• Tidak ada hasil yang ditemukan

MPO akreditasi RS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MPO akreditasi RS"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN DAN

PENGGUNAAN OBAT

PENGGUNAAN OBAT

(MPO)

Dr.dr.Sutoto,M.Kes

KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT

(2)

Curiculum vitae: DR.Dr.Sutoto.,M.Kes

JABATAN SEKARANG:

 Ketua KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit ) Th 2011-2014

 Ketua umum PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) Th 2009-2012/ 2012-2015

 Dewan Pembina MKEK (Majelis Kehormatan Etika Kedokteran) IDI Pusat 2009-2012/2012-2015

 Dewan Pembina AIPNI (Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia)

 Anggota Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Kementerian Kesehatan R.I

 Dewan Pengawas RS Mata Cicendo,Pusat Mata Nasional PENDIDIKAN:

PENDIDIKAN:

1. SI Fakultas Kedokteran Univ Diponegoro

2. SII Magister Manajemen RS Univ. Gajahmada

2. SII Magister Manajemen RS Univ. Gajahmada

3. S III Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (Cumlaude)

PENGALAMAN KERJA

 Staf Pengajar Pascasarjana MMR UGM, UMY, UHAMKA

 Surveyor Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) sejak 1998

 Kepala Puskesmas Purwojati, Banyumas, Jawa Tengah, tahun 1978-1979

 Kepala Puskesmas Jatilawang, Banyumas,jawa Tengah., tahun 1979-1992  Direktur RSUD Banyumas Jawa Tengah 1992-2001

 Direktur Utama RSUP Fatmawati Jakarta 2001 - 2005

 Direktur Utama RS Kanker Dharmais Jakarta 2005-2010

(3)

UU RS

(PS 15)

KEFARMASIAN

 (1) Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi

dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau

 (2) Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti standar

pelayanan kefarmasian

 (3) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di

Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu

 (4) Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi Rumah Sakit

harus wajar dan berpatokan kepada harga patokan yang ditetapkan Pemerintah

 (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian

(4)
(5)

Sutoto.KARS 5 Permenkes 1197/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

(6)

Sutoto.KARS 6 Permenkes 1197/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

(7)
(8)

DEFINISI-DEFINISI

Sutoto.KARS

(9)

DEFINISI-DEFINISI

(10)

LANJUTAN…

(11)

3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi

dan Alat Kesehatan Unit Kompetensi

3.1. Mampu Melakukan Penilaian Resep Unit

Kompetensi

3.2. Mampu Melakukan Evaluasi Obat yang

Diresepkan Unit Kompetensi

Diresepkan Unit Kompetensi

3.3. Mampu Melakukan Penyiapan dan

Penyerahan ObatYang Diresepkan

(12)

 ORDERING ERROR  TRANSCRIBING ERROR  DISPENSING ERROR  ADMINISTERING ERROR

Medication Error

Sutoto.KARS 12

Wakefield.Douglas.,Implementing Shared Formulary and E-based Medication Order Review to Create "Closed Loop" Medication Process in Critical Access Hospitals. September 16, 2009,. the 2009 AHRQ Annual Conference.

(13)

Suggestion for Improving Medication Processes

are Challenges for All Hospitals

1.

Ensure allergy information accompanies

patients

2.

Use Drug Interaction Software

3.

Pharmacists review of all medication orders

4.

Provide reference materials at point of care

4.

Provide reference materials at point of care

5.

Make allergy information available

6.

Place pharmacists in patient care units

7.

Connect medication orders to lab results

Sutoto.KARS 13

Wakefield.Douglas.,Implementing Shared Formulary and E-based Medication Order Review to Create "Closed Loop" Medication Process in Critical Access Hospitals. September 16, 2009,. the 2009 AHRQ Annual Conference.

(14)

Sutoto.KARS 14

Karthikeyan.M,Lalitha.D., .A prospective observational study of medication errors in general medicine department in a tertiary care

(15)

PROBLEM MUTU DALAM LAYANAN

KESEHATAN

1.

OVERUSE : Melakukan prosedure medis

secara berlebihan,

kmk cedera meningkat,

biaya meningkat

2.

UNDERUSE:tidak melakukan prosedure

2.

UNDERUSE:tidak melakukan prosedure

yang seharusnya dilakukan

ibu menderita

hepatitis B, bayinya tak diberi gl0buline dan

vaksinasi

3.

MISUSE: melakukan prosedur yang tidak

sesuai standar

(16)

TERMINOLOGI KESELAMATAN PASIEN DALAM

PELAYANAN KEFARMASIAN

1.

Kejadian tidak diharapkan / KTD (Adverse

Event), pada pemberian obat

Adverse Drug

Event), contoh: Pemberian obat pada orang

yang salah

yang salah

2.

Reaksi obat yang tidak diharapkan

(ROTD/Adverse Drug Reaction), contoh: Steven

Johnson Syndrom

3.

Efek obat yang tidak diharapkan (Adverse Drug

Effect) , contoh: Mengantuk pada penggunaan

CTM

meningkatkan risiko jatuh

(17)

Rekonsiliasi obat

Telaah Obat

Pelayanan fokus pasien:

Penyiapan Obat Telaah/ Skrining obat PTO MESO/ ROTD Lapor PFT Perencanaan,Pengadaan, disimpan Skrining Dan registrasi Rencana

asuhan Rencanapulang

HPK

MKI

PPI

PPK

SKP

5 benar Resep Asesmen awal Lapor TKPRS IKP OBAT

(18)

Standar MPO.1

Penggunaan obat di RS sesuai dengan UU, dan peraturan yg berlaku dan diorganisir secara efisien untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Elemen Penilaian MPO.1

1. Ada perencanaan atau kebijakan atau dokumen lain yg mengidentifkasi bagaimana penggunaan obat diorganisir dan dikelola di RS

2. Semua penataan yan dan petugas yg mengelola proses obat dilibatkan dalam struktur organisasi

ORGANISASI DAN MANAJEMEN

struktur organisasi

3. Kebijakan mengarahkan semua tahapan manajemen obat dan penggunaan obat dalam RS

4. Sekurang-kurangnya ada satu review manajemen obat yg didokumentasikan dalam selama 12 bulan terakhir

5. Pelayanan farmasi & penggunaan obat sesuai dgn UU & peraturan yg berlaku 6. Sumber informasi obat yg tepat tersedia bagi semua yg terlibat dalam

penggunaan obat.

(19)

ORGANISASI DAN MANAJEMEN : Standar MPO.1

Penggunaan obat di RS sesuai dengan UU, dan peraturan yg berlaku dan diorganisir secara efisien untuk memenuhi kebutuhan pasien

Regulasi RS :

1.

Kebijakan pelayanan farmasi lengkap

2.

Kebijakan Pedoman pengorganisasian farmasi,

struktur organisaasi, uraian tugas masing-masing

struktur organisaasi, uraian tugas masing-masing

staf

3.

