• Tidak ada hasil yang ditemukan

etika bisnis sap 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "etika bisnis sap 2"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR 

KATA PENGANTAR 

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena

terselesainya tugas makalah tentang materi etika bisnis dalam bentuk yang senderhana ini

terselesainya tugas makalah tentang materi etika bisnis dalam bentuk yang senderhana ini

sebagai bahan sumber belajar yang di harapkan dapat mengantar pembaca khususnya

sebagai bahan sumber belajar yang di harapkan dapat mengantar pembaca khususnya

Mahasiswa dan masyarakat pada umumnya kearah pemahaman tentang bagaimana peranan

Mahasiswa dan masyarakat pada umumnya kearah pemahaman tentang bagaimana peranan

dari Etika Bisnis.

dari Etika Bisnis.

 Namun demikian kami

 Namun demikian kami menyadari kekurangan dalam paper ini. Oleh karena itu, kami

menyadari kekurangan dalam paper ini. Oleh karena itu, kami

mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca guna menyempurnakan paper ini untuk

mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca guna menyempurnakan paper ini untuk

sebagai pedoman dalam penulisan dan penyusunan paper selanjutnya. Sebagai akhir kata

sebagai pedoman dalam penulisan dan penyusunan paper selanjutnya. Sebagai akhir kata

dengan harapan semoga paper ini ada manfaatnya bagi kita semua.

dengan harapan semoga paper ini ada manfaatnya bagi kita semua.

Denpasar, 16 September 2017

Denpasar, 16 September 2017

Penyusun

Penyusun

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 

... i

DAFTAR ISI

... ii

BAB I

...1

PENDAHULUAN

...1

1.1

Latar Belakang

...1

1.2

Rumusan Masalah

...1

1.3

Tujuan

...2

BAB II

...3

PEMBAHASAN

...3

2.1

Hakikat Bisnis

...3

2.2

Karakteristik Bisnis

...5

2.3

Pergeseran Paradigma Dari Pendekatan Stockholder ke Pendekatan Stakeholder 

 ...6

2.4

Tanggung Jawab Moral Dan Sosial Bisnis

...8

2.5

Kode Etik Berbagai Profesi

...9

BAB III

... 11

PENUTUP

 ... 11

3.1

Kesimpulan

 ... 1 1

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :

 ... 11

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika didefinisikan sebagai penyelidikan terhadap alam dan ranah moralitas

dimana istilah moralitas dimaksudkan untuk merujuk pada ‘penghakiman’ akan

standar dan aturan tata laku moral. Etika juga bisa disebut sebagai studi filosofi

 perilaku manusia dengan penekanan pada penentuan apa yang dianggap salah dan

 benar.

Dari definisi itu kita bisa mengembangkan sebuah konsep etika bisnis. Tentu

sebagian kita akan setuju bila standar etika yang tinggi membutuhkan individu

yang punya prinsip moral yang kokoh dalam melaksanakannya. Namun, beberapa

aspek khusus harus dipertimbangkan saat menerapkan prinsip etika ke dalam

 bisnis.

Pertama, untuk bisa bertahan, sebuah bisnis harus mendapatkan keuntungan.

Jika keuntungan dicapai melalui perbuatan yang kurang terpuji, keberlangsungan

 perusahaan bisa terancam. Banyak perusahaan terkenal telah mencoreng reputasi

mereka sendiri dengan skandal dan kebohongan. Kedua, sebuah bisnis harus dapat

menciptakan keseimbangan antara ambisi untuk mendapatkan laba dan kebutuhan

serta tuntutan masyarakat sekitarnya. Memelihara keseimbangan seperti ini sering

membutuhkan kompromi atau bahkan ‘barter’.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian dari hakikat bisnis ?

1.2.2 Bagaimana karakteristik bisnis ?

1.2.3 Bagaimana pergeseran paradigm dari pndekatan stockholder ke

 pendekatan stakeholder ?

1.2.4 Bagaimana tanggung jawab moral dan sosial bisnis ?

1.2.5 Bagimana kode etik berbagai profesi ?

(4)

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian hakikat bisnis.

1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik bisnis.

1.3.3 Untuk mengetahui pergeseran paradigm dari pndekatan stockholder ke

 pendekatan stakeholder.

