplikasi
Meskipun proses persalinan masih cukup lama, namun bidan tetap
harus menyampaikan infoemasi ini seawal mungkin sehingga pasien
dan keluarga sudah mempunyai gambaran mengenai apa yang harus
direncanakan. Selain itu untuk memberdayakan pasien dan keluarga,
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi dalam kehamian juga perlu
disampaikan sejak dini sehingga pasien dan keluarga dapat ikut aktif
5) Perilaku sehat (gizi, latihan/senam, kebersihan, istirahat)
Untuk informasi ini bidan perlu menyampaikan materi perilaku hidup
sehat secara terperinci karena aspek ini merupakan hal sangat
menentukan kualitas kesehatan ibu hamil (Pantikawati & Saryono.
2010, hal. 5).
b. Trimester II
Setelah bidan menyimpulkan bahwa pasien sudah cukup paham dengan
informasi yang harus diketahui pada trimester I, maka pada trimester II
ini bidan memberikan informasi yang berkaitan dengan pre-eklampsi
ringan. Bidan mengajak pasien dan keluarga untuk aktif dalam memantau
kemungkinan gejala-gejala pre-eklampsi ringan dalam kehamilannya
sehingga timbul tanggung jawab bagi pasien dan keluarga untuk
mempertahankan kesehatannya secara mandiri (Pantikawati & Saryono.
2010, hal. 6).
c. Trimester III
1) Gemeli (28-36 minggu)
Pada usia kehamilan ini informasi yang perlu disampaikan adalah
hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dalam kandungan, salah satunya
adalah janin tunggal atau ganda. Informasi tersebut akan mengurangi
beberapa kekhawatiran yang dirasakan oleh ibu dan keluarga
berkaitan dengan janin.
2) Letak janin (> 36 minggu)
Gambaran persalinan yang akan dilalui merupakan salah satu hal yang
dikhawatirkan oleh ibu dan keluarga pada akhir masa kehamilan.
kecemasan pasien. Ibu akan lebih siap jika diberikan gambaran
mengenai proses persalinan secara lengkap (Pantikawati & Saryono.
2010, hal. 7).
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan wanita di Indonesia
a. Status wanita dalam masyarakat masih rendah
b. Kesehatan reproduksi, di mana seorang wanita mengalami hamil,
melahirkan, serta nifas yang berisiko menyebabkan kematian
c. Ketidakmampuan wanita untuk memelihara kesehatannya sendiri akibat
pendidikan yang rendah
d. Kurangnya modal (ekonomi) dalam upaya pemeliharaan kesehatan
e. Sosial budaya, ekonomi, pelayanan kesehatan tidak terjangkau,