Pedoman pelayanan farmasi

Dokumen Implementasi:

Formularium RS & Sumber info obat di unit

pelayanan

Bukti review system manajemen obat

(20)

REVIEW TAHUNAN OBAT

Review tahunan mengumpulkan semua informasi dan

pengalaman berhubungan dengan manajemen pengobatan

Data untuk review :

Masalah yang terkait dengan

 Seleksi dan pengadaan obat

 Penyimpanan

Pemesanan/peresepan dan pencatatan (transcribe)Persiapan (preparing) dan penyaluran (dispensing)Persiapan (preparing) dan penyaluran (dispensing)  Pemberian dan pemantauan

Monitoring sebagai hasil perubahan di dalam formularium

(formulary), seperti penambahan dan pengurangan obat

Monitoring kesalahan obat dan KNC (near misses)

Pertimbangan untuk praktek berbasis bukti (EBM) yang baru

(21)

Elemen Penilaian MPO.1.1

1. Seorang petugas yg mempunyai izin, sertifikat dan terlatih

Standar MPO.1.1

Seorang ahli farmasi berizin, teknisi atau profesional

lain yg terlatih mensupervisi yan farmasi

21

1. Seorang petugas yg mempunyai izin, sertifikat dan terlatih

mensupervisi semua aktivitas

2. Petugas tsb memberikan supervisi terhadap proses yg

diuraikan dalam MPO.2 sampai dengan MPO.5.

(22)

Regulasi RS :

Pedoman pengorganisasian farmasi (uraian

jabatan supervisor)

Standar MPO.1.1

Seorang ahli farmasi berizin, teknisi atau

profesional lain yg terlatih mensupervisi yan

farmasi

jabatan supervisor)

SK pengangkatan Ka instalasi Farmasi (STRA

dan SIPA lengkap)

Dokumen Implementasi

Catatan supervisi

(23)

SELEKSI DAN PENGADAAN OBAT

Maksud dan tujuan MPO2

1. Rumah sakit harus memiliki dan mengembangkan formularium obat dan terapi

2. Penyusunan formularium obat:

1. Proses kolaboratif

2. Mempertimbangkan kebutuhan dan keselamatan pasien serta kondisi

2. Mempertimbangkan kebutuhan dan keselamatan pasien serta kondisi ekonomisnya.

3. Bila terjadi kehabisan obat (karena terlambatnya pengiriman, stok nasional kurang dll) yang tidak diantisipasi dalam

pengendalian inventaris yang normal harus ada suatu proses untuk mengingatkan para pembuat resep tentang kekurangan obat tersebut dan saran substitusinya

(24)

SELEKSI DAN PENGADAAN

Standar MPO.2

Obat dengan cara seleksi yg benar, digunakan untuk peresepan atau

pemesanan, sudah ada di stok atau sudah tersedia. Elemen Penilaian MPO.2

1. Ada daftar obat yang dalam stok rumah sakit sakit atau siap tersedia dari 1. Ada daftar obat yang dalam stok rumah sakit sakit atau siap tersedia dari

sumber luar.

2. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan daftar tersebut (kecuali ditetapkan oleh peraturan atau otoritas di luar rumah sakit)

3. Ada proses yang disusun untuk menghadapi bilamana obat tidak tersedia, pemberitahuan kepada pembuat resep serta saran substitusinya.

(25)

Regulasi :

Memiliki Formularium RS

Prosedur penanganan bila terjadi

ketidaktersediaan stok obat di RS

Standar MPO.2

Obat dengan cara seleksi yg benar, digunakan untuk

peresepan atau pemesanan, sudah ada di stok atau sudah tersedia.

ketidaktersediaan stok obat di RS

Dokumen implementasi :

Formularium dan daftar stok obat RS

Bukti rapat PFT dalam menyusun dan

mengembangkan Formularium

MoU dengan pemasok obat

(26)

Elemen Penilaian MPO.2.1.

1. Ada metode untuk mengawasi penggunaan obat dalam RS

2. Obat dilindungi terhadap kehilangan atau pencurian di seluruh RS

3. Para praktisi pelayanan kesehatan dilibatkan dalam proses pemesanan, penyaluran, pemberian dan monitoring proses, juga diikut-sertakan dalam memantau dan menjaga daftar obat

4. Keputusan untuk menambah atau mengurangi obat dari daftar dipandu

Standar MPO.2.1.

Ada metode untuk mengawasi daftar obat yang tersedia dan

penggunaan obat di rumah sakit

4. Keputusan untuk menambah atau mengurangi obat dari daftar dipandu

dengan kriteria

5. Bila ada obat yang baru ditambahkan dalam daftar, ada proses atau

mekanisme untuk memonitor bagaimana obat digunakan dan KTD yang tidak diantisipasi

6. Daftar ditelaah sekurang-kurangnya setahun sekali berdasarkan atas informasi tentang safety dan efektivitas.

(27)

Regulasi :

Kebijakan pengawasan penggunaan obat dan pengamanan

obat

SK Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

Standar MPO.2.1.

Ada metode untuk mengawasi daftar obat yang tersedia dan

penggunaan obat di rumah sakit

Dokumen implementasi :

Kriteria menambah dan mengurangi obat dalam

formularium

Form usulan obat baru

Form monitoring penggunaan obat baru dan KTD

Proses revisi formularium (minimal setahun sekali) dan

Notulen rapat

(28)

CONTOH KRITERIA PEMILIHAN OBAT UNTUK MASUK FORMULARIUM:

1. Mengutamakan penggunaan obat generik.

2. Perbandingan obat generik : original: me too= x:y:z

3. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita.

4. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.

5. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.

6. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan

6. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan

7. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien

8. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.

9. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence

based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan, dengan harga

yang terjangkau

(29)

Contoh Kriteria Penghapusan Obat :

Obat-obat yang jarang digunakan (slow moving)

akan dievaluasi.

Obat-obat yang tidak digunakan (death stock)

setelah waktu 3 (tiga) bulan maka akan

diingatkan kepada dokter-dokter terkait yang

diingatkan kepada dokter-dokter terkait yang

menggunakan obat tersebut. Apabila pada 3

(tiga) bulan berikutnya tetap tidak/kurang

digunakan, maka obat tersebut dikeluarkan dari

buku formularium.

Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh

Pemerintah/BPOM atau dari pabrikan.

(30)

Standar MPO.2.2

RS Dapat Segera Memperoleh Obat Yg Tidak Ada Dlm

Stok Atau Yg Normal Tersedia Atau Sewkt-wkt

Bilamana Farmasi Tutup

Elemen Penilaian MPO.2.2

1.

Ada proses untuk persetujuan dan pengadaan obat yg

dibutuhkan tapi tidak ada dalam stok atau yg secara normal

dibutuhkan tapi tidak ada dalam stok atau yg secara normal

tersedia di RS

2.

Ada proses untuk mendapatkan obat pada saat dimana

farmasi tutup atau persediaan obat terkunci

3.

Staf memahami proses pd maksud & tujuan

(31)

Unit Anestesi, radiologi, diagnostic imaging, kardiologi,

radiation oncology dan pelayanan lain yang berisiko tinggi: RS harus memiliki perencanaan pengadaan obat dan alkes

dalam keadaan biasa dan keadaan darurat (bila persediaan kosong)

 Staf Memahami:

 Tentang alat, perbekalan dan obat yang harus ada/disyaratkan atau

direkomendasikan, untuk memberikan pelayanan terencana

 Rekomendasi peralatan, perbekalan, dan obat dapat berasal dari :

 Lembaga pemerintah

 Organisasi profesi anestesi nasional atau internasional  Sumber lain yang berwenang

Lihat TKP 3.2.1

(32)

REGULASI

SPO bila persediaan obat/stok kosong

SPO bila farmasi tutup/persediaan obat terkunci

Standar MPO.2.2

RS Dapat Segera Memperoleh Obat Yg Tidak Ada Dlm

Stok Atau Yg Normal Tersedia Atau Sewkt-wkt

Bilamana Farmasi Tutup

SPO bila farmasi tutup/persediaan obat terkunci

Dokumen implementasi :

Buku catatan dan Formulir permintaan

obat/alkes bila stok kosong/tidak tersedia di RS

(33)

Elemen Penilaian MPO.3

1. Obat disimpan dalam kondisi yg sesuai bagi stabilitas produk.

2. Bahan yg terkontrol dilaporkan secara akurat sesuai UU dan peraturan yg berlaku

PENYIMPANAN

Standar MPO.3

Obat disimpan dengan baik dan aman.

berlaku

3. Obat dan bahan kimia yg digunakan untuk menyiapkan obat diberi label secara akurat untuk isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan

4. Seluruh tempat pernyimpanan obat diinspeksi secara berkala sesuai kebijakan RS untuk memastikan obat disimpan secara benar

5. Kebijakan RS menjabarkan cara identifikasi dan penyimpanan obat yg dibawa oleh pasien

(34)

Regulasi :

Pedoman penyimpanan obat lengkap untuk masing masing

area penyimpanan

Kebijakan pelabelan obat obat dan bahan kimia yang

digunakan menyiapkan obat

PENYIMPANAN

Standar MPO.3

Obat disimpan dengan baik dan aman.