1.3.4 Untuk mengetahui tanggung jawab moral dan sosial perusahaan.

1.3.5 Untuk mengetahui kode etik berbagai profesi.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Bisnis

Bisnis pada hakikatnya adalah organisasi yang bekerja di tengah-tengah

masyarakat atau merupakan komunitas yang berada di tengah-tengah komunitas

lainnya. Bisnis mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, mulai dari

 jaman prasejarah, abad pertengahan, era merkantilisme, fisiokrat, klasik, sampai

 jaman modern sekarang ini. Bisnis merupakan realitas yang sangat kompleks.

Kompleksitas bisnis berkaitan langsung dengan kompleksitas masyarakat.

Bisnis sebagai kegiatan sosial pada hakikatnya dapat di pandang dari 3 (tiga)

sudut yang berbeda, yaitu sudut pandang ekonomi, moral dan hukum.

1. Sudut pandang ekonomi

Bisnis adalah salah satu kegiatan ekonomis. Yang terjadi dalam kegiatan

ini

adalah

tukar-menukar,

memproduksi-memasarkan,

bekerja-mempekerjakan, dan interaksi manusiawi lainnya dengan maksud

memperoleh untung. Bisnis selalu bertujuan memperoleh keuntungan dan

 perusahaan dapat disebut sebagai organisasi yang didirikan untuk

memperoleh keuntungan. Dalam bisnis moderm untung diekspresikan

dengan uang. Teori ekonomi menjelaskan bagaimana dalam sistem

ekonomi pasar bebas para pengusaha memanfaatkan sumber daya yang

langka untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna bagi

masyarakat. Produsen akan berusaha meningkatkan penjualan sedemikian

rupa sehingga hasil bersih yang diperoleh akan mengimbangi bahkan

melebihi biaya produksi. Hasil maksimal akan dicapai dengan pengeluaran

minimal. Atau dengan kata lain efisiensi merupakan kata kunci dalam

 bisnis. Dipandang dari sudut ekonomis, bisnis yang baik adalah bisnis

(6)

2. Sudut pandang moral

Mengejar keuntungan adalah hal yang wajar, asalkan tidak

mengorbankan/merugikan pihak lain. Kepentingan dan hak orang lain

harus diperhatikan demi kepentingan bisnis itu sendiri. Perilaku etis

 penting dalam bisnis untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan

 posisi finansial bisnis itu sendiri. Dari sudut pandang moral, bisnis yang

 baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, melainkan bisnis yang baik

secara moral. Perilaku yang baik adalah perilaku yang ssuai dengan

norma-norma moral.

3. Sudut pandang hukum

Seperti halnya moral, hukum merupakan sudut pandang normatif, karena

menetapkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Peraturan hukum

merupakan kristalisasi atau pengendapan dari keyakinan moral. Jika

 perilaku bisnis itu legal, maka dari sudut moral juga dipandang baik.

Bisnis yang baik berarti bisnis yang patuh pada hukum. Dari sudut

 pandang ekonomis, bisnis yang baik adalah bisnis yang mendatangkan

 banyak untung. indikator keuntungan sangat jelas, yaitu bisa diketahui dari

 perhitungan laba (rugi). Dari sudut pandang hukum, indikatornya juga

cukup jelas, yaitu bahwa bisnis yang baik adalah bisnis yang tidak

melanggar hukum. Indikator untuk meentukan baik buruknya bisnis dari

sudut pandang moral terdapat tiga tolok ukur yang dapat digunakan yaitu :

1) Hati nurani.

Suatu perbuatan dikatakan baik jika dilakukan sesuai dengan hati

nurani. Hati nurani merupakan norma moral yang penting tetapi

sifatnya sangat subjektif, sehingga tidak terbuka bagi orang lain. Tidak

semua yang dikatakan hati nurani bisa diandalkan dari segi moral.

Oleh karena itu, penilaian tidak dapat hanya dilakukan dari sudut hati

nurani saja, melainkan harus dilakukan bersamaan dengan

norma-norma lain.

2) Kaidah emas

Cara yang lebih objektif untuk menilai baik buruknya perilaku moral

adalah kaidah emas yang secara positif berbunyi : “Hendaklah

(7)

memperlakukan orang lain sebagaimana Anda sendiri ingin

diperlakukan”. Atau bila dirumuskan secara negatif akan menjadi :

“Janganlah lakukan terhadap orang lain apa yang Anda sendiri tidak

ingin dilakukan orang lain terhadap Anda”. Misalnya, kalo tidak ingin

ditipu, janganlah menipu orang lain.

