• Tidak ada hasil yang ditemukan

0. IPT Skenario 2 - Ruam Merah Seluruh Tubuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "0. IPT Skenario 2 - Ruam Merah Seluruh Tubuh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Nama: M. Muchlis Ismail Taufik NPM : 110 2013 160 Kelompok: A-18 SKENARIO 2 LI. 1. MM Paramyxovirus LO.1. Definisi

 Paramyxovirus tergolong dalam virus yang mengandung RNA. Manusia adalah host normal dari virus rubeola. Pada genus Morbilivirus, hanya virus campak yang menginfeksi manusia.

 Paramyxovirus merupakan patogen pernapasan utama pada bayi dan anak kecil.paramyxovirus memulai infeksi melalui saluran pernapasan.

 Paramyxovirus termasuk dalam family Paramyxoviridae

 Paramyxovirus atau virus mumps adalah virus penyebab akut , parotitis jinak (pembengkakan yang menyebabkan sakit kelenjar saliva) atau disebut penyakit gondongan. Penyakit gondongan merupakan suatu penyakit menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah diantara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atay pipi bagian bawah. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan epitel, pelebaran, dan penyumbatan saluran. Menyerang anak dibawah usia 2-15 tahun (sekitar 85% kasus). (Arif, 2012)

LO.2. Morfologi

Morfologi paramyxovirus berbentuk bulat,pleomorfik,berdiameter 150-300 nm (nukleokapsid helix 18 nm) dengan ukuran partikel 100-700 nm. Komposisinya terdiri dari RNA (1%),protein (73%),lemak (20%),karbohidrat (6%). Genom virus merupakan RNA untai tunggal, lurus, tidak bersegmen, negative-sense, 16-20 kb, tidak ada kemungkinan penyusunan ulang genetik yang sering terjadi menyebabkan fakta bahwa semua nggota kelompok Paramyxovirus stabil secara antigen.

(2)

Sebagian besar Paramyxovirus mengandung 6 protein struktural:

a. 3 protein membentuk kompleks dengan RNA virus  berfungsi untuk transkripsi dan replikasi RNA

b. 3 protein berpartisipasi dalam pembentukan selubung virus. Protein matriks (M) mendasari selubung virus, protein tersebut memiliki afinitas terhadap NP dan glikoprotein permukaan virus dan penting dalam perakitan virion.

Virus campak mempunyai 6 protein struktural, 3 di antaranya tergabungdengan RNA dan membentuk nukleokapsid yaitu; Pospoprotein (P), protein ukuran besar (L) dan nukleoprotein (N). Tiga protein lainnya tergabungdengan selubung virus yaitu; protein fusi (F), protein hemaglutinin (H) dan protein matrix (M).

Protein F dan H mengalami glikosilasi sedangkan protein M tidak. Protein F bertanggung jawab terhadap fusi virus dengan membran sel hospes, yang kemudian diikuti dengan penetrasi dan hemolisis. Protein H bertanggung jawab pada hemaglutinasi, perlekatan virus, adsorpsi dan interaksi dengan reseptor di

(3)

permukaan sel hospes. Protein F dan H bersama-sama bertanggung jawab pada fusi virus dengan membran sel dan membantu masuknya virus. Sedangkan protein M berinteraksi dengan nukleo-kapsid berperan pada proses maturasi virus.

Nukleokapsid dikelilingi oleh selubung lipid yang tertancap dengan duri dua glikoprotein transmembran yang berbeda ukuran (8 - 12 mm). Aktivitas glikoprotein permukaan ini yang membantu membedakan genus famili Paramyxoviridae.Glikoprotein dapat atau tidak dapat mengalami aktivitas hemaglutinasi dan neuraminidase serta berperan untuk perlekatan pada sel penjamu. Glikoprotein inidirakit sebagai tentramer di dalam virion yang matang.

Paramyxovirus mengalami replikasi di sitoplasama; partikel bertunas dari membran plasma, dan yang paling penting adalah ciri khas dari paramyxovirus ini stabil secara antigen,partikel labil juga sangat infeksius.Paramyxovirus merupakan virus penyebab penyakit gondongan(mumps). Adapun virus ini mencakup campak (measles), gondong (mumps),human respiratory syncytial virus, Newcastle disease virus, sendai virus, dan lain-lain yang merupakan agen dari banyak penyakit di manusia dan hewan.

LO.3. Klasifikasi.

1. Berdasarkan kandungan asam nukleatnya,

Ribovirus (virus RNA), yaitu virus yang asam nukleatnya berupa RNA. Contoh togavirus (penyebab demam kuning dan ensefalitis), arenavirus (penyebab meningitis), picornavirus (penyebab polio), orthomyxovirus (penyebab influenza), paramyxovirus (penyebab pes pada ternak), rhabdovirus (penyebab rabies), hepatitisvirus (penyebab hepatitis pada manusia), dan retrovirus (dapat menyebabkan AIDS).

