• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM KERJA TAHUN 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM KERJA TAHUN 2021"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

[AUTHOR NAME] i

PROGRAM KERJA TAHUN 2021

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI

(2)

[AUTHOR NAME] ii KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena atas segala berkah, rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Program Kerja Tahunan (PKT) Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Tahun 2021 dengan baik dan sesuai waktu yang ditentukan.

Program kerja tahunan merupakan penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis tahun 2020-2024, dan akan dilaksanakan oleh Ditjen Pendidikan Vokasi melalui kegiatan tahun 2021. Penyusunan dokumen dilakukan selaras dengan agenda penyusunan program dan kebijakan anggaran yang akan dicapai pada tahun berjalan. Penyusunan PKT meliputi sasaran strategis, indikator Kinerja Sasaran Strategis, Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program yang ingin dicapai pada tahun 2021.

PKT ini disusun sebagai bentuk kesungguhan Ditjen Pendidikan Vokasi dalam merancang dan melaksanakan kegiatan, sebagai upaya untuk mewujudkan manajemen yang akuntabel, efektif dan efisien. PKT diharapkan dapat menjadi acuan dan alat evaluasi kinerja satuan kerja di lingkungan Ditjen Pendidikan Vokasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Agar Program kerja ini dapat maksimal, kami berharap setiap satuan kerja dapat memberikan masukan, kritik dan saran perbaikan untuk penyempurnaan program kerja dan rujukan pelaksanaan kegiatan.

Demikian harapan kami, semoga program kerja ini dapat memberikan manfaat, sehingga mampu memberikan kontribusi yang optimal di dalam peningkatan mutu pendidikan vokasi. Jakarta, Mei 2020 Direktur Jenderal, Wikan Sakarinto, S.T, M.T, Ph.D.

(3)

[AUTHOR NAME] iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Landasan Hukum ... 3

C. Kondisi Umum ... 5

D. Potensi dan Permasalahan ... 21

E. Tantangan Pembangunan Pendidikan Vokasi ... 23

BAB II VISI, MISI, TUGAS DAN FUNGSI DITJEN PENDIDIKAN VOKASI ... 25

A. Visi dan Misi ... 25

B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi ... 28

BAB III KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS PENDIDIKAN VOKASI ... 41

A. Kebijakan Pembagunan Pendidikan Vokasi dalam Rencana Pembangunan B. Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ... 41

C. Renstra Ditjen Pendidikan Vokasi ... 54

D. Angka Dasar Pendidikan Vokasi (Baseline) ... 59

BAB IV PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN PENDIDIKAN VOKASI TAHUN 2020 ... 60

A. Anggaran Ditjen Pendidikan Vokasi Tahun 2020 ... 60

B. Program Kerja Tahun 2020 ... 64

BAB V PENUTUP ... 99

LAMPIRAN:

(4)

[AUTHOR NAME] 1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Struktur penduduk Indonesia ditandai dengan tingginya proporsi penduduk usia produktif. Pada tahun 2018, penduduk usia produktif di Indonesia mencapai 68,6 persen atau 181,3 juta jiwa dengan angka ketergantungan usia muda dan tua yang rendah, yaitu 45,7. Perubahan struktur penduduk ini akan membuka peluang bagi Indonesia untuk mendapatkan bonus demografi (demographic dividend) yang dalam jangka menengah dan panjang akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan menghantarkan Indonesia menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas. Bonus demografi ini akan diperoleh dengan prasyarat utama tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing.

Pembangunan Indonesia 2020-2024 ditujukan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, yaitu sumber daya manusia yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, berkarakter dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasaan ilmu pengetahuan ini dibuktikan dengan kompetensi Higher Order

Thinking dengan penekanan pada enam kompetensi utama (6C’s), yang meliputi:

Communication, Collaboration, Compassion, Critical Thinking, Creative Thinking, dan

Computation Logic.

Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan pembangunan manusia diarahkan pada pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola kependudukan, pemenuhan pelayanan dasar dan perlindungan sosial, peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda, pengentasan kemiskinan, serta peningkatan produktivitas dan daya saing angkatan kerja. Kebijakan pembangunan manusia tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan siklus hidup, dan inklusif termasuk memperhatikan kebutuhan penduduk usia lanjut maupun penduduk penyandang disabilitas, dan pengelolaan SDM bertalenta. Menurut Global Human Capital Index oleh World Economic Forum (WEF) 2019, peringkat daya saing Indonesia dalam laporan Global Competitiveness Index (GCI) 2019 turun ke posisi 50 dari posisi 45 pada tahun lalu. Tak hanya penurunan peringkat, skor daya saing Indonesia juga turun meski tipis 0,3 poin ke posisi 64,6. Berdasarkan daftar

(5)

[AUTHOR NAME] 2

tersebut, Indonesia makin tertinggal jauh dari Singapura yang menempati posisi pertama. Demikian pula dari Malaysia dan Thailand yang sebenarnya juga turun masing-masing dua peringkat tetapi mash diposisi 27 dan 40. Peringkat Indonesia terkait stabilitas makro juga turun dari sebelumnya 51 menjadi ke peringkat 54. Hal ini menunjukan bahwa produktivitas dan daya saing manusia Indonesia masih perlu ditingkatkan.

Kebutuhan tenaga kerja terampil, kreatif, inovatif dan adaptif belum dapat dipenuhi secara optimal. Rendahnya kualitas tenaga kerja yang belum merespon perkembangan kebutuhan pasar kerja merupakan salah satu penyebab mengapa produktivitas dan daya saing Indonesia masih tertinggal. Saat ini proporsi pekerja berkeahlian menengah dan tinggi di Indonesia hanya sekitar 39,57% (Sakernas Agustus, 2018), lebih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Sementara itu, pekerja masih didominasi lulusan SMP ke bawah (58,77%/72,8 juta), sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan pendidikan menengah dan tinggi mencapai 8,01 persen. Informasi pasar kerja andal yang belum tersedia dan keterlibatan industri yang rendah, menyebabkan masih terjadinya mismatch antara penyediaan layanan pendidikan, termasuk pendidikan dan pelatihan vokasi, dengan kebutuhan pasar kerja.

Program studi yang dikembangkan pada jenjang pendidikan tinggi juga belum sepenuhnya menjawab potensi dan kebutuhan pasar kerja. Saat ini, mahasiswa aktif dan lulusan perguruan tinggi sebagian besar didominasi oleh program studi sosial humaniora. Sementara itu, jumlah mahasiswa dan lulusan bidang ilmu sains dan keteknikan masih terbatas. Pada jalur pendidikan dan pelatihan vokasi, peningkatan kualitas layanan belum sepenuhnya didukung dengan sarana dan prasarana pembelajaran dan praktik yang memadai dan berkualitas, kecukupan pendidik produktif berkualitas, kecukupan magang dan praktik kerja, serta keterbatasan kapasitas sertifikasi kompetensi. Selain itu, pembelajaran juga belum mendorong penguasaan soft-skills yang mendukung kebekerjaan, seperti penguasaan bahasa asing, serta kemampuan berpikir kritis, analisis, inovasi, kepemimpinan, negosiasi, dan kerja tim. Beberapa isu strategis ini merupakan tantangan dan sekaligus peluang dalam rangka peningkatan produktivitas dan daya saing angkatan kerja di Indonesia.

Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2019 menetapkan Ditjen Pendidikan Vokasi sebagai salah satu unit eselon 1 baru di Kemendikbud. Kebijakan perubahan struktur

(6)

[AUTHOR NAME] 3

Kemendikbud dimaksudkan untuk kemerdekaan belajar. Tiga alasan utama di balik perubahan ini adalah perlunya keterpaduan antara pendidikan formal dan nonformal, perampingan organisasi sesuai dengan arahan presiden mengenai deregulasi dan debirokratisasi, dan upaya menghadirkan pemerintahan yang fokus pada output. Restrukturisasi organisasi ini berdampak terhadap perubahan tata kelola, program dan anggaran sebagai wujud dari salah satu prioritas pemerintah untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul, produktif, berdaya saing dan siap kerja.

Sebagaimana diamanatkan dalam Perpres Nomor 82 Tahun 2019, pasal 17 menyebutkan bahwa Ditjen Pendidikan Vokasi mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan vokasi. Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan Pendidikan Vokasi di Indonesia dan keberhasilan pelaksanaan program Pendidikan Vokasi bergantung pada perumusan kebijakan yang diambil, pelaksanaan dan pemantauan di bidang pendidikan vokasi, pendidikan kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Oleh karena itu, kegiatan Direktorat Jenderal harus dilaksanakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan agar mampu mendorong peran serta seluruh pihak dan memperlancar pelaksanaan program di bidang pendidikan vokasi. Agar akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan objektif, sehingga pelaksanaan tugas dan fungsinya lebih berhasil dan berdaya guna untuk mendukung tercapainya program revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis kerjasama industri, maka perlu disusun Program Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Tahun 2020 yang rasional, obyektif dan akuntabel.

B. Landasan Hukum

Program Kerja Tahunan ini merupakan perwujudan dari penerapan berbagai peraturan perundangan yang meliputi:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 3. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

(7)

[AUTHOR NAME] 4

5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;

6. Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025;

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; 8. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan; 10.Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 Tentang Penyusunan RKA-K/L;

11.Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP); 12.Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan;

13.Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2020-2024;

14.Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 78/PMK.02/2019 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2020;

15.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan; 16.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 tahun 2020 tentang Standar

Nasional Pendidikan Tinggi;

17.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 tahun 2020 tentang Akreditasi Program Studi Pendidikan Tinggi;

18.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 tahun 2020 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana;

19.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 7 tahun 2020 tentang Pendirian, Perubahan dan Pembubaran PTN dan PTS;

20.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 26 tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 21.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 tahun 2020 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 46 Tahun 2019 tentang Rincian Tugas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

(8)

[AUTHOR NAME] 5 C. Kondisi Umum

Proyek strategis nasional pendidikan dan pelatihan vokasi untuk industri 4.0 dilakukan demi meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing. Saat ini tenaga kerja terampil, kreatif, inovatif dan adaptif, belum dapat dipenuhi secara baik. Sebab masih belum optimalnya penyediaan layanan pendidikan dan pelatihan vokasi dalam menghasilkan SDM sesuai kebutuhan pasar kerja. Manfaat proyek ini adalah untuk meningkatkan pekerja yang berada pada bidang pekerjaan berkeahlian menengah dan tinggi dari 39,57 persen pada 2018, menjadi 50 persen pada 2024, kemudian meningkatnya lulusan pendidikan dan pelatihan vokasi bersertifikat kompetensi dari 472.089 orang pada 2017 menjadi 2 juta orang pada 2024. Salah satu arahan utama presiden dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 menyebutkan pembangunan SDM (sumber daya manusia) yang meliputi:

1. Pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis kerjasama industri, serta peningkatan peran dan kerjasama industri dalam pendidikan dan pelatihan vokasi, dengan menetapkan system insentif/regulasi untuk industri; melakukan Pemetaan kebutuhan dan pengembangan bidang keahlian termasuk penguatan informasi pasar kerja

2. Reformasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi, dengan menyelaraskan kurikulum, model pembelajaran, prodi sesuai kebutuhan industri; menetapkan konsep dual TVET (technical and vocatioanal educatioan and training), teaching factory dan pemagangan; penguatan softskills dan pembelajaran bahasa asing; kewirausahaan di sekolah, madrasah, dan pesantren; pemagangan guru/instruktur di industri, instruktur/praktisi dari industri

3. Penguatan tata kelola pendidikan dan pelatihan vokasi, melalui pengendalian satuan pendidikan dan program studi vokasi baru; peningkatan akreditasi; membuat skema pendanaan peningkatan keahlian; fleksibilitas pengelolaan keuangan pada unit produksi/teaching factory/teaching industry ; pembentukan komite TVET

4. Penguatan Sistem Sertifikasi Kompetensi, yaitu standar kompetensi berdasarkan okupasi yang mengacu standar internasional, dan sinkronisasi sistem sertifikasi yang ada di berbagai sektor; penguatan lembaga sertifikasi profesi

(9)

[AUTHOR NAME] 6

Sesuai dengan Rencana Pemerintah Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Hal inilah yang kemudian menginspirasi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi 2020-2024 yang merupakan kesinambungan dari arah kebijakan pembangunan yang dilakukan pada periode sebelumnya dengan melanjutkan Pembangunan Pendidikan Vokasi yang diarahkan pada peningkatan daya saing internasional sebagai pondasi dalam membangun kemandirian dan daya saing bangsa dalam menghadapi persaingan global ke depan.

Gambar 1.1 Tema Pembangunan Pendidikan

Sebagai salah satu unit utama di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi menangani pelaksanaan program pada Sekolah Menengah Kejuruan, Kursus dan Pelatihan, Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi serta Penyelarasaan Kemitraan dan Kerjasama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Sejumlah capaian sebagai dampak langsung berbagai upaya di tahun sebelumnya diharapkan dapat meningkatkan capaian revitalisasi Pendidikan Vokasi dalam periode 2020-2024.

RPJMN-I (2005-2009) Menata kembali NKRI, menbangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan

demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik

RPJMN-II (2009-2014) Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan

kualitas SDM, membangun kemampuan IPTEK, memperkuat daya saing

perekonomian

RPJMN-III (2015-2019) Memantapkan pembangunan secara

menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis pada SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas

serta kemampuan IPTEK.

RPJMN-IV (2020-2024) Mewujudkan manusia Indonesia

yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang

kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif

TEMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN

2005-2009 2010-2014 2015-2019 2020-2024 Peningkatan Kapasitas & Modernisasi Penguatan Pelayanan

Daya Saing Regional Daya Saing

(10)

[AUTHOR NAME] 7

Revitalisasi Pendidikan Vokasi ke depan tidak dapat dilepaskan dari berbagai upaya yang telah dilakukan pada periode sebelumnya. Hal ini dapat terlihat dari tingkat pengangguran terbuka yang semakin menurun jumlahnya, namun banyak didominasi dari SMK dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 yaitu sebagai berikut:

Sebagai Direktorat Jenderal baru di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sebagai Gambar 1.2 tingkat perkembangan lulusan SMK yang bekerja

1. Analisis Kondisi Internal

a. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU RI No 20/ 2003).

Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan bentuknya, sekolah menengah kejuruan menyelenggarakan program-program pendidikan yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja (Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah

(11)

[AUTHOR NAME] 8

Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat (Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003).

Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam rangka peningkatan kualitas dan daya saing SDM Indonesia, Kemendikbud mendapatkan tugas untuk 1) membuat peta jalan pengembangan SMK; 2) pengembangan dan penyelarasan kurikulum; 3) inovasi pemenuhan dan peningkatan profesionalitas guru dan tenaga pendidik; 4) kerjasama sekolah dengan dunia usaha, industri, serta perguruan tinggi; 5) meningkatkan akses sertifikasi lulusan SMK dan Akreditasi SMK; 6) membentuk kelompok kerja pengembangan SMK.

Dalam perkembangannya, capaian kinerja SMK sampai dengan tahun 2019 adalah sebagai berikut:

PROFILE SMK

Sumber: Data Pokok SMK (2019)

Gambar 1.3 capaian kinerja SMK sampai tahun 2019

Berdasarkan data pokok SMK tahun 2019, jumlah SMK di Indonesia sebanyak 14.284 sekolah dengan 5.019.994 siswa, 312.668 guru, serta 165.007 ruang kelas. Dari jumlah SMK tersebut hanya 3.612 SMK (25%) yang berstatus negeri, sisanya 10.672 SMK (75%) masih berstatus swasta.

(12)

[AUTHOR NAME] 9

Besarnya pengembangan SMK swasta baru di setiap provinsi perlu dicermati karena belum tentu berdampak kepada peningkatan akses Pendidikan menengah, namun yang terjadi adalah penurunan minat lulusan SMP/MTs masuk ke SMK swasta dan lebih memilih masuk ke SMK negeri. Hal ini bisa dilihat dari total jumlah siswa SMK swasta sebesar 2.822.803 siswa atau rata-rata 264 siswa per sekolah, sangat jauh dibandingkan siswa SMK negeri, yaitu 2.197.191 dengan rata-rata 608 orang per sekolah.

Pembukaan SMK swasta baru, banyak yang tidak dibarengi dengan penyediaan sarana prasarana dan guru yang memadai serta jurusan yang tidak sesuai dengan potensi daerah yang ada, berdampak pada kekurangan siswa atau bahkan berpotensi tutup atau “mati”

dikarenakan kesulitan menarik siswa. Dengan demikian pemerintah, khususnya pemerintah provinsi yang mengeluarkan ijin pendirian SMK, perlu mengkaji lebih jauh dan memperketat pembukaan SMK di setiap wilayah untuk mencegah minimnya peningkatan akses masyarakat ke pendidikan SMK dikarenakan kalah bersaingnya SMK swasta dibanding dengan SMK negeri. Jangan sampai tujuan awal pendirian SMK sebagai salah satu upaya mengurangi pengangguran, tetapi malah menjadi penyumbang terbesar pengangguran.

Untuk peningkatan mutu SMK, mulai tahun 2019, strategi pemerintah bukan lagi berfokus pada pembangunan infrastruktur fisik, tetapi lebih ke pembangunan sumber daya manusia (SDM). SMK pun menjadi andalan pemerintah dalam menyiapkan tenaga terampil. Pemerintah mendorong SMK, khususnya yang menerima bantuan program revitalisasi SMK, untuk mengubah teaching factory unggulan menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sesuai dengan Permendagri Nomor 79 Tahun 2018 tentang BLUD. Melalui BLUD, SMK yang memiliki produk-produk unggulan dapat mengelola proses produksi di teaching factory secara lebih fleksibel tanpa melanggar peraturan. Selain itu, siswa akan dilatih untuk memproses produksi selayaknya industri. Produk yang dihasilkan tidak lagi menjadi produk hasil praktik saja, tetapi juga menjadi produk yang dapat dipasarkan secara umum karena memenuhi standar industri. Adapun SMK yang menjadi percontohan yakni, SMKN 6 Semarang (Pariwisata), SMKN 1 Bawen (Pertanian), SMKN 1 Mundu Cirebon (Kemaritiman), SMKN 1 Kalasan (Industri Kreatif), SMK Muhammadiyah Metro (Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial), dan SMKN 5 Surabaya (Teknologi dan Rekayasa).

(13)

[AUTHOR NAME] 10

Dari sisi guru, saat ini SMK masih kekurangan banyak guru kejuruan. Sampai dengan tahun 2019 jumlah guru adaptif sebanyak 87.007 (31%), guru normatif 81.377 (29%) dan guru produktif sebanyak 114.301 orang (40%). Guru adaptif adalah yang mengajarkan kemampuan dasar yaitu tentang matematika, kimia, dan biologi. Guru normatif adalah guru mengajar pelajaran-pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bimbingan Konseling. Sedangkan guru produktif adalah guru yang mengajar pada bidang-bidang tertentu yaitu bidang-bidang-bidang-bidang kekhususan, misalnya bidang-bidang keteknikan, pertanian, dan sains.

Dari 8 bidang keahlian di SMK, tiga teratas yang paling banyak diminati adalah bidang Teknologi Rekayasa (25,19%), Teknologi Informasi dan Komunikasi/ TIK (22,97%) serta Bisnis dan Manajemen (22,72%). Tiga bidang keahlian tersebut banyak dipilih karena aplikatif dengan kondisi saat ini. Perkembangan TIK membawa perubahan besar yang

berdampak pada “revolusi’’ sektor industri dan lapangan pekerjaan. Ada profesi dan

usaha yang jadi langka bahkan hilang. Sebaliknya muncul berbagai macam pekerjaan baru, yang bahkan belum ada 10-15 tahun yang lalu. Bisa dibilang nyaris semua usaha membutuhkan dukungan TIK, sehingga memerlukan banyak pekerja dengan keahlian di bidang ini termasuk lulusan SMK dengan kualifikasi yang baik.

Menurut data riset Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016, lebih dari 82 juta masyarakat Indonesia pernah melakukan transaksi online. Sedangkan menurut Kementerian Komunikasi dan Informasi, di tahun 2020 mendatang, industri e-commerce Indonesia akan menjadi nomor 3 terbesar di dunia, setelah China dan India. Ini artinya, bisnis serta perdagangan digital bakal makin kencang dan industry e-commerce tersebut berpotensi menyerap pekerja berlatar belakang TIK serta bisnis manajemen.

Untuk meningkatkan kualitas SMK, Tahun 2020 – 2024, SMK mempunyai tujuan paket

program Revitalisasi yaitu “Penataan dan pengkondisian ulang (Re-Design) SMK secara utuh, tuntas, dan menyeluruh mulai dari pembelajaran, lingkungan, fasilitas, kemitraan DUDI dan manajemen sekolah untuk meningkatkan kompetensi lulusan sehingga mampu meningkatkan keterserapan lulusan SMK di dunia kerja maupun berwirausaha” dan

diwujudkan dengan 1) peningkatan kualitas dan pemenuhan guru kejuruan dan tenaga kependidikan; 2) pemutakhiran system pembelajaran berbasis industry 4.0 dan sertifikasi

(14)

[AUTHOR NAME] 11

siswa; 3) pengadaan dan revitalisasi peralatan praktek; 4) renovasi bangunan dan fasilitas pendukung; 5) penguatan karakter kerja; 6) kerjasama dengan DUDI.

Oleh karena itu dimulai di tahun 2020 ini dilakukan strategi impelementasi untuk paket revitalisasi SMK tersebut melalui 1) sekolah pengimbas yang ditargetkan akan mencapai

3300 SMK; 2) Revitalisasi SMK mendukung “Klaster Pengembangan Industri, yang

berfokus pada sektor pariwisata, pertanian, industry kreatif, manufaktur, energi pertambangan dan kemaritiman.