3) Penilaian masyarakat

Cara lain yang paling ampuh digunakan untuk menilai perilaku moral

adalah dengan menyerahkannya kepada masyarakat umum untuk

dinilai. Cara ini disebut juga dengan audit sosial. Audit sosial

menuntut adanya keterbukaan dan transparansi.

2.2 Karakteristik Bisnis

Baru belakangan ini bisnis dianggap sebagai sebuah profesi. Bisnis

modern mensyarat dan menuntut para pelaku bisnis untuk menjadi orang yang

 profesional. Orang yang profesional umumnya adalah orang yang dapat dipercaya

oleh masyarakat untuk melakukan pekerjaan yang menjadi profesinya. Semakin

tajam persaingan, semakin dituntut sikap profesional untuk membangun citra

 bisnis yang baik melalui pelayanan kepada masyarakat. Bisnis merupakan

kegiatan menjual citra kepada masyarakat dengan cara memenuhi kebutuhan

mereka secara prima, baik dan jujur melalui penawaran barang dan jasa yang

 bermutu dan harga yang wajar. Orang-orang yang profesional selalu berarti

orang-orang yang mempunyai komitmen pribadi yang tinggi, yang serius dalam

 pekerjaannya, yang bertanggung jawab atas pekerjaannya agar tidak sampai

merugikan orang lain. Suatu profesi yang diperlukan dan dihargai mempunyai

karakteristik sebagai berikut :

1. Seseorang memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan

khusus yang ia peroleh melalui pendidikan, pelatihan, dan

 pengalaman yang membentuk profesinya, yang membedakan

dengan orang lain.

(8)

tanggungjawab profesional dalam melakukan pekerjaan ,seperti

kode etik dokter, wartawan, pengacara, akuntan, dan sebagainya.

Untuk menjaga kemurnian dan ketepatan pelaksanaan kode etik ini,

dibentuklah organisasi profesi. Organisasi profesi berkewajiban

menjaga nama baik organisasi, melakukan seleksi anggota baru dan

 bila perlu memberikan sanksi kepada anggota yang melanggar

kode etik profesi.

3. Seseorang perlu memiliki izin khusus atau lisensi untuk bisa

menjalankan suatu profesi. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi

 profesi tersebut dari orang-orang yang tidak profesional.

4. Memberikan pelayanan pada masyarakat. Keuntungan harus

dibayar sebagai akibat logis dari pelayanan kepada masyarakat,

 bahkan keikutsertaan dalam menyejahterakan masyarakat adalah

citra perusahaan yang baik.

2.3 Pergeseran Paradigma Dari Pendekatan Stockholder ke Pendekatan

Stakeholder

Stakeholders atau stockholders paradigma adalah sebuah paradigma

dimana Chief Executive Officer (CEO) berorientasi pada kepentingan pemegang

saham. Pihak manajemen sebagai pemegang mandat (agency) berusaha

memperoleh

keuntungan

sebesar-besarnya

untuk

menyenangkan

dan

meningkatkan kemakmuran pemegang saham (principal). Seakan-akan pemegang

saham merupakan pihak yang paling berpengaruh bagi kelangsungan hidup

 perusahaan. Orientasi seperti ini mengakibatkan evalusi yang dilakukan atas

 pengelolaan bisnis hanya dilihat dari aspek finansial. Prestasi manajemen hanya

dilihat dari kemampuannya menghasilkan laba. Hal ini mendorong manajemen

menghalalkan berbagai cara demi mengejar keuntungan. Tindakan demikian

mengakibatkan adanya pihak-pihak lain yang dirugikan.

Paradigma stockholders kemudian mengalami pergeseran, karena

 pada kenyataannya manajemen dihadapkan pada banyak kepentingan yang

 pengaruhnya perlu diperhitungkan secara seksama. Bagaimanapun juga dalam

kegiatan bisnis akhirnya muncul kesadaran bahwa dalam usaha memperoleh laba,

(9)

selain stockholders, wajib juga diperhatikan kepentingan pihak-pihak lain yang

terkena dampak kegiatan bisnis. Pihak berkepentingan (stakeholders) adalah

individu atau kelompok yang dapat dipengaruhi atau mempengaruhi tindakan,

keputusan, kebijakan, praktek, dan tujuan organisasi bisnis. Perusahaan berdiri

ditengah-tengah lingkungan. Lingkungan merupakan satu-satunya alasan mengapa

 bisnis itu ada.

