• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Organisasi merupakan suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan, fungsi, otoritas dan tanggung jawab1. Untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, maka diperlukan

komunikasi yang baik di dalam suatu organisasi, baik organisasi/perusahaan swasta ataupun instansi pemerintah. Tanpa adanya komunikasi yang baik maka tujuan suatu organisasi tidak akan tercapai. Komunikasi yang baik dan efektif sangat menentukan kelangsungan hidup suatu organisasi.

Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan kemajuan organisasi, karena komunikasi organisasi ini sangat berperan dalam pembentukan dan penerjemahan informasi-informasi dalam organisasi yang kompleks. Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi, pengetahuan pengalaman dan adanya saling pengertian diantara orang-orang yang terlibat dalam suatu organisasi.

Keberhasilan dalam menyampaikan informasi sangatlah ditentukan oleh sifat dan mutu informasi yang diterima dan pada gilirannya ditentukan oleh sifat dan mutu

(2)

hubungan antara pribadi yang terlibat. Dimana bentuk komunikasi dalam organisasi dapat terjadi secara formal maupun informal. Tanpa adanya komunikasi, baik komunikasi secara formal maupun informal dalam suatu organisasi, maka kesalahpahaman dapat terjadi sehingga menimbulkan perbedaan, pertentangan dan ketidakpercayaan antar anggota organisasi. Dalam kondisi tersebut maka dapat berkembang suatu iklim kerja yang kurang sehat dan suasana kerja yang tidak kondusif.

Apabila kita memasuki suatu organisasi atau perusahaan, hal pertama yang kita temui dan hadapi adalah budaya organisasi tersebut yaitu antara lain cara orang-orang berpakaian, bagaimana cara mereka berkomunikasi satu sama lain dan juga bagaimana kantor tersebut diatur. Suatu organisasi atau perusahaan berjalan dan berkembang melalui suatu proses, dan proses perkembangan tersebut tidak lepas dari pengaruh kondisi usaha organisasi dan budaya yang terbentuk dalam organisasi tersebut.

Budaya dalam suatu organisasi pada hakekatnya mengarah pada perilaku-perilaku yang dianggap tepat, mengikat dan memotivasi setiap individu yang ada di dalamnya dan mengarahkan pada upaya mencari penyelesaian dalam situasi yang ambigu2. Pengertian ini memberi dasar pemikiran bahwa setiap individu yang terlibat

di dalamnya akan bersama-sama berusaha menciptakan kondisi kerja yang ideal agar tercipta suasana yang mendukung bagi upaya pencapaian tujuan yang diharapkan.

2 Ibid hal 24

(3)

3

Budaya merupakan fondasi bagi suatu organisasi. Jika fondasi yang dibuat tidak cukup kokoh, maka betapapun bagusnya suatu bangunan, ia tidak akan cukup kokoh untuk menopangnya.

Dalam menjalankan peranannya, manajemen dalam sebuah organisasi tidak lagi mengandalkan pada wewenang keahlian, tetapi pada pengaruh yang ditandai dengan ciri kekhasan antara lain komunikasi yang terbuka, saling percaya dan saling menghargai. Untuk itu, maka diperlukan adanya nilai-nilai yang dianut bersama (shared values) dan tujuan bersama (shared goals)3.

Ada sejumlah tahapan bagi sebuah organisasi untuk membentuk budayanya. Pertama-tama sebuah organisasi harus melihat ke depan mengenai apa visinya dan kemudian sistem nilai apa yang dimilikinya, selanjutnya bagaimana nilai-nilai itu diterapkan dalam organisasi itu sendiri dan akhirnya melihat bagaimana sumber dayanya.

Pada hakekatnya setiap perusahaan memerlukan dukungan dari dalam perusahaan itu sendiri. Salah satunya adalah karyawan, karyawan merupakan salah satu aset yang memiliki nilai sangat berharga baik maju atau mundurnya sebuah perusahaan. Baik atau buruknya hasil dari suatu pekerjaan ditentukan oleh baik/buruknya karyawan dalam melakukan pekerjaan itu.

