Triwulan II - 2008
Kantor Bank Indonesia
Banjarmasin
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Kalimantan Selatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan
rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga publikasi triwulanan kami yang berjudul
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan periode triwulan II-2008
dapat hadir di tangan pembaca.
Penerbitan publikasi yang berisi informasi mengenai perkembangan
berbagai variabel makro ekonomi regional ini merupakan salah satu wujud
pelaksanaan tugas-tugas Bank Indonesia di daerah dalam melaksanakan fungsi
pengelolaan dan pelayanan informasi di bidang moneter, perbankan, sistem
pembayaran dan informasi lainnya yang terkait dengan pengembangan ekonomi
daerah.
Publikasi ini selain dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi
berbagai pemangku kepentingan (
stakeholders
) kami, baik di wilayah Provinsi
Kalimantan Selatan maupun para pengguna lain yang memerlukannya. Kehadiran
terbitan ini di tangan pembaca tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dalam
penyediaan data dan informasi yang diperlukan. Oleh karena itu pada kesempatan
ini kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan berharap semoga
hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang.
Kami menyadari bahwa publikasi ini masih memiliki berbagai kekurangan,
sehingga upaya terus-menerus untuk meningkatkan kualitas analisis dan informasi
yang ditampilkan menjadi agenda rutin kami. Oleh karena itu segala saran,
masukan, dan kritik yang konstruktif dari seluruh pembaca akan kami terima
dengan tangan terbuka.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan
kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik.
Banjarmasin, Agustus 2008
BANK INDONESIA BANJARMASIN
Bramudija Hadinoto
Pemimpin
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
D
AFTAR
I
SI
KATA PENGANTAR ...
i
DAFTAR ISI ...
ii
KETERANGAN DAN SUMBER DATA ... iv
RINGKASAN EKSEKUTIF ………
1
BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ...
8
1. Kondisi Umum ……….…………. ...
8
2. Sisi Penawaran ……….……... 9
2.1 Sektor Ekonomi Dominan ... 12
2.1.1 Sektor Pertanian ... 12
2.1.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ...
13
2.1.3 Sektor Industri Pengolahan ... 14
2.1.4 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ...
16
2.1.5 Sektor Ekonomi Non-Dominan...
17
3. Sisi Permintaan ... 20
3.1 Konsumsi ... 21
3.2 Perdagangan Luar Negeri...
23
3.2.1 Ekspor Non-Migas ...
23
3.2.2 Impor Non-Migas ...
25
3.3 Investasi ... 26
Boks 1 : Krisis Listrik di Wilayah Kalselteng ... 11
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI ……….………… ... 29
1. Kondisi Umum ……….…………. ...
29
2. Inflasi Berdasarkan Kelompok……….……..
30
Boks 2 : Kelangkaan BBM di Kalimantan Selatan ...
32
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN ………... 34
1. Perkembangan Bank Umum... ... 34
1.1 Total Aset ...
35
1.2 Intermediasi Perbankan ... ... 36
1.2.1 Penghimpunan Dana Masyarakat ...
39
1.2.2 Penyaluran Kredit ...
41
1.3 Kredit UMKM ...
46
2. Perkembangan Bank Syariah ... ... 48
3. Perkembangan Industri BPR ... 50
4. Stabilitas Sistem Keuangan Regional ... 52
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
iii
Boks 3 : Penyaluran KUR di Kalimantan Selatan dan
Permasalahannya... 37
BAB 4. KEUANGAN DAERAH ………... ...
54
1. APBD Provinsi Kalimantan Selatan... ... 54
2. Anggaran Pendapatan ... 55
3. Anggaran Belanja ... ... 56
BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ………... ..
57
1. Transaksi Keuangan Secara Tunai ... 57
1.1 Aliran Uang Masuk/Keluar (
Cash Inflow/Outflow
)... 57
1.2 Penemuan Uang Palsu ……….. ... 58
2. Transaksi Keuangan Secara Non Tunai ... 59
BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT....
61
1. Ketenagakerjaan …....……. ...
61
2. Kesejahteraan Masyarakat ...
64
Boks 4 : Hasil Quick Survey Efektivitas Penyaluran BLT
Di Kalimantan ...
65
BAB 7. PROSPEK EKONOMI ...
67
1. Makro Ekonomi …....……. ...
67
2. Inflasi ... 69
Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Banjarmasin.
Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan.
Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Bagian PDIE-Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab II Perkembangan inflasi regional dari pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Banjarmasin. Data IHK bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh lebih lanjut untuk keperluan analisis.
Bab III Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan.
Bab V Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KBI Banjarmasin . Untuk data transaksi tunai bersumber dari Direktorat Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring Bank Indonesia Banjarmasin.
Bab VI Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bersumber dari data Badan Pusat Statistik Pusat.
Bab VII Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi dan moneter dengan didukung oleh hasil survey yang dilakukan KBI Banjarmasin.
Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian diantaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II -2008
v
Visi Bank IndonesiaMenjadi Lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.
Misi Bank Indonesia
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan.
Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan.
Visi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin
Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan perannya sebagai economic intelligence dan unit penelitian.
Misi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin
Berperan aktif dalam pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah serta lembaga terkait.
1
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
R
INGKASAN
E
KSEKUTIF
ASESMEN EKONOMI
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008 mencatat peningkatan laju pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu dari 7,36% (y-o-y) pada triwulan sebelumnya menjadi 9,14% (y-o-y). Faktor pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut adalah membaiknya kinerja sektor-sektor ekonomi utama, masih kuatnya permintaan konsumsi, serta peningkatan ekspor.
Dari sisi penawaran, lonjakan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peningkatan kinerja sektor ekonomi dominan, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor perdagangan. Di sektor pertanian, mundurnya masa tanam serta kondisi cuaca yang relatif lebih baik telah mendorong peningkatan produktivitas tanaman pangan. Demikian pula pertumbuhan di sektor pertambangan juga ditunjang oleh kondisi cuaca yang memungkinkan untuk meningkatkan aktivitas penambangan batu bara, di samping kenaikan harga batu bara internasional seiring kenaikan harga minyak dunia. Sementara itu peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan terutama ditopang oleh masih tingginya pertumbuhan konsumsi masyarakat.
Dari sisi permintaan, melonjaknya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan ekspor. Laju pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Selatan triwulan II-2008 meningkat cukup tinggi menjadi 9,14% (y-o-y)
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang kinerja sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor perdagangan
2
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
Masih kuatnya dorongan konsumsi rumah tangga di tengah kenaikan harga BBM pada triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat akan terjadinya kenaikan harga barang maupun suku bunga pasca kenaikan harga BBM. Sementara peningkatan pertumbuhan ekspor merupakan respon dari meningkatnya produktivitas sektor pertambangan dan sektor pertanian seiring kondisi cuaca yang lebih kondusif dan masuknya musim panen raya padi.
Daya dukung keuangan pemerintah daerah masih terbatas yang diindikasikan oleh belum optimalnya realisasi keuangan pemerintah daerah untuk proyek-proyek pembangunan daerah. Kondisi ini diperkirakan terkait dengan tertundanya pelaksanaan proyek karena proses tender yang sedang berjalan atau tertunda karena adanya kalkulasi ulang akibat perkembangan harga menjelang dan sesudah kenaikan harga BBM, serta proses pengajuan dan pengesahan perubahan anggaran.
Investasi swasta yang tercermin dari komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mencatat pertumbuhan yang melambat. Melambatnya pertumbuhan PMTB Kalimantan Selatan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang sulit diprediksi akibat kenaikan harga BBM, di samping kurangnya pasokan listrik dan masih sering terjadinya kelangkaan BBM. Kondisi tersebut menyebabkan investor cenderung menahan realisasi investasi mereka, sambil menunggu situasi yang lebih baik.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekono-mi terutama berasal dari peningkatan konsumsi masyarakat dan ekspor Stimulus fiskal daerah belum optimal, investasi PMTB melambat.
3
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
ASESMEN INFLASI
Laju inflasi pada triwulan II-2008 mengalami peningkatan yang relatif tinggi. Secara tahunan, laju inflasi mencapai 11,82% (y-o-y), naik dibandingkan triwulan I-2008 yang tercatat sebesar 8,64% (y-o-y). Faktor pendorong peningkatan inflasi adalah kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008 dan terjadinya kelangkaan BBM yang berdampak pada meningkatnya harga berbagai komoditas.