Pendekatan stakeholders terutama memetakan hubungan-hubungan

yang terjalin kedalam kegiatan bisnis pada umumnya. Pendekatan ini berusaha

memberikan kesadaran bahwa bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar hak

dan kepentingan semua pihak yang terkaityang berkepentingan dengan suatu

kegiatan bisnis dijamin, diperhatikan dan dihargai. Pendekatan ini bermuara pada

 prinsip tidak merugikan hak dan kepentingan manapun dalam kegiatan bisnis. Hal

ini menuntut agar bisnis dijalankan secara baik dan etis demi hak dan kepentingan

semua pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan bisnis. Adapun lingkungan yang

 berada

di

sekitar

perusahaan

adalah

pemegang

saham,

kelompok

 pendukung,media massa, kelompok sosial, pemerintah asing, pemerintah

setempat, pesaing, konsumen, pemasok, pekerja, dan kreditur.

Pada umumnya stakeholders dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu:

a.

Kelompok primer

Keompok primer terdiri dari pemilik modal atau saham (stockholders),

kreditur, pegawai, pemasok, konsumen, penyalur, pesaing atau rekanan. Yang

 paling penting diperhatikan dalam suatu kegiatan bisnis tentu saja adalah

kelompok primer karena hidup matinya atau berhasil tidaknya bisnis suatu

 perusahaan sangat ditentukan oleh relasi yang saling menguntungkan yang dijalin

dengan kelompok primer tersebut.

 b.

Kelompok sekunder

(10)

 penting bahkan bisa jauh lebih penting dari kelompok primer. . Dalam kondisi

sosial, ekonomi, politik semacam Indonesia, masyarakat setempat bisa sangat

mempengaruhi hidup matinya perusahaan. Ketika suatu perusahaan beroperasi

tanpa memberikan kesejahteraan, nilai budaya, saran dan prasarna lokal, lapangan

kerja setempat dan lainnya, akan menimbulkan suasana sosial yang tidak kondusif

dan tidak stabil bagi kelangsungan bisnis perusahaan tersebut.

2.4 Tanggung Jawab Moral Dan Sosial Bisnis

Tanggung jawab perusahaan adalah tindakan dan kebijakan perusahaan

dalam berinteraksi yang didasarkan pada etika. Secara umum etika dipahami

sebagai aturan tentang prinsip dan nilai moral yang mengarahkan perilaku

sesorang atau kelompok masyarakat mengenai baik atau buruk dalam

 pengambilan keputusan. Terdapat 3 pendekatan dalam pembentukan tanggung

 jawab sosial:

a. Pendekatan moral yaitu tindakan yang didasrkanpada prinsip kesatuan.

 b. Pendekatan kepentingan bersama yaitu bahwa kebijakanmoral harus

didasarkan pada standar kebersamaan, kewajaran dan kebebasan yang

 bertanggung jawab.

c. Kebijakan bermanfaat adalh tanggup jawab social yang didasarkan pada

nilai apa yang dilakukan perusahaan menghasilakn manfaat besar bagi

 pihak berkepentuingan secara adil.

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social

Responsibility adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan

adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang

saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.

Pengertian tanggung jawab social perusahaan atau CSR sangat beragam.

Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk

meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan

sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa

nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR

adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations,

dan community development.

(11)

2.5 Kode Etik Berbagai Profesi

Kode Etik (Patrick Murphy) atau kadang-kadang disebut code of conduct

atau code of ethical conduct ini, menyangkut kebijakan etis perusahaan

 berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (mungkin pernah timbul dimasa

lalu), seperti konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok,

menerima hadiah, sumbangan dan sebagainya. Latar belakang pembuatan Kode

Etik adalah sebagai cara ampuh untuk melembagakan etika dalam struktur dan

kegiatan perusahaan. Bila Perusahaan memiliki Kode Etik sendiri, mempunyai

 beberapa kelebihan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memilikinya.

Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah

digariskan, sehingga diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama,

 baru, ataupun calon anggota kelompok profesi. Kode etik profesi telah

menentukan standarisasi kewajiban profesional anggota kelompok profesi.