Untuk hasil yang diharapkan dalam paket program revitalisasi SMK antara lain terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana serta tampilan perwajahan di sekolah, terpenuhinya fasilitas belajar praktek siswa yang sesuai dengan perkembangan teknologi, meningkatknya kualitas proses dan nilai hasil evaluasi akhir pembelajaran SMK, terpenuhinya kebutuhan guru produktif baik dari segi jumlah maupun kualifikasi, 80% lulusan SMK bekerja, tumbuhnya karakter kerja dan jiwa kewirausahaan siswa dan SMK Negeri menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

Revitalisasi Vokasi dapat mendorong SMK menyediakan tenaga kerja terampil yang siap kerja di berbagai sektor prioritas nasional seperti pertanian, industri, pariwisata, bahkan ekonomi kreatif.Keberhasilan revitalisasi SMK ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja Indonesia serta dapat mengurangi permasalahan pengangguran usia produktif dan menjadikan Indonesia meraih bonus demografi.

b. Politeknik dan Akademi Komunitas

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Pendirian, Perubahan, Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri dan Pendirian, Perubahan, Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta, pasal 3 (2) disebutkan bahwa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) / Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dapat berbentuk: a) universitas, b) institut, c) sekolah tinggi, d) politeknik, e) akademi, dan f) akademi komunitas.

Pada pasal 3 (6) Politeknik menyelenggarakan jenis pendidikan vokasi dan dapat menyelenggarakan pendidikan profesi dalam berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi, melalui:

(15)

[AUTHOR NAME] 12

2. Program diploma dua; 3. Program diploma tiga;

4. Program diploma empat atau program sarjana terapan; 5. Pprogram magister terapan;

6. Program doktor terapan; dan/atau 7. Program profesi.

yang terdiri atas paling sedikit tiga program studi pada program diploma tiga dan/atau program diploma empat atau sarjana terapan.

Sedangkan pada pasal 3 (8) Akademi komunitas menyelenggarakan pendidikan vokasi program diploma satu dan/atau program diploma dua di daerah kabupaten/kota yang berbasis keunggulan lokal atau untuk memenuhi kebutuhan khusus.

Sumber: Ihtisar Data Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2018/2019 Gambar 1.4 Data Politeknik dan Akademi Komunitas

Sampai tahun 2019, politeknik di seluruh Indonesia berjumlah 199 lembaga, terdiri atas 43 negeri dan 156 swasta, dengan jumlah mahasiswa sebanyak 239.282 orang, 156.461 mahasiswa negeri dan 89.821 swasta. Dari 199 politeknik baru 2 lembaga yang berstatus Badan Layanan Umum (BLU), yaitu Politeknik Negeri Malang (Polinema) dan Politeknik Manufaktur Negeri Bandung.

(16)

[AUTHOR NAME] 13

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, pasal 9 menyebutkan bahwa satuan kerja / satker yang berstatus BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan. Status BLU memberikan keleluasaan dan otonomi bagi PTN/Politeknik Negeri untuk mengelola sendiri keuangan dalam melaksanakan tri darma perguruan tinggi di kampus masing-masing.

Penyelenggara Pendidikan vokasi lainnya selain politeknik adalah akademi komunitas (AKN). Sampai dengan tahun 2019, jumlah AKN di seluruh Indonesia sebanyak 18 AKN, terdiri atas 4 AKN negeri (22%) dan 18 AKN swasta (78%), dengan jumlah mahasiswa sebanyak 1.877 orang, 887 mahasiswa AKN negeri (48%) dan 990 mahasiswa AKN swasta (52%). Selain politeknik dan AKN, ada 2.249 perguruan tinggi (Unista) yang menyelenggarakan Pendidikan vokasi dengan jumlah mahasiswa sebanyak 538.841 orang.

Data SebaranPoliteknikdi K/L lain

Gambar 1.5 Data Sebaram Politeknik di K/L lain

Berdasarkan PD DIkti tahun 2018, saat ini, ada 84 (delapan puluh empat) politeknik yang tersebar dan dikelola bukan hanya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi juga oleh 15 Kementerian / Lembaga lain, yaitu BPS, Kementerian ESDM, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pariwisata, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertahanan, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian PUPR, Kementerian

(17)

[AUTHOR NAME] 14

Keuangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Sosia, Badan Siber dan Sandi Negara dan kementerian Kesehatan.

Sampai dengan tahun 2019 kebijakan pembukaan perguruan tinggi di Indonesia masih dibatasi untuk mendukung pengembangan jenis pendidikan vokasi di Indonesia dalam bentuk Politeknik, Akademi, Akademi Komunitas. Namun untuk target sampai dengan tahun 2024, ada beberapa hal yang akan dilakukan revitalisasi antara lain 1) pendidikan tinggi vokasi akan berubah setara Universitas sehingga tidak saja mempunyai keleluasaan dalam melakukan kerjasama dengan berbagai pihak terutama DUDI tapi juga untuk lulusannya akan lebih kompeten; 2) Pengembangan SDM akan menargetkan tidak hanya pada dosen, namun juga teknisi dan direktur Politeknik dan Ketua Akademi; 3) melibatkan pihak DUDI secara intens pada pendidikan vokasi; 4) melakukan pengembangan fleksibilitas kelembagaan sehingga dapat melaksanakan tugas lebih baik; 5) melakukan perbaikan akkreditasi/sertifikasi; 6) melakukan kerjasama dengan industri dalam hal pelatihan baik dalam rangka pengembangan kurikulum maupun pemagangan.

c. Kursus dan Pelatihan

Fokus dunia pendidikan saat ini adalah untuk memberikan keterampilan kerja bagi generasi muda, khususnya dalam menyambut bonus demografi dan persaingan yang semakin ketat. Pendidikan dan pelatihan vokasi akan semakin diperkuat seiring bergesernya strategi pembangunan dari pembangunan infrastruktur fisik, menjadi pembangunan manusia.

Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Presiden Jokowi dalam sambutannya pada pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2019 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Pegawai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada hari Selasa 12 Februari 2019), bahwa "Kita ingin pendidikan yang fokus pada keterampilan bekerja. Ini sangat penting". Oleh karena itu program kursus dan pelatihan vokasi harus dikembangkan sesuai tuntutan pasar kerja dan kebutuhan industri.

Dengan demikian dunia industri akan mendapatkan keuntungan langsung ketika menggunakan pekerja yang kompeten dari program kursus dan pelatihan vokasi, serta tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk memberikan pelatihan selanjutnya, sehingga

(18)

[AUTHOR NAME] 15

sudah selayaknya jika indusri memiliki tanggung jawab untuk peduli, dan ikut bertanggung jawab dalam melakukan pengembangan khususnya lembaga-lembaga kursus dan pelatihan vokasi.