Tekanan inflasi yang meningkat terjadi pada semua kelompok barang dan jasa. Kelompok yang mengalami inflasi tahunan terbesar adalah kelompok bahan makanan yang mencatat laju 17,26%, diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (16,06%), kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (10,67%), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (9,07%), kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (8,15%), kelompok kesehatan (5,05%), dan kelompok sandang (4,91%).
Secara bulanan (m-t-m), laju inflasi tertinggi selama triwulan II-2008 terjadi pada bulan Juni 2008, yaitu mencapai 2,48%. Sementara tekanan inflasi pada bulan April dan Mei 2008 relatif rendah. Laju inflasi sampai dengan Juni 2008 telah mencapai sebesar 7,20% (y-t-d) atau jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2007 yang mencapai 2,61%.
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kinerja perbankan sampai dengan akhir triwulan II-2008 secara umum bergerak membaik. Akselerasi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi telah Kredit perbankan
meningkat pesat di tengah perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga. Laju inflasi triwulan II-2008 meningkat. Tekanan inflasi terjadi pada semua
kelompok barang dan jasa
Laju inflasi sampai dengan Juni 2008 telah mencapai sebesar 7,20% (y-t-d), jauh meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
4
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
mendorong terjadinya peningkatan pertumbuhan kredit yang tinggi. Namun demikian suku bunga yang relatif rendah, masih kuatnya permintaan konsumsi, dan merebaknya instrumen investasi keuangan lain menyebabkan terjadinya perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).
Rasio penyaluran kredit terhadap DPK yang dihimpun bank (LDR) mengalami peningkatan dari 71,85% pada akhir Maret 2008 menjadi 78,60% pada akhir Juni 2008. Bahkan LDR berdasarkan kredit lokasi proyek mencapai 92,28%. Namun demikian LDR yang cukup tinggi tersebut belum diikuti dengan perbaikan kualitas kredit yang diindikasikan oleh peningkatan rasio NPL gross dari 3,97% pada triwulan sebelumnya menjadi 5,30%.
Sementara itu fasilitas pinjaman kepada nasabah yang belum ditarik (undisbursed loan) tercatat sebesar Rp1,89 triliun, naik 42,82% dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1,32 triliun. Rasio antara undisbursed loan terhadap total kredit mencapai 17,37%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,81%.
Secara umum kondisi stabilitas sistem keuangan regional Kalimantan Selatan pada triwulan laporan masih tetap terjaga. Industri perbankan maupun lembaga keuangan non-bank masih memperlihatkan kinerja yang positif, terlihat pada pertumbuhan sektor keuangan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 12,30% (y-o-y), hampir dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Namun demikian penurunan simpanan dalam bentuk deposito pada industri BPR, serta peningkatan rasio NPL, baik pada bank umum maupun BPR perlu diwaspadai.
LDR bank umum meningkat cukup tajam, tetapi diikuti peningkatan rasio NPL. Undisbursed loan juga mencatat peningkatan yang cukup tinggi
Kondisi stabilitas sistem keuangan regional masih terjaga. Peningkatan NPL perlu diwaspadai.
5
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
SISTEM PEMBAYARAN
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008 telah meningkatkan kebutuhan akan uang baik tunai maupun transaksi pembayaran non-tunai. Aktivitas transaksi pembayaran non-tunai melalui sarana kliring, menunjukkan kenaikan baik dari sisi volume maupun dari nominal transaksinya. Sementara transaksi pembayaran tunai melalui Bank Indonesia, walupun dari sisi perputaran menunjukkan penurunan namun secara netto menunjukkan net cash outflow yang mengindikasikan peningkatan kebutuhan uang tunai. Jumlah aliran uang keluar (outflow) mencapai Rp521 miliar, naik sebesar Rp434 miliar dibandingkan
outflow triwulan I-2008 sebesar Rp87 miliar.
Sedangkan jumlah aliran uang masuk (inflow) mencapai Rp257 miliar, turun Rp569 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp826 miliar, sehingga terjadi nett cash outflow sebesar Rp264,6 miliar.
Sementara itu perkembangan transaksi pembayaran non-tunai melalui transaksi keuangan melalui sarana Kliring juga menunjukkan kenaikan. Rata-rata harian volume transaksi kliring mencapai 1.636 lembar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1.560 lembar per hari. Peningkatan tersebut juga diikuti kenaikan nilai nominal transaksi harian dari Rp49,32 miliar pada triwulan I-2008 menjadi Rp54,9 miliar.
Perputaran uang tunai mencatat kenaikan terutama dari sisi outflow Perputaran transaksi pembayaran
Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008 mengalami kenaikan.
Volume dan nominal transaksi non-tunai melalui sarana kliring mengalami kenaikan
6
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
PROSPEK EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2008 diperkirakan sedikit melambat, meskipun masih berada pada level yang cukup tinggi, yakni dalam kisaran 7,5%-9,5% (y-o-y). Perlambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh kemungkinan berkurangnya daya dorong permintaan domestik regional, khususnya konsumsi swasta setelah kenaikan harga BBM.
Kecenderungan peningkatan konsumsi pada bulan puasa diperkirakan akan menjadi faktor penahan melambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat. Di sisi lain konsumsi pemerintah diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi, dipengaruhi oleh mulai meningkatnya realisasi berbagai proyek pembangunan dan perbaikan infrastruktur seiring telah selesainya beberapa proses tender maupun proses pengesahan anggaran perubahan.
Pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang juga masih akan ditopang oleh kinerja ekspor, meskipun diperkirakan akan mengalami sedikit perlambatan dibandingkan triwulan laporan. Sementara itu kemungkinan terjadinya musim kemarau di Kalimantan Selatan pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengurangi produktivitas tanaman perkebunan, sehingga produksi crude palm oil (CPO) dan karet diperkirakan akan mengalami penurunan. Kegiatan investasi swasta pada triwulan III-2008 diperkirakan masih berada pada tren yang melambat searah dengan perlambatan pertumbuhan ekspor. Dari sisi produksi, perkiraan tersebut didukung oleh pertumbuhan sektor-sektor yang berorientasi ekspor, Perekonomian
Kalimantan Selatan pada triwulan III-2008 diperkirakan tumbuh melambat pada kisaran 7,5%- 9,5% (y-o-y).
Dari sisi permintaan, melambatnya konsumsi masyarakat akan mendorong perlambatan ekonomi
7 khususnya sektor pertambangan dan sektor pertanian.
Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh melambatnya kinerja sektor ekonomi dominan, yakni sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Namun demikian, adanya faktor musiman datangnya bulan puasa diperkirakan akan menahan perlambatan yang terjadi di sektor ini. Sementara perkembangan kinerja sektor-sektor ekonomi non-dominan, khususnya sektor bangunan dan sektor jasa-jasa diperkirakan bergerak ke arah yang positif.
Kinerja sektor-sektor ekonomi dominan sedikit melambat, sementara beberapa sektor ekonomi non-dominan diperkirakan cenderung membaik
PROSPEK INFLASI
Tekanan inflasi pada triwulan III-2008 di-perkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan
Laju inflasi Kota Banjarmasin pada triwulan III-2008 diperkirakan masih berada pada tren yang meningkat, yakni pada kisaran 12%+1%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh dampak kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008 yang berimbas terhadap kenaikan harga komoditas lainnya. Namun demikian, dari sisi pasokan terutama untuk kelompok bahan makanan diperkirakan masih relatif baik seiring masih berlangsungnya musim panen raya.
Meskipun trend konsumsi masyarakat pada triwulan mendatang cenderung menurun, namun demikian konsumsi masyarakat diperkirakan masih akan menjadi salah satu faktor pendorong laju inflasi. Hal ini terutama terkait dengan faktor musiman datangnya tahun ajaran baru sekolah serta datangya bulan puasa di bulan September 2008.