Sehingga pemerintah atau masyarakat tidak perlu campur tangan untuk

menentukan bagaimana profesional menjalankan kewajibannya. Kode etik profesi

 pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar atau yang sudah

mapan dan tentunya lebih efektif lagi apabila norma perilaku itu dirumuskan

secara baik, sehingga memuaskan semua pihak.

Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana

sebagai seseorang yang professional agar tidak merusak etika profesi. Ada tiga hal

 pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:

a. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi

tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan

kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang

 boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

 b. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas

 profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat

memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat

memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan

(12)

c. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi

tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat

dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau

 perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain

(13)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Bisnis pada hakikatnya adalah organisasi yang bekerja di tengah-tengah

masyarakat atau merupakan komunitas yang berada di tengah-tengah

komunitas lainnya. Bisnis merupakan realitas yang sangat kompleks.

Kompleksitas bisnis berkaitan langsung dengan dengan kompleksitas

masyarakat.

2. Seseorang memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan khusus yang

ia peroleh melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang

membentuk profesinya, yang membedakan dengan orang lain, terdapat

kaidah dan standar moral, Seseorang perlu memiliki izin khusus atau

lisensi untuk bisa menjalankan suatu profesi, dan memberikan pelayanan

 pada masyarakat.

3. Paradigma stockholders mengalami pergeseran, karena pada kenyataannya

manajemen dihadapkan pada banyak kepentingan yang pengaruhnya perlu

diperhitungkan secara seksama. Bagaimanapun juga dalam kegiatan bisnis

akhirnya muncul kesadaran bahwa dalam usaha memperoleh laba, selain

stockholders, wajib juga diperhatikan kepentingan pihak-pihak lain yang

terkena dampak kegiatan bisnis. Pihak berkepentingan (stakeholders)

adalah individu atau kelompok yang dapat dipengaruhi atau

mempengaruhi tindakan, keputusan, kebijakan, praktek, dan tujuan

organisasi bisnis. Perusahaan berdiri ditengah-tengah lingkungan.

Lingkungan merupakan satu -satunya alasan mengapa bisnis itu ada.

4. Tanggung

jawab

Sosial

Perusahaan

atau

Corporate

Social

Responsibility adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya

 perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen,

karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala

(14)

5. Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah

digariskan, sehingga diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota

lama, baru, ataupun calon anggota kelompok profesi. Kode etik profesi

telah menentukan standarisasi kewajiban profesional anggota kelompok

 profesi. Sehingga pemerintah atau masyarakat tidak perlu campur tangan

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sutrisna. 2011. Etika Bisnis : Konsep Dasar Implementasi dan

 Kasus. Cetakan Pertama. Udayana University Press. Denpasar

Rindjin, I Ketut. 2004. Etika Bisnis dan Implementasinya. Jakarta : PT

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: SK.38/OT002/Phb-83 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Kesehatan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara memuat tentang

Sungai Cipaku yang memiliki lembah sungai yang sempit dan erosi yang bersifat vertikal masih terjadi pada lembah Sungai Cipaku .... Satuan lembah sinklin, terlihat morfologi yang

Pelaporan kasus surveilans HIV-AIDS yaitu dengan menggunakan formulir dari laporan penderita positif HIV-AIDS yang kemudian laporan kasus ini dikirim secepatnya

Namun bendahara Masjid Jamik An-Nur menjelaskan tujuan dari laporan keuangan yang dibuat oleh Masjid Jamik An-Nur Sekayu adalah untuk menyediakan informasi

Menentukan bentuk struktur dan kosakata yang sesuai konteks tentang kehidupan sehari-hari berdasarkan standar Common European Framework of Reference for Languages (CEFR)

Berapakah % yield dan konsentrasi biodiesel yang dihasilkan dari sintesis biodiesel dengan substrat minyak jelantah melalui rute non-alkohol dengan biokatalis Candida rugosa

Asbab al-wurud al-khassah (mikro) adalah faktor-faktor (baik berupa peristiwa atau pertanyaan) yang melatarbelakangi munculnya suatu hadis, sedangkan asbab al-wurud al-‘ammah

Kebijakan rujukan kasus demam dengue dari puskesmas ke Rumah Sakit harus sesuai dengan prinsip rujukan yang diatur dalam PMK no 1 tahun 2012 pasal 9, tentang sistem rujukan.