Salah satu bentuk Pendidikan Nonformal yang merupakan bagian dari Pendidikan Vokasi adalah Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pasal 1 menjelaskan bahwa LKP adalah satuan Pendidikan nonformal yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pada Permendikbud Nomor 83 Tahun 2013, Pasal 4: LKP dapat menyelenggarakan program-program sebagai berikut:

1. Pendidikan kecakapan hidup; 2. Pelatihan kepemudaan;

3. Pendidikan pemberdayaan perempuan; 4. Pendidikan keterampilan kerja;

5. Bimbingan belajar; dan/atau

6. Pendidikan nonformal lain yang diperlukan masyarakat.

Sumber: Dapodik PAUD dan Dikmas 2019

(19)

[AUTHOR NAME] 16

Sumber: Dapodik PAUD dan Dikmas, per Januari 2018

Gambar 1.7 Persebaran LKP di Indonesia

Dari data Dapodik PAUD dan Dikmas per Januari 2018, jumlah LKP yang memiliki Nomor Pokok Satuan Pendidikan Nasional (NPSN), dan mengentri data di aplikasi Dapodik sebanyak 17.306 lembaga dengan 29.025 jenis keterampilan dan 2.940.249 orang peserta didik (mandiri dan bantuan pemerintah). Dari 2940.249 peserta didik kursus dan pelatihan, pada tahun 2018 baru 63.244 orang yang mengikuti uji kompetensi (0,02%). Dilihat dari sebaran LKP di atas, LKP banyak terpusat di lima provinsi di pulau Jawa dan Sumatera, yaitu: Jawa Barat sebanyak 2.450 lembaga, diikuti dengan Jawa Timur 2.209 lembaga, Jawa Tengah 1.501 lembaga, Sumatera Utara 1.411 lembaga dan DKI Jakarta sebanyak 872 lembaga. Salah satu penyebabnya adalah karena sebagian besar penduduk Indonesia masih terkonsentrasi di pulau jawa.

Menurut proyeksi penduduk Indonesia (2015-2045) dengan dasar hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, jumlah penduduk Indonesia pada 2019 sebanyak 266,91 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar 150 juta jiwa atau lebih dari 56% berada di Pulau Jawa. Dari enam provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak, lima di antaranya berada di Pulau Jawa. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak, yakni mencapai 49 juta jiwa atau sekitar 18% dari total penduduk, diikuti Jawa Timur dan Jawa Tengah masing-masing 39,7 juta jiwa dan 34,5 juta jiwa.

(20)

[AUTHOR NAME] 17

Jumlah penduduk yang banyak tersebut, merupakan pasar potensial untuk mendirikan LKP dengan jurusan yang disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing dan dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri. Pendirian LKP, harus diiringi dengan program, sarana prasarana dan pendidik yang berkualitas / bermutu. Salah satu indikatornya adalah melalui akreditasi. Sayangnya mayoritas LKP belum terakreditasi. Sampai dengan Januari 2018, jumlah LKP yang terakreditasi baru sebanyak 3.887 dari 17.306 lembaga (23%).

Untuk program pengembangan kursus dan pelatihan, rekruitmen peserta didik dilakukan sesuai dengan kemauan dan potensi masing-masing. Syarat peserta didiknya adalah anak usia sekolah tidak sekolah yang berusia di bawah 21 tahun, anak usia sekolah yang belajar di Paket B atau C dan perlu diberikan keterampilan.

Proses pelaksanaan kursus dan pelatihan kerja dibagi menjadi dua yaitu 1) Pendidikan Kecakapan kerja (PKK) yang kurikulumnya berbasis kompetensi dan harus bekerjasama dengan DUDI; 2) Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) yang kurikulumnya sesuai kebutuhan usaha dan manajemen usaha kecil bekerjasama dengan UMKM. Pada tahun 2014, program PKK dan PKW masih belum berdiri sendiri karena bagian dari program Keluarga Harapan (PKH) dan Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM) dan untuk saat ini sudah dilakukan berbagai inovasi, diantaranya mempercepat proses pengajuan bantuan melalui e-proposal, pembelajaran menggunakan sistem Massive Open Online

Course dan Blended Learning System, bahan ajar menggunakan digital (e-book),

jenis-jenis keterampilan yang diajarkan mengangkat potensi/kearifan lokal dan menambahkan materi digital marketing pada pembelajaran untuk mendukung industry 4.0.

2. Analisis Kondisi Eksternal

Pembangunan pendidikan vokasi selain sangat dipengaruhi oleh kondisi internal, juga kondisi eksternal seperti kependudukan, sosial budaya, lingkungan, ekonomi, teknologi, dan politik. Beberapa pengaruh kondisi eksternal terhadap pendidikan vokasi adalah sebagai berikut.

a. Sosial, Budaya dan Lingkungan

Sebagian besar masyarakat Indonesia beranggapan bahwa lulusan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang memilih meneruskan pendidikan ke jenjang

(21)

[AUTHOR NAME] 18

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak dengan passion dan visi yang jelas. Bahkan lulusan SMP cenderung terpaksa masuk SMK, atau memiliki pola pikir yang sederhana bahwa dengan masuk ke SMK pasti akan cepat mendapatkan kerja. Padahal yang dibutuhkan keterampilan, kompetensi dan etos kerja, serta karakter positif dan unggul pada diri lulusan SMK.

b. Ekonomi

Hasil survey angkatan kerja nasional (sakernas) yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukan bahwa jumlah pengangguran terbuka pada bulan Agustus 2019 mencapai 7.045.800 jiwa, dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) 5,28%, 0,06% poin dibandingkan Agustus 2018. Ini berarti bahwa dari 100 orang Angkatan kerja Indonesia, terdapat 5 orang yang termasuk kategori penganggur.

Gambar 1.8 TPT berdasarkan jenjang pendidikan, BPS 2019

Sumber: BPS, Sakernas 2014-2019 2,41% 4,75% 7,92% 10,42% 5,99% 5,67%

≤SD SMP SMA SMK Diploma I/II/III Universitas

(22)

[AUTHOR NAME] 19

Sumber: Sakernas BPS, Agustus 2019

Gambar 1.9 TPT SMK dan Diploma Tahun 2014 - 2019

Secara umum, berdasarkan hasil sakernas Agustus 2019, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 10,42%, diikuti oleh lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,92%, Diploma I/II/III) 5,99%, Universitas 5,67%, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 4,75% dan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 2,41%. Dengan kata lain ada tenaga kerja yang tidak terserap pada tingkat sekolah menengah, terutama kejuruan. Sementara mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja.

c. Teknologi

Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi tersebut memberikan tantangan dan peluang bagi perkembangan perekonomian ke depan. Di satu sisi, digitalisasi, otomatisasi, dan penggunaan kecerdasan buatan dalam aktivitas ekonomi akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam produksi modern, serta memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. Digital teknologi juga membantu proses pembangunan di berbagai bidang di antaranya pendidikan melalui

distance learning, pemerintahan melalui e-government, inklusi keuangan melalui

fin-tech, dan pengembangan UMKM seiring berkembangnya e-commerce.

(23)

[AUTHOR NAME] 20

Gambar 1.10 Revolusi Industri 4.0

Namun di sisi lain, perkembangan revolusi industri 4.0 berpotensi menyebabkan hilangnya beberapa pekerjaan yang sifatnya manual di dunia. Studi dari Mckinsey memperkirakan 60 persen jabatan pekerjaan di dunia akan tergantikan oleh otomatisasi. Di Indonesia diperkirakan 51,8 persen potensi pekerjaan yang akan hilang. Di samping itu, tumbuhnya berbagai aktivitas bisnis dan jual beli berbasis online belum dibarengi dengan upaya pengoptimalan penerimaan negara serta pengawasan kepatuhan pajak atas transaksi-transaksi tersebut. Hal ini penting mengingat transaksi digital bersifat lintas negara.

d. Politik dan Pertahanan dan Keamanan

Kondisi politik, pertahanan dan keamanan yang mempengaruhi pembangunan pendidikan vokasi dalam kurun waktu lima tahun mendatang antara lain adalah: (1) ketidakstabilan politik serta pertahanan dan keamanan yang mengancam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam era otonomi daerah dengan terjadinya kepala daerah seringkali berdampak pada pergantian jabatan dan pemangku di bidang pendidikan nonformal dan informal yang berlangsung dengan kurang memperhatikan kualifikasi dan kompetensi yang relevan dengan jabatan yang diemban, (2) ketidakselarasan kebijakan dan peraturan perundangan di pusat dan atau daerah yang berdampak pada penyelenggaraan pendidikan nonformal dan informal, (3) kebutuhan

(24)

[AUTHOR NAME] 21

pendidikan politik untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam berdemokrasi, (4) implementasi otonomi daerah yang mendorong kemandirian dan berkembangnya kearifan lokal, (5) terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam implementasi otonomi daerah, (6) keterlambatan penerbitan turunan peraturan perundangan yang berdampak pada bidang pendidikan, (7) ancaman disintegrasi bangsa akibat dari ketidakdewasaan dalam berdemokrasi, (8) ideologi negara sebagai pemersatu bangsa dan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, dan (9) komitmen pemenuhan pendanaan pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31ayat (4).

D. Potensi dan Permasalahan

Dalam kurun waktu lima tahun ke depan atau RPJMN 2020-2024 pembangunan pendidikan vokasi akan lebih ditingkatkan, yang digambarkan pada Renstra 2020-2024. Beberapa potensi yang dimiliki merupakan bekal yang sangat bermanfaat dalam melanjutkan pembangunan vokasi, namun selain potensi tersebut masih dijumpai sejumlah permasalahan yang perlu mendapat perhatian.

1. Potensi

Kemendikbud mengenali potensi-potensi yang dapat digali untuk memperkuat relevansi lulusan dan produktivitas SDM:

a. Kemungkinan pemberian insentif pajak bagi perusahaan atau industri yang bermitra dengan SMK yang dinaungi oleh regulasi yang kuat;

b. Tingginya animo pembukaan SMK oleh swasta menandakan adanya kegairahan untuk menyiapkan lulusan siap kerja yang patut mendapatkan bimbingan dan arahan dari Kemendikbud dan Pemda terkait;

c. Kerja sama yang erat dengan BNSP memungkinkan percepatan sertifikasi profesi bagi lebih banyak guru dan lulusan SMK;

d. Dengan penerapan sistem zonasi, SMK-SMK yang berdekatan dapat berbagi sumber daya untuk mengatasi permasalahan kurangnya fasilitas pendukung pendidikan;

(25)

[AUTHOR NAME] 22

e. Antusiasme tenaga-tenaga profesional untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan sektor vokasi yang sepatutnya dikoordinasikan oleh Kemendikbud dan Pemda;

f. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan berbagai sektor unggulan masih terus memerlukan tenaga siap kerja dan wirausahawan sehingga sepantasnya angka pengangguran terbuka lulusan SMK dapat terus ditekan;

g. Tersedianya berbagai lembaga pelatihan nonformal dapat semakin memperkuat kesiapan kerja lulusan SMK dan SMA

h. Semakin terbukanya kolaborasi antara Akademisi, Bisnis, Pemerintah (multistakeholders) mengurangi kesenjangan antara lulusan pendidikan tinggi dengan kebutuhan tenaga kerja

2. Permasalahan

Di samping beberapa pontensi tersebut di atas dalam melaksanakan pendidikan vokasi lima tahun ke depan masih ditemui beberapa permasalahan yang harus bisa diatasi. Walaupun Kemendikbud telah memprioritaskan revitalisasi pendidikan vokasi, hasil analisis menunjukkan lulusan vokasi memiliki tingkat pengangguran lebih tinggi dibanding lulusan umum. Seperti lulusan SMK yang memiliki persentase pengangguran lebih banyak daripada lulusan SMA, serta lulusan diploma yang memiliki persentase pengangguran lebih tinggi dari pada Universitas.

Permasalahan tersebut yaitu:

a. Mayoritas tenaga kerja (58,77 persen/72,8 juta) memiliki tingkat pendidikan rendah (lulusan SMP/sederajat ke bawah) tanpa keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja (BPS, 2019)

b. Sistem pendidikan dan pelatihan vokasi saat ini belum menghasilkan lulusan yang memadai dan memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan dengan keterampilan tinggi

c. Sistem pendidikan menghasilkan cukup banyak lulusan semi-terampil, sementara pasar kerja memiliki kapasitas yang terbatas untuk menyerap lulusan tersebut d. Pengembangan bidang keahlian di lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi

(26)

[AUTHOR NAME] 23

e. Produktivitas tenaga kerja Indonesia relatif rendah (1,37 persen) jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand (5,28%), Vietnam (4,39%), dan Malaysia (2,16 persen), (Sumber: APO, September 2018)

E. Tantangan Pembangunan Pendidikan Vokasi

Dalam pelaksanaan pembangunan Pendidikan vokasi, ada beberapa tantangan yang akan dihadapi pada pencapaian sasaran dan penyelenggaraan pendidikan vokasi, yaitu: 1. Link and Match dengan industri belum terjadi secara menyeluruh

a. Keterlibatan industri dalam pelaksanaan vokasi masih sangat terbatas. Di SMK ada 146 keahlian dianggap terlalu banyak dan tidak efisien. Akreditasi Lembaga vokasi belum melibatkan industri

b. Pengangguran lulusan Vokasi (SMK dan Diploma I/II/III) sebanyak 16,41% dari total pengangguran (BPS 2019) SMK Menduduki tertinggi di 10,42%

c. Ketertarikan Industri bekerjasama dengan vokasi terbatas. Insentif pajak (PP 45/2019) perlu ditambah dengan insentif keterlibatan yang bermakna.

2. Sarana dan Prasarana

a. Fasilitas pendukung praktik siswa SMK belum optimal

b. Perlu penambahan tempat praktik industri bagi siswa di beberapa daerah 3. Pendidik (Guru dan Dosen) di Lembaga Vokasi belum memadai

a. Guru SMK belum memenuhi kebutuhan: 56 % guru SMK merupakan guru umum (Bahasa, agama, dst). Masih kekurangan guru keahlian 314.674 orang.

b. Masih banyak kepala SMK belum dilatih sebagaimana sebagai CEO. c. Dosen Poltek banyak yg berlatar belakang akademik (70%)

(27)

[AUTHOR NAME] 24 BAB II

VISI, MISI, TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI

A. Visi Dan Misi Kemendikbud

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan cita-cita kemerdekaan untuk menjadi bangsa maju yang sejahtera, cerdas, tertib dan berkarakter, serta berkeadilan sosial. Dalam menyongsong 100 tahun kemerdekaan, Indonesia tetap memiliki cita-cita seperti yang ditegaskan oleh Pembukaan UUD 1945 dan akan mewujudkan cita-cita melalui Visi Indonesia 2045. Visi ini terdiri dari empat pilar pembangunan berdasarkan Pancasila, yaitu: (1) pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) perkembangan ekonomi berkelanjutan, (3) pemerataan pembangunan, dan (4) ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan.

Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dan sejalan dengan Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang (RPPNJP) 2005—

2025 menyatakan bahwa visi 2025 adalah Menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna). Visi ini masih amat relevan untuk dipertahankan, dengan tetap mempertimbangkan integrasi pendidikan dan kebudayaan ke dalam satu kementerian. Makna insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis.

Dengan mangecu kepada Nawacita, memperhatikan visi 2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 serta integrasi pembangunan pendidikan dan kebudayaan, ditetapkan Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024 adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang andal, profesional, inovatif, dan berintegritas dalam pelayanan kepada Presiden dan Wakil Presiden untuk mewujudkan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden: “Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong.”

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan Misi Presiden dan Wakil Presiden dengan uraian sebagai berikut:

(28)

[AUTHOR NAME] 25

responsif, kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan negara;

2. Memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dalam menyelenggarakan kekuasaaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara;

3. Menyelenggarakan pelayanan yang efektif dan efisien di bidang pengawasan, administrasi umum, informasi, dan hubungan kelembagaan; dan

4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan prasarana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dalam mewujudkan Visi dan Misi Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024, Kemendikbud bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan dan kebudayaan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Sedangkan fungsi dari Kemendikbud sebagai berikut:

a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pendidik dan tenaga kependidikan, pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan vokasi, pendidikan tinggi, dan pengelolaan kebudayaan;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian formasi pendidik, pemindahan pendidik, dan pengembangan karir pendidik, serta pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan lintas daerah provinsi;

c. Penetapan standar nasional pendidikan dan kurikulum nasional pendidikan menengah, pendidikan dasar, pendidikan anak usia dini, dan pendidikan nonformal; d. Pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan tinggi;

e. Pelaksanaan fasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan dan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan vokasi, dan pendidikan tinggi, serta pengelolaan kebudayaan;

f. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pendidik dan tenaga kependidikan, pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan vokasi, pendidikan tinggi, dan pengelolaan kebudayaan;

(29)

[AUTHOR NAME] 26

h. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan perfilman nasional;

i. Pelaksanaan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra indonesia;

j. Pelaksanaan pengelolaan sistem perbukuan;

k. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan kementerian di daerah;

l. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan kementerian;

m. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian;

n. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan kementerian; dan

o. Pelaksanaan dukungan substantif untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis kementerian.

Dalam bidang Pendidikan, Kemendikbud akan terus meningkatkan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan pembangunan pendidikan dasar dan menengah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, serta meningkatkan mutu layanan pendidikan tinggi agar visi pembangunan pendidikan tercapai. Demi mewujudkan Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong, layanan pendidikan perlu diperluas dan diakses oleh semua anak Indonesia tanpa pembedaan atas faktor apapun. Satuan pendidikan dan keluarga dapat menyukseskan Visi dan Misi Pendidikan dan Kebudayaan melalui pengembangan potensi anak lewat olah hati, pikir, rasa, dan raga yang seimbang demi terwujudnya insan-insan yang berkarakter. Disadari bahwa tercapainya visi dan misi yang disebutkan di atas tidak dapat terjadi tanpa komitmen seluruh pemangku kepentingan pendidikan, baik yang berada dalam pemerintahan maupun masyarakat luas.

(30)

[AUTHOR NAME] 27 B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2019 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada Pasal 17 disebutkan bahwa Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi memiliki mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang vokasi.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan di bidang pendidikan vokasi, pendidikan kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan standar dan penjaminan mutu peserta didik, sarana prasarana, dan tata kelola pendidikan vokasi, pendidikan kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

3. Pelaksanaan kebijakan penetapan standar dan penjaminan mutu dosen dan tenaga kependidikan pada pendidikan vokasi;

4. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik, sarana prasarana, dan tata kelola pendidikan kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

5. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik, sarana prasarana, dan tata kelola pendidikan kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

6. Pelaksanaan kemitraan dan penyelarasan pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri;

7. Perumusan pemberian izin penyelenggaraan perguruan tinggi vokasi swasta yang diselenggarakan oleh masyarakat;

8. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendidikan vokasi, pendidikan kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

9. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal; 10. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Untuk memperlancar dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi memiliki kelengkapan organisasi yang terdiri atas:

(31)

[AUTHOR NAME] 28

Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri.

Struktur organisasi pada Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi dapat digambarkan sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Ditjen Pendidikan Vokasi

1. Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2019 Pasal 117 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan disebutkan bahwa Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Setditjen Pendidikan Vokasi) mempunyai tugas melaksanakan pelayanan administratif dan koordinasi pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal serta urusan ketatausahaan Direktorat Jenderal. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Setditjen Pendidikan Vokasi menyelenggarakan fungsi:

(32)

[AUTHOR NAME] 29

a. koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang pendidikan tinggi vokasi dan profesi, sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

b. pengelolaan data dan informasi di bidang pendidikan tinggi vokasi dan profesi, sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; c. koordinasi dan pelaksanaan kerja sama di bidang pendidikan tinggi vokasi dan

profesi, sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

d. koordinasi pengelolaan dan laporan keuangan Direktorat Jenderal;

e. penyusunan bahan peraturan perundang-undangan dan penelaahan dan fasilitasi advokasi hukum di lingkungan Direktorat Jenderal;

f. pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat Jenderal; g. pengelolaan kepegawaian di lingkungan Direktorat Jenderal;

h. koordinasi dan penyusunan bahan publikasi dan hubungan masyarakat di bidang pendidikan tinggi vokasi dan profesi, sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

i. pengelolaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal;

j. koordinasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang pendidikan tinggi vokasi dan profesi, sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; dan k. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat Jenderal.

Sekretariat Ditjen Pendidikan Vokasi terbagi atas Subbagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, barang milik negara, persuratan, kearsipan, dan kerumahtanggaan Direktorat Jenderal.

(33)

[AUTHOR NAME] 30

Struktur organisasi pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Setditjen Pendidikan Vokasi

2. Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan

Sesuai dengan ketentuan Pasal 122 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan disebutkan bahwa Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan standar, pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, fasilitasi penyelenggaraan, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola dan penilaian pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan kesetaraan pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, serta penyiapan pemberian izin penyelenggaraan sekolah menengah kejuruan yang diselenggarakan perwakilan negara asing atau lembaga asing dan urusan ketatausahaan Direktorat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan menyelenggarakan fungsi:

(34)

[AUTHOR NAME] 31

a. perumusan kebijakan di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola dan penilaian pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan kesetaraan pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

b. perumusan standar di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola dan penilaian pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan kesetaraan pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

c. pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola dan penilaian pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan kesetaraan pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

d. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola dan penilaian pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan kesetaraan pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

e. fasilitasi penyelenggaraan di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola dan penilaian pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan kesetaraan pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

f. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola dan penilaian pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan kesetaraan pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja pada sekolah menengah kejuruan;

g. penyiapan pertimbangan pemberian izin penyelenggaraan sekolah menengah kejuruan yang diselenggarakan perwakilan negara asing dan sekolah menengah kejuruan kerja sama yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan asing dengan lembaga pendidikan Indonesia;

(35)

[AUTHOR NAME] 32

h. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola dan penilaian pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan kesetaraan pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; i. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

Direktorat Sekolah Menengah terdiri atas Subbagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, barang milik negara, persuratan, kearsipan, dan kerumahtanggaan Direktorat.

Struktur organisasi pada Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan

3. Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi

Sesuai dengan ketentuan Pasal 126 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan disebutkan bahwa Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan standar, pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu, fasilitasi penyelenggaraan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembelajaran, peserta didik, kelembagaan, sarana prasarana, dan dosen dan tenaga kependidikan pendidikan

(36)

[AUTHOR NAME] 33

tinggi vokasi dan profesi serta penyiapan pemberian izin penyelenggaraan perguruan tinggi vokasi dan profesi yang diselenggarakan oleh masyarakat dan perwakilan negara asing atau lembaga asing serta urusan ketatausahaan Direktorat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang pembelajaran, peserta didik, kelembagaan, sarana prasarana, dan dosen dan tenaga kependidikan pendidikan tinggi vokasi dan profesi;

b. perumusan standar di bidang pembelajaran, peserta didik, kelembagaan, sarana prasarana, dan dosen dan tenaga kependidikan pendidikan tinggi vokasi dan profesi;

c. pelaksanaan kebijakan di bidang pembelajaran, peserta didik, kelembagaan, sarana prasarana, dan dosen dan tenaga kependidikan pendidikan tinggi vokasi dan profesi;

d. pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang pembelajaran, peserta didik, kelembagaan, sarana prasarana, dan dosen dan tenaga kependidikan pendidikan tinggi vokasi dan profesi;

e. fasilitasi penyelenggaraan di bidang pembelajaran, peserta didik, kelembagaan, sarana prasarana, dan dosen dan tenaga kependidikan pendidikan tinggi vokasi dan profesi;

f. penyiapan pemberian izin penyelenggaraan perguruan tinggi vokasi dan profesi yang diselenggarakan oleh masyarakat dan perwakilan negara asing atau lembaga asing;

g. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembelajaran, peserta didik, kelembagaan, sarana prasarana, dan dosen dan tenaga kependidikan pendidikan tinggi vokasi dan profesi; dan

h. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi terdiri atas Subbagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas

(37)

[AUTHOR NAME] 34

melakukan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, barang milik negara, persuratan, kearsipan, dan kerumahtanggaan Direktorat.

Struktur organisasi pada Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi

4. Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri

Sesuai dengan ketentuan Pasal 132 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan disebutkan bahwa Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, fasilitasi, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kemitraan dan penyelarasan dunia usaha dan dunia industri dengan sekolah menengah kejuruan, pendidikan tinggi vokasi dan profesi, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja serta urusan ketatausahaan Direktorat. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang kemitraan dan penyelarasan dunia usaha dan dunia industri dengan sekolah menengah kejuruan, pendidikan tinggi vokasi dan profesi, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

(38)

[AUTHOR NAME] 35

b. pelaksanaan kebijakan di bidang kemitraan dan penyelarasan dunia usaha dan dunia industri dengan sekolah menengah kejuruan, pendidikan tinggi vokasi dan profesi, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kemitraan dan penyelarasan dunia usaha dan dunia industri dengan sekolah menengah kejuruan, pendidikan tinggi vokasi dan profesi, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

d. fasilitasi di bidang kemitraan dan penyelarasan dunia usaha dan industri dengan sekolah menegah kejuruan, pendidikan tinggi vokasi dan profesi, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

e. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kemitraan dan penyelarasan dunia usaha dan dunia industri dengan sekolah menengah kejuruan, pendidikan tinggi vokasi dan profesi, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; f. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kemitraan dan penyelarasan

dunia usaha dan dunia industri dengan sekolah menengah kejuruan, pendidikan tinggi vokasi dan profesi, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; dan g. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri terdiri atas Subbag Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, barang milik negara, persuratan, kearsipan, dan kerumahtanggaan Direktorat.

(39)

[AUTHOR NAME] 36

Struktur organisasi pada Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.5 Struktur Organisasi Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha

dan Dunia Industri

5. Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan

Sesuai dengan ketentuan Pasal 130B Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2019 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan disebutkan bahwa Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan standar, pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, fasilitasi penyelenggaraan, pemberian bimbingan teknis supervisi, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja serta penyiapan pemberian izin penyelenggaraan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja pada kursus dan pelatihan yang diselenggarakan perwakilan negara asing atau lembaga asing dan urusan ketatausahaan Direktorat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

(40)

[AUTHOR NAME] 37

b. perumusan standar di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

c. pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

d. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

e. fasilitasi penyelenggaraan di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

f. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

g. penyiapan pemberian izin penyelenggaraan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja pada kursus dan pelatihan yang diselenggarakan perwakilan negara asing atau lembaga asing;

h. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; dan i. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan terdiri atas Subbagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, barang milik negara, persuratan, kearsipan, dan kerumahtanggaan Direktorat.

(41)

[AUTHOR NAME] 38

Struktur organisasi pada Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.6 Struktur Organisasi Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan

6. Politeknik Negeri dan Akademi Komunitas Negeri

Politeknik Negeri dan Akademi Komunitas Negeri mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Dalam melaksanakan sebagaimana dimaksud, politeknik negeri maupun akademi komunitas negeri menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan dan pengembangan pendidikan vokasi; b. pelaksanaan penelitian;

c. pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat; d. pelaksanaan pembinaan sivitas akademika; dan e. pelaksanaan kegiatan pelayanan administrasi.

Susunan organisasi Politeknik Negeri dan Akademi Komunitas Negeri terdiri atas: a. Senat

merupakan organ yang menjalankan fungsi penetapan dan pertimbangan pelaksanaan kebijakan akademik.

Gambar

Gambar 1.1 Tema Pembangunan Pendidikan
Gambar 1.3 capaian kinerja SMK sampai tahun 2019
Gambar 1.5 Data Sebaram Politeknik di K/L lain
Gambar 1.6 Data Kursus dan Pelatihan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kun täydennysrakentamista koskeva tutkimus (Kleinhans 2004; Vaattovaara et al. 2009) osoittaa, että mitä pienempi fyysinen etäisyys on, sitä todennäköisempää on sosiaalinen

Bercak-bercak infiltrat yang terbentuk adalah bercak-bercak yang difus, mengikuti pembagian dan penyebaran bronkus dan ditandai dengan adanya daerah-daerah konsolidasi

Garis pantai sepanjang lebih dari 70 km yang dimiliki oleh Kabupaten Gunungkidul merupakan potensi yang besar untuk dikembangkan dalam sektor pariwisata alam

Grafik kepemilikan stasiun radio Untuk status pengelola infrastruktur televisi berupa stasiun pemancar televisi yang berada di Provinsi Papua, 60% pemancar dikelola oleh

Setelah mempelajari seluruh dokumen dan bukti-bukti secara mendalam, Majelis Komisi menemukan bahwa tidak ditemukannya hubungan secara langsung antara PKS dengan ditetapkannya PT

Berdasarkan hasil penelitian Nanopartikel Fe dapat dibuat dari pasir besi menggunakan ekstrak kulit bawang merah, ditunjukan dengan adanya perubahan warna dari

Ada perbedaan metode pembelajaran mind mapping dengan menggunakan media power point dan metode pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa kelas

Untuk perhitungan logika Fuzzy terdiri dari penulisan kode program untuk menghitung derajat keanggotaan variabel cahaya, suhu, kelembaban, kode program untuk mencari