Tekanan inflasi dari sisi permintaan seiring faktor musiman tahun ajaran baru sekolah dan bulan puasa
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008 8
P
ERKEMBANGAN
E
KONOMI
M
AKRO
R
EGIONAL
1. KONDISI UMUM
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008 mencatat lonjakan pertumbuhan yang cukup tinggi, yakni mencapai 9,14% (y-o-y), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 7,36% (y-o-y)1. Dari sisi penawaran, lonjakan pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh kinerja sektor ekonomi dominan yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor perdagangan. Di sektor pertanian, mundurnya masa tanam serta kondisi cuaca yang relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya telah mendorong peningkatan produktivitas tanaman pangan. Demikian pula pertumbuhan di sektor pertambangan juga ditunjang oleh kondisi cuaca yang memungkinkan untuk memingkatkan aktivitas penambangan batu bara, di samping kenaikan harga batu bara internasional seiring kenaikan harga minyak dunia. Sementara itu peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan terutama ditopang oleh masih tingginya pertumbuhan konsumsi masyarakat.
Ditinjau dari sisi permintaan, melonjaknya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan aktivitas ekspor. Masih kuatnya dorongan konsumsi rumah tangga di tengah kenaikan harga BBM pada triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat akan terjadinya kenaikan harga barang maupun suku bunga pasca kenaikan harga BBM. Akibat hal tersebut, masyarakat cenderung meningkatkan konsumsi mereka dengan harapan memperoleh tingkat harga yang lebih rendah. Pertumbuhan yang lebih tinggi juga terjadi pada ekspor netto, yang merupakan respon dari meningkatnya produktivitas sektor pertambangan dan sektor pertanian seiring kondisi cuaca yang lebih kondusif dan mulai masuknya musim panen raya padi.
1 Angka revisi dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan
Daya dukung keuangan pemerintah daerah terhadap laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2008 masih terbatas yang diindikasikan oleh belum optimalnya realisasi keuangan pemerintah daerah terutama untuk proyek-proyek pembangunan daerah. Belum optimalnya stimulus fiskal daerah tersebut diperkirakan terkait dengan tertundanya pelaksanaan proyek karena proses tender yang sedang berjalan. Hal ini antara lain disebabkan adanya kalkulasi ulang akibat perkembangan harga menjelang dan sesudah kenaikan harga BBM, serta proses pengajuan dan pengesahan perubahan anggaran.
Sementara itu investasi swasta yang tercermin dari komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mencatat adanya pertumbuhan, meskipun melambat. Melambatnya pertumbuhan PMTB Kalimantan Selatan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang sulit diprediksi akibat kenaikan harga BBM, di samping kurangnya pasokan listrik dan masih sering terjadinya kelangkaan BBM. Kondisi tersebut menyebabkan investor cenderung menahan realisasi investasi mereka, sambil menunggu situasi yang lebih baik.
2. SISI PENAWARAN
Sektor-sektor ekonomi dominan dalam perekonomian Kalimantan Selatan menunjukkan kinerja yang menggembirakan pada triwulan II-2008. Laju pertumbuhan yang cukup tinggi yang terutama ditopang oleh sektor pertambangan, sektor perdagangan dan sektor pertanian. Pada sektor pertambangan dan pertanian, lonjakan pertumbuhan dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang lebih baik yang ditandai dengan tingkat curah hujan yang kondusif untuk mendorong peningkatan produksi. Sementara itu pertumbuhan di sektor perdagangan terkait dengan peningkatan konsumsi masyarakat sebelum kenaikan harga BBM bulan Mei 2008, yang dipengaruhi adanya ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga barang dan suku bunga pasca kenaikan harga BBM.
Secara nominal sektor pertambangan merupakan sektor yang mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 17,69% (y-o-y) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan II-2008 sebesar 3,68%. Sedangkan sektor perdagangan yang merupakan sektor dengan pangsa
terbesar ketiga dalam perekonomian Kalimantan Selatan mencatat pertumbuhan sebesar 12,20% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2008 sebesar 7,66% (y-o-y). Dengan perkembangan tersebut, kontribusi sektor perdagangan terhadap perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008 mencapai 1,72%. Sementara itu sektor pertanian yang merupakan sektor dengan pangsa terbesarmencatat pertumbuhan sebesar 5,54% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,65% (y-o-y). Kontribusinya sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan laporan mencapai 1,54%, meningkat dibandingkan triwulan I-2008 sebesar 0,69%.
Tabel 1.1
Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (y-o-y)
Sektoral Atas Dasar Harga Konstan Triwulan I-2008 dan II-2008
Pertumbuhan Kontribusi Trw 1-2008* Trw 2-2008** Trw 1-2008 Trw 2-2008 Pertanian 3.65% 5.54% 0.69% 1.54% Pertambangan 12.36% 17.69% 3.04% 3.68% Industri 4.54% 0.90% 0.57% 0.10%
Listrik, Gas, Air Bersih 6.90% 2.60% 0.04% 0.01%
Bangunan 6.11% 7.28% 0.35% 0.38% Perdagangan, Hotel 7.66% 12.20% 1.21% 1.72% Pengangkutan-Komunikasi 5.17% 6.71% 0.47% 0.55% Keuangan 6.30% 12.30% 0.25% 0.48% Jasa 8.32% 8.24% 0.75% 0.68% Total 7.36% 9.14% 7.36% 9.14%
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah. *) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
Gambaran umum perkembangan sektor ekonomi non-dominan diwarnai oleh peningkatan pertumbuhan sektor keuangan dan perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor keuangan mencatat pertumbuhan cukup tinggi, yakni mencapai 12,30% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,30% (y-o-y), sehingga sektor ini memberikan kontribusi sebesar 0,48% dalam pertumbuhan ekonomi triwulan laporan atau jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2008 yang hanya tercatat sebesar 0,25%. Peningkatan pertumbuhan sektor keuangan ini terutama didorong oleh kinerja industri perbankan yang terus membaik,
khususnya dalam penyaluran kredit. Jumlah kredit yang disalurkan bank umum pada triwulan II-2008 tumbuh 42,17% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 35,97% (y-o-y).
Sementara itu pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan II-2008 tercatat sebesar 0,90% (y-o-y), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,54% (y-o-y). Semakin sulitnya industri kayu untuk memperoleh bahan baku, serta gangguan berupa pemadaman listrik merupakan faktor yang mengurangi produktivitas sektor ini.
BOKS 1:
KRISIS LISTRIK DI WILAYAH KALSELTENG
Kondisi kekurangan pasokan listrik yang akhir-akhir ini menjadi permasalahan yang mengemuka di tataran nasional, telah cukup lama dialami masyarakat di wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah (Kalselteng), khususnya Kalimantan Selatan. Krisis listrik ini telah semakin menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Pada pertemuan empat gubernur se-Kalimantan dengan Menteri Pekerjaan Umum di Jakarta pada bulan Mei 2008 dalam rangka Forum Kerjasama Revitalisasi dan Percepatan Pembangunan Regional Kalimantan, diungkapkan urgensi pemenuhan kebutuhan listrik di Kalimantan sebagai hak dasar yang harus dipenuhi pemerintah pusat untuk rakyat Kalimantan. Pimpinan daerah mengharapkan agar perencanaan pembangunan PLTU di Kalimantan segera tuntas sesuai target, yaitu pada tahun 2009.
Krisis listrik di Kalimantan Selatan diperkirakan telah mempengaruhi realisasi investasi, meskipun sebenarnya animo investor untuk berinvestasi di wilayah ini cukup besar, terutama terkait dengan prospek perkebunan kelapa sawit dan karet, serta industri pengolahan komoditi unggulan tersebut. Defisit listrik di Kalimantan Selatan masih cukup besar dan pada tahun 2008 diperkirakan baru sebagian (sekitar 30 MW) yang teratasi, itupun apabila pembangunan beberapa pembangkit listrik tenaga gas dan uap yang merupakan solusi jangka pendek dapat direalisasikan. Saat ini daya listrik dari pembangkit yang dimiliki Kalselteng sekitar 188 mega watt. Dengan beban puncak yang mencapai 284,4 mega watt, maka defisit daya listrik mencapai 96,4 mega watt.
Di Kalimantan Selatan pemadaman listrik bergilir diperkirakan masih akan terjadi dan dan hal ini akan meningkatkan biaya operasional, baik bagi industri, dunia usaha, penyelenggaraan pemerintahan, maupun rumah tangga. Beban tersebut akan semakin besar akibat kenaikan BBM maupun kelangkaan BBM yang masih sering terjadi.
