• Tidak ada hasil yang ditemukan

sk bab 8.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "sk bab 8.docx"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS CADASARI

Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. CadasariKab. PandeglangBanten

SURAT KEPUTUSAN

KEPALA PUKESMAS CADASARI Nomor :

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSKESMAS CADASARI

MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Baptis Batu, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Farmasi yang bermutu tinggi;

b. Bahwa agar pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Baptis Batu dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Baptis Batu sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Baptis Batu;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Baptis Batu.

MENGINGAT : 1. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. 2. Undang-Undang Republlik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan.

3. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas.

4. Peraturan Menteri Kesehatan nomor46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan.

5. Peraturan Menteri Kesehatan nomor46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi, .

(2)

6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/2003, tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/25/M.PAN/2/2004tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. 8. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 128

MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar puskesmas.

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197 / Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit

10. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tentang Pekerjaan Kefarmasian

12. Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Pandeglang.

(3)

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS CADASARI TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

PERTAMA : Kebijakan pelayanan Farmasi Puskesmas Cadasari sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Farmasi Rumah Sakit Baptis Batu dilaksanakan oleh Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit Baptis Batu.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya Ditetapkan di : Pandeglang Padatanggal : 2016 KEPALA PUSKESMAS CADASARI dr. H. Joko Suryanto NIP. 19690711.200604.1.006

Tembusan disampaikan dengan hormat kepada : 1. KepalaDinasKesehatanKabupatenPandeglang 2. Yang Bersangkutan Untuk Diketahui

(4)

Lampiran : Surat Keputusan Kepala Puskesmas Cadasari

Nomor :

Tentang :

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

PUSKESMAS CADASARI

1

.

Pengaturan dan manajemen :

a) Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi pemilihan, pengadaan, penyimpanan, permintaan/peresepan, penyalinan, distribusi, persiapan, pengeluaran, pemberian, dokumentasi dan pemantauan terapi obat-obatan. b) Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan

farmasi/perbekalan farmasi yang beredar di rumah sakit.

c) Sediaan farmasi / perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas medis

d) Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

e) Pelayanan farmasi dilaksanakan dengan sistem satu pintu.

f) Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijazah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang telah memilliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktek Apoteker.

g) Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan pengawasan distribusi.

2. Pemilihan dan pengadaan :

a) Pengadaan obat di rumah sakit dilaksanakan mengacu pada Formularium rumah sakit dan Formularium Nasional untuk JKN - BPJS. Proses pengadaan

(5)

dilaksanakan sesuai undang – undang yang berlaku, yang melibatkan jalur distribusi obat yang resmi, dengan pengelolaan yang dikendalikan secara penuh oleh rumah sakit.

(6)

b) Pemilihan obat masuk formularium dan penghapusan obat dari formularium harus mengikuti kriteria yang berlaku.

c) Bila suatu obat dalam resep tidak tersedia di instalasi farmasi, ada proses yang sudah ditetapkan rumah sakit untuk pemberitahuan kepada dokter penulis resep, saran substitusi, atau pengadaannya.

d) Pengawasan penggunaan obat di rumah sakit dilaksanakan oleh Panitia Farmasi dan Terapi

e) Anggota Panitia Farmasi dan Terapi telah diputuskan sesuai SK Direktur

f) Panitia Farmasi dan Terapi terlibat dalam proses pemesanan, penyaluran, pemberian dan monitoring pengobatan pasien, evaluasi dan penggunaan obat dalam formularium rumah sakit

g) Kriteria dan prosedur untuk penambahan dan pengurangan obat dari formularium ditetapkan oleh rumah sakit

h) Panitia Farmasi dan Terapi melakukan monitoring penggunaan obat baru serta timbulnya KTD akibat obat baru yang ditambahkan dalam formularium

i) Formularium ditelaah minimal satu kali dalam satu tahun, berdasarkan informasi tentang keamanan dan efektivitasnya. Proses telaah formularium dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.

j) Prosedur persetujuan dan pengadaan obat – obat yang diperlukan dalam pelayanan tetapi tidak tersedia dalam stok telah ditetapkan oleh rumah sakit.

3. Penyimpanan :

a) Penyimpanan obat dan perbekalan farmasi khusus (obat yang dibawa oleh pasien, obat emergency, obat progam kesehatan) dilaksanakan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.

b) Rumah sakit tidak melakukan penyimpanan dan pengelolaan obat sitostatika, Total

Parenteral Nutrition (TPN) dan produk steril karena belum ada fasilitas BSC

(Biological Safety Cabinet).

c) Rumah sakit menetapkan proses dan peralatan untuk pengamanan obat dan perbekalan farmasi lainnya.

d) Perbekalan farmasi khusus meliputi obat-obat narkotik dan psikotropik, obat-obat

High Alert, elektrolit pekat, bahan berbahaya dan beracun, produk nutrisi, dan bahan

(7)

e) Obat yang dibawa pasien dari luar, setelah melalui proses rekonsiliasi obat dan terapi boleh dilanjutkan, disimpan di Instalasi Farmasi rumah sakit untuk dilakukan proses UDD.

f) Sebagai proses monitoring dan evaluasi kondisi penyimpanan obat dan alat kesehatan, ditunjuk satu orang petugas farmasi untuk melakukan inspeksi secara berkala setiap dua minggu sekali.

g) Obat emergensi tersedia di unit-unit pelayanan pasien dan pengelolaannya dimonitor sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit

h) Sistem penarikan obat telah diatur sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit

i) Obat – obat yang kadaluwarsa dan ketinggalan jaman dipisahkan, disimpan dan dimusnahkan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit

4. Penyiapan dan pengeluaran :

a) Rumah sakit menyediakan fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan kefarmasian yang berlaku

b) Pelayanan obat dilaksanakan dalam area yang bersih dan aman, sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan rumah sakit

c) Instalasi Farmasi Rumah Sakit Baptis Batu memberikan pelayanan 24 jam.

d) Petugas farmasi yang kompeten melaksanakan proses skrining resep sebelum melayani resep

e) Ada prosedur yang ditetapkan rumah sakit bila resep dokter tidak terbaca

f) Pelayanan resep di rawat jalan dilaksanakan dengan sistem pelayanan resep individual g) Pelayanan resep di rawat inap dilaksanakan dengan sistem Unit Dose Dispensing (UDD)

h) Rumah sakit menyediakan sistem komputerisasi untuk proses pengelolaan mutasi stok dan pencatatan pelayanan obat yang terintegrasi

5. Pemberian :

a) Petugas farmasi yang berwenang memberikan obat adalah Apoteker yang telah memiliki SIPA dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki SIKTTK.

b) Dalam pemberian obat pada pasien rawat inap, wewenang pemberian obat didelegasikan kepada perawat. Perawat yang berwenang memberikan obat adalah perawat yang telah ditentukan kewenangannya sesuai Penugasan Klinis Perawat.

(8)

c) Dokter yang berwenang memberikan obat adalah semua dokter yang telah mendapatkan Surat Penugasan ( Clinical Appointment ) dari Direktur RS yang memuat kewenangan klinis ( Clinical Privileges ) yang boleh dilakukan di rumah sakit

d) Petugas farmasi melakukan proses telaah obat sebelum memberikan obat

e) Perawat melakukan proses telaah obat dan serah terima dengan menggunakan form 7 benar

f) Rumah sakit menyediakan sarana edukasi dan konseling bagi pasien yang menggunakan obat sendiri

g) Proses dokumentasi dan pengelolaan obat yang dibawa pasien saat masuk ke rumah sakit, dilakukan dalam proses Rekonsiliasi Obat oleh dokter, dan pengelolaan obat berikutnya dilakukan oleh instalasi farmasi

h) Rumah sakit tidak melakukan penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat sampel yang ditujukan untuk uji klinis kepada pasien.

6. Pemantauan

a) Ada proses Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Reaksi Obat Tidak Dikehendaki (ROTD) yang dilaksanakan secara kolaboratif, dengan prosedur yang sudah ditetapkan rumah sakit

b) Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Reaksi Obat Tidak Dikehendaki (ROTD) yang terpantau, ditulis di dalam dokumen rekam medik pasien dan dilaporkan selambat – lambatnya 2 x 24 jam dalam bentuk laporan MESO.

c) Instalasi Farmasi ikut serta dalam proses peningkatan mutu dan keselamatan pasien bersama Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Referensi

Dokumen terkait

bahwa salah satu Keputusan MUSDA-X Partai Golongan Karya Provinsi Gorontalo sebagaimana tersebut pada huruf a di atas adalah Pemilihan Ketua Dewan Pimpinan Daerah

mengamalkan perilaku jujur, mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, peduli (gotong royong, kerjasama, damai),

Sesuai dengan MKKG (Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung) maka untuk penanggulangan jika terjadi kebakaran di rumah sakit harus ada ketua pemadam kebakaran, petugas P3K dan

Dalam jangka pendek, bagaimanapun juga menyesuaikan pabrik Kardell untuk menggabungkannya dengan teknologi baru akan menelan biaya $70 juta dan sela proses

Animasi kemudian membentuk suatu bidang baru dalam ilmu komputer yaitu grafika komputer yang dapat digunakan untuk menggambarkan cara kerja suatu alat dan menampilkan

Setelah didapatkan larutan dengan berbagai komposisi, kemudian dilakukan uji sifat anti keruh dengan tahap-tahap; (1) Larutan Semak disemprotkan pada kedua permukaan kaca

 Theologi agama mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perbuatan yang dilakukan manusia, oleh karena itu Nilai moral dalam suatu agama merupakan ajaran yang

Galvanometer tidak dapat digunakan untuk mengukur kuat arus maupun beda potensial listrik yang relatif besar, karena komponen-komponen internalnya yang tidak mendukung.