Kebijakan pelaporan obat dari unit

Dokumen implementasi :

Laporan narkotik & psikotropik

Bukti pelabelan obat dan bahan kimia yang digunakan

menyiapkan obat

Dokumen/catatan inspeksi berkala

Formulir rekonsiliasi obat yang dibawa dari rumah

(35)

Contoh Kebijakan Umum Penyimpanan

Perbekalan Farmasi

Kebijakan Penyimpanan Obat RS XYZ:

 Disesuaikan dengan bentuk Sediaan dan jenisnya, suhu penyimpanan dan stabilitasnya,sifat bahan, danketahanan terhadap Cahaya (lihat petunjuk penyimpanan masing-masing obat

 Obat disusun alphabetis

 Sistem FIFO (First in first out} atau FEFO( first expired first out)

 Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat

diberi label: isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan

 Elektrolit pekat konsentrat dilarang disimpan di unit pelayanan

 Unit tertentu yang dapat menyimpan elektrolit konsentrat harus dilengkapi

dengan SPO Khusus untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati

 Obat high alert diberi stiker HIGH ALERT, obat NORUM/LASA diberi stiker NORUM/LASA

 Obat yang dibawa pasien dari rumah harus dicatat dalam formulir

rekonsiliasi obat dan disimpan di ………

(36)
(37)
(38)

CONTOH

LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)

NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)

TALLMAN LETTERING

hidralazine

cerebyx

vinblastine

hidroxyzine

celebrex

vincristine

vinblastine

chlorpropamide

glipizide

Daunorubicine

vincristine

chlorpromazine

glyburide

doxorubicine

Sutoto.KARS 38

(39)

CONTOH

LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)

NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)

TALLMAN LETTERING

hidraALAzine

ceREBYx

vinBLASTine

hidrOXYzine

ceLEBRex

vinCRIStine

vinBLASTine

chlorproPAMIDE

glipiZIde

DAUNOrubicine

vinCRIStine

chlorproMAZINE

glYBURIde

dOXOrubicine

Sutoto.KARS 39

(40)
(41)

Look Alike Sound Alike

LASA

(42)
(43)
(44)

Aoccdrnig to a rscheearch at Cmabrigde

Uinervtisy, it deosn't mttaer in waht

oredr the ltteers in a wrod are, the olny

iprmoetnt tihng is taht the frist and lsat

ltteer be at the rghit pclae. The rset can

be a toatl mses and you can sitll raed it

be a toatl mses and you can sitll raed it

wouthit porbelm. Tihs is bcuseae the

huamn mnid deos not raed ervey lteter by

istlef, but the wrod as a wlohe.

(45)

UPAYA PENCEGAHAN KESALAHAN PENANGAN

OBAT LASA

TallMan Lettering:

Smart Pumps, Automated Dispensing Cabinets,

Medication Administration Record, Central

pharmacy, Storeroom, IV room and satellites

Medication Administration Record, Central

pharmacy, Storeroom, IV room and satellites

Labelling similar products

(46)

LASA

LASA

(47)

LASA

(48)

LASA

(49)

LASA

(50)

1

2

3

4

5

OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT (ISMPs)

HIGH

ALERT

6

7

8

(51)

9

10

11

12

13

OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT (ISMPs)

HIGH

ALERT Sutoto.KARS 51

13

14

15

16

(52)

17

18 19

20

OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT (ISMPs)

HIGH

ALERT 20 21 22 23 24 Sutoto.KARS 52

(53)

DAFTAR OBAT HIGH ALERT

OBAT SPESIFIK

1 Amiodarone IV

2 Colcichine Injection

3 Heparin, Low moluculer weigt injection

4 Heparin Unfractionated IV 5 Insulin SC dan IV 6 Lidocaine IV HIGH ALERT 6 Lidocaine IV

7 Magnesium SUlfat Injecion

8 Methotrxate oral non oncologic use

9 Netiride

10 Nitroprusside sodium for injection

11 Potasium Cloride for injection concentrate

12 Potasium Phospate injection

13 Sodium Chloride injection hypertonic >0.9%

14 Warfarin

(54)

CONTOH: KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT

DEFINISI:

Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya

yang bermakna bila digunakan secara salah

KETENTUAN :

1.

Setiap unit yan obat harus punya daftar obat high

alert, Obat LASA, Elektrolit Konsentrat, serta

panduan penata laksanaan obat high alert

panduan penata laksanaan obat high alert

2.

Setiap staf klinis terkait harus tahu penata

laksanaan obat high alert

3.

Obat high alert harus disimpan terpisah, akses

terbatas, diberi label yang jelas

4.

Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam

keadaan emergensi, atau nama obat harus di eja

perhuruf

HIGH ALERT

(55)

CONTOH:KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI

INSTALASI FARMASI

1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat

2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan diserahkan kepada perawat

3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain

4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya dan diberi stiker high alert

stiker high alert

5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double, setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan dicatat

6. Sebelum perawat memberikan obat high alert lakukan double check kepada perawat lain untuk memastikan 5 benar (pasien, obat, dosis , rute, waktu)

7. Obat hig alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan

pompa infus, tempel stiker label nama obat pada botol infus. Dan di

isi dengan catatan sesuai ketentuan ALERTHIGH

(56)

Look-Alike High Alert Drugs

LOOK ALIKE

HIGH ALERT

(57)

CONTOH STIKER OBAT HIGH ALERT PADA BOTOL

INFUS

(58)

Contoh Pedoman Penyimpanan Perbekalan

Farmasi

Penyimpaan Pebekalan Farmasi Umum:

 Simpan sesuai ketentuan dalam standar yan far

Bahan berbahaya :

 Simpan dalam tempat terpisah  Tersedia APR/pemadam api

Diberi label sesuaikan dengan klasifikasi B3

 Diberi label sesuaikan dengan klasifikasi B3

Gas Medis:

 Disimpan terpisah dari tempat perbekalan farmasi  Bebas dari sumber api

 Ventilasi harus baik

Obat Narkotika:

 Disimpan dalam lemari khusus dengan pintu ganda dan terkunci

(59)

B3: TETAPKAN PROSES UNTUK

1. inventarisasi bahan & limbah berbahaya  bahan kimia, bahan

kemoterapi, bahan dan limbah radioaktif, gas dan uap berbahaya serta limbah medis dan infeksius lain sesuai ketentuan.

2. penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya;

3. pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden

lainnya; lainnya;

4. pembuangan limbah berbahaya yang benar;

5. peralatan dan prosedur perlindungan yang benar pada saat penggunaan,

ada tumpahan (spill) atau paparan (exposure);

6. pendokumentasian, meliputi setiap izin dan perizinan/lisensi atau

ketentuan persyaratan lainnya;  MSDS (material safety data sheet) 7. pemasangan label yg benar pd bahan &limbah berbahaya.