(Disarikan dari berbagai sumber)
2.1 Sektor Ekonomi Dominan 2.1.1. Sektor Pertanian
Lonjakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan laporan antara lain dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor pertanian sebagai sektor dengan pangsa terbesar dalam perekonomian Kalimantan Selatan. Secara nominal nilai tambah sektor pertanian atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2008 mencapai Rp3,19 triliun atau meraup pangsa 26,5% terhadap PDRB Kalimantan Selatan yang mencapai Rp12,03 triliun.
Berdasarkan harga konstan, laju pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II-2008 mencapai 5,54% (y-o-y) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,65% (y-o-y). Kenaikan ini terutama didorong oleh peningkatan produksi tanaman pangan seiring dengan masih berlangsungnya panen raya sebagai akibat mundurnya masa panen, serta kondisi cuaca yang cukup kondusif. Pertumbuhan positif juga ditunjukkan oleh pertumbuhan berbagai subsektor yang ada, yakni subsektor peternakan (6,03%), perkebunan (5,94%), kehutanan (3,70%) dan perikanan (2,49%).
Grafik 1.1. Produksi Beras Kalimantan Selatan
0 200 400 600 800 1000 T1.2007 T2.2007 T3.2007 T4.2007 T1.2008* T2.2008** Produksi Beras *) angka sementara **) angka ramalan II
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, Dinas Pertanian Propinsi Kalsel, diolah
Kenaikan produksi tanaman pangan terlihat dari perkembangan hasil produksi tanaman padi di triwulan II-2008 yang menunjukkan kenaikan yang cukup tinggi. Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang cukup besar produksinya di Kalimantan Selatan, sehingga Kalimantan Selatan menjadi sebagai salah satu lumbung padi di Kalimantan.
Berdasarkan angka ramalan, produksi beras Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008 diperkirakan mencapai 835,5 ribu ton, jauh meningkat dibandingkan produksi triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 77,7 ribu ton. Apabila dibandingkan periode yang sama di tahun 2007 dengan total produksi mencapai 734,6 ribu ton, produksi beras Kalimantan Selatan mengalami peningkatan 13,73%.
2.1.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian menjadi sektor ekonomi yang mencatat pertumbuhan terbesar pada triwulan laporan yaitu dari 12,36% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 17,7%(y-o-y). Peningkatan laju pertumbuhan yang cukup besar tersebut terutama didorong subsektor pertambangan tanpa migas dengan komoditas utama batu bara. Peningkatan produksi sektor ini dipengaruhi oleh pulihnya kegiatan eksplorasi pertambangan seiring kondisi cuaca yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya dengan curah hujan yang tidak terlalu tinggi. Selain faktor cuaca, adanya kenaikan harga batu bara internasional seiring kenaikan harga minyak dunia menjadi stimulus bagi perusahaan tambang Kalimantan Selatan untuk meningkatkan produksi mereka.
Grafik 1.2. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 T1.20 05 T2.2 005 T3.20 05 T4.20 05 T1.2 006 T2.20 06 T3.20 06 T4.20 06 T1.20 07 T2.20 07 T3.20 07 T4.20 07 T1.2 008 T2.2 008* Ju ta to n -60,00% -40,00% -20,00% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00%
Batubara Pertumbuhan % (y-o-y) Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
*) Angka prediksi
Lonjakan produksi batu bara Kalimantan Selatan terindikasi dari adanya peningkatan volume ekspor komoditas batu bara sebesar 16,26% (y-o-y) yaitu dari 15,4 juta ton pada triwulan I-2008 menjadi 25,3 juta ton. Prospek komoditas batu bara sendiri diperkirakan masih cukup baik seiring dengan masih tingginya permintaan dunia maupun domestik sebagai bahan bakar pembangkit listrik yang lebih ekonomis dibandingkan bahan bakar minyak yang harganya melambung. Pihak asing, antara lain beberapa negara di Eropa dalam berbagai kesempatan juga telah menyampaikan rencana untuk menjalin kerjasama dalam pengelolaan batu bara. Ke depan diharapkan dapat dibangun industri lanjutan batubara agar Kalimantan Selatan tidak hanya menjual raw coal, tapi juga batubara yang telah diolah, serta investasi pembangunan PLTU di provinsi tersebut.
Peningkatan produksi batu bara juga terkait dengan merebaknya usaha pertambangan batu-bara. Diperkirakan jumlah Kuasa Pertambangan (KP) yang diberikan izin kabupaten/kota di Kalimantan Selatan sedikitnya 446 KP, dengan jumlah pemegang KP 322 orang, diluar sejumlah perusahaan besar yang izinnya dari pemerintah pusat. Dari jumlah usaha pertambangan tersebut, produksi tambang batu bara terus meningkat, yakni sekitar 70 juta ton pada tahun 2007 dan tahun 2008 diperkirakan mencapai 90 juta ton.
Sementara itu upaya pemanfaatan batu bara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya untuk memasok kebutuhan pembangkit listrik kian menjadi perhatian. Dalam kaitan ini, untuk meningkatkan iklim investasi, diperlukan regulasi yang menjamin pasokan batubara untuk kebutuhan pembangkit listrik di Kalimantan Selatan.
2.1.3. Sektor Industri Pengolahan
Setelah mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan sebelumnya sebesar 4,54% (y-o-y), laju pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan laporan melambat menjadi 0,9% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan di sektor ini terutama dipengaruhi oleh turunnya produktivitas pada subsektor industri kayu yang merupakan subsektor dengan pangsa terbesar dalam sektor tersebut. Keterbatasan bahan baku kayu bagi industri pengolahan kayu Kalimantan Selatan serta adanya
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008 15
gangguan pasokan listrik yang mengganggu aktivitas pabrik merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perlambatan subsektor ini.
Grafik 1.3. Perkembangan Volume Ekspor Kayu Olahan (Ribu Ton)
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah *) Angka prediksi
Melemahnya daya dorong subsektor industri pengolahan kayu terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan diindikasikan oleh penurunan volume ekspor kayu olahan Kalimantan Selatan dari 91,9 ribu ton pada triwulan I-2008 menjadi 84,5 ribu ton. Namun demikian, secara tahunan pertumbuhan ekspor kayu olahan masih relatif tinggi, yakni sebesar 40,63% (y-o-y). Penurunan produktivitas sektor ini diperkirakan memberikan dampak yang signifikan terhadap laju pertumbuhan ekspor kayu olahan pada triwulan III-2008. Hasil liaison 2 Bank Indonesia Banjarmasin terhadap pelaku usaha industri pengolahan berbasis kayu (rotan) pada triwulan laporan mengindikasikan masih belum optimalnya penggunaan kapasitas produksi dan penurunan penggunaan tenaga kerja akibat terbatasnya permintaan luar negeri. Beberapa pengusaha juga telah melakukan diversifikasi pada bidang usaha lainnya.
Pertumbuhan subsektor industri pengolahan makanan pada triwulan laporan sedikit melambat dari 10,45% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 10,03% (y-o-y). Meskipun melambat, pertumbuhan pada triwulan
2 Survei/ wawancara dengan pimpinan perusahaan dalam rangka mengumpulkan informasi mengenai kinerja dan permasalahan bisnis jangka pendek.
0 20 40 60 80 100 120 140 T1. 200 5 T2. 200 5 T3. 200 5 T4. 200 5 T1. 200 6 T2. 200 6 T3. 200 6 T4. 200 6 T1. 200 7 T2. 200 7 T3. 200 7 T4. 200 7 T1. 200 8 T2.2 008* R ibu Ton -5 0.00% -4 0.00% -3 0.00% -2 0.00% -1 0.00% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% K ay u O la han (A k s is K iri) G row th % (y -o-y )
laporan tersebut masih terbilang cukup tinggi. Faktor pendorong pertumbuhan adalah masih tingginya konsumsi rumah tangga (masyarakat), meskipun terjadi kenaikan harga barang sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM bulan Mei 2008. Sementara itu faktor penekan pertumbuhan berasal melambatnya pertumbuhan konsumsi/pengeluaran pemerintah sejalan dengan belum optimalnya realisasi proyek-proyek pemerintah.
