Hukum dan Etika Bisnis
Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH
PENDAHULUAN
• Peran dunia usaha dalam perekonomian begitu cepatnya, sehingga dalam hal investasi, misalnya, sekarang sudah 3 kali investasi pemerintah. Kegiatan bisnis yang makin merebak baik di dalam maupun di luar negeri, telah menimbulkan tantangan baru, yaitu adanya tuntutan praktek bisnis yang baik, yang etis, yang juga menjadi tuntutan kehidupan bisnis di banyak negara di dunia. Transparansi yang dituntut oleh ekonomi global menuntut pula praktik bisnis yang etis. Dalam ekonomi pasar global, kita hanya bisa survive kalau mampu bersaing.
• Untuk bersaing harus ada daya saing, yang dihasilkan oleh produktivitas dan efisiensi. Untuk itu pula, diperlukan etika dalam berusaha, karena praktik berusaha yang tidak etis, dapat mengakibatkan rente ekonomi, mengurangi produktivitas dan mengekang efisiensi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat, juga berpengaruh pada masalah etika bisnis. Benteng moral dan etika harus ditegakkan guna mengendalikan kemajuan dan penerapan teknologi bagi kemanusiaan. Kemajuan teknologi informasi misalnya, akan memudahkan seseorang mengakses privacy orang lain.
• Para ahli sering berkelakar, bahwa etika bisnis merupakan sebuah kontradiksi istilah karena ada pertentangan antara etika dan minat pribadi yang berorientasi pada pencarian keuntungan. Ketika ada konflik antara etika dan keuntungan, bisnis lebih memilih keuntungan daripada etika.
• Oleh karena itu, pemahaman tentang etika bisnis diperlukan untuk para pelaku bisnis agar usaha yang dijalankan dapat menjadi suatu usaha bisnis yang beretika dan mengurangi resiko kegagalan.
MANUSIA DAN KEBUTUHAN
• Sebagai Makhluk budaya manusia mempunyai kebutuhan.
• Kebutuhan adalah segala yang diperlukan manusia untuk menyempurnakan kehidupannya
• Pada dasarnya kebutuhan mansia diklasifikasi menjadi 4 jenis yaitu:
a. Kebutuhan Ekonomi, yang bersifat material, untuk kesehatan dan keselamatan jasmani, seperti pakaian, makanan, perumahan.
b. Kebutuhan Pshikis, yang bersifat Immaterial, untuk Kesehatan dan keselamatan rohani seperti Pendidikan, hiburan, penghargaan, agama
c. Kebutuhan Biologis, yang bersifat seksual, ntuk membentuk keluarga dan kelangsungan hidup generasi secara turun temurun, seperti perkawinana, berumah tangga.
d. Kebutuhan Pekerjaan, yang bersifat Praktis, untuk mewujudkan ketiga jenis kebutuhan diatas, sperti perusahaan, profesi
• Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan sempurna apabila manusia individual itu berhubunagn dengan lingkungan alam dan masyarakat serta didukung oleh faktor:
a. Kemauan kerja keras ( Nilai Moral)
b. Kemampuan Intelektual ( Nilai Kebenaran) c. Sarana Penunjang ( Nilai Kegunaan).
• Bekerja keras dan berkarya mempunyai arti manusiawi karena cerminan mutu dan martabat manusia individul dalam hubungannya dengan alam dan manusia individual lain dalam masyarakat, melalui dimensi budaya manuais berjuang untuk maju dan meningkatakan kualitas hidupnya.
• Dalam kenyataannya, manusia menyimpang dari dimensi budaya tersbut
sehingga perilaku yang ditunjukkannya justru melanggar nilai moral dan nilai
kebenaran yang seharusnya dia junjung tinggi.
MANUSIA DAN SISTEM NILAI
• Manusia sebagai makhluk budaya selalu melakukan penilaian terhadap keadaan yang dialaminya
• Menilai berarti memberi pertimbangan untuk menentukan sesuatu itu benar atau salah, baik atau buruk, indah atau jelek, berguna atau tidak.
• Hasil penilaian itu disebut Nilai, yaitu sesuatu yang bener, yang baik, yang indah, yang berguna.