(60)
(61)
(62)
(63)

Contoh :

Rekonsiliasi obat dan Daftar Obat Yang Dipakai dari Rumah

Tgl Daftar obat yang menimbulkan alergi Seberapa berat alerginya? R=ringan

S=Sedang B=Berat

Reaksi alreginya

Label identitas pasien Rekonsiliasi Obat – daftar obat dibawa dari rumah

Semua jenis obat ; obat resep, bebas, herbal atau tcm yg dibawa dari rumah

Tanggal Nama obat Dosis/frekuensi berapa lama Alasan makan

obat Berlanjut saatrawat inap ?

Ya tidak

1. 2. 3. 4.

NAMA DAN TANDA TANGAN YANG MELAKUKAN INTERVIU

(64)

Elemen Penilaian MPO.3.1

1. Kebijakan RS menjabarkan cara penyimpanan yg tepat bagi

Standar MPO.3.1

Kebijakan RS mendukung penyimpanan yg tepat

dari obat-obatan/medications dan produk nutrisi yg

tersedia

1. Kebijakan RS menjabarkan cara penyimpanan yg tepat bagi

produk nutrisi

2. Kebijakan cara penyimpanan obat radioaktif, untuk keperluan

investigasi dan sejenisnya

3. Kebijakan cara obat sample disimpan dan dikendalikan

4. Semua penyimpanan sesuai dengan kebijakan RS.

(65)

Standar MPO.3.1

Kebijakan RS mendukung penyimpanan yg tepat dari

obat-obatan/medications dan produk nutrisi yg

tersedia

Regulasi :

Pedoman pelayanan tentang penyimpanan

produk nutrisi, radioaktif dan obat sample

produk nutrisi, radioaktif dan obat sample

SPO penyimpanan produk nutrisi,

SPO penyimpanan radioaktif

SPO penyimpanan obat sampel

Implementasi:

Penyimpanan sesuai kebijakan dan SPO

(66)

Standar MPO.3.2

Obat-obatan Emergensi Tersedia, Dimonitor Dan Aman

Bilamana Disimpan Di Luar Farmasi.

Elemen Penilaian MPO.3.2

1. Obat emergensi tersedia dlm unit dimana akan diperlukan

atau dpt terakses segera dalam RS untuk memenuhi

atau dpt terakses segera dalam RS untuk memenuhi

kebutuhan yg bersifat emergensi

2. Kebijakan RS mengarahkan bagaimana obat emergensi

disimpan, dilindungi dari kehilangan atau pencurian

3. Obat emergensi dimonitor dan diganti secara tepat setelah

digunakan, kadaluwarsa atau rusak

(67)

Regulasi

Kebijakan penyimpanan obat emergensi,

standar obat emergensi di masing-masing unit.

SPO penyimpanan obat emergensi di

masing-Standar MPO.3.2

Obat-obatan Emergensi Tersedia, Dimonitor Dan

Aman Bilamana Disimpan Di Luar Farmasi.

SPO penyimpanan obat emergensi di

masing-masing unit

SPO penggantian obat emergensi yang rusak

atau kadaluarsa

Dokumen Implementasi:

Catatan supervisi/penggantian obat emergensi

(68)

Regulasi

Kebijakan penyimpanan obat emergensi dan

standar obat emergensi di masing-masing unit.

SPO penyimpanan obat emergensi di

masing-Standar MPO.3.2

Obat-obatan Emergensi Tersedia, Dimonitor Dan

Aman Bilamana Disimpan Di Luar Farmasi.

SPO penyimpanan obat emergensi di

masing-masing unit

SPO penggantian obat emergensi yang rusak atau

kadaluarsa

Dokumen Implementasi:

Catatan supervise/penggantian obat emergensi

(69)

Contoh: Kebijakan Penyimpanan Obat Emergensi

Tempat menyimpan : TROLI/KIT/LEMARI/KOTAK

OBAT EMERGENSI

Akses terdekat dan selalu siap pakai .

Terjaga isinya/aman

kunci plastik dg no register

Isi sesuai standar di masing-masing unit

Tidak boleh dicampur obat lain

Dipakai hanya untuk emergensi saja dan sesudah

akai harus melaporkan untuk segera diganti

Di cek secara berkala apakah ada yg

rusak/kadaluwarsa

(70)

Kunci Plastik

Disposable dengan nomor register

TROLI EMERGENSI

(71)

TAS EMERGENSI

(72)

Elemen Penilaian MPO.3.3

1. Ada sistem penarikan obat

2. . Kebijakan dan prosedur mengatur setiap

Standar MPO.3.3

RS mempunyai sistem penarikan (recall) obat

2. . Kebijakan dan prosedur mengatur setiap

penggunaan obat yang diketahui kadaluwarsa atau

ketinggalan jaman

3. Kebijakan dan prosedur mengatur pemusnahan obat

yang diketahui kadaluwarsa atau ketinggalan jaman

4. Kebijakan diimplementasikan

(73)

Regulasi :

Kebijakan penarikan obat

Kebijakan pengelolaan obat kadaluarsa

Standar MPO.3.3

RS mempunyai sistem penarikan

(recall) obat

Kebijakan pengelolaan obat kadaluarsa

Pedoman / prosedur pelayanan tentang

penarikan obat, pengelolaan obat kadaluarsa

dan pemusnahan obat

Dokumen Implementasi

Berita acara pemusnahan obat

(74)

PEMESANAN DAN PENCATATAN (ordering & transcribing)

Standar MPO.4

Peresepan, pemesanan, dan pencatatan diarahkan oleh kebijakan

& prosedur

Elemen Penilaian MPO.4

1. Kebijakan & prosedur di RS mengarahkan peresepan, pemesanan dan pencatatan obat yg aman

2. Kebijakan & prosedur menyebutkan tindakan yg terkait dengan penulisan resep yg tak terbaca dan pemesanan yg tidak jelas

yg tak terbaca dan pemesanan yg tidak jelas

3. Adanya proses kerjasama untuk mengembangkan kebijakan & prosedur

4. Staf yg terkait terlatih secara benar dalam praktek penulisan resep, pemesanan dan pencatatan

5. Rekam medis pasien memuat daftar obat yg sedang dipakai sebelum dirawat inap & informasi ini tersedia di farmasi & para pemberi asuhan pasien

6. Order pertama obat dibandingkan dgn daftar obat seblm dirawat, sesuai SPO

(75)

Regulasi :

 Kebijakan tentang :

 Peresepan

 Pemesanan obat  Pencatatan obat

PEMESANAN DAN PENCATATAN (ordering & transcribing)

Standar MPO.4

Peresepan, pemesanan, dan pencatatan diarahkan oleh

kebijakan & prosedur

Pencatatan obat

 SPO bila resep tak terbaca/tak jelas  SPO telaah rekonsiliasi obat

Dokumen implementasi :

 Rapat Panitia Farmasi dalam menyusun/mengmbangkan Kebijakan dan

SPO

 Pelatihan staf dalam penulisan resep, pemesanan obat, pencatatan obat  Formulir rekonsiliasi obat

(76)

CONTOH: ISI KEBIJAKAN PERESEPAN

 HanyaYang Berhak Menulis Dan Memesan Resep SajaYangdilayani

 (Tersedia Daftar Staf MedisYang Berhak Menulis Resep/ Daftar PetugasYang Berhak Memesan Resep Di Instalasi Farmasi)

 Resep Harus Lengkap ( Tersedia Contoh Dan Keterangan ResepYang Lengkap )  Sebelum Menulis Rerep Harus Melakukan Penyelarasan Obat (Medication

Reconciliation) . Penyelarasan Obat Adalah Membandingkan Antara Daftar Obat Yang Sedang Digunakan Pasien Dan ObatYang Akan Diresepkan Agar Tidak

Terjadi Duplikasi Atau Terhentinya Terapi Suatu Obat

 Penulis Resep Harus Memperhatikan Tiga Kemungkinan :

1. Kontraindikasi

2. Interaksi Obat

3. Reaksi Alergi.

 Tulisan Harus Jelas Dan Dapat Dibaca

 Menggunakan Istilah Dan SingkatanYang Ditetapkan RS Dan tidak Boleh Menggunakan SingkatanYang Dilarang (Tersedia Daftar Singkatan Yang Digunakan Di Rs Dan Daftar SingkatanYang Dilarang)

(77)

SEBELUM MENULIS RESEP SETIAP

DOKTER HARUS MELAKUKAN CEKING

TERHADAP

1.

