• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN PENGGUNAAN MEDIA

BELAJAR MOCK-UPS UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA MATERI POKOK DINAMIKA LITHOSFER SISWA KELAS X-2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh:

ANDREAS AGUNG ADI KUNCORO K5407010

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2013

(2)

commit to user

ii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN PENGGUNAAN MEDIA

BELAJAR MOCK-UPS UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA MATERI POKOK DINAMIKA LITHOSFER SISWA KELAS X-2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh:

ANDREAS AGUNG ADI KUNCORO K5407010

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2013

(3)
(4)

commit to user

iv

(5)

commit to user

ABSTRAK

Andreas Agung Adi Kuncoro. K5407010. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

DAN PENGGUNAAN MEDIA BELAJAR MOCK-UPS UNTUK

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR

GEOGRAFI PADA MATERI POKOK DINAMIKA LITHOSFER SISWA KELAS X-2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Januari 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui peningkatan minat belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2010/2011 dengan menerapkan model pembelajaran STAD disertai penggunaan media belajar mock-ups; (2) Mengetahui peningkatan hasil belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2010/2011 dengan menerapkan model pembelajaran STAD disertai penggunaan media belajar mock-ups.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Sumber data dalam penelitian ini adalah (1) Siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak sebagai subyek penelitian sebanyak 33 orang, data yang dapat diperoleh antara lain informasi mengenai minat dan hasil belajar geografi setelah PTK dilaksanakan; (2) Guru pengampu mata pelajaran geografi kelas X-2, data yang diperoleh mengenai minat belajar serta hasil belajar awal siswa, sebelum perlakuan; (3) Dokumen atau arsip mengenai data siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali; (4) Peristiwa mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif STAD serta penggunaan media mock-ups ketika sedang dilakukan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (1) Angket (check list); (2) Tes hasil belajar geografi; (3) Dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Berdasakan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD disertai penggunaan media belajar mock-ups dapat meningkatkan minat serta hasil belajar geografi dalam materi pokok dinamika lithosfer. Terjadi peningkatan minat belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer, dengan rata-rata skor sebesar 95,393, sehingga minat belajar siswa tergolong baik. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan hasil tes kognitif. Ketuntasan belajar pada kondisi awal sebesar 12 % setelah dilakukan perbaikan pada siklus 1 meningkat menjadi 91 % . Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal sebesar 58,18 meningkat menjadi 81,81 %.

(6)

commit to user

ABSTRACT

Andreas Adi Agung Kuncoro. K5407010. APPLYING THE MODEL OF

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BY USING MOCKS UPS LEARNING MEDIA TO IMPROVE INTEREST AND RESULT LEARNING OF GEOGRAPHY SUBJECT ON THE BASIC MATERIAL IS LITHOSFER DYNAMICS. (Classroom Action Research at Second Grade of SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali in the Academic Year of 2010/2011). Thesis,

Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, january 2012.

The Objective of this research is to know (1) Improving of learning interest in basic geography material is lithosfer dynamics of second grade student of SMA Negeri 1 Ngemplak- Boyolali in academic year 2010/2011. Applying the model of STAD learning by using mocks up learning media. (2) To know improving of geography learning result on the basic material is lithosfer dynamics, second grade student of SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali in 2010/2011 Academic year by applying the model of STAD learning and mocks ups learning media.

This research is Classroom Action Research. The subject of this research is (1) The student of second grade of SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali as many as 33 students. The data was about interest and result of geography learning. After doing Classroom Action Research method ; (2) Before doing Classroom Action Research, the teacher of geography subject got interest and the result of learning. (3) The data about second grade students of SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali. (4) The activities as long as applied STAD cooperative learning. The technique of collecting data are; (1) Check list, (2) Test of geography learning, (3) Documentation. The technique of analyzing used descriptive qualitative.

Based on the result of research, it can be concluded that applied of STAD learning with Mocks Ups media can improve the interest and result learning in lithosfer dinamics as basic geography material. The improving of interest is 27 % by mean 95.393 so that it is classified as good result in interest result. The result of student learning can be see from the result of cognitive test. The complete learning in the beginning is 12% after remedial in cycle 1 increase to 91 %. The mean class in the first condition is 58,18 % increase to 81,81 %.

(7)

commit to user

MOTTO

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan

untuk berhasil

Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat

sebelum lelah

Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat berharga. Memiliki waktu tidak menjadikan kita kaya, tetapi menggunakannya dengan bijak adalah sumber

dari semua kekayaan.

(8)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan sebagai wujud rasa sayang dan cinta kasihku kepada:

1. Ibu dan bapak atas segala pengorbanan setulusnya.

2. Kakakku yang sekaligus sebagai teman terdekatku.

3. Ibu Darsi Nuryani atas segala upaya dan jasanya sehingga terciptalah karya tulis ini.

4.

(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya dengan kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini banyak diketemukan hambatan, namun dengan bantuan, serta dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penelitian untuk menyusun skripsi.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

4. Dr. Sarwono, M.Pd, selaku pembimbing I yang dengan penuh kesabaran membimbing serta mengarahkan peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Setya Nugraha, S.Si, M.Si, selaku pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahakan peneliti serta telah memberikan pelajaran-pelajaran yang tidak bisa didapatkan dari bangku akademis.

6. Drs. Wakino, M.S, selaku pembimbing akademik, yang dengan sabar memberikan banyak bimbingan selama ini.

7. Seluruh Dosen Program Studi Geografi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama ini.

8. Drs. Tri Wahyudi, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri I Ngemplak Boyolali, yang telah memberikan izin penelitian.

(10)

commit to user

ix

9. Ibu Darsi Nuryani, M.Pd, selaku guru pengampu Geografi SMA Negeri I Ngemplak Boyolali, yang telah banyak membantu, mengusahakan, membimbing, serta mengarahkan peneliti.

10. Siswa - siswi kelas X-2 SMA Negeri I Ngemplak Boyolali atas kerjasamanya selama penelitian dilakukan.

11. Sahabat sahabat Geografi angkatan 2007, terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

12. Sahabatku Puput yang telah membantu mengolah data serta semangatnya. 13. Dindin Rafiudin, Eri Setiawan, Beti Nias Rokah, Frediastuti Andriyana,

Khaerul Insani, Noeranti Amrikasari (debrain). Bersyukur punya sahabat seperti kalian.

14. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu pesatu.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, namun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.

Surakarta Januari 2012 Penulis

Andreas Agung Adi Kuncoro

(11)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Model Pembelajaran Kooperatif STAD ... 7

2. Media mock-ups... ... 11

3. Minat Belajar Geografi ... 17

4. Hasil Belajar Geografi... ... 18

B. Penelitian yang Relevan ... 19

C. Kerangka Berpikir ... 28

D. Pengajuan Hipotesis ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

(12)

commit to user

xi

2. Waktu Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian ... 32

C. Sumber Data ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Teknik Analisis Data ... 36

F. Indikator Kinerja ... 37

G. Prosedur Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 43

1. Lokasi Penelitian Secara Umum ... 43

2. Profil Sekolah ... 43

B. Hasil Penelitian ... 45

1. Kondisi Awal Minat belajar dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-2 ... 45

2. Tindakan Siklus I ... 45

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 45

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 46

c. Pengamatan Siklus I ... 48

d. Refleksi Siklus I ... 48

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 53

1. Minat Belajar Siswa ... 53

2. Hasil Belajar Siswa ... 54

3. Keterbatasan Penelitian ... 55

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 57

A. Simpulan ... 57

B. Implikasi ... 57

C. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Rata-Rata Kompetensi Dasar Siswa Kelas X-2

SMA Negeri 1 Ngemplak Semester 1 ... 4

Tabel 2. Tabel Skor Perkembangan Individu Model STAD ... 10

Tabel 3. Kelompok Media Pembelajaran ... 15

Tabel 4. Penelitian yang Relevan ... 23

Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 31

Tabel 6. Kisi kisi Angket Pengukuran Minat Belajar Geografi ... 34

Tabel 7. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Siklus 1 ... 35

Tabel 8. Rincian Kegiatan Belajar Siklus 1 ... 40

Tabel 9. Skor Perkembangan Individu Siklus I ... 48

Tabel 10. Kriteria Minat Belajar Siswa Dalam Belajar Geografi ... 49

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar ... 51

Tabel 12. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1 ... 52

(14)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale ... 13

Gambar 2. Alur Pemikiran Penelitian ... 30

Gambar 3. Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 32

Gambar 4. Peta Citra SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali ... 44

Gambar 5. Grafik Minat Belajar Siswa Siklus 1 ... 50

Gambar 6. Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 51

Gambar 7. Grafik Ketuntasan Belajar Siklus 1 ... 52

(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I) Lampiran 3. Angket Pengukuran Minat Belajar Geografi Lampiran 4. Soal Tes Siklus I

Lampiran 5. Kunci Jawaban Tes Siklus I Lampiran 6. Daftar Kelompok Siklus I Lampiran 7. Soal Berkelompok

Lampiran 8.Daftar Nilai Semester I Siswa SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2010/2011

Lampiran 9. Daftar Nilai Uji Kompetensi III Lampiran 10. Hasil Skoring Minat Belajar Siswa Lampiran 11. Daftar Nilai Siklus I

Lampiran 12. Tabel Uji Validitas Untuk Soal 1 20 (Tahap 1) Lampiran 13. Tabel Uji Validitas Untuk Soal 1 20 (Tahap 2) Lampiran 14. Tabel Uji Reliabilitas Untuk Soal 1 - 20

Lampiran 15. Tabel Uji Taraf Kesukaran Untuk Soal 1-20 Lampiran 16. Tabel Daya Pembeda Untuk Soal 1 - 20 Lampiran 17. Tabel Uji Validitas Untuk Soal 21 25 Lampiran 18. Lembar Skor Perkembangan Individu Siklus I Lampiran 19. Lembar Hasil Kerja Kelompok Siklus I Lampiran 20. Penghargaan Kelompok

Lampiran 21. Materi Pelajaran Dinamika Lithosfer Lampiran 22. Media Mock-Ups

Lampiran 23. Foto foto Penelitian Lampiran 24. Surat surat izin Penelitian

(16)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan melakukan perubahan kurikulum. Pada tahun 2001/2002 telah diperkenalkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dimana kurikulum ini merupakan pengembangan dari kurikulum 1994. Kini Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) telah disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mulai diberlakukan tahun 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan (sekolah). KTSP dikembangkan melalui upaya pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumberdaya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu hasil belajar di lingkungan masing-masing tingkat satuan pendidikan (sekolah). Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk memperbaiki mutu hasil belajar tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran serta dengan pemilihan media belajar yang tepat.

Tercapainya keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang diidamkan dalam pelaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran, komponen utama adalah siswa dan guru. Pembelajaran TCL (Teacher Centered Learning) sekarang ini masih banyak diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas dengan alasan pembelajaran TCL adalah praktis dan tidak banyak menyita waktu. Guru hanya menyajikan materi secara teoritik dan abstrak sedangkan siswa pasif, siswa hanya mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Akibat dari kebiasaan tersebut siswa menjadi kurang kreatif dalam memecahkan masalah, partisipasi rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal, kegiatan belajar mengajar tidak efisien dan pada akhirnya hasil belajar rendah.

Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Model pembelajaran tradisional dewasa ini mulai ditinggalkan

(17)

berganti dengan model yang lebih modern. Model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning. Pembelajaran kooperatif ini dimaksudkan agar dapat merubah pembelajaran yang masih bersifat Teacher centered menjadi student oriented.

STAD merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif. Model ini menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi serta membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Model pembelajaran STAD yang diterapkan pada materi pokok dinamika lithosfer akan dapat membantu peserta didik untuk menemukan serta membangun sendiri pemahaman pada materi pokok tersebut, sehingga ini akan dapat memberikan kesempatan kepada siswa agar lebih aktif dalam membentuk konsep suatu materi, menemukan gambaran-gambaran melalui pengalaman dalam kerja sama kelompok.

Selain dengan penggunaan model mengajar, hal penting yang perlu diperhatikan oleh pendidik untuk meningkatkan minat serta hasil belajar antara lain dengan pemilihan media belajar. Pemilihan media belajar yang sesuai dengan topik yang diajarkan dapat mewakilkan persepsi guru dalam menyampaikan informasi, sehingga siswa akan dapat dengan mudah memahami persepsi guru dari suatu materi. Salah satu fungsi dari media belajar adalah menyajikan informasi, ide, serta konsep. Media belajar dapat membantu siswa untuk berpikir logis dan sistematis , sehingga mereka pada akhirnya memiliki pola pikir yang diperlukan dalam mempelajari geografi.

Dengan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini sekolah lebih memilih media komputer sebagai sarana penyampaian materi pelajaran. Guru menilai penggunaan media ini akan lebih praktis serta sangat baik dalam menjelaskan seluruh dimensi pelajaran. Padahal sebenarnya tidak ada satupun media yang paling sempurna untuk menjelaskan seluruh materi pelajaran. Sebagai contoh dalam materi pokok dinamika lithosfer, pada materi ini banyak membahas mengenai suatu proses. Proses akan lebih menarik serta lebih mudah dipahami apabila disampaikan melalui media yang nyata, tiga dimensi, serta dapat

(18)

commit to user

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan media mock-ups dalam materi pokok ini.

Konkretnya pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran tidak lepas dari kehadiran media. Hal ini dijelaskan dalam kerucut pengalaman Dale. Dalam kerucut pengalaman tersebut menjelaskan mengenai derajat kekonkretan serta keabstrakan dari berbagai pengalaman. Media mock-ups merupakan tahapan ke delapan (demonstrasi) dari kerucut pengalaman tersebut. Penggunaan media ini dimaksudkan agar dapat memperkecil derajat keabstrakan dari suatu materi, sehingga pada akhirnya dengan media ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa.

Geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menengah atas (SMA). Sebagian besar siswa menganggap geografi merupakan mata pelajaran yang membosankan dan tidak menarik, sebenarnya hal ini dapat dihindari apabila guru lebih cermat dalam menentukan strategi belajar. Selain itu banyak dilontarkan isu bahwa mata pelajaran geografi merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak. Salah satu materi tersebut adalah pokok bahasan dinamika lithosfer. Dalam pokok bahasan ini diperlukan media baik itu berupa gambar-gambar, video, maupun visualisasi dalam bentuk animasi. Misalnya ketika dalam menjelaskan pergerakan lempeng tektonik, diperlukan visualisasi guna menggambarkan apa yang dicontohkan. Dengan hadirnya media ini, diharapkan dapat merubah materi yang masih bersifat abstrak menjadi bahasa yang lebih konkret, sehingga dapat dengan mudah diterima oleh siswa.

Minat belajar siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali untuk belajar geografi cenderung kurang. Berdasarkan hasil observasi dari keseluruhan jumlah siswa, sebanyak 24 atau 73% siswa berminat baik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dari angka tersebut, dapat dikatakan proses belajar mengajar di lokasi penelitian kurang optimal sehingga ini mempengaruhi nilai komulatif siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak yang paling rendah.

SMA Negeri 1 Ngemplak menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70,0 untuk mata pelajaran geografi, berdasarkan data yang diperoleh dari guru pengampu ternyata banyak siswa yang belum memenuhi kriteria tersebut,

(19)

berikut ini adalah hasil rata-rata nilai uji kompetensi siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak pada semester 1.

Tabel 1. Nilai Rata-Rata Kompetensi Dasar Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Semester 1

Kompetensi dasar Hasil belajar

1 2 3 4 59,39 39,75 58,18 59,39

Nilai rata-rata kompetensi dasar semester 1 54 Sumber: Guru Pengampu Geografi SMA Negeri 1 Ngemplak

Dari tabel 1 ternyata nilai uji kompetensi kelas X-2 belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di kelas X-2 dengan harapan dapat meningkatkan minat maupun hasil belajar melalui penerapan model belajar kooperatif STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) disertai penggunaan media belajar Mock-ups.

Bertolak dari latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian ini PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN PENGGUNAAN MEDIA BELAJAR MOCK-UPS UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA MATERI POKOK DINAMIKA LITHOSFER SISWA KELAS X-2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/201

(20)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah penerapan model STAD disertai penggunaan media belajar mock-ups dapat meningkatkan minat belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2010/2011?

2. Apakah penerapan model STAD disertai penggunaan media belajar mock-ups dapat meningkatkan hasil belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui peningkatan minat belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2010/2011 dengan menerapkan model pembelajaran STAD disertai penggunaan media belajar mock-ups.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2010/2011 dengan menerapkan model pembelajaran STAD disertai penggunaan media belajar mock-ups.

(21)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan:

1. Manfaat praktis:

Memberikan masukan kepada tenaga pengajar pendidikan geografi, khususnya dalam proses pembelajaran materi dinamika lithosfer, agar lebih cermat dalam menentukan model pembelajaran serta pemilihan media belajar sehingga tercapai tujuan yang baik, efektif, dan efisien.

2. Manfaat Teoretis:

a. Untuk menambah ilmu pengetahuan dalam materi pokok dinamika lithosfer.

b. Dapat memberikan informasi kepada tenaga pengajar mengenai manfaat yang bisa diperoleh dari penerapan model pembelajaran STAD dengan penggunaan media mock-ups dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi pokok dinamika lithosfer.

(22)

commit to user

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team Achievement Division)

STAD (Student Team Achivement Division) merupakan salah satu bentuk dari model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif memiliki pengertian sebagai suatu tindakan belajar bersama yang di dalamnya mengandung unsur kerja sama dan saling membangun antar anggota kelompok dalam suatu kerja. Menurut Slavin (1995:4)

pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja sama dalam kelompok kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi-materi pelajar

Lie (2008) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Isjoni (2007:16) menyatakan cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif yang tidak peduli pada yang lain.

Berdasarkan uraian di atas maka pembelajaran kooperatif dapat dikatakan sebagai bentuk kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented) yang dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam kelompok-kelompok belajar, para anggota dalam kelompok belajar bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2008:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur model pembelajaran kooperatif

(23)

yang harus ditetapkan yaitu : (a) Saling ketergantungan positif, (b) Tanggung jawab perseorangan, (c) Tatap muka, (d) Komunikasi antar anggota, (e) Evaluasi proses kelompok.

Saling ketergantungan positif memiliki pengertian dalam kerja kelompok setiap anggota bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil sehingga guru harus menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang di sebut saling ketergantungan positif.

Tanggung jawab perseorangan memiliki pengertian dalam cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik karena penilaian dilakukan secara sendiri dan kelompok. Nilai kelompok

anggota menyumbangakan poin di atas nilai rata-rata mereka. Ini berarti setiap siswa berprestasi tinggi atau rendah, mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi. Siswa yang berprestasi tinggi tidak merasa dirugikan karena nilai yang disumbangkan adalah sisa dari nilai rata-ratanya. Siswa yang berprestasi kurang akan terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka sehingga dapat menaikkan nilai pribadi mereka sendiri.

Tatap muka memiliki maksud setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan keuntungan bagi anggota kelompok karena siswa akan memperoleh sumber belajar yang bervariasi. Komunikasi antar anggota yaitu dalam pembelajaran kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan positif tanpa menyinggung perasaan anggota yang lain. Komunikasi yang baik antar anggota sangat diharapkan demi tercapainya tujuan bersama. Evaluasi proses kelompok adalah bagian yang penting dalam pembelajaran kooperatif, guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

(24)

commit to user

Menurut Isjoni (2007:51) Model pembelajaran kooperatif dibagi menjadi 5, yaitu: (a) Student Team Achivement Division (STAD), (b) Jigsaw, (c) Group Investigation (GI), (d) Rotating Trio Exchange, (e) Group resume, ke lima model ini memiliki kelebihan serta kelemahan masing-masing. Dalam penerapannya model pembelajaran kooperatif disesuaikan dengan situasi, kondisi, maupun permasalahan yang sedang dihadapi guru di kelas sehingga pembelajaran dapat efektif.

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achivement Division) dalam upaya untuk memperbaiki minat serta hasil belajar geografi. Model STAD dikembangkan oleh Slavin, model ini menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Dalam proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahap, Isjoni (2009:51) membagi ke lima tahap tersebut sebagai berikut: (a) Tahap penyajian materi, (b) Tahap kegiatan kelompok, (c) Tahap tes individual, (d) Tahap penghitungan skor perkembangan individu, (e) Tahap pemberian penghargaan kelompok.

Tahap penyajian materi merupakan tahap bagi guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasayarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Mengenai teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal ataupun melalui audiovisual. Lamanya presentasi dan beberapa kali harus dipresentasikan bergantung pada kekomplekan materi yang akan dibahas.

Tahap kegiatan kelompok yaitu pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan

(25)

sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

Tahap tes individual merupakan suatu tahapan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai. Tahap penghitungan skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal, dalam penelitian ini didasarkan pada nilai evaluasi hasil belajar semester I. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Penghitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuanya. Adapun penghitungan skor perkembangan individu pada penelitian ini diambil dari penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Slavin seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Tabel Skor Perkembangan Individu Model STAD

Skor tes Skor perkembangan individu Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5

10 hingga 1 poin dibawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin diatasnya 20 Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor

awal) 30

(Slavin, 1995: 80)

Tahap pemberian penghargaan kelompok diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super.

(26)

commit to user

Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut:

a) Kelompok dengan skor rata-rata 15 sebagai kelompok baik b) Kelompok dengan skor rata-rata 20 sebagai kelompok hebat c) Kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD, Model pembelajaran ini dipilih dimaksudkan agar dapat merubah proses pembelajaran yang bersifat teacher centered menjadi student oriented, pada materi pokok dinamika lithosfer ini siswa dibagi menjadi 6 kelompok, 1 kelompok terdiri dari ±5 orang anggota. Kelompok yang beranggotakan 4-6 kelompok terbukti lebih sepaham dalam penyelesaian masalah. Pembelajaran model ini akan dapat memberikan kesempatan kepada siswa agar lebih aktif dalam membentuk konsep suatu materi, menemukan gambaran-gambaran melalui pengalaman dalam kerja sama kelompok.

2. Media Mock-Ups

Sadiman (1990:6) Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari k medium

pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dan pengirim ke penerima pesan. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology / AECT) di Amerika misalnya membatasi untuk menyalurkan pesan/ informasi.

untuk membawakan / menyampaikan isi pengajaran ke dalamnya termasuk buku, film, video tape, sajian, slide, dan sebagainya, termasuk suara guru dan perilaku non verbal.

Romiszowski (1988) dalam Wibawa dan Mukti (2001:12) menyatakan

berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan itu adalah siswa. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan

(27)

siswa melalui indera mereka. Siswa dirangsang oleh media itu untuk menggunakan inderanya untuk menerima informasi. Kadang-kadang siswa dituntut untuk menggunakan kombinasi dari beberapa indera supaya dapat menerima pesan itu secara lebih lengkap.

Berdasarkan batasan pengertian media di atas, maka dapat disimpukan bahwa media adalah segala sesuatu yang terdiri atas perangkat keras (alat fisik) maupun perangkat lunak (isi pelajaran) yang berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan informasi kepada peserta didik sehingga akan mempermudah proses belajar mengajar.

Pemanfaatan media harus diintegrasikan dengan tujuan pengajaran, isi pelajaran dan metode mengajar untuk memperjelas, memperluas, memperdalam dan mempermudah pemahaman siswa terhadap konsep-konsep materi pelajaran yang disampaikan guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Menurut Hamalik (1989:12) Ada beberapa ciri-ciri umum media pembelajaran adalah sebagai berikut: (a) Media pembelajaran identik artinya dengan keperagaan yang berasal

diamati melalui panca indera kita, (b) Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat, (c) Media pembelajaran digunakan dalam angka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan siswa (d) Media pembelajaran adalah semacam alat bantu belajar mengajar baik diluar maupun di dalam kelas, (e) Berdasarkan c dan d, maka pada dasarnya media pembelajaran merupakan suatu perantara (medium, media) dan digunakan dalam rangka pendidikan, (d) Media pembelajaran mengandung aspek sebagai alat dan sebagai teknik, yang sangat erat kaitannya dengan metode pendidikan, (e) Karena itu,

". Untuk lebih mengkonkretkan penyajian pesan, sekitar pertengahan abad 20 mulai digunakan alat audio sehingga lahirlah istilah alat bantu audiovisual. Usaha tersebut terus berlanjut. Edgar Dale mengklasifikasikan sepuluh tingkat pengalaman belajar dari yang paling konkret sampai dengan yang paling abstrak. Klasifikasi ini dikenal dengan nama kerucut pengalaman Dale,

(28)

commit to user

berikut ini adalah gambar kerucut pengalaman tersebut

(Miarso,1984:51)

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale

Wibawa dan Mukti (2001: 23) menjelaskan kerucut pengalaman diatas dimulai dengan siswa sebagai peserta dalam pengalaman langsung, kemudian bergerak ke siswa sebagai pengamat kejadian nyata, terus ke siswa sebagai pengamat kejadian tiruan atau yang dimediakan (mediated event), dan berakhir ke siswa yang mengamati simbol-simbol yang menghadirkan suatu peristiwa tertentu dengan demikian makin kebawah letaknya suatu jenis pengalaman dalam kerucut pengalaman ini makin besar derajat kekonkretannya.

Dalam media-grafika.com mengemukakan mengenai manfaat media pembelajaran, yaitu : (a) Membuat konkret konsep yang abstrak, (b) Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam lingkungan belajar, (c) Manampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi, (d) Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang, (e) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat, (f) Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung

(29)

dengan lingkungannya, (g) Membangkitkan motivasi belajar, (h) Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar, (i) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan, (j) Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang), (k) Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.

Selain manfaat ada juga sejumlah nilai praktis dari media pembelajaran. Hamalik (1989:19) menguraikannya sebagai berikut: (a) Media pembelajaran melampaui batas pengalaman pribadi siswa, (b) Media pembelajaran melampaui batas-batas ruangan kelas, (c) Media pembelajaran memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya. Dalam pengajaran tradisional para siswa hanya membicarakan tentang fakta dengan jalan mendengarkan ceramah atau membaca buku, jadi tidak ada kontak langsung. Dengan pengajaran modern menggunakan media pembelajaran para siswa dapat diperkenalkan langsung dengan benda sesungguhnya, (d) Media pembelajaran dapat memberikan pengertian atau konsep yang sebenarnya secara realistis dan teliti. Belajar dengan menggunakan media sangat ekonomis dan tidak membuang-buang waktu dan tenaga. Sering terjadi pengertian siswa keliru tentang sesuatu karena penjelasan guru yang salah atau karena guru sulit menerangkan berhubung hal tersebut sangat abstrak, (e) Media pembelajaran membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Melalui alat, siswa akan memperoleh pengalaman lebih luas dan lebih kaya. Dengan demikian persepsi akan menjadi lebih tajam dan pengertian akan menjadi lebih tepat. Dan menimbulkan keinginan dan minat belajar yang baru, (f) Media pembelajaran akan menimbulkan motivasi perangsang kegiatan belajar. Media pembelajaran akan memberikan pengaruh psikologis terhadap siswa.

Hal-hal yang harus diperhatikan guru agar penggunaan media itu efektif adalah mencari, menemukan, dan memilih media yang memenuhi kebutuhan belajar anak, minat anak, seusia dengan perkembangan kematangan dan pengalaman dengan sendirinya yang sesuai dengan subyek yang dipelajari. Prinsip utama adalah pemilihan, oleh karena itu harus didasarkan pada tujuan belajar yang

(30)

commit to user

ditentukan dengan mengingat karakteristik khusus yang ada pada kelompok belajar. Berikut merupakan tabel kelompok media pembelajaran

Tabel 3. Kelompok Media Pembelajaran

Kelompok Media Media Pembelajaran

i. Audio Pita audio (rol atau kaset) Piringan audio

Radio (rekaman siaran)

ii. Cetak Buku teks terprogram

Buku pegangan / Manual Buku tugas

iii. Audio - cetak Buku latihan dilengkapi kaset atau pita audio

Pita, gambar, bahan (dilengkapi) dengan suara pita audio

iv . Proyeksi visual diam Film bingkai (slide)

Film rangkai (berisi pesan verbal) v. Proyeksi visual diam

dengan audio

Film bingkai (slide) suara Film rangkai suara

vi. Visual gerak Film bisu dengan judul (caption) vii. Visual gerak dengan

audio

Film suara Video

viii. Benda Benda nyata

Model tiruan (mock-ups) ix. Manusia dan sumber

lingkungan

-

x. Komputer Program pembelajaran terkomputer (CAI) (Miarso, 1984:71)

Mock-ups merupakan media yang digunakan dalam penyampaian materi dinamika lithosfer. Menurut Wibawa dan Mukti (2001:78) Mock-ups adalah perwujudan tiruan atau penyederhanaan suatu benda. Susunan bagian pokok dari suatu suatu sistem yang rumit disederhanakan sehingga mudah dimengerti siswa.

(31)

Menurut Rumampuk (1988:36), Mock-ups adalah suatu jenis model yang berupa aspek tertentu saja dari suatu benda asli. Pada mock-ups yang ditonjolkan yaitu bagian-bagian dasar saja, yaitu yang perlu diketahui siswa sedang bagian yang dianggap kurang penting dihilangkan. Dikatakan mock-ups karena menunjukkan suatu tiruan dari benda asli, tetapi tiruannya mungkin tidak sama dengan penampilan model yang sebenarnya. Oleh karena itu elemen-elemen tertentu pada benda asli dihilangkan untuk memusatkan perhatian siswa pada elemen lain yang ada.

Mock-ups dalam (mrizal291.blogspot.com) adalah suatu penyederhanaan susunan bagian pokok dari suatu proses atau sistem yang lebih rumit. Susunan nyata dari bagian- bagian pokok itu diubah sehingga aspek-aspek utama dari suatu proses mudah dimengerti siswa.

Dari pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan mock-ups adalah suatu model yang ukurannya bisa sama, lebih besar, ataupun lebih kecil dari pada aslinya, yang disederhanakan serta ditonjolkan bagian-bagian yang dianggap penting, sehingga aspek utama dari suatu proses mudah dimengerti oleh siswa.

Soetedjo (1988:52) mengemukakan tujuan pemakaian mock-ups antara lain: (a) Menunjukkan kepada anak benda dalam bentuk yang diperbesar atau diperkecil, (b) Memperlihatkan kepada anak anak bagaimana konstruksi benda - benda dan bagaimana cara kerjanya, (c) mengembangkan kreativitas anak, (d) mempertinggi perhatian, sehingga akan menimbulkan self activity, (e) mendorong anak untuk mengadakan penyelidikan lebih mendalam.

Dalam materi dinamika lithosfer banyak membahas mengenai suatu proses. Proses akan sangat baik dijelaskan dengan media mock-ups, dikarenakan media ini berwujud nyata, tiga dimensi, serta dapat disentuh. Selain itu media ini jarang sekali digunakan oleh pendidik terkhusus pada mata pelajaran geografi.

Media mock-ups yang dipakai dalam penelitian ini adalah handuk yang disusun untuk memvisualisasikan pergerakan lempeng tektonik bumi, bola plastik yang telah dibentuk sedemikian rupa untuk memvisualisasikan lapisan bumi,

(32)

commit to user

balok kayu untuk menjelaskan patahan, graben dan horst, Serta malam (play dough) yang telah dibentuk sedemikan rupa untuk memvisualisasikan gunungapi.

3. Minat Belajar Geografi

Tercapainya keberhasilan seorang individu tidak lepas dari besar kecilnya minat. Minat memiliki peranan yang penting dalam menentukan hasil belajar. Seorang siswa yang memiliki minat terhadap mata pelajaran yang diikutinya, maka hasilnya diharapkan akan lebih baik dari pada yang tidak memiliki minat.

Menurut Suryabrata (1988 : 109) Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek. Winkel (1991:105) berpendapat bahwa, minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Dari pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa seseorang jika berminat terhadap suatu obyek tertentu maka ia akan menekuni obyek tersebut.

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan-kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai ras

akan memperhatikan dan mengenang bahan belajar yang disajikan guru. Juga secara terus menerus tertuju pada materi yang dipelajari dengan rasa senang akan mengenangkan mengingatnya. Ini berarti bahwa minat merupakan suatu kekuatan yang mendorong seseorang menaruh perhatian terhadap seseorang, suatu benda atau suatu kegiatan.

Berdasarkan pengertian minat yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa seorang individu yang merasa tertarik terhadap suatu bidang atau obyek tertentu , sehingga timbul rasa senang dalam melakukan aktivitas didalamnya.

Seseorang apabila menyukai sesuatu maka akan timbul minat untuk memperolehnya, begitu juga seperti apa yang diungkapkan oleh Winkel

(33)

dari pendapat Winkel ini apabila diterapkan dalam dunia pendidikan maka dapat digambarkan dengan keadaan sebagai berikut: seorang siswa akan memiliki minat untuk mempelajari suatu mata pelajaran tertentu apabila mereka menyukainya. Peran guru sebagai pendidik memiliki andil yang penting, karena apabila peserta didik menyukai suatu mata pelajaran tertentu, tidak lepas dari kontribusi seorang guru.

Dalam penelitian ini data minat belajar geografi diperoleh dari hasil angket (kuesioner). Angket yang telah disebar dan diisi oleh siswa kemudian dilakukan pengolahan data, sehingga peneliti akan mengetahui siswa yang memiliki minat tinggi serta siswa yang berminat kurang dalam mempelajari geografi. Untuk mengukur minat belajar, peneliti menggunakan parameter perasaan, sikap, kesadaran serta kemauan.

4. Hasil Belajar Geografi

Sudjana (2008: 22- asil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya . Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) ketrampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan (e) ketrampilan motoris.

Berdasarkan definisi di atas maka dapat diketahui bahwa hasil belajar meliputi 3 ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hasil belajar dalam penelitian ini menekankan pada aspek kognitif. Bloom dalam Purwanto (2004: 43) membagi tingkat hasil belajar dalam aspek kognitif menjadi enam, diantaranya: pengetahuan hafalan, pemahaman atau komprehensi, penerapan aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua unsur yang sangat penting, yaitu model pembelajaran dan media pembelajaran, kedua unsur ini saling berkaitan. Dalam penerapan model pembelajaran tertentu akan berpengaruh terhadap pemilihan media pembelajarannya. Dalam kegiatan belajar mengajar,

(34)

commit to user

hendaknya guru menyesuaikan antara model pembelajaran, media pembelajaran serta materi pelajaran agar jalannya proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga tujuan dalam pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai.

Dalam penelitian ini penerapan model pembelajaran STAD dengan menggunakan media mock-ups digunakan sebagai sarana untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dalam ranah kognitif pada materi pokok dinamika lithosfer. Dinamika lithosfer merupakan materi pelajaran yang diajarkan di kelas X-2 pada semester dua, dalam materi ini diperlukan adanya pembelajaran yang menarik agar siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Tes akhir siklus merupakan metode yang dipakai peneliti untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar geografi dalam materi pokok dinamika lithosfer.

B. Penelitian yang Relevan

1. Judul : Penerapan Model Pembelajaran Koopeatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa: Penelitian Tindakan Kelas di SMAN 8 Surakarta.

Penulis : Wiwin Setyowati (2009, Skripsi Pend.Fisika FKIP UNS)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat meningkatkan prestasi belajar Fisika siswa kelas X 10 semester ganjil SMA Negeri 8 Surakarta untuk pokok bahasan Dinamika Partikel.

Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian adalah siswa kelas X-10 sebanyak 39 orang. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah (a). Soal tes obyektif digunakan untuk mengukur hasil belajar Fisika siswa; (b). Lembar observasi keaktifan siswa digunakan untuk mengukur skor keaktifan siswa. Teknik analisis data terdiri dari 3 komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Indikator kinerja yang harus dicapai adalah prestasi belajar Fisika siswa mencapai 80%. Prestasi belajar Fisika siswa meliputi hasil belajar Fisika dan keaktifan belajar. Dalam Penelitian

(35)

Tindakan Kelas (PTK) ini peneliti membatasi sampai pada siklus II. Pada siklus I peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD serta membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 5 siswa. Apabila hasil belajar Fisika dan keaktifan siswa pada siklus I belum memenuhi target indikator kinerja, maka akan dilakukan tindak lanjut pembelajaran siklus II (tetapi apabila hasil belajar Fisika dan keaktifan siswa sudah memenuhi target kinerja, maka siklus II tidak dilakukan). Sebagai tindak lanjut pembelajaran siklus I, guru harus lebih mampu mengorganisasikan siswa dan membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Bentuk perbaikan tersebut adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai tindakan kelas yang ditambahi dengan pemberian motivasi, ice breaking, serta reward hasil.

Hasil penelitian siklus I menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif STAD dalam pembelajaran Fisika belum mampu meningkatkan prestasi belajar Fisika siswa secara optimal. Hal ini ditunjukkan pada siklus I hasil belajar Fisika siswa baru mencapai 61 ,54% dan keaktifan belajar siswa baru mencapai 76,9% dari jumlah siswa. Hasil penelitian siklus II menunjukkan bahwa penggunaan tipe STAD yang disertai dengan pemberian ice breaking dan reward hasil mampu meningkatkan prestasi belajar Fisika siswa secara optimal, ini ditunjukkan dengan hasil belajar Fisika siswa yang telah mencapai 82,05% dan keaktifan belajar siswa telah mencapai 89,7% dari jumlah siswa. Hasil belajar Fisika siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 20,51% (siklus I = 61,54% dan siklus II = 82,05%). Keaktifan belajar siswa meningkat 12,8% dari siklus I ke siklus II (siklus I = 76,9% dan siklus II = 89,7%). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat meningkatkan prestasi belajar Fisika siswa kelas X-10 semester ganjil SMA Negeri 8 Surakarta untuk pokok bahasan Dinamika Partikel.

(36)

commit to user

2. Judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team Acheievement Division) Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II Pada Mata Diklat Negoisasi di SMK Sudirman I Wonogiri Tahun Pelajaran 2008 / 2009.

Penulis : Noer Fuadiyah Uyun (2009, Pend Ekonomi FKIP UNS)

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan : (1) Keaktifan siswa kelas II P2 SMK Sudirman 1 Wonogiri dalam mengikuti mata diklat Negoisasi memalui model pembelajaran kooperatif STAD, (2) Prestasi siswa kelas II P2 SMK Sudirman 1 Wonogiri dalam mengikuti mata diklat Negoisasi melalui model pembelajarn kooperatif STAD .

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II Program Keahlian Penjualan SMK Sudirman I Wonogiri yang berjumlah 34 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan partisipasi siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan berupa: (a) Observasi, (b) Wawancara, (c) Tes. Prosedur pnelitian meliputi tahap: (a) Perencanaan tindakan, (b) Pelaksanaan tindakan, (c) Observasi dan interpretasi, dan (d) analisis dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa selama pembelajaran. (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

(37)

3. Judul : Penggunaan Media Grafis Untuk Meningkatkan Minat Belajar dan Hasil Belajar Geografi Siswa SMP Negeri 3 Karangpandan Tahun Pelajaran 2008/2009.

Penulis : Tri Ariyanto (2009, Pend. Geografi FKIP UNS)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan minat belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Karangpandan tahun pelajaran 2008/2009 dengan menggunakan media grafis yang berupa bagan (chart).

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII semester 1 SMP Negeri 3 Karangpandan tahun ajaran 2008/2009 dengan populasi sebanyak 117 orang. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel atas berbagai pertimbangan tertentu. Ditentukan kelas VIII A sebagai sampel penelitian, dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang. Sumber data penelitian ini adalah (1) Siswa SMP Negeri 3 Karangpandan, yaitu pelaksanaan kegiatan pembelajaran geografi di kelas VIII A; (2) informan, yaitu guru bidang studi geografi kelas VIII; (3) Dokumen, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran, silabus dan nstrumen penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, angket/ kuesioner dan tes hasil belajar. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media grafis yang berupa bagan (chart) dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Karangpandan tahun pelajaran 2008 / 2009, khususnya pada materi yang berbentuk dskriptif seperti materi Lingkungan Hidup dan Pelestariannya., Hasil belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan hasil tes kognitif pada setiap siklus. Ketuntasan belajar pada siklus 1 sebesar 55% meningkat 32.5% setelah perbaikan tindakan pada siklus II menjadi 87,5%. Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 65,2 meningkat menjadi 75,5 pada siklus II. Hasil penelitian minat belajar menunjukkan rata-rata skor siswa sebesar 97.875 dengan kategori minat siswa dalam pembelajaran tergolong baik.

(38)

commit to user

23 T a b e l 4 . P en el it ia n y an g R el ev an N o P en el it i J u d u l P en el it ia n T u ju a n M et o d e P en e li ti a n H a si l P e n el it ia 1 W iw in S et y o w at i P en e ra p a n M o d el P em b e la ja ra n K o o p ea ti f T ip e S tu d en t T e a m A c h ie v em en t D iv is io n (S T A D ) U n tu k M en in g k at k a n P re st a si B e la ja r F is ik a S is w a : P en e li ti an T in d ak an K el as d i S M A N 8 S u ra k a rt a. M en g et ah u i ap a k a h m o d e l p em b el aj ar a n k o o p er a ti f ti p e S T A D p ad a P en el it ia n T in d a k a n K e la s (P T K ) d a p a t m e n in g k at k an p re st as i b e la ja r F is ik a si sw a k el a s X 1 0 se m es te r g an ji l S M A N e g e ri 8 S u ra k ar ta u n tu k p o k o k b ah as a n D in a m ik a P ar ti k el . P en e li ti an T in d ak an K el as ( P T K ). H as il p en el it ia n m e n u n ju k k an b ah w m o d el p em b el aj ar an S T A D d al am p F is ik a b el u m m e n in g k at k an p re st F is ik a s is w a se c ar a in i d it u n ju k k an p a h as il b el aj ar F is ik a m e n c ap ai 6 1 , 5 4 % d b el aj ar si sw a b a ru 7 6 ,9 % d ar i ju m la h s is H as il p en el it ia n m e n u n ju k k an b ah w a ti p e S T A D y an g d is p em b er ia n ic e b re

(39)

commit to user

24 re w a rd h a si l m e n in g k at k an p re st F is ik a si sw a se c ar a d it u n ju k k a n d en g an h F is ik a si sw a y a n g t el 8 2 ,0 5 % d a n k e ak ti si sw a te la h m en c ap ai ju m la h s is w a. o er F u a d iy ah y u n P en e ra p a n M o d el P em b e la ja ra n K o o p er at if S T A D ( S tu d en t T ea m A ch ei ev em en t D iv is io n ) S eb a g a i U p ay a M en in g k at k a n K e ak ti fa n d an P re st as i B e la ja r S is w a K el as I I P ad a M at a D ik la t U n tu k m en in g k at k an k ea k ti fa n si sw a k el as II P 2 S M K S u d ir m a n 1 W o n o g ir i d al am m e n g ik u ti m at a d ik la t N eg o is a si m em al u i m o d e l p em b el aj ar a n k o o p er at if S T A D . U n tu k m en in g k at k a n p re st a si P en e li ti an T in d ak an K el as ( P T K ). P en e ra p a n m o d el p k o o p er at if S T A m e n in g k at k an k ea k se la m a p em b el aj ar an P en e ra p a n m o d e l p k o o p er at if S T A m e n in g k at k an p re st si sw a.

(40)

commit to user

25 N eg o is a si d i S M K S u d ir m a n I W o n o g ir i T a h u n P el aj ar an 2 0 0 8 / 2 0 0 9 . si sw a k el as II P 2 S M K S u d ir m a n 1 W o n o g ir i d al am m e n g ik u ti m at a d ik la t N eg o is a si m el al u i m o d e l p em b el aj ar n k o o p er at if S T A D 3 T ri A ri y a n to P en g g u n aa n M e d ia G ra fi s U n tu k M e n in g k a tk an M in a t B e la ja r d an H a si l B e la ja r G e o g ra fi S is w a S M P N eg er i 3 K ar an g p an d an T ah u n P el aj ar an 2 0 0 8 /2 0 0 9 . T u ju a n p en el it ia n in i ad al ah u n tu k m en g e ta h u i p e n in g k at a n m in at b e la ja r d an h as il b el aj ar si sw a k el as V II I S M P N eg er i 3 K ar an g p an d an ta h u n p el aj ar an 2 0 0 8 /2 0 0 9 d e n g a n m e n g g u n a k a n m e d ia g ra fi s y a n g b er u p a b ag an ( ch ar t) . P en e li ti an T in d ak an K el as ( P T K ). K et u n ta sa n b el aj ar p se b e sa r 5 5 % m e n in se te la h p er b ai k a n ti n si k lu s II m e n ja d i 8 7 ,5 N il ai r at a-ra ta k el as p se b e sa r 6 5 ,2 m e n in g 7 5 ,5 p ad a si k lu s II . H as il p en el it ia n m m e n u n ju k k an ra ta si sw a se b es a r 9 7 .8 k at eg o ri m in a t si p em b el aj ar a n t er g o lo

(41)

commit to user

26 n d re a s A g u n g d i K u n co ro P en e ra p a n M o d el P em b e la ja ra n S T A D (S u d e n t T ea m A ch ie v em e n t D iv is io n ) D is e rt ai P en g g u n aa n M e d ia B el aj ar M o c k-U p s U n tu k M en in g k at k a n M in at B e la ja r d a n H a si l B e la ja r G eo g ra fi P a d a M a te ri P o k o k D in am ik a L it h o sf er S is w a K el as X -2 S M A N eg er i 1 N g em p la k B o y o la li T ah u n P e la ja ra n 2 0 1 0 /2 0 1 1 ( P e n e li ti an T in d a k a n K e la s) . M en g et ah u i p e n in g k at a n m in at b e la ja r g e o g ra fi p ad a m a te ri p o k o k d in am ik a li th o sf er s is w a k el a s X -2 S M A N eg er i 1 N g em p la k B o y o la li ta h u n p el aj ar a n 2 0 1 0 /2 0 1 1 d en g an m en e ra p k a n m o d e l p em b el aj ar an S T A D d is er ta i p en g g u n aa n m ed ia b el aj ar m o ck -u p s. M en g et ah u i p en in g k at a n h as il b el aj ar g e o g ra fi p ad a m at er i p o k o k d in a m ik a li th o sf er si sw a k el as X -2 S M A N eg er i 1 N g em p la k B o y o la li ta h u n p el aj ar an 2 0 1 0 /2 0 1 1 d e n g a n m e n e ra p k a n m o d e l p em b el aj ar a n S T A D d is er ta i p en g g u n aa n m ed ia b el aj ar P en e li ti an T in d ak an K el as ( P T K ). P en e ra p a n m o d e l p S T A D d is e rt ai m e d ia b el a ja r m o ck m e n in g k at k an m in g eo g ra fi d al am m d in am ik a li th o sf er d ib u k ti k a n d ar i p en il y a n g te la h d il a k p en el it i y an g m b ah w a te rd ap at 4 5 ,5 m e m il ik i m in at sa se rt a te rd ap a t 5 4 ,5 m e m il ik i m in at b b el aj ar g e o g ra fi . P en e ra p a n m o d e l p S T A D d is e rt ai m e d ia b el a ja r m o ck m e n in g k at k an h as g eo g ra fi d al am m

(42)

commit to user

27 m o ck -u p s. d in am ik a li th o sf er d it an d ai d en g an p en in g k at a n re ra ta g eo g ra fi . S eb el u p er la k u a n n il a i re d ia m b il d ar i sa k o m p e te n si d a sa r ad 5 8 ,1 8 d an se te p er la k u a n n il a i re m e n ja d i 8 1 ,8 1 .

(43)

C. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran yang baik merupakan proses pembelajaran yang mana dapat merangsang siswa untuk aktif didalamnya, menarik penyajiannya serta tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. STAD merupakan satu dari beberapa model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran STAD dipilih oleh peneliti karena model ini menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi serta membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Model pembelajaran STAD yang diterapkan pada materi pokok dinamika lithosfer akan dapat membantu peserta didik untuk menemukan serta membangun sendiri pemahaman pada materi pokok tersebut melalui kerjasama kelompok.

Media mock-ups memiliki fungsi pokok tersendiri seperti yang telah disebutkan dalam uraian sebelumnya, kelebihan dari media ini memungkinkan siswa lebih termotivasi dan lebih aktif di dalam kegiatan pembelajaran, karena media tersebut dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Pengaruh lain yang ditimbulkan dari penggunaan media ini adalah siswa dapat memfokuskan perhatiannya pada media yang diberikan. Hal ini dapat mengatasi kekurangperhatian, kesalahan persepsi, maupun kejenuhan dalam menerima pelajaran. Dengan media mock-ups memungkinkan pembelajaran akan lebih bermakna dan memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan lebih cepat karena rasa penasaran dan ketertarikan mereka terhadap media tersebut.

Materi pokok dinamika lithosfer merupakan salah satu materi yang diajarkan pada siswa kelas X SMA. Pada materi ini berisi tentang konsep-konsep serta teori yang bersifat abstrak. Diperlukan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajarnya sehingga konsep suatu materi akan cenderung lebih kuat tertanam dari pada hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja. Selain itu hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses belajar mengajar adalah pemilihan media pembelajaran. Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri.Media dapat membantu siswa

(44)

commit to user

untuk berpikir logis dan sistematis, selain itu dengan kehadiran media akan dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna, mendorong siswa untuk lebih aktif dan, memotivasi siswa untuk mampu menyelesaikan suatu permasalahan. STAD merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran melalui sistem kompetisi yang bersifat positif. Media mock-ups adalah media yang dipilih untuk menarik minat belajar siswa, selain itu media ini mampu meminimalisasi derajat keabstrakan pada materi pokok dinamika lithosfer. Apabila kedua tindakan ini dilakukan secara bersama sama maka harapannya akan mampu meningkatkan minat belajar siswa sehingga akan berdampak lurus pula terhadap hasil belajarnya.

Dari kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas diduga bahwa minat serta hasil belajar dapat ditingkatkan dengan penggunaan model pembelajaran STAD serta penggunaan media mock-ups pada materi pokok dinamika lithosfer.

(45)

Alur krangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Alur Pemikiran Penelitian

D. Pengajuan Hipotesisis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran STAD disertai penggunan media belajar mock-ups dapat meningkatkan minat belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak tahun ajaran 2010/2011.

2. Penerapan model pembelajaran STAD disertai penggunaan media belajar mock-ups dapat meningkatkan hasil belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak tahun ajaran

Pembelajaran dengan model STAD Pembelajaran dengan menggunakan

media mock-ups

Model Pembelajaran STAD

Meningkatkan kecakapan individu Meningkatkan kecakapan kelompok Meningkatkan komitmen

Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya

Tidak bersifat kompetitif

Media Mock-ups

Menunjukkan kepada siswa benda dalam bentuk diperbesar atau diperkecil menunjukkan objek secara utuh baik kontruksi maupun cara kerjanya Mengembangkan kreativitas Meningkatkan perhatian Mendorong untuk mengadakan penyelidikan secara lebih mendalam

Minat belajar & hasil belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer

(46)

commit to user

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Ngemplak Boyolali. Alasan pemilihan lokasi di SMA Negeri 1 Ngemplak adalah: a. Nilai mata pelajaran geografi siswa SMA Negeri 1 Ngemplak masih rendah. b. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis dalam mata pelajaran geografi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2011 sampai bulan April 2012. Adapun jadwal penelitian ini dirincikan sebagai berikut:

Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Jenis Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

Penyusunan dan Pengajuan judul peneli a n Penyusunan proposal peneli a n Perijinan Perencanaan n dakan &pembuatan perangkat belajar Pelaksanaan n dakan Analisis data Penyusunan laporan peneli a n

(47)

Permasalahan Perencanaan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I Pengamatan/ Pengumpulan Re e ksi Perencanaan Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II Re e ksi II Pengamatan/ Pengumpulan Data II Dilanjutkan ke siklus berikutnya Permasalahan baru Apabila masalah belum selesai Siklus I Siklus II

Jika permasalahan dalam penelia n sudah terselesaikan, maka penelia n sudah dapat dihenk an, tetapi jika belum maka perlu diselenggarakan siklus berikutnya

Jika permasalahan dalam penelia n sudah terselesaikan, maka penelia n sudah dapat dihenk an, tetapi jika belum maka perlu diselenggarakan siklus berikutnya

B. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai serta jenis data yang diperlukan, peneliti menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research, CAR. Penelitian Tindakan Kelas diawali dari permasalahan yang dialami oleh guru dalam kelas. Permasalahan tersebut muncul ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung, sehingga ini akan membawa dampak negatif pada para siswa maupun pada proses pembelajaran. Berangkat dari permasalahan ini, guru merefleksikan dalam suatu perbaikan yang secara terencana dan terstruktur.

Suhardjono dalam Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, (2005: 74) menjelaskan mengenai tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:

Gambar

Tabel  1.  Nilai  Rata-Rata  Kompetensi  Dasar  Siswa  Kelas  X-2  SMA  Negeri  1  Ngemplak Semester 1
Tabel 2. Tabel Skor Perkembangan Individu Model STAD
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale
Tabel 3.  Kelompok Media Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai komposisi proksimat, asam lemak, dan jaringan baby fish ikan nila berdasarkan perbedaan umur panen masih belum ada, sehingga perlu dilakukan

Dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh sistem akan diperoleh nilai bobot dari hasil training yang akan digunakan untuk testing dan prediksi data.. Sistem prediksi

Jenis ayam lokal yang umum dipelihara pemilik ayam kabupaten Bogor dan Wonosobo yaitu ayam kampung, pelung, bangkok, gaga’, birma, arab, dan kate.. Preferensi masyarakat terhadap

Kedua orang tua peneliti yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, menuntun peneliti dengan sabar serta doa restu yang selalu diberikan kepada peneliti

Dalam implementasi dan permodelan ini didukung dengan fasilitas web service sehingga dalam transaksi yang dilakukan oleh pelanggan rental, maka pada saat itu

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam pembe- lajaran selama dua siklus, dapat ditarik sim- pulan bahwa pembelajaran dengan menerap- kan model

Delay (latency) berdasarkan node juga dapat digambarkan dalam grafik pada Gambar 4.7 berdasarkan node dengan ukuran file yang berbeda.. Kinerja tiap node mendukung

A Study of Harry’s Personality Development in Harry Potter and The Half-Blood Prince and Harry Potter and The Deathly Hallows.. Yogyakarta: English Language Education