• Manusia selalau cenderung menghendaki nilai kebenaran, nilai kebaikan, nilai keindahan karena berguna bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai yang hidup dalam pikiran anggota masyarakat membentuk system nilai yang berfungsi sebagai pedoman, acuan perilaku.
• Sistem nilai berfungsi sebagai kerangka acuan untuk menata kehidupan pribadi dan menata hubungan antara manusia dan manusia, alam disekitarnya
• Sebagai dasar penataan hubungan dengan manusia lain diperlukan aturan yang merupakan cerminan dari system nilai. Aturan dalam bentuk konkret yang bersumber pada system nilai disebut dengan Norma Hukum
• Sistem Nilai menjadi dasar kesadaran masyarakat untuk mematuhi norma hukum yang diciptakan.
• Norma hukum tersebut berupa Hukum Positif.
ETIKA dan MORAL
A. Etika
• Bertens, menjelaskan Etika berasal dari Bahasa Yunani kuno, ethos dalam bentuk tunggal yang berarti Adat Kebiasaan, Adat Istiadat, Akhlak yang baik. Bentuk jamak dari ethos adalah ta etha artinya adat kebiasaan, dari bentuk jamak ini terbentuklah istilah Etika yang oleh filsuf Yunani Aristoteles sudah dipakai untk menunjukkan filsafat moral.
• Berdasarkan asal usul kata ini, maka Etika berarti ilmu tentag apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
• Bertens, memberikan 3 arti Etika sbb:
1. Etika dipakai adalam arti: nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, artinya ini disebut juga sebagai “Sistem Nilai’ dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyakarat, misalnaya Etika orang Jawa, Etika agama Hindhu.
2. Etika dipakai dalam arti; kumpulan asasatau nilai norma, yang dimaksud disini adalah Kode Etik, seperti Kode Etik Advokat Indonesia, Kode Etikat Akuntasi Indonesia dan sebagainya.
3. Etika dipakai dalam arti; ilmu tentang yang baik atau yang buruh, arti Etika disini sama dengan Filsafat Moral.
• Etika dan Etiket
✔ Penggunaa kata Etika dan Etiket sering dicampuradukkan.
✔ Padahal antara kedua istilah tersebut terdapat perbedaan yang sangat mendasarkan walaupun ada persamaannya
✔ Kata Etika berarti Moral, sedangkan Etiket berarti sopan santun, tatakrama.
✔ Persamaan antara kedua istilah tersebut kedua-duanya mengenai perilaku manusia secara normative, artinya memberi norma perilaku bagimanan seharusnya berbuat atau tidak berbuat.
✔ Perbedaan antara keduanya sbb:
1. Etika menetapkan norma perbuatan, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak, misalnya masuk rumah orang lain tanpa izin. Bagaimana cara masuknya bukan soal, sedangkan Etiket menetapkan cara melakukan perbuatan, menunjukkan cara yang tepat, baik dan benar sesuai dengn yang diharapkan.
2. Etika berlaku tidak tergantung pada ada tidaknya orang lain, misalnya larangan mencuri selalu berlaku, baik ada atau tidak ada orang lain, sedangkan Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, jika tidak ada orang lain hadir, etiket tidak berlaku, misalnya makan tanpa baju, jika makan sendiri tanpa orang lain, sambal telanjangpun tidak jadi masalah.
3. Etika bersifat asolut, tidak adapat ditawar-tawar, misalnya jangan mencuri, jangan membunuh, sedangkan Etiket bersifat relative, yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain, contoh memegang kepada orang lain di Indonesia tidak sopan, tetapi di amerika biasa saja.
4. Etika memandang manusia dari segi dalam (lahiriah) tampaknya dari luar sangat sopan dan halus, tetapi di dalam dirinya penuh kebusukan dan kemunafikan, musang berbulu ayam. Penipuan behasil dengan niat jahatnya karena penampilannya begitu halus dan menawan hati, sehingga mudah menyakinkan korbanya.
B. Moral
• Berasal dari Bahasa Latin Mos jamaknya Mores yang berarti Adat Istiadat
• Secara Etimlogis, kata etika