KONTRA INDIKASI

2.

ALERGI

3.

INTERAKSI OBAT

(78)

Contoh :

Rekonsiliasi obat dan Daftar Obat Yang Dipakai dari Rumah (Patient medication Hstory)

Tgl Daftar obat yang menimbulkan alergi Seberapa berat alerginya? R=ringan

S=Sedang B=Berat

Reaksi alreginya

Label identitas pasien Daftar riwayat alergi

Daftar semua jenis obat yg digunakan pasien atau dibawa dari rumah; (obat resep, bebas, herbal atau tcm)

Tanggal Nama obat Dosis/frekuensi berapa lama Alasan makan

obat Berlanjut saatrawat inap ?

Ya tidak

1. 2. 3. 4.

resep, bebas, herbal atau tcm)

NAMA DAN TANDA TANGAN YANG MELAKUKAN INTERVIU

(79)

RUANG/INSTALASI:: TANGGAL:

ALERGI : TIDAK/ YA : ………

Contoh Petunjuk penulisan Resep

IDENTITAS PASIEN: (STIKER) BERAT BADAN :

NAMA DOKTER

(80)

Herbs or supplements that may increase clotting

tendencies when taken with warfarin

(coumadin*):

Vitamin K, ginseng (although ginseng alone actually

increases bleeding), coenzyme Q10, green tea (in

large amounts)

(Adapted from Am J Health-Syst Pharm

2000;57(13):1221-1230; US Pharmacist

2000;57(13):1221-1230; US Pharmacist

2000;25(8):42-53;

MayoClinic.com

January 2008)

Read more at Suite101:

Drugs and Herbs that

Interfere with Warfarin: Coumadin Interacts with

Hundreds of other Medicines and Supplements |

Suite101.com

http://suite101.com/article/drugs-and-

herbs-that-interfere-with-warfarin-a84045#ixzz24d85ID00

(81)

Elemen Penilaian MPO.4.1

1. Pesanan obat atau penulisan resep yg bisa diterima

dijabarkan dan sekurang-kurangnya elemen a) sampai

Standar MPO.4.1

RS menjabarkan secara lengkap elemen dari suatu pemesanan

atau penulisan resep serta jenis pemesanan yg dapat

digunakan

81

dijabarkan dan sekurang-kurangnya elemen a) sampai

dengan i) disebutkan dalam kebijakan

2. Pesanan obat atau penulisan resep lengkap sesuai

kebijakan RS

(82)

Regulasi :

Kebijakan penulisan resep memuat

9(sembilan ) elemen

Standar MPO.4.1

RS menjabarkan secara lengkap elemen dari suatu pemesanan atau penulisan resep serta jenis pemesanan yg dapat

digunakan

9(sembilan ) elemen

Dokumen implementasi :

Resep sesuai kebijakan

(83)

Kebijakan Elemen Pemesanan/Penulisan Resep Yang

Lengkap

1. a) Data identifikasi pasien yg akurat

2. b) Elemen-elemen dari pemesanan / penulisan resep

3. c) Bilamana nama generik atau nama dagang adalah akseptabel atau diperlukan

4. d) Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu PRN (pro re nata, atau “bila perlu”) atau pesanan obat yang lain.

5. e) Prosedur khusus untuk pemesanan obat LASA//’NORUM’

6. f) Tindakan yang harus diambil bila pemesanan obat tidak lengkap,

6. f) Tindakan yang harus diambil bila pemesanan obat tidak lengkap, tidak terbaca atau tidak jelas

7. g) Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan seperti pada pesanan dan setiap elemen yang dibutuhkan dalam pesanan yang emergensi, dalam daftar tunggu (standing), automatic stop dan seterusnya.

8. h) Pesanan obat secara verbal atau melalui telpon : tulis lengkap, baca ulang dan konfirmasi

9. i) Jenis pesanan yang berdasarkan berat, seperti untuk kelompok pasien anak

(84)

Contoh: Automatic Stop Order

(85)

Lanjutan>>>>>>>>>

(86)

Contoh : KEBIJAKAN AUTOMATIC STOP

ORDER

 I. TUJUAN:

 Tjuan kebijakan automatic stop order Untuk memastikan bahwa terdapat obat yang harus dievaluasi dan ditinjau secara konsisten dan bahwa informasi ini diberi tahu kepada dokter.

 III. KEBIJAKAN:

 Rumah Sakit akan memastikan administrasi aman obat melalui proses stop order.

proses stop order.  IV. PROSEDUR:

 A. obat berikut akan otomatis dihentikan oleh Instalasi Farmasi setelah penggunaan awal telah dimulai:

1. Ketorolac - setelah 5 hari penggunaan 2. Nesiritide - setelah 2 hari penggunaan

3. Alvimopan - setelah 15 dosis telah diberikan 4. Meperidin - setelah 2 hari penggunaan

 Proses stop order otomatis didefinisikan sebagai HARD STOP

(87)

BAD PRESCRIBING HABITS

1.

Lead To Ineffective And Unsafe Treatment,

2.

Exacerbation Or Prolongation Of Illness,

3.

Distress And Harm To The Patient,

4.

Higher Costs.

5.

The Prescriber Vulnerable To Influences Which Can

5.

The Prescriber Vulnerable To Influences Which Can

Cause Irrational Prescribing, Such As Patient Pressure,

Bad Example Of Colleagues, Highpowered

Salesmanship.

6.

Later On, New Graduates Will Copy Them,

(88)

By the end of 2004, JCAHO expects full compliance in all

handwritten, print and electronic media documents related to these dangerous abbreviations.

(89)
(90)

Daftar

obat

high

alert

(91)
(92)

ELEKTROLIT KONSENTRAT

1.

Kalium/potasium klorida = > 2 mEq/ml

2.

Kalium/potasium fosfat => 3 mmol/ml

3.

Natrium/sodium klorida > 0.9%

Sutoto.KARS 92

3.