2.1.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan II-2008 mengalami pertumbuhan sebesar 12,20% (y-o-y) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2008 sebesar 7,66% (y-o-y). Laju pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut terutama didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat sebagai antisipasi terhadap rencana kenaikan harga BBM bulan Mei 2008. Selain itu peningkatan kinerja sektor perdagangan juga didorong oleh maraknya penawaran pinjaman dana dengan tingkat suku bunga yang relatif rendah dari berbagai lembaga keuangan, baik bank maupun non bank. Peningkatan kinerja sektor perdagangan digambarkan oleh beberapa indikator dini (prompt
indicators) yang mewakili, diantaranya arus bongkar muat barang di
pelabuhan Trisakti Banjarmasin dan konsumsi listrik sektor bisnis seperti toko, pasar, pusat perbelanjaan dan pusat bisnis lainnya.
Grafik 1.4. Perkembangan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin (Juta Ton)
0 2 4 6 8 1 0 1 2 1 4 T1.20 0 6 T2. 200 6 T3. 200 6 T4.20 0 6 T1. 200 7 T2. 200 7 T3.20 0 7 T4. 200 7 T1. 200 8 T2.20 0 8* Ju ta T o n -40 .00% -20 .00% 0.0 0% 20 .00% 40 .00% 60 .00% 80 .00% B o n g ka r Mu a t Pe l. Tr is a kti G r o w th % ( y - o - y )
Sumber: PT. (Persero) PELINDO III Cab. Banjarmasin
Arus bongkar muat barang di Pelabuhan Trisakti pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, yakni sebesar 69,7% (y-o-y) dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar 33,5% (y-o-y). Kenaikan dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan komoditas batu bara, seiring kenaikan produksi batu bara yang cukup signifikan pada triwulan laporan.
Grafik 1.5. Konsumsi Listrik Sektor Bisnis (Juta KWh)
0 10 20 30 40 50 60 70 T1. 200 6 T2. 200 6 T3. 200 6 T4.2 006 T1.20 0 7 T2.2 007 T3.2 007 T4.2 007 T1.2 008 T2.2 008* Ju ta K W h -10.00% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% K o n s u ms i L is tr ik B is n is ( K W h - a ks is kir i) G r o w th ko n s u ms i s e kto r b is n is % ( y - o - y )
Sumber: PT. (Persero) PLN Wilayah Kalselteng
Peningkatan juga terjadi pada konsumsi listrik sektor bisnis yang mencatat pertumbuhan sebesar 8,81% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,85% (y-o-y). Namun demikian tren penggunaan listrik oleh sektor bisnis cenderung menurun seiring keterbatasan daya pembangkit listrik di Kalimantan Selatan.
2.1.5. Sektor Ekonomi Non-Dominan
Meningkatnya aktivitas di sektor ekonomi dominan Kalimantan Selatan pada triwulan laporan telah mendorong pertumbuhan di sejumlah sektor ekonomi lainnya. Tercatat tiga sektor ekonomi non-dominan yang menunjukkan pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan. Sedangkan dua sektor lainnya, yakni sektor listrik, gas & air bersih, dan sektor jasa-jasa menunjukkan perlambatan.
Grafik 1.6. Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan Kalimantan Selatan 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 T1.200 6 T2.20 06 T3.200 6 T4.200 6 T1.200 7 T2.200 7 T3.200 7 T4.200 7 T1.200 8 T2.200 8 Mi lia r R p 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% 45.00%
N om inal K redit (ak s is k iri) G row th (ak s is k anan) Sumber : Bank Indonesia Banjarmasin
Sektor keuangan menjadi sektor non-dominan yang menunjukkan pertumbuhan yang paling tinggi yaitu sebesar 12,30% (y-o-y), hampir dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2008 sebesar 6,30% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan sektor keuangan terutama didorong oleh kuatnya ekspansi kredit perbankan Kalimantan Selatan, baik jenis kredit konsumtif, kredit modal kerja, maupun kredit investasi. Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan mencapai 42,17% (y-o-y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 36% (y-o-y). Tingginya penyaluran kredit perbankan terutama didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat sejak awal tahun 2008, serta tingkat suku bunga yang relatif rendah. Selain itu ekspansi kredit tersebut juga didorong oleh pelaksanaan kredit revitalisasi perkebunan maupun program Pemerintah yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ditujukan bagi sektor usaha mikro dan kecil.
Pertumbuhan yang cukup tinggi juga dicatat oleh sektor bangunan yang tumbuh 7,28% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,11% (y-o-y). Pertumbuhan sektor ini diindikasikan oleh semakin banyaknya pembangunan rumah oleh tempat usaha dalam triwulan laporan. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia Banjarmasin, jumlah rumah yang dibangun pada triwulan laporan diperkirakan mencapai 5.166 unit atau mengalami peningkatan 11,84% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4.619 unit. Peningkatan jumlah rumah yang dibangun tersebut didorong oleh adanya pembukaan
kawasan hunian yang baru, antara lain di daerah Banjarmasin Utara dan Kota Banjarbaru.
Sementara itu jumlah rumah yang dijual mengalami penurunan 7,16% yaitu dari 3.298 unit pada triwulan I-2008 menjadi 3.062 unit. Adanya kebutuhan biaya pendidikan yang mendesak, kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga setelah kenaikan harga BBM, serta perubahan harga jual rumah akibat kenaikan BBM merupakan sejumlah faktor yang mempengaruhi konsumen untuk menunda pembelian properti.
Grafik 1.7. Perkembangan Penjualan Rumah di Kalimantan Selatan
PENJUALAN RUMAH KALIMANTAN SELATAN
0,0 500,0 1.000,0 1.500,0 2.000,0 2.500,0 3.000,0 3.500,0 T1.20 06 T2.20 06 T3.20 06 T4.20 06 T1.20 07 T2.20 07 T3.20 07 T4.20 07 T1.20 08 T2.20 08 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00% 140,00% Penjualan Rumah Pertumbuhan y-o-y (%)
Sumber : SHPR BI Banjarmasin Trw II-2008
Peningkatan laju pertumbuhan juga terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu dari 5,17% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 6,71% (y-o-y). Laju pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan aktivitas transportasi, khususnya angkutan udara seiring mulainya masyarakat melakukan perjalanan ibadah umrah dan adanya even pariwisata dalam rangka Visit Indonesia 2008. Jumlah penumpang angkutan udara meningkat dari 426,8 ribu orang pada triwulan I-2008 menjadi 434,6 ribu orang pada triwulan laporan, meskipun secara tahunan terjadi perlambatan dari 27,4% y) pada triwulan I-2008 menjadi 17,8% (y-o-y). Sementara itu aktivitas transportasi darat dan sungai pada triwulan laporan mengalami gangguan yang cukup signifikan seiring terbatasnya pasokan bahan bakar minyak di Kalimantan Selatan. Selain mengganggu aktivitas perekonomian, gangguan pasokan BBM menjadi salah satu faktor pendorong laju inflasi di Kota Banjarmasin.
Grafik 1.8. Arus Penumpang Pesawat di Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin
Sumber: PT Angkasa Pura I – Bandara Syamsudin Noor 0 5 0,0 0 0 1 0 0,0 0 0 1 5 0,0 0 0 2 0 0,0 0 0 2 5 0,0 0 0 3 0 0,0 0 0 3 5 0,0 0 0 4 0 0,0 0 0 4 5 0,0 0 0 5 0 0,0 0 0 T 1. 2006 T 2. 2006 T 3.200 6 T 4. 2006 T 1. 2007 T 2. 200 7 T 3. 200 7 T 4. 2007 T 1. 2008 T 2. 2008 0% 5% 10 % 15 % 20 % 25 % 30 % A r u s P e n u m p a n g P e r t u m b u h a n ( y- o - y) %
Sektor jasa-jasa menjadi sektor ekonomi non-dominan yang sedikit mengalami perlambatan dari 8,32% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 8,15% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan sektor ini terutama terkait dengan melambatnya pertumbuhan pada subsektor jasa-jasa pemerintahan umum yang dipengaruhi oleh masih terbatasnya realisasi keuangan pemerintah daerah.