(4)

Target akan dapat terealisasi dengan baik apabila karyawan memiliki komitmen dan bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan. Setiap tugas atau tanggung jawab yang diberikan dari atasannya dapat dikerjakan secara profesional.

Mujurlah suatu perusahaan mempunyai karyawan yang memiliki etos dan semangat kerja yang tinggi. Dengan etos kerja yang tinggi segala pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik. Karyawan yang memiliki etos kerja yang tinggi harus dipertahankan jangan sampai pindah perhatiannya ke perusahaan lain.

Biaya yang dikeluarkan perusahaan terhadap karyawan cukup tinggi, untuk itu harus diberdayakan secara optimal untuk mendapatkan hasil yang optimal pula bagi perusahaan. Dengan kedisiplinan, kejujuran dan kerapihan dalam bekerja diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan.

Apabila setiap karyawan mengikuti aturan tersebut maka perusahaan tersebut akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk itu perusahaan harus membudayakan budaya kerja yang baik dan disiplin.

Budaya kerja yang baik akan berdampak pada kualitas kerja yang baik pula. Karena begitu pentingnya budaya kerja yang baik perusahaan dalam hal ini Blue Bird menerapkan kepada karyawannya untuk memiliki jiwa dan semangat untuk menjunjung tinggi budaya kerja dengan harapan setiap pekerjaan yang dikerjakannya dapat terlaksana dengan baik.

(5)

5

Hal ini akan berdampak pada citra atau image blue bird itu sendiri. Blue bird group harus memiliki budaya kerja yang baik karena perusahaan tersebut berhubungan langsung dengan konsumennya. Selama ini pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dirasakan masih kurang dan belum memuaskan. Untuk itu blue bird dalam memberikan pelayanan dan membangun image atau citra yang baik kepada masyarakat harus dimulai dari blue bird itu sendiri. Salah satunyanya adalah membudayakan budaya kerja yang baik kepada karyawannya sehingga kinerja dari karyawan tersebut dapat optimal, dan masyarakat merasa dilayani dengan baik.

Budaya harus ditemukan melalui penglihatan orang-orang yang membentuknya. Budaya bukan sesuatu yang konkret, tetapi merupakan perilaku-perilaku yang muncul dan yang membentuk serta menyokong pola-pola yang disebut budaya4.

Budaya kerja baru merupakan suatu penyempurnaan dari budaya kerja lama, yaitu suatu usaha yang menekankan pada bagaimana pegawai melakukan tugas dengan cara dan hasil yang lebih baik. Karena sikap dan perilaku pegawai dalam bekerja dikembangkan secara lebih positif. Dari budaya kerja baru ini tercipta suatu kondisi yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Demikian juga budaya kerja pemimpin akan dapat mendorong dan membentuk budaya kerja karyawan menjadi lebih baik karena pemimpin merupakan panutan bawahan, maka

4R.Wayne Pace & Don F,Faules, Komunikasi Organisasi Strategis Meningkatkan Kinerja Perusahaan, PT.Remaja Rosdakarya,Bandung,2000,Hal 98

(6)

segala ucapan, sikap, perilaku pimpinan seharusnya mencerminkan nilai-nilai yang positif yang ingin dilestarikan dalam organisasi.

Pada umumnya suatu perusahaan berjalan melalui suatu proses, dan proses perkembangan tersebut tidak lepas dari pengaruh kondisi usaha organisasi dan budaya yang terbentuk dalam perusahaan tersebut. Dalam hal ini budaya kerja merupakan salah satu faktor yang mendukung perkembangan dan meningkatkan kualitas perusahaan. Budaya kerja terbentuk dalam suatu perusahaan karena budaya kerja dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan, gaya perusahaan, dan identitas perusahaan. Dengan terbentuknya budaya kerja tersebut merupakan upaya dalam menciptakan hasil kerja yang lebih baik sehingga akan meningkatkan dan memperbaiki kinerja kerja karyawan pada perusahaan tersebut.

Budaya yang terbentuk dari jalinan interaksi unsur-unsur tersebut, akhirnya akan merupakan suatu yang tidak terlihat yang mempengaruhi baik pemikiran, pembicaraan, maupun tindakan manusia yang bekerja dalam organisasi. Oleh karena itu budaya kerja perusahaan merupakan pengaruh perilaku pegawai untuk terciptanya tujuan organisasi.

Nilai-nilai dalam suatu budaya kerja akan membentuk perilaku manajemen yang pada saatnya nanti akan menjadi kebiasaan dan keyakinan untuk bekerja dengan lebih baik dan mendapatkan mutu yang diharapkan sekaligus membangun sumber daya manusia yang berkualitas.

(7)

7

Kebudayaan yang kuat akan membentuk kesuksesan atau keberhasilan organisasi dalam jangka tertentu, dengan menuntun perilaku dan memberikan makna bagi kegiatan-kegiatannya. Budaya yang kuat akan menarik, memberi imbalan dan menjaga kesetiaan dari orang-orang yang melaksanakan peranan penting untuk mencapai sasaran relevan.

Seorang karyawan dikatakan memiliki kinerja yang baik atau tidak jika mereka dapat melakukan pekerjaan yang diberikan atas dasar target-target yang dicapai sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Dalam hal ini pimpinan adalah orang yang paling bertanggung jawab dan sangat berperan penting dalam pengembangan kinerja bawahannya. Selain dapat mengkoordinir pelaksanaan tugas dengan baik, pimpinan harus mampu menghargai, bekerja sama, dan dapat menciptakan suasana kerja yang baik, tanpa pendekatan seperti ini akan sulit bagi pegawai untuk dapat memiliki kinerja yang baik. Dan pada hakekatnya pimpinan sudah dapat berbuat seperti yang diharapkan dan dapat membina atau mengarahkan bawahannya, bahkan berani mendelegasikan wewenang pada bawahannya dan percaya kepada kemampuan bawahan.

Tingkat kemampuan kerja yang tinggi di semua tingkat pegawai atau hirarki organisasi tidak saja akan memajukan kinerja pegawai secara keseluruhan tetapi juga merupakan kontribusi yang berharga untuk tercapainya tujuan organisasi. Dalam hal ini kinerja karyawan di dalam suatu perusahaan terutama pada kantor Blue Bird

(8)

Group akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan sebaliknya bila kinerja karyawan buruk maka akan mengakibatkan kinerja perusahaan pun menurun.

Masalah kinerja dan produktivitas sumber daya manusia adalah salah satu kunci utama yang harus menjadi fokus perhatian perusahaan atau organisasi agar mampu menampilkan kinerja terbaiknya sebagaimana dicerminkan pada meningkatnya nilai riil yang secara langsung atau tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat luas dan terutama sekali bagi para pegawai dalam organisasi itu sendiri.

Meningkatnya kinerja sumber daya manusia melalui penerapan kebijakan pada gilirannya akan meningkatkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya, karena peningkatan kinerja perusahaan tersebut, nilai, manfaat, dan faedah langsung atau tidak langsung dapat lebih dirasakan oleh para karyawan serta masyarakat luas. Maka dari itu kinerja perusahaan wajib senantiasa diupayakan agar semakin meningkat serta terjaga optimal tinggi dalam hal itu, maka baik atau buruknya kinerja perusahan sebagai totalitas adalah meruapakan cerminan dari kinerja pegawai.

Slogan “Andal” dijadikan pedoman Blue Bird dalam memberikan service kepada pelanggan5. Andal merupakan akronim dari: Aman, Nyaman, Mudah dan

Personalize. Slogan Andal tersebut diaplikasikan oleh karyawan BBG di semua tingkatan. Tak terkecuali atasan dengan back office, frontliners maupun dengan pelanggan. Jika semua karyawan—khususnya pengemudi—merasa nyaman dalam

(9)

9

bekerja, maka hal ini akan berdampak pada pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Service vision yang diterapkannya mengacu pada sistem top-down. Artinya, service yang baik harus dimulai pada tingkatan atas yang kemudian berlanjut ke bawah. Praktisnya, seorang atasan harus memberikan contoh kepada bawahannya: bagaimana memberikan pelayanan yang baik. Dengan harapan, bawahannya pun melakukan hal yang sama kepada pelanggan Blue Bird. Proses utama yang harus dilakukan sebelum memberikan service kepada pelanggan adalah peranan dari manusia di perusahaan tersebut—khususnya para pengemudi.

Pedoman Blue Bird sendiri yaitu memberikan service kepada pelanggan, dimana proses utama yang harus dilakukan sebelum memberikan service kepada pelanggan adalah peranan dari manusia di perusahaan tersebut. Blue bird group yang beralamat di jalan Mampang Prapatan Raya No.60 Jakarta Selatan. Perusahaan ini mampu menciptakan image aman dan nyaman untuk siapa saja yang menggunakan jasa perusahaan ini. Sapaan selamat siang, pagi, sore, apa kabar serta hendak kemana (tentunya dengan bahasa yang sopan dan ramah) telah menjadi budaya para pengemudi Blue Bird. Kemanapun kita pergi blue bird selalu siap mengantar. Faktor inilah yang tidak dimiliki oleh perusahaan taksi yang lain.

Apakah budaya seperti blue bird tadi ada dengan sendirinya? tentu saja tidak. Budaya yang berorientasi image tersebut pasti diciptakan dan dijaga oleh sistem. Sistem dapat mendrive orang untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu sesuai

(10)

dengan kaidah sistem yang berlaku di organisasi tersebut. Beberapa contoh yang mudah dilakukan adalah:

1. Pemberian reward dan punishment untuk siapa yang berprestasi dan yang tidak berprestasi. Reward dan punishment harus tegas dan tidak mengenal batas waktu.

2. Konsistensi sikap dari leader dari organisasi tersebut. Konsistensi ini membuat aturan menjadi lebih jelas dan bawahan memiliki petunjuk untuk bertindak.

3. Whistle blowing atau para “penggonggong” ini sangat berperan untuk menjaga jangan sampai ada anggota organisasi yang menyimpang dari kaidah etika dan sistem yang telah disepakati bersama. Jika ada whistle blower secara internal maka tidak ada yang berani berbuat di luar batas toleransi.

4. Rules jelas dan telah diketahui oleh semua orang dalam organisasi. Kejelasan ini penting karena jika tidak maka semua orang akan mencari-cari sendiri dengan cara-cara mereka sendiri. Contoh, jika tidak ada standarisasi yang jelas mengenai penilaian kualitas pekerja dalam organisasi maka orang akan melakukan cara-cara yang tidak etis untuk naik posisi.

(11)

11

5. Kriteria tentang prestasi harus dirumuskan dengan jelas. Prestasi juga harus terukur dan bisa dinilai secara vertikal maupun horizontal.

6. Harus ada history yang selalu mengingatkan akan apa yang pernah terjadi sehingga setiap orang akan selalu dalam alam kesadaran. History atau catatan sangat mutlak diperlukan agar permisifisme dapat ditekan dan orang akan selalu ingat supaya tidak mengulang lagi kesalahan yang telah dilakukan.

Blue bird Group sebagai perusahaan juga memiliki nilai-nilai yang diterapkan kepada seluruh anggotanya. Blue Bird Group, yaitu kejujuran, kedisiplinan, kerja keras dan kekeluargaan. Nilai-nilai yang telah diwariskan tersebut tetap dipertahankan karena dilihat bahwa pesan moral ini tidak akan lekang ditelan zaman. Keempat nilai tersebut bersifat universal, sehingga sampai kapanpun dan dimanapun akan tetap berlaku. Keempat nilai ini adalah pondasi awal dari Blue Bird Group dari semenjak didirikannya perusahaan tersebut oleh Bu Djoko (alm) yang mana terinspirasi dari cerita rakyat Eropa. Berikut bentuk-bentuk penerapan keempat nilai di Blue Bird Group6 :

1. Penerapan Nilai Kejujuran

Blue Bird Group menempatkan nilai kejujuran sebagai nilai utama. Kejujuran dilihat sebagai nilai yang lekang oleh waktu maupun tempat. Nilai kejujuran

(12)

ini diterapkan kepada seluruh lapisan pekerja, baik mereka yang berada pada

front liner (pengemudi) maupun mereka yang berada pada back office. Penerapan nilai kejujuran ini, dapat dilihat dari kekonsistenan Blue Bird Group dari awal pendiriannya hingga sekarang ini, dalam penggunaan argometer. Argometer merupakan pedoman bagi penumpang, pengemudi maupun perusahaan. Pertama untuk perusahaan, berkaitan dengan komisi pengemudi dan pendapatan perusahaan. Kedua, untuk kepastian pembayaran dari tamu, sehingga pengemudi tak bisa menentukan tarif seenaknya.

Bentuk lain dalam penerapan nilai kejujuran adalah pengembalian barang ketinggalan atau dalam istilah Blue Bird Group biasa dikenal dengan istilah barket (barang ketinggalan). Pengembalian barang ketinggalan ini adalah salah satu aplikasi dalam penanaman nilai kejujuran kepada para pengemudi Blue Bird Group. Tujuannya tidak lain adalah kepuasan para pelanggan Blue Bird dan meningkatkan kepercayaan mereka terhadap pelayanan yang diberikan. Adapun perusahaan memberikan bentuk apresiasi kepada mereka yang telah dengan jujur mengembalikan barang ketinggalan milik tamunya dengan memberikan penghargaan berupa sertifikat dan uang. Pemberian penghargaan ini dilaksanakan rutin setiap tiga bulan sekali.

(13)

13

Nilai kedua yang ditekankan berikutnya dalam Blue Bird Group adalah nilai kedisplinan. Disiplin dalam Blue Bird Group berarti disiplin terhadap diri sendiri dan disiplin terhadap kepentingan perusahaan. Dengan berdisiplin diri diyakini bahwa Blue Bird akan semakin dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat luas. Nilai kedisplinan terus dipertahankan hingga saat ini. Para karyawan diwajibkan mematuhi jam kerja yang dimulai dari pukul 08.00 hingga 16.00. Keabsenan adalah hal yang sangat tidak diperbolehkan dalam perusahaan. Bila seseorang absen dalam kerjanya maka akan berperngaruh terhadap penilaian pekerjaannya. Selain disiplin dalam waktu, disiplin secara penampilan pun sangat diperhatikan, khususnya bagi mereka yang adalah pengemudi. Hal ini terlihat dari adanya semacam pengumuman yang ditempatkan di ruang tunggu pengemudi saat menunggu Surat Izin Operasi (SIO) dari bagian operasi.

Kedisiplinan sangat ditekankan juga kepada mereka pengemudi. Waktu keluar dan masuk pengemudi yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 05.00 pagi dan 00.00 dini hari, namun pukul 04.00 pagi pengemudi sudah diperbolehkan membawa keluar mobil dari pool. Bagi para pengemudi terdapat keyakinan bahwa semakin pagi mereka keluar dari pool maka akan semakin banyak uang yang bisa mereka bawa ke pool. Untuk itu kemampuan mengatur waktu sangat diperlukan di sini. Untuk waktu pengembalian mobil ke pool sangat diatur ketat oleh perusahaan. Mobil sudah harus dikembalikan ke pool tepat

(14)

pukul 12 dini hari. Bila melebihi jam yang telah ditetapkan maka pengemudi akan dikenai denda.

3. Penerapan Nilai Kerja Keras

Prinsip nilai kerja keras adalah prinsip yang sejalan dengan nilai kedisplinan. Dalam hal ini bekerja keras bukan diartikan sebagai kerja terus menerus tanpa adanya waktu untuk beristirahat. Kerja keras dalam konteks BBG bisa diartikan sebagai usaha untuk memenuhi target setiap hari kerja bahkan bila memungkinkan melebihi target yang telah ditetapkan. Dari kerja keras ini pun nantinya akan diberikan imbalan tersendiri dari perusahaan. Imbalan ini tentuknya diadakan sebagai bentuk penghargaan dari perusahaan atas tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan sehingga kesuksesan perusahaan tetap dapat dipertahankan. Bentuk imbalan pada pengemudi misalnya mereka akan mendapatkan tambahan bonus. Ataupun untuk pengemudi dan karyawan yang tetap konsisten dalam mempertahankan prestasi kerjanya, dapat diberikan penghargaan berdasarkan masa kerjanya. Penghargaan tidaklah sebatas pada lamanya pengabidan, tetapi juga melihat pada track record pekerjaannya. 4. Penerapan Nilai Kekeluargaan

Dalam Blue Bird Group, nilai kekeluargaan pun sangata dijunjung tinggi. Hal ini dikarenakan Blue Bird Group adalah perusahaan keluarga di mana para pemilik saham yang ada masih memiliki hubungan kekerabatn. Hubungan

(15)

15

kekerabatan ini pun yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan perusahaan, baik dalam hubungan pekerjaan maupun hubungan personal antar pekerja. Sistem manajemen yang diterapkan adalah sistem manajemen kekeluargaan, yaitu sistem yang merumuskan penyelesaian-penyelesaian segala permasalahan yang ada secara kekeluargaan dengan memperhatikan seluruh kepentingan stakeholders, guna mencapai satu kesatuan dalam pengemban perusahaan. Hal tersebut terkati dengan visi BBG, yaitu memperoleh kesejahteraan untuk seluruh stakeholders, termasuk di dalamnya karyawan dan pengemudi.

1.2 Rumusan Permasalahan

Dalam skripsi ini penulis membatasi permasalahan pada hal-hal yang berkaitan dengan pengaruh budaya kerja perusahaan terhadap kinerja karyawan Blue Bird, Yaitu :

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka pokok permasalah yang diangkat oleh penulis di dalam penelitian ini adalah :”Sejauhmana Pengaruh Budaya Kerja Perusahaan Terhadap Kinerja Karyawan Blue Bird ?”

(16)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan peneilitan ini adalah untuk mengetahui

“Pengaruh Budaya Kerja Perusahaan Terhadap Kinerja Karyawan Blue Bird Group”.

1.4 Signifikasi

1.4.1 Signifikansi Akademis :

Manfaat akademis dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan nyata serta masukan bagi ilmu komunikasi khususnya bidang kehumasan dalam pelaksanan komunikasi dengan pelanggan (Customer Relations), dengan pendekatan secara manusiawi (Human Relations) sehingga dapat memberikan gambaran bahwa budaya kerja dapat mempengaruhi kinerja karyawan khususnya karyawan blue bird group.

1.4.2Signikansi Praktis :

Manfaat praktis penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai masalah-masalah yang dihadapi bagi karyawan blue bird dalam melakukan pekerjaannya, untuk menghasilkan kualitas kerja yang baik maka karyawan blue bird harus memiliki budaya kerja yang baik pula, sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat terlaksana dengan baik dan dapat membentuk citra yang baik di masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Tujuan penelitian ini adalah; (1) Untuk mengetahui motivasi belajar bahasa Arab siswa sebelum menggunakan model CTL , (2) Untuk mengetahui motivasi belajar bahasa

Sehubungan dengan Surat Penawaran Saudara pada Paket Pekerjaan Pengadaan Bahan Bangunan di Kecamatan Sei Menggaris pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan

terapi musik instrumental 82% depresi ringan, 18% depresi berat, 2) setelah melakukan terapi musik instrumental 88% tidak depresi dan 12% depresi ringan, 3) hasil

[r]

Jenis pengendap juga berpengaruh terhadap rendemen karaginan yang dihasilkan,rendemen yang dihasilkan dengan pengendap jenis etanol lebih besar dibanding pengendap jenis