Natrium/sodium klorida > 0.9%

(93)
(94)
(95)
(96)

CONTOH

KEBIJAKAN OBAT HIGH ALERT

DEFINISI:

Obat gerisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang

bermakna bila digunakan secara salah

KEBIJAKAN:

Setiap unit yan obat harus punya daftar obat high alert

Setiap unit yan obat harus punya daftar obat high alert

dan panduan penanganan obat hig alert

Setiap staf klinis terkait harus tahu penangannan obat

high alert

Obat high alert harus disimpan terpisah, akses

terbatas, diberi label yang jelas

Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam

keadaan emergensi

HIGH

ALERT

(97)

CONTOH

KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI

INSTALASI FARMASI

Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat

Beri stiker high alert pada setiap ampul yang diserahkan

kepada perawat

Pisahkan obat high alert dengan obat lain

Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya

Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya

Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari

terkunci, setiap pengeluaran harus diketahui oleh

penanggung jawabnya dan dicatat

Sebelum perawat memberikan obat hig alert cek kepada

perawat lain untuk memastikan tak ada salah pasien dan

salah dosis

Obat hig alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan

ketepatan pompa infus, jika lebih dari satu tempel label

nama obat pada tiap selang infus

HIGH ALERT

(98)

Standar MPO.4.2

RS mengidentifikasi petugas yg kompeten yg

diijinkan untuk menuliskan resep atau memesan

obat-obatan.

Elemen Penilaian MPO.4.2

1. Hanya orang yg diijinkan oleh RS dan badan pemberi lisensi

1. Hanya orang yg diijinkan oleh RS dan badan pemberi lisensi

terkait, UU dan peraturan dapat menuliskan resep atau

memesan obat

2. Ada proses untuk menetapkan batas, bila perlu, untuk praktek

menuliskan resep atau memesan obat

3. Petugas yg diijinkan untuk menuliskan resep dan memesan

obat dikenal oleh unit yan farmasi atau orang lain yg

mengeluarkan obat

(99)

Regulasi :

Kebijakan penulisan resep umum sesuai ketentuan

perundang-undangan

Standar MPO.4.2

RS mengidentifikasi petugas yg kompeten

yg diijinkan untuk menuliskan resep atau

memesan obat-obatan.

perundang-undangan

Kebijakan batasan penulisan resep khusus (misal obat

kemoterapi, radioaktif, narkotika/psikotropika, dll)

SK direktur tentang yang berhak menuliskan resep

serta daftar orangnya dan resep khusus serta daftar

orang. Daftar orang yang berhak memesan obat dan

alkes

(100)

Elemen Penilaian MPO.4.3

Standar MPO.4.3

Pencatatan setiap pasien yg menerima obat berisi satu daftar

obat yg diresepkan atau dipesan untuk pasien serta berapa

kali obat diberikan. Termasuk pula obat yg diberikan “bila

perlu”. Bila informasi ini dicatat pada lembaran obat yg

terpisah, maka lembaran tersebut diselipkan dalam status

pasien saat dipulangkan atau dipindahkan.

Elemen Penilaian MPO.4.3

1. Obat yg diresepkan atau dipesan dicatat untuk setiap

pasien

2. Pemberian obat dicatat untuk setiap dosis

3. Informasi obat tercatat dalam status pasien atau

diselipkan kedalam status pasien saat dipulangkan

(101)

Standar MPO.4.3

Pencatatan setiap pasien yg menerima obat berisi

satu daftar obat yg diresepkan atau dipesan untuk

pasien serta berapa kali obat diberikan. Termasuk

pula obat yg diberikan “bila perlu”. Bila informasi

ini dicatat pada lembaran obat yg terpisah, maka

lembaran tersebut diselipkan dalam status pasien saat

dipulangkan atau dipindahkan.

Regulasi:

SPO Penyertaan formulir pencatatan obat dalam status

pasien saat pasien dipindahkan/ dipulangkan

Dokumen implementasi :

Formulir pencatatan pemberian obat memuat nama

obat dan dosis serta mencakup Informasi obat (misal

“bila perlu”)

(102)

No Nama Obat Dosis Rute Nama Dr /Tanda Tangan Diperiksa Oleh Diberikan Oleh Waktu Pemberian (jam) Keterangan

Label identitas pasien

Contoh

Tabel Pencatatan Obat

1 Misal : Bila

perlu

2

3

(103)
(104)

PERSIAPAN DAN PENYALURAN (dispensing)

Standar MPO.5 Obat dipersiapkan dan

dikeluarkan dalam lingkungan yg aman dan

bersih

Elemen Penilaian MPO.5

1. Obat dipersiapkan dan disalurkan dalam area yg bersih dan

1. Obat dipersiapkan dan disalurkan dalam area yg bersih dan

aman dengan peralatan dan supplai yg memadai

2. Persiapan dan penyaluran obat harus memenuhi UU, peraturan

dan standar praktek profesional

3. Staf yg menyiapkan produk steril dilatih dalam hal teknik

aseptik

(105)

Regulasi :

Pedoman/ prosedur pelayanan tentang

penyiapan dan penyaluran obat dan produk

PERSIAPAN DAN PENYALURAN (dispensing)

Standar MPO.5 Obat dipersiapkan dan

dikeluarkan dalam lingkungan yg aman dan

bersih

penyiapan dan penyaluran obat dan produk

steril sesuai ketentuan

Dokumen Implementasi

Sertifikat pelatihan teknik aseptic untuk

petugas terkait

(106)

HANDLING CYTOTOXIC DRUG

Sutoto.KARS 106

(107)

NAMA-NAMA OBAT KEMOTERAPI YANG SERING DIGUNAKAN TERMASUK NAMA KANKER YANG DIOBATINYA (ROGERS, 1987; CHABNER ET AL. 1996;

JOCHIMSEN, 1992; MCFARLAND ET AL. 2001 DALAM NIOSH 2004A, 2004B):

 Agent Ankylating (mengganggu mitosis dan pebelahan sel normal)

a. Chlombucil (Leukeran ®) kanker payudara, paru, ovarium dan testis; Penyakit Hidgkin’s b. Cyclophosphamide (Cytoxan ®)multiple myeloma; kanker payudara, paru dan ovarium. c. Carmustine (BiCNU ®)melanoma maligna, tumor otak.

 Antimetabolit (mengganggu sintesis asam folat, purin dan pyrimidine)

a. Methotrexate (Mexate ®)leukemia, kanker paru, dan kanker payudara

b. Fluorouracil (Adrucil ®)kanker kandung kemih, hati, pancreas, paru, dan payudara c. Mercaptopurine (Purinethol ®)leukemia akut.

 Antibiotik (menyebabkan pemecahan rantai tunggal atau rantai ganda DNA)

a. Actinomycin D (Cosmegen ®)Sarkoma Kaposi, rhabdomyocarcoma b. Doxorubicin (Adriamycin) leukemia akut, kanker payudara

c. Bleomycin (Bleo ®)Limfoma Hodgkins/ non Hodgkins, Kanker testis

 Produk Alami (obat antimitosis) (mencegah mitosis dan menyebabkan penghentian

metaphase).

a. Vinblastine (Velban ®)Limfoma non Hodgkin, kanker payudara dan testis. b. Vincristine (Oncovin ®)kanker paru sel kecil, Limfoma non Hodgkins

c. Paclitaxel (Taxol ®)Kanker ovarium dan kanker payudara

 Agent miscellaneous

a. Hydroxyurea (Hydrea ®)bekerja sebagai anti metabolit dalam fase S; melanoma

(108)

DAFTAR OBAT-OBAT KEMOTERAPI YANG SERING DIGUNAKAN SEBAGAI ANTI KANKER PADA PASIEN (VANCHIERI, 2005):

 1. Kelompok I: Karsinogenik pada manusia a. Azathioprine b. Busulfan c. Cholorambucil d. Cyclophosphamide e. Melphalan f. MOPP g. Semustine h. Tamoxifen i. Thiotepa i. Thiotepa j. Threosulfan

 2. Kelompok II: mungkin karsiongen (probable carcinogens) a. Carmustine b. CCNU c. Cisplatin d. Doxorubicin e. Nitrogen Mustard f. Procarbazine

 3. Kelompok III: diduga karsinogen (possible carcinogens)

a. Bleomycin b. Dacarbacin c. Mitamycin

(109)