3. SISI PERMINTAAN
Peningkatan kinerja yang cukup menggembirakan pada sektor ekonomi dominan, khususnya sektor pertanian dan sektor pertambangan, diikuti oleh peningkatan pertumbuhan ekspor. Komponen ekspor netto yang memiliki pangsa 26,81% terhadap perekonomian Kalimantan Selatan dari sisi permintaan, pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan sebesar 4,95% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,53% (y-o-y). Pertumbuhan yang lebih tinggi juga terjadi pada konsumsi rumah tangga. Komponen sisi permintaan yang memiliki pangsa 51,58% PDRB Provinsi Kalimantan Selatan tersebut mencatat peningkatan laju pertumbuhan dari 6,22% (y-o-y) menjadi 6,85% (y-o-y). Sementara itu konsumsi pemerintah pada periode yang sama tumbuh sebesar 7,42% atau melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2008 yang mencapai 9,75%. Melambatnya pertumbuhan komponen ini menunjukkan belum
optimalnya realisasi anggaran pemerintah daerah sampai dengan akhir semester I-2008.
Kegiatan investasi swasta yang diindikasikan oleh komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga menunjukkan perlambatan dari 6,58% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 6,19% (y-o-y). Permasalahan pasokan listrik dan BBM di Kalimantan Selatan diperkirakan menjadi salah satu pertimbangan para investor untuk menunda realisasi investasi.
3.1. Konsumsi
Secara keseluruhan pengeluaran konsumsi pada triwulan II-2008 tumbuh sebesar 6,9% (y-o-y) atau relatif stabil apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Berdasarkan komponennya, pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh melambatnya komponen konsumsi pemerintah yang tumbuh melambat dari 9,75% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 7,42% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah mengindikasikan belum optimalnya ekspansi keuangan pemerintah dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu konsumsi rumah tangga di tengah-tengah kenaikan harga BBM, masih mencatat kenaikan pertumbuhan dari 6,22% (y-o-y) menjadi 6,85% (y-o-y). Adanya rencana kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008 dan kekhawatiran kenaikan suku bunga pinjaman merupakan beberapa faktor yang mendorong masyarakat meningkatkan konsumsi. Peningkatan konsumsi masyarakat terutama pada barang-barang tahan lama (durable
goods), seperti mobil, sepeda motor, rumah maupun peralatan elektronik
tertangkap oleh hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia Banjarmasin. Berdasarkan hasil survei tersebut Indeks Keyakinan terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) sampai dengan bulan Mei masih mencatat level optimis sebesar 104,86 atau lebih tinggi dibandingkan posisi akhir triwulan I-2008 sebesar 102,36. Namun setelah terjadinya kenaikan BBM, keyakinan konsumen tersebut terkoreksi, sehingga hasil survei posisi bulan Juni 2008 mencatat penurunan angka IKE menjadi 89,44. Laju inflasi yang meningkat, kesulitan memperoleh BBM, dan pasokan listrik yang terganggu, menyebabkan masyarakat Banjarmasin bersikap pesimistis terhadap kondisi ekonokmi saat ini.
Grafik 1.9. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 0 20 40 60 80 100 120 140 Ju n-06 Jul-0 6 Aug -06 Se p-06 Oc t-06 No v-06 De c-06 Jan -07 Fe b-07 Mar -07 Ap r-07 May -07 Jun-07 Jul-0 7 Aug -07 Se p-07 Oc t-07 No v-07 De c-07 Jan -08 Fe b-08 Mar -08 Ap r-08 M ay-08 Jun-08
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Sumber: Survei Konsumen, BI Banjarmasin
Dengan perkembangan tersebut, pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sampai dengan akhir triwulan II-2008 mengalami penurunan dari 107,92 pada akhir triwulan I-2008 menjadi 91,18. Penurunan optimisme konsumen, juga dipengaruhi oleh pesimisme terhadap kondisi ekonomi ke depan yang berada pada level pesimistik sebesar 92,92 atau jauh menurun dibandingkan posisi triwulan I-2008 yang mencapai 113,47.
Grafik 1.10. Perkembangan Kredit Konsumsi
Perbankan Kalimantan Selatan
42,0 4% 49,85 % 30,21 % 19,94 % 17,23 % 11, 90% 12,3 6% 19,8 5% 30, 45% 36,0 2% 0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 Trw I-2006 Trw II-2006 Trw III-2006 Trw IV-2006 Trw I-2007 Trw II-2007 Trw III-2007 Trw IV-2007 Trw I-2008 Trw II-2008 M ili ar R p 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% Kredit Konsumsi Growth (y-o-y)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan II-2008 juga terindikasi dari pertumbuhan kredit konsumsi yang disalurkan perbankan Kalimantan Selatan yang masih dalam trend yang meningkat. Kredit
konsumsi pada triwulan laporan tersebut tumbuh sebesar 49,85% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 36,02% (y-o-y). Selain adanya kekhawatiran konsumen terhadap kenaikan tingkat suku bunga pasca kenaikan harga BBM, peningkatan konsumsi masyarakat juga didorong intensifnya penawaran pembiayaan konsumsi baik oleh lembaga keuangan bank maupun non bank dengan tingkat bunga yang relatif rendah.
Grafik 1.11. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Rumah Tangga Kalimantan Selatan 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Trw 1-06 Trw 2-06 Trw 3-06 Trw 4-06 Trw 1-07 Trw 2-07 Trw 3-07 Trw 4-07 Tw 1-08 Tw 2-08 Ju ta K W h
Sumber: PT. PLN Wilayah Kalselteng, diolah.
Peningkatan konsumsi masyarakat juga terlihat dari indikator penggunaan energi listrik konsumen rumah tangga yang pada triwulan II-2008 mengalami kenaikan sebesar 1,75% dari 163,98 juta KWh pada triwulan sebelumnya menjadi 166,8 juta KWh. Pada triwulan I-2008 konsumsi listrik rumah tangga mengalami penurunan sebesar 1,37%.
3.2. Perdagangan Luar Negeri 3.2.1. Ekspor Non-Migas
Aktivitas perdagangan luar negeri Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008 diperkirakan mengalami peningkatan yang cukup tinggi, terutama dipengaruhi oleh kenaikan ekspor batubara. Nilai ekspor pada triwulan laporan diperkirakan mencapai US$1,11 miliar, meningkat 51,64% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$733,7 juta. Sementara nilai impor pada periode yang sama tumbuh sebesar 18,94%, dari US$35,04 juta pada triwulan I-2008 menjadi US$41,68 juta. Dengan
perkembangan tersebut, nilai ekspor netto mencapai US$ 1,07 miliar, melonjak 53,28% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$698,7 juta.
Grafik 1.12. Perkembangan Ekspor Netto Kalimantan Selatan
0 200 400 600 800 1,000 1,200 T1.200 5 T2.200 5 T3. 200 5 T4.200 5 T1.200 6 T2. 200 6 T3.200 6 T4.200 6 T1. 200 7 T2.200 7 T3.200 7 T4. 200 7 T1.200 8 T2. 200 8* US $ j u ta
Ekspor Impor Net Ekspor
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah. *) angka perkiraan
Sebagai penopang utama pertumbuhan ekspor Kalimantan Selatan, batu bara mencatat kenaikan nilai ekspor yang cukup signifikan. Nilai ekspor komoditas tambang andalan tersebut pada triwulan II-2008 diperkirakan mencapai US$897,7 juta, meningkat sebesar US$373,9 juta (71,38%) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai US$523,8 juta. Peningkatan ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang lebih kondusif untuk eksplorasi tambang dibandingkan cuaca musim hujan di triwulan sebelumnya. Selain itu pergerakan harga batu bara dunia juga berada level yang tinggi searah dengan pergerakan harga minyak dunia. Harga batu bara berdasarkan GlobalCoal NEWC Monthly Index mengalami melonjak dari US$126,45 per ton pada April 2008 menjadi US$163,38 per ton pada Juni 2008 atau mengalami kenaikan sebesar 29,21%.
Beberapa komoditas ekspor lainnya yang juga menunjukkan kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya diantaranya adalah biji besi (60,1%), kayu olahan (10,34%), dan karet (9,47%). Kenaikan nilai ekspor beberapa komoditas tersebut didorong oleh tren kenaikan harga-harga komoditas dunia yang masih terjadi pada triwulan laporan. Sementara itu nilai ekspor
komoditas minyak sawit pada triwulan laporan mengalami penurunan 59,1% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari US$39,9 juta menjadi US$16,3 juta. Penurunan nilai ekspor komoditas minyak sawit tersebut diperkirakan terkait dengan berlalunya masa panen tanaman sawit.