2. Berdasarkan keberadaan selubung yang melapisi nukleokapsid,

Virus berselubung, mempunyai selubung yang tersusun dari lipoprotein atau glikoprotein. Contoh poxvirus, herpesvirus, orthomyxovirus, paramyxovirus, rhabdovirus, togavirus, dan retrovirus.

LO.4. Taksonomi

Keluarga ini termasuk virus yang menginfeksi manusia dan hewan. Saat ini dibagi dalam dua subfamilies: Paramyxoviridae dan Pneumoviridae.

(4)

 Paramyxoviridae mencakup empat genera:

1. Respirovirus, (satu spesies,Parainfluenza 1 dan 3)

2. Rubulavirus (dua spesies, Parainfluenza 2, 4A, 4B dan gondok) 3. Morbillivirus, (satu pesies, campak).

4. Megamyxovirus (dua spesies, Hendra dan Nipali ).  Pneumoviridae mencakup dua genera:

1. Pneumovrius, (satu spesies, RSV)

2. Methapneumovirus, (Sebuah spesies, metapneumovirus manusia (HMVP)).

LI.2. MM Campak LO.1. Definisi

Campak adalah penyakit virus sangat menular yang ditandai dengan ruam, demam, batuk, pilek dan konjungtivitis. Infeksi campak dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), penyakit merusak otak yang selalu menyebabkan kematian. Anak-anak dan orang dewasa dapat dilindungi dari campak melalui imunisasi.

LO.2. Etiologi

Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili paramyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka.

Virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara penularan adalah dengan droplet dan kontak langsung dengan penderita.Yang patut diwaspadai, penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul.

Virus campak dapat bertahan selama beberapa hari pada temperature 0°C dan selama 15 minggu pada sediaan beku. Di luar tubuh manusia virus ini mudah mati. Pada suhu kamar sekalipun, virus ini akan kehilangan infektivitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari. Virus ini mudah hancur dengan sinar ultraviolet.

(5)

LO.3. Klasifikasi Klasifikasi Campak

a. Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tandabahaya umum, terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya tandaumum campak, adanya batuk, pilek atau mata merah. b. Campak dengan komplikasi apabila ditemukan tanda mata bernanah serta luka dimulut. c. Campak, apabila hanya tanda khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi di atas.

LO.4. Patofisiologi

Mikroba masuk di fagositosis makrofag, makrofag mengeluarkan bahan kimia yang disebut sebagai pirogen andogen, pirogen andogen bekerja pada pusat termogulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat melalui pemicuan pelepasan lokal (sintesis) prostaglandin (mediator kimiawi lokal yang bekerja langsung pada hipotalamus) memicu mekanisme respon dingin (menggigil) agar produksi panas segera mengikat mendorong vasokonstriksi kulit untuk mengurangi pengeluaran panas suhu meningkat (demam).

LO.5. Patogenesis

Morbili virus masuk kedalam tubuh hospes melalui droplet dan menyerang sel inangnya dengan menempel pada reseptor spesifik di permukaan sel inang. Lalu virus bereplikasi dibagian

sitoplasma sel inang dan memperbanyak diri dan akhirnya matang, lalu virus yang sudah matang ini akan merusak sel inangnya untuk keluar dari dalam sel dan mulai menginfeksi sel lainnya yang ada di tubuh hospes. Pada saat banyak sel yang di infeksi virus, maka akan terjadi eksudat yang serius. Karena ada eksudat, maka sistem imun kita bekerja dengan adanya reaksi inflamasi yaitu demam (suhu meningkat). Lalu virus ini akan menyebar ke berbagai organ melalui

hematogen (aliran darah). Jika mengenai saluran cerna maka akan menyebabkan diare karena ada bercak koplik, nafsu makan menurun, dan nutrisi kurang dari kebutuhan. Jika mengenai

(6)

saluran napas, bisa menyebabkan pilek dan batuk. Jika mengenai konjungtiva radang bisa menyebabkan konjungtivitis. Jika virus menyebar di kulit dan sekitar sebasea dan folikel rambut akan membentuk makulapapular di kulit.

LO.6. Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang sering timbul adalah demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis, dan koriza atau disebut juga 3C (coryza, cought, counjutivity). Gejala khas (patognomonik) adalah timbulnya bercak koplik menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum, dikelilingi oleh eritema, dan berlokalisasi dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Ruam eritematosa yang berbentuk makula papula disertai meningkatnya suhu badan. Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut, dan bagian belakang bawah. Dapat terjadi perdarahan ringan, rasa gatal, dan muka bengkak. Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian belakang, splenomegali, diare, dan muntah. Variasi lain adalah black measles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.

Gejala penyakit campak dikategorikan dalam tiga stadium, dengan masa inkubasi sekitar 10-12 hari.

1) Stadium masa prodromal : demam ringan sampai sedang batuk makin berat, coryza, nyeri menelan, faring merah dan konjungtivitas. Biasanya koplik spot (di mukosa pipi) muncul 2-4 hari setelahnya

2) Stadium erupsi : demam tinggi, ruam mukopapular (5-6 hari) dari belakang telinga, lalu ke leher, muka, tubuh dan ekstremitas.

3) Stadium konvalsens : 3 hari ruam mulai menghilang, kehitaman dan mengelupas. Hilang ruam sekitar 1-2 minggu.

LO.7. Diagnosis dan Diagnosis Banding Diagnosis

Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium prodromal, sel raksasa multinuklear dapat ditemukan pada apusan mukosa hidung. Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan. Angka leukosit cenderung rendah dengan limfositosis relative. Punsi

(7)

lumbal pada penderita dengan ensefalis campak biasanya menunjukkan kenaikan protein da sedikit kenaikan limfosit. Kadar glukosa normal. Bercak koplik dan hiperpigmentasi adalah patognomonis untuk rubeola/campak.

Diagnosis banding

1. Rubella: ruam makulopapul yang menyebar cepat dari garis batas rambut ke ekstremitas dalam 24 jam, menghilang sesuai dengan timbulnya ruam. Tidak ada demam prodromal (ringan-sedang), nyeri tekan kelenjar postservikal, artritis sering terjadi pada orang dewasa.

2. Infeksi yang disebabkan parvovirus B19: eritema di pipi diikuti ruam menyerupai pita difus di badan, tidak ada gejala prodromal (demam ringan), artritis pada orang dewasa.

3. Eksantema subitum: makulopapul pada batang tubuh saat demam menghilang, demam prodromal menonjol selama 3-4 hari sebelum timbul ruam.

4. Infeksi HIV primer: makulopapul tersebar di badan, penyakit meyerupai demam kelenjar, meningitis, ensefalitis (jarang)

5. Infeksi enterovirus: makulopapul tersebar di badan, demam, mialgia, nyeri kepala. 6. Dengue: makulopapul tersebar luas, sering menjadi konfluen, nyeri kepala hebat

dan mialgia, mual, muntah.

7. Demam tifoid/paratifoid: 6-10 makulopapul pada dada bagian bawah /abdomen atas pada hari 7-10 demam menetap, splenomegaly.

8. Tifus epidemik: makulopapul pada batang tubuh dan wajah sreta ekstremitas kecuali telapak tangan dan telapak kaki, mungkin terjadi peteki, 3-5 haridemam, menggigil, toksemia sebelum timbulnya ruam.

9. Tifus endemik: makulopapul pada tubuh kecuali telapak tangan dan kaki.

10. Scrub thypus: makulopapul difus pada batang tubuh yang menyebar ke ekstremitas, demam sebelum ruam.

LO.8. Tatalaksanaan

Pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian cairan dan kalori yang cukup.terapi campak bersisat suportif.

Obat Simtomatik yang perlu diberikan yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk, dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan yang lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul. (Hassan.R. et al, 1985)

(8)

a. Istirahat

b. Pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi. c. Medikamentosa :

· Antipiretik : parasetamol 7,5 – 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam

· Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari.

· Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitusive (codein) tidak boleh digunakan.

· Mukolitik bila perlu

· Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat. Selain itu vitamin A dapat melindungi salauran cerna pada penderita campak.

Dosis 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal > 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal.

Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan oftalmologi sehubungan dengan defisiensi vitamin A.

LO.9. Pencegahaan

Dengan morbiditas morbili yang telah diketahui, pencegahan menjadi tujuan utama dan terpilih. Vaksin morbili hidup yang telah dilemahkan (Attenuvax) harus diberikan pada usia 15 bulan untuk perlindungan maksimum. Idealnya dikombinasikan dengan vaksin untuk parotitis epideika dan rubella (M-M-R II)

Yang Divaksinasi :

a. Anak sehat di atas umur 15 bulan

b. Bayi-bayi diimunisasi sebelum umur 1 tahun

c. Yang diberikan bersamaan gama globulin dan vaksin morbili hidup. d. Orang-orang yang sebelumnya telah diimunisasi dengan vaksin virus mati.

e. Orang-orang yang tinggal di derah endemic morbili yang tinggi dapat menerima vaksin pada umur 6 bulan dan divaksinasi ulang pada umur 15 bulan.

Kontraindikasi vaksin hidup :

a. Pasien-pasien imunokompromis (keganasan generalisata, cacat sel T, yang mendapat terapi imunosipresi).

b. Orang-orang dengan kemungkinan Tuberkulosis. c. Wanita hamil.

d. Pasien-pasien yang alergi terhadap neomisin (Attenuvax atau M-M-R II).

e. Pasien-pasien yang telah mendapatkan darah lengkap,plasma, atau gama globulin dalam 8 minggu sebelum diberikan vaksin.

(9)

Efek samping mungkin terlihat pada 7 sampai 10 hari setelah pemberian vaksin hidup yang terdiri dari rash, demam atau keuanya dan yang lebih berat disertai malaise, demama, limfadenopayi setempat, eritema setempat dan indurasi, bisa terjadi pada orang-orang yang sebelumnya diimunisasi dengan vaksin mati.

LO.10. Komplikasi

1. Otitis Media: Otitis media mungkin merupakan komplikasi sekunder tersering dan harus diterap sesuai dengan bakteri pathogen yang diduga.

2. Pneumonia: Pneumonia suatu komplikasi kedua yang terlazim tetapi penyebab kematian utama bagi pasien morbili.

3. Ensafalitis: Ensafalitis suatu komplikasi yang jarang terjadi pada kira-kira 1-2 kasus per 1000.

4. Purpura: Purpura timbul 3-15 hari setelah dimulainya rash dan mungkin menyertai penghitungan trobosit yang rendah atau normal. Terapi salsilat harus dihentikan jika timbul komplikasi ini.

5. Abdomen Akut: Abdomen akut mungkin disebabkan oleh limfa denitis generalisata yang menyertai penyakit ini.

Berdasarkan berapa seringnya muncul, komplikasi yang ditimbulkan akibat penyakit campak diantaranya:

 Otitis media (infeksi telinga): 7%  Pneumonia: 6%

 Encephalitis akut (radang otak): 1 per 1000

 SSPE (penyakit degenerative pada otak): 1 per 100.000

 Penyakit campak terjadi pada ibu yang sedang hamil beresiko untuk melahirkan premature atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Sedangkan komplikasi yang ditimbulkan akibat dari pemberian vaksinasi diantaranya:

 Sekitar 5 - 15% muncul demam pada anak dengan suhu 39.5 °C atau lebih dan 5% muncul ruam pada hari ke 6-12 setelah diimunisasi

 Encephalitis (1 per 1000)  Anaphylaxis (< 1 per 1000). LO.11. Prognosis

(10)

Prognosis baik jika tidak terjadi komplikasi. Prognosis buruk bahkan akan mengakibatkan kematian yang disebabkan oleh komplikasi yang terjadi. Komplikasi campak jarang terjadi, akan tetapi dapat menjadi serius apabila bersamaan dengan munculnya diare, pneumonia, dan encephalitis. Komplikasi hebat biasanya terjadi pada orang dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi (2007) Farmakologi dan Terapi ed. 5, FKUI, Jakarta

Jawetz, Melnick, Adelberg (2008) Mikrobiologi Kedokteran ed. 23, EGC, Jakarta Widoyono (2011) Penyakit Tropis , Erlangga, Semarang

Nelson E waldo, et.al, Morbili dalam Bab infeksi virus Buku ilmu Kesehatan Anak Volume 2, Edisi 15, EGC, 1999, hal 1068 – 1071

Soegianto S. Campak. Dalam: Buku Ajar Infeksi & Penyakit Tropis. Jakarta; IDAI, 2002:125-33.

Yuliana. July 9, 2008. “CAMPAK (Morbili, Measles, Rubeola)”.

Referensi

Dokumen terkait

Disini terjadinya motivasi yang kurang terarah pada karyawan oleh pemimpin, disini kurang terarah dimaksudkan dengan kurangnya motivasi yang diberikan oleh pemimpin

Tingginya risiko VAP pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik berdampak pada lama perawatan, biaya yang harus ditanggung dan angka mortalitas pasien maka

Selain itu dengan adanya subsidi pupuk sangat mebantu petani di Kecamatan Simpur Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam meningkatkan produksi komoditas pertanian sehingga dapat

Proses kontak adalah standar industri untuk produksi bahan kimia ini dalam pemurnian dan volume yang dibutuhkan untuk pembuatan aplikasi mulai dari baterai sampai produksi

Konstitusi yang telah menguatkan peran DPR (legislative heavy) disatu sisi, ternyata disisi lain tetap mengakui adanya sistem presidensial. Akibatnya dalam praktek sistem

Sistem transmisi daya langsung menyebabkan generator yang digunakan harus memiliki kecepatan putaran optimum yang hampir sama dengan kecepatan putaran poros turbin rotor atau sekitar

d) Kriteria responden – murid yang sederhana, tidak terlalu pandai, ada pengetahuan asas Langkah utama bagi mendapatkan kesahan ini ialah menentukan kriteria tentang apa yang

Jika setelah penilaian kembali, kepemilikan Perusahaan dan entitas anak pada nilai wajar aset bersih yang teridentifikasi dari pihak yang diakuisisi melebihi dari