TINDAKAN PENCEGAHAN UNTUK PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI YANG AMAN (NIOSH, 2004a,b):

 a. Siapkan obat ini dalam suatu tempat khusus yang ditangani oleh petugas yang mempunyai wewenang.

b. Siapkan obat ini dalam suatu biological Safety cabinet (BSC) terutama BCS kelas II tipe B atau kelas III (Suatu BSC yang mengalirkan udara dari dalam BSC keluar menjauhi

ruangan).

c. Gunakan alat suntik (syring) dan set infuse dengan system Luer-Lok™ untuk persiapan dan pemberian obat ini. Buang syring dan jarumnya pada wadah yang didesain untuk melindungi petugas dari cidera [tertusuk].

d. Pertimbangkan untuk menggunakan alat untuk membawa obat dengan system tertutup dan system tanpa jarum.

tertutup dan system tanpa jarum.

e. Hindari kontak kulit. Gunakan baju pelindung disposibel yang terbuat dari bahan yang antitembuh cairan. Baju ini tertutup dibagian depannya, tangan panjang.

f. Gunakan sarung tangan berkualitas tinggi yang bebas bedak, yang menutupi lengan baju

g. Gunakan dua pasang sarung tangan (didouble). h. Ganti sarung tangan secara periodic

i. Pakai plastic penutup wajah atau kacamata google untuk menhindari kontak dengan matam hidung, dan mulut dari obat tersebut, dimana obat ini dapat memercik,

menyemprot atau menjadi aerosol.

j. Buka baju pelindung secara hati-hati untuk menghindari perluasan kontaminasi. k. Lakukan pelatihan untuk menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya keamanan

(110)

TIP PERLINDUNGAN DIRI (NIOSH, 2004a,b):

 Jangan makan atau minum [atau merokok] ditempat dimana obat antineoplastik disiapkan atau diberikan

 Biasakan atau mampu untuk mengenali sumber paparan terhadap antineoplasma.

 Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan melepaskan alat pelindung diri seperti baju pelindung disposibel dan sarung tangan disposibel.

 Tangani sampah yang berhubungan dengan obat antineoplasma  Tangani sampah yang berhubungan dengan obat antineoplasma

secara terpisah dengan sampah rumah sakit lain. Tangani sampah tersebut sebagai sampah-sampah berbahaya.

 Bersihkan tumpahan obat sesegera mungkin dengan menggunakan metode kewasapadaan yang tepat.

 Pelajari kebjakatan tertulis rumah sakit dalam menangani obat antineoplasma.

 Pelajari dan akses jurnal serta publikasi yang berhubungan dengan penanganan obat kemoterapi yang aman.

(111)

PENCEGAHAN PEMAPARAN OBAT KEMOTERAPI

1. Mencegah resiko yang berasal dari petugas

1) Tidak boleh makan dan minum ditempat pencampuran obat. 2) Tidak boleh mengunyah makanan dan merokok.

3) Tidak boleh memakai kosmetik ditempat pencampuran.

4) Tidak boleh menyimpan makanan dan minuman bersama sama dengan obat kemoterapi dalam satu kulkas.

5) Harus memakai tehnik mencuci tangan yang baik. 6) Harus menggunakan alat pelindung diri.

b. Pencegahan paparan melalui alat.

Sutoto.KARS 111

b. Pencegahan paparan melalui alat.

1) Harus memakai proteksi lengkap saat menangai alat alat yang habis dipakai. 2) Alat – alat direndam dengan deterjen kemudian bilas dengan air.

2. Pencegahan saat persiapan

1) Pakailah pakaian pelindung dengan lengan panjang dan bermanset elastis dengan bahan yang bersifat menahan penetrasi partikel obat

2) Gunakan topi untuk melindungi kepala.

3) Gunakan kaca mata untuk melindungi dari percikan.

4) Gunakan masker untuk mengurangi resiko terhirupnya melalui mulut dan hidung. 5) Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontak dengan obat pada tangan.

(112)

3. Pencegahan saat persiapan obat sitostatika 1) Cuci tangan

2) Cegah kebocoran pada sarung tangan. 3) Sediakan alat-alat yang diperlukan.

4) Tutup troli dengan pengalas dan kertas/ bahan yang menyerap. 5) Jangan tumpah dan meninggalkan aerosol.

6) Wajah jangan terlalu dekat saat membuka ampul.

7) Sebelum membuka ampul pastikan tidak ada cairan di ujung ampul. 8) Gunakan kasa pada waktu membuka ampul .

LANJUTAN….

8) Gunakan kasa pada waktu membuka ampul . 9) Cegah kevakuman yang berlebihan pada ampul

10)Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup agar tidak mengulang dua kali.

11) Gunakan kasa steril untuk mengeluarkan kelebihan udara dari spuit 12) Buat label dengan lengkap ( nama pasien, MR, obat, dosisi,tgl

pencampuran ) tempelkan di spuit/ plabot/ botol

13) Letakkan obat pada tempat yang aman ( bak spuit, box tertutup )

(113)

LANJUTAN….

4. Pencegahan saat memberikan obat sitostatika 1) Pakailah proteksi secara lengkap.

2) Gunakan spuit / set injeksi yang telah disediakan.

3) Gunakan kateter kecil, jangan menggunakan wing needle karena kaku dan merusak vena

4) Teliti dan hati-hati saat menyuntikkan obat sitostatika dan ketika penggantian jarum

5) Alasi dibawah penyuntikan dengan pengalas untuk menghindarkan tumpahan atau lelehan

tumpahan atau lelehan

6) Hindari obat jatuh ke alat – alat tenun diatas tempat tidur.

5. Pencegahan saat membuang sampah sitostatika

 1) Material/ bahan–bahan yang terkontaminasi harus dibungkus dengan

aman, material yang tajam dimasukkan ketempat yang tidak mudah bocor 2) Bahan dan sampah terkontaminasi dengan obat antineoplasma

dimusnahkan di incenerator dengan suhu >1000 oC

(114)

Saat-saat Petugas Kesehatan Terpapar Antineoplasma di Rumah Sakit (NIOSH, 2004a,b)

1.

Menghitung tablet dari botol obat

2.

Memecah atau menghancurkan tablet menjadi sedian cair.

3.

Menyiapkan cairan

4.

Menangani cairan

5.

Memberikan obat

6.

Membuang cairan

6.

Membuang cairan

7.

Membuang perangkat infuse yang telah digunakan atau peralatan

yang digunakan untuk pemberian obat tersebut.

8.

Membersihan tumpahan

9.

Membuang feses, urin, linen tempat tidur pasien yang diobati

dengan obat tersebut

10.

Mencuci linen yang digunakan oleh pasien yang diobati dengan

oabt tersebut.

(115)

Petugas kesehatan dirumah sakit yang berpotensi untuk

terpapar obat antineoplasma adalah sebagai berikut (NIOSH, 2004a,b)

1.

Staf rumah sakit yang bekerja ditempat cairan tersebut

berada mulai dari persiapan, pemberian dan pembuangan

alat-lat yang digunakan (termasuk persiapan obat dengan

menghancurkan obat tablet).

2.

Petugas farmasi yang menyiapkan cairan [obat

kemoterapi]

kemoterapi]

3.

Petugas rumah sakit dibagian onkologi, yang melakukan

infuse dan memberikan cairan tersebut.

4.

Petugas kesehatan yang membuang feses, urin dan

lain-lain dari pasien yang diobati dengan obat tersebut.

5.