Grafik 1.13. Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Menurut Komoditas 0 200 400 600 800 1,000 1,200 T1. 2005 T2. 2005 T3.2 005 T4.2 005 T1. 2006 T2.2 006 T3.2 006 T4.2 006 T1. 2007 T2. 2007 T3.2 007 T4.2 007 T1. 2008 T2. 2008* US $ J u ta
Batubara Kayu Olahan Karet Bijih Besi Minyak Saw it Ekspor Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
*) angka perkiraan
3.2.2. Impor Non-Migas
Perkembangan nilai impor Kalimantan Selatan pada triwulan laporan mengalami kenaikan dibandingan triwulan sebelumnya. Nilai impor pada triwulan II-2008 tercatat sebesar US$41,68 juta, meningkat 18,9% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar US$35,04 juta. Kenaikan impor tersebut masih didominasi oleh impor barang-barang modal terutama dalam bentuk alat transportasi untuk mendukung aktivitas pertambangan dan perkebunan. Nilai impor alat transportasi tersebut pada triwulan laporan mencapai US$26,5 juta, jauh meningkat dibandingkan nilai impor triwulan sebelumnya sebesar US$4,6 juta.
Selain impor alat-alat transportasi, komoditas impor lain yang cukup besar adalah komoditas pupuk yang digunakan untuk mendukung pengembangan sektor perkebunan. Impor komoditas ini mengalami kenaikan sebesar 32,08% dari US$3,02 juta menjadi US$3,99 juta. Kondisi ini terkait dengan meningkatnya upaya pengembangan perkebunan di
Kalimantan Selatan, searah dengan semakin membaiknya prospek komoditas kelapa sawit dan karet.
Grafik 1.14. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Kalimantan Selatan Per Kelompok Barang
0 5 10 15 20 25 30 35 T1. 200 5 T2.20 0 5 T3. 200 5 T4. 200 5 T1.20 0 6 T2.2 006 T3. 200 6 T4.2 006 T1. 200 7 T2. 200 7 T3.20 0 7 T4. 200 7 T1. 200 8 T2. 200 8* U S $ Ju ta -50 0 50 10 0 15 0 20 0 25 0 U S $ Ju ta G u la , O la h a n G u la , d a n Ma d u B a h a n Min e r al Pu p u k O la h a n B a h a n K imia O r g a n ik Me s in In du s tr i K h u s us K e n d a r a a n A la t Tr a n s p o r ta s i L ain n y a ( A ks is K a n a n ) To ta l Imp o r ( a ks is ka n a n )
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah. *) angka perkiraan
3.3. Investasi
Apabila ditinjau dari komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB), perkembangan investasi di Kalimantan Selatan pada triwulan laporan diperkirakan mengalami perlambatan dari 6,58% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 6,19% (y-o-y). Perlambatan pertumbuhan tersebut terutama dipengaruhi oleh permasalahan ketersediaan infrastruktur, khususnya pasokan listrik dan BBM bagi aktivitas industri. Pemadaman listrik bergilir serta antrian BBM di seluruh SPBU yang masih terus terjadi sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM merupakan beberapa faktor penyebab para investor menunda merealisasikan investasi mereka.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008 27
Grafik 1.15. Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi Perbankan Kalimantan Selatan
2.53 3 2.567 2.08 1 1.8 65 1.76 3 1.66 5 1.67 9 1.58 7 1.54 7 1.41 1 43,67 % 54,22 % 23,9 5% 17,56 % 14,0 1% 17,96 % 23,9 2% 20,80% 17,61 % 13,13 % 0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 T1.200 6 T2. 200 6 T3.200 6 T4. 200 6 T1.200 7 T2.200 7 T3. 200 7 T4.200 7 T1. 200 8 T2.200 8 Miliar Rp 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00%
Nominal Kredit (aksis kiri) Growth (aksis kanan) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) BI Banjarmasin
Perlambatan investasi PMTB juga terindikasi dari prompt indicator yaitu penyaluran kredit investasi oleh perbankan Kalimantan Selatan. Penyaluran kredit investasi di triwulan laporan meskipun masih tumbuh cukup tinggi, namun mengalami perlambatan dari 54,22% (y-o-y) pada triwulan I-2008 menjadi 43,67% (y-o-y). Ketidakpastian situasi menjelang kenaikan harga BBM, diperkirakan menjadi salah satu pertimbangan para pelaku usaha untuk menunda kegiatan investasi mereka.
Grafik 1.16. Perkembangan Pengadaan Semen Kalimantan Selatan
57,85 4 54,7 67 50,53 6 42,58 1 40,12 4 48,76 2 64.41 % 33.2 9% 60.86 % 31.28 % 65.03 % 60.9 3% 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000
Jan'08 Feb'08 Mar'08 Apr'08 Mei'08 Jun'08
Ton -20.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
Pengadaan Semen (ton) Growth (aksis kanan) Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Sementara itu meskipun terjadi perlambatan pada investasi PMTB, tercatat adanya peningkatan kegiatan pembangunan fisik di triwulan laporan, antara lain berupa pembangunan kawasan perumahan, perbaikan jalan dan jembatan. Aktivitas pembangunan tersebut mendorong peningkatan penggunaan semen di Kalimantan Selatan yang mencatat pertumbuhan sebesar 24,10% (q-t-q) yaitu dari 131,5 ribu ton di triwulan I-2008 menjadi 163,2 ribu ton.
P
ERKEMBANGAN
I
NFLASI
2
1. KONDISI UMUM
Laju inflasi di Kalimantan Selatan sebagaimana dicerminkan oleh perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Banjarmasin pada triwulan II-2008 mengalami peningkatan yang relatif tinggi. Secara tahunan, laju inflasi pada akhir triwulan laporan mencapai 11,82% (y-o-y), naik dibandingkan triwulan I-2008 yang tercatat sebesar 8,64% (y-o-y). Angka inflasi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 11,03% (y-o-y). Faktor pendorong peningkatan inflasi di Kota Banjarmasin adalah kelangkaan BBM dan kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan Mei 2008.
Secara umum tekanan inflasi yang meningkat terjadi pada semua kelompok barang dan jasa. Kelompok yang mengalami inflasi tahunan terbesar pada periode laporan adalah kelompok bahan makanan yang mencatat laju 17,26%, diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (16,06%), kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (10,67%), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (9,07%), kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (8,15%), kelompok kesehatan (5,05%), dan kelompok sandang (4,91%).
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kalimantan Selatan
0.11 0.75 8.05 1.53 -0.77 1.16 0.51-0.36 1.99 2.42 1.62 0.23 -0.17 0.03 1.23 2.05 -0.16 1.53 0.49 1.24 -0.28 0.18 0.40 0.27 1.91 0.76 0.46 1.15 2.89 0.37 0.82 -0.18 0.59 2.48 7.19 7.63 6.56 7.36 14.4915.12 12.93 13.55 13.42 15.80 18.37 20.1719.12 18.0317.18 9.78 10.3511.03 11.44 11.41 10.68 5.93 6.11 6.58 8.58 8.07 6.38 7.78 9.22 9.09 8.64 8.75 9.20 11.82 1.11 0.76 -0.56 13.20 15.54 8.25 -5.0 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 Ju n Ju l Ag t Se p t Ok t No p De s Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Ag u st Sep Ok t No p De s Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Sep Oc t No v De c Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n 2005 2006 2007 2008 Inflasi (%)
Inflasi mtm Inflasi yoy
Laju inflasi bulanan (m-t-m) Kalimantan Selatan pada triwulan II-2008 secara keseluruhan mengalami pergerakan yang meningkat. Inflasi bulanan tertinggi selama periode laporan terjadi pada bulan Juni 2008, yaitu mencapai 2,48%, terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Sementara tekanan inflasi pada bulan April dan Mei 2008 relatif rendah. Secara keseluruhan laju inflasi sampai dengan Juni 2008 telah mencapai sebesar 7,20% (y-t-d). Angka inflasi ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2007 yang mencapai 2,61%.
Grafik 2.1 Inflasi Kota Banjarmasin Tahun 2008
INFLASI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 (y-t-d)
-2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
Jan Feb M ar A pr M ei Jun
Inflasi (%)
2005 2006 2007 2008
2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK Inflasi Bulan April 2008
Selama triwulan II-2008, indeks harga barang dan jasa yang terendah terjadi pada bulan April 2008 yang mengalami deflasi sebesar -0,18%. Deflasi yang terjadi pada bulan ini terutama disebabkan oleh menurunnya indeks harga pada kelompok sandang (-1,620%); kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (-1,617%); kelompok bahan makanan (-1,57%); dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (-0,10%). Menurunnya indeks harga pada kelompok sandang terutama disebabkan oleh penurunan indeks harga emas perhiasan seiring dengan menurunnya harga emas internasional. Penurunan indeks harga pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan didorong oleh adanya penurunan tarif ponsel, seiring dengan adanya kebijakan regulator yang menetapkan implementasi
penurunan tarif interkoneksi berbasis biaya pada 1 April 2008. Sementara deflasi pada kelompok bahan makanan disebabkan oleh penurunan indeks harga pada subkelompok ikan segar (-0,32%) dan subkelompok daging dan hasil-hasilnya (-0,31%). Secara umum, komoditas penyumbang deflasi pada bulan ini adalah daging ayam ras, ikan gabus, ikan papuyu, dan tarif ponsel.
Grafik 2.2 Inflasi Bulanan Kelompok Sandang
Inflasi Bulanan Kelompok Sandang (mtm)
-3.0 -2.0 -1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 Ju n Ju l A gust Sep Ok t No p De s Jan Feb Ma r Ap r Me i Ju n Ju l A gust Sep Ok t No p De s Jan Feb Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Au g Sep Oc t No v De c Jan Feb Ma r Ap r Ma y Ju n 2005 2006 2007 2008 Inflasi (%) Inflasi m-t-m
Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Kelompok Bahan Makanan
Inflasi Bulanan Kelompok Bahan Makanan (mtm)
-4.0 -2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 Ju n Ju l A gus t Sep Ok t No p De s Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l A gus t Sep Ok t No p De s Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Au g Sep Oc t No v De c Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n 2005 2006 2007 2008 Inflasi (%) Inflasi m-t-m
Inflasi Bulan Mei 2008
Setelah mengalami deflasi pada bulan April 2008, pergerakan indeks harga pada bulan Mei 2008 cenderung meningkat, dengan inflasi sebesar 0,59%. Meningkatnya tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM.
Inflasi pada bulan ini terutama terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 2,55%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,44%, sementara pergerakan inflasi pada kelompok barang dan jasa lainnya relatif rendah. Kenaikan harga BBM yang diumumkan pemerintah pada akhir Mei 2008 belum berdampak signifikan terhadap kenaikan harga bahan makanan. Khusus pada kelompok transpor, inflasi yang cukup tinggi disebabkan karena sebagian besar tarif angkutan sudah mengalami kenaikan sebelum pengumuman kenaikan BBM. Komoditi utama penyumbang inflasi pada bulan ini adalah bensin, minyak tanah, ikan gabus, papuyu, tongkol, dan gas elpiji. Kenaikan harga pada komoditi-komoditi tersebut sebagian besar dipicu oleh adanya kelangkaan dan isu rencana kenaikan harga BBM.
Inflasi Bulan Juni 2008
Pada bulan Juni 2008, laju inflasi bulanan meningkat cukup tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu mencapai 2,48%. Inflasi yang terjadi pada bulan ini terutama disebabkan oleh kenaikan indeks harga pada kelompok transpor, komunikas dan jasa keuangan (7,78%) dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (3,43%). Kenaikan inflasi pada bulan ini terkait dengan kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada akhir Mei 2008. Adapun komoditi penyumbang inflasi pada bulan ini adalah bensin, bahan bakar rumah tangga, angkutan dalam kota, daging ayam ras, dan ayam goreng.
Grafik 2.4 Inflasi Bulanan Kelompok Perumahan, air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Inflasi Bulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (mtm)
-3.0 -2.0 -1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 Ju n Jul A gust Se p Ok t No p De s Jan Feb Ma r Ap r Me i Ju n Jul A gust Se p Ok t No p De s Jan Feb Ma r Ap r Me i Ju n Jul Au g Se p Oc t No v De c Jan Feb Ma r Ap r Ma y Ju n 2005 2006 2007 2008 Inflasi (%) Inflasi m-t-m
Grafik 2.5 Inflasi Bulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Inflasi Bulanan Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (mtm)
-5.0 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 Ju n Ju l Ag u st Sep Ok t No p De s Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Ag u st Sep Ok t No p De s Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Au g Sep Oc t No v De c Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n 2005 2006 2007 2008 Inflasi (%) Inflasi m-t-m BOKS 2:
KELANGKAAN BBM DI KALIMANTAN SELATAN
Dalam beberapa kurun waktu terakhir, kelangkaan BBM khususnya solar dan premium merupakan agenda yang rutin terjadi di Kalimantan Selatan. Kelangkaan ini mendorong harga jual BBM di tingkat pengecer melambung tinggi yang bahkan pernah mencapai Rp20.000-Rp25.000 per liter atau meningkat lebih dari 200% dari rata-rata harga jual pengecer pada situasi normal. Kenaikan harga bensin tercermin pula dari laju kenaikan harga bensin yang meningkat sangat tajam dari 8,60% (m-t-m) pada bulan Mei 2008 menjadi 22,77% (m-t-m) pada bulan Juni 2008. Andil inflasi komoditi bensin terhadap inflasi bulanan pun meningkat dari 0,24% pada Mei 2008 menjadi 0,91% pada Juni 2008. Faktor utama yang menyebabkan kelangkaan tersebut diindikasikan terkait dengan masalah distribusi sehingga mengakibatkan keterlambatan pasokan.
Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia Banjarmasin mengenai Deteminan Inflasi di Kalimantan Selatan, diketahui bahwa selain dari sisi penawaran, tekanan kenaikan harga pada
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
komoditi bensin dipengaruhi juga oleh sisi permintaan. Dalam hal ini, isu kelangkaan atau kenaikan harga bensin mendorong masyarakat untuk membeli bensin dalam jumlah yang cukup besar dengan tujuan untuk dijual kembali dengan tingkat harga yang harga yang jauh lebih tinggi, selain untuk persediaan dan pemakaian sehari-hari. Dalam proses penentuan harga jual bensin eceran, beberapa hal yang menyebabkan adanya penambahan harga jual tersebut adalah margin keuntungan yang cukup besar yang diambil pedagang eceran dan “biaya” antri membeli bensin.
Sumber: Hasil survei dan informasi dari berbagai sumber
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
1
P
ERKEMBANGAN
P
ERBANKAN
D
AERAH
Perkembangan kinerja perbankan di Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan akhir triwulan II-2008 secara umum bergerak membaik yang ditunjukkan oleh berbagai indikator yang mengalami peningkatan pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi yang berada pada level yang cukup tinggi yang ditopang oleh permintaan domestik yang cukup kuat, serta suku bunga yang relatif rendah menjadi faktor pendorong perkembangan industri perbankan.
Tingginya harga berbagai komoditas primer di pasar dunia berimbas pada melonjaknya nilai ekspor Kalimantan Selatan dan kondisi ini mendorong peningkatan laju pertumbuhan pada triwulan II-2008 pada level 9,14% (y-o-y), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,36% (y-o-y). Dari sisi perbankan, akselerasi perekonomian tersebut telah mendorong laju pertumbuhan kredit jauh di atas pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Namun demikian suku bunga yang relatif rendah, masih kuatnya permintaan konsumsi, dan merebaknya instrumen investasi keuangan lain telah menyebabkan terjadinya perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).
Dengan pertumbuhan kredit yang relatif tinggi, sementara pertumbuhan dana melambat, maka rasio penyaluran kredit terhadap DPK yang dihimpun bank (LDR) mengalami peningkatan dari 71,85% pada akhir Maret 2008 menjadi 78,60% pada akhir Juni 2008. Angka LDR tersebut jauh lebih tinggi dibanding LDR nasional yang tercatat sebesar 74,4%. Namun demikian LDR yang cukup tinggi tersebut belum diikuti dengan perbaikan kualitas kredit, sehingga rasio kredit bermasalah (non-performing
loans/NPL) gross tercatat lebih tinggi, meskipun secara keseluruhan risiko
likuiditas dan risiko pasar masih terjaga.