Petugas kesehatan yang menangani linen yang digunakan

oleh pasien yang diberikan obat kemoterapi

(116)

THERE ARE THREE TYPES OF BIOLOGICAL SAFETY CABINETS

1. Class I: The Class I biological safety cabinet is an open-front negative pressure cabinet The exhaust air from the cabinet is filtered by a high-efficiency particulate air (HEPA) filter. The Class I biosafety cabinet will provide personnel and environmental protection, but not product

protection.

2. Class II: The Class II vertical laminar-flow biological cabinet is an open-front, ventilated cabinet. This cabinet provides a HEPA-filtered,

recirculated mass airflow within the work space. The exhaust air from the cabinet is also filtered by HEPA filters. Thus, the Class II biosafety cabinet will provide personnel, environment and product protection. While HEPA will provide personnel, environment and product protection. While HEPA filters are effective for trapping particulates and infectious agents, these filters will not capture volatile chemicals or gases

3. Class III: The Class III cabinet is a totally enclosed ventilated cabinet of gas-tight construction. Operations within the Class III cabinet are

conducted through attached rubber gloves. When in use, the Class III cabinet is maintained through negative air pressure of at least 0.5 inches water gauge. Supply air is drawn into the cabinet through HEPA filters. The cabinet exhaust air is filtered by two HEPA filters, installed in series, before discharge outside of the facility. The exhaust fan for the Class III cabinet is generally separate from the exhaust fans of the facility's

4. ventilation system

(117)

BIOLOGICAL SAFETY CABINET

(118)

Pengelolaan Ceceran Obat Kemoterapi

1. Hanya petugas yang terlatih yang membersihkan ceceran obat kemoterapi.

2. Secepatnya diberi tanda dan beri peringatan kepada staf yang lain bahwa telah terjadi ceceran obat kemoterapi pada tempat yang diberi tanda.

3. Pakai alat pelindung diri lengkat dan gunakan sarung tangan double 4. Gunakan masker dianjurkan oleh NIOSH

5. Tempatkan kasa atau handuk yang menyerap diatas ceceran

6. Ambili pecahan kaca dengan menggunakan alat atau skop kecil dan buang pecahan kaca ke dalam tempat sampah khusus yang tahan tusukan.

7. Bersihkan daerah ceceran obat tiga kali dengan menggunakan detergen yang kemudian dibilas dengan air, dimulai dari area terkontaminasi

kemudian daerah sekiranya.

8. Buka alat pelindung diri dan buang ditempat sampah khusus.

(119)
(120)

STANDAR KOMPETENSI APOTEKER

(121)

Elemen Penilaian MPO.5.1

1. RS menjabarkan informasi spesifik pasien apa yg dibutuhkan untuk proses penelaahan yg efektif

2. Kecuali ada perkecualian yg terdapat pada maksud & tujuan, setiap resep atau pesanan obat ditelaah ketepatannya dan meliputi elemen a) sampai dengan g) tsb diatas. Jadi, setiap resep dan pesanan obat dievaluasi untuk ditelaah ketepatannya.

Standar MPO.5.1

Resep atau pesanan obat ditelaah ketepatannya

121

ditelaah ketepatannya.

3. Ada proses untuk menghubungi petugas yg menuliskan resep atau memesan obat bila timbul pertanyaan.

4. Petugas yg diijinkan untuk menelaah pesanan obat atau resep dinilai kompetensinya untuk tugas ini.

5. Penelaahan difasilitasi dengan catatan (profil) dari semua pasien yg menerima obat.

6. Bila digunakan software komputer, untuk meng-cross-check obat, untuk interaksi obat dan alergi, harus di-update secara berkala

(122)

Regulasi :

Kebijakan yang menetapkan kriteria informasi spesifik pasien apa yang

dibutuhkan untuk penelaahan resep yang efektif dan kriteria telaah

resep/pemesanan

SPO Penelaahan ketepatan resep sebelum pemberian (minimal 7

elemen)

SPO menghubungi petugas bila tulisan resep/pesanan tak jelas/timbul

Standar MPO.5.1

Resep atau pesanan obat ditelaah ketepatannya

SPO menghubungi petugas bila tulisan resep/pesanan tak jelas/timbul

pertanyaan

Panduan interaksi obat (bila blm punya soft-ware)

Dokumen implementasi :

 Uji kompetensi petugas penelaah resep

Penetapan software komputer untk interaksi obat dan alergi serta

ketentuan untuk up-dating

 Form telaah resep/pesanan obat

 Bukti –bukti telaah resep/pesanan obat

(123)

RESEP DITELAAH TENTANG (oleh petugas prof dan

terlatih)

1.

Ketepatan dari obat,Dosis , frekuensi dan route

pemberian;

2.

Duplikasi terapi

3.

Alergi atau reaksi sensitivitas yang

sesungguhnya maupun yang potensial

4.

Interaksi yang sesungguhnya maupun potensial

antara obat dengan obat-obatan lain atau

antara obat dengan obat-obatan lain atau

makanan

5.

Variasi dari kriteria penggunaan yang ditentukan

rumah sakit

6.

Berat badan pasien dan informasi fisiologis lain

dari pasien

7.

Kontra indikasi yang lain

(124)

Contoh Formulir telaah resep

NO TELAAH RESEP YA TDK KETERANGAN

/TINDAK LANJUT

1 KEJELASAN TULISAN RESEP 2 TEPAT OBAT 3 TEPAT DOSIS 4 TEPAT RUTE 4 TEPAT RUTE 5 TEPAT WAKTU 6 DUPLIKASI 7 ALERGI 8 INTERAKSI OBAT

9 BERAT BADAN (PASIEN ANAK) 10 KONTRA INDIKASI LAINNYA

NAMA DAN TANDA TANGAN PENELAAH

(125)
(126)

INTERAKSI OBAT

DALAM PERMENKES 2406/2011

BELUM SEMUA INTERAKSI OBAT TERCAKUP

(127)

TOP TEN DANGEROUS DRUG

INTERACTION IN LONG TERM CARE

(128)

Dangerous drug interaction between

warfarin and NSAIDs

(129)

Dangerous drug interaction between

warfarin and Sulfa Drugs

(130)

Dangerous drug interaction between

warfarin and Macrolides

(131)

Dangerous drug interaction between

warfarin and Quinolones

Gambar

Tabel Pencatatan Obat
Tabel Pecatatan Obat
Tabel Pencatatan Obat

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran

Kegiatan asesmen meliputi:(1) asesmen lingkungan, yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasikan harapan sekolah dan msyarakat (orang tua peserta didik), sarana

mudah di lupakan.Misalnya setiap akan tidur, anak terbiasa untuk membaca ayat-ayat Alquran,atau ketika membicarakan halyang berkenaan dengan persaudaraan, misalnya, maka

Praktik klinik stase keperawatan anak dilaksanakan di rumah sakit Tipe A. Rumah sakit yang digunakan adalah RSUD Ulin Banjarmasin didasarkan pada ketersediaan kasus

Dapat disimpulkan bahwa variabel Pengaruh Iklan Layanan Masyarakat Versi “Stop Sebar Berita Hoax” di Radio OZ Jakarta Terhadap Perilaku Pendengar Media Sosial

Pengetahuan berhubungan dengan perilaku, dan perilaku yang dilandasi pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan 5 .Di posyandu desa

panen kayu yang lama, kurangnya jaminan pasar, persaingan lahan untuk tanaman pertanian, kebutuhan harian yang akan terganggu, dan kurangnya penguasaan teknologi.

Optimasi terhadap parameter model yang berhubungan dengan karakteristik hidrologi DAS mampu memberikan nilai yang optimal terhadap parameter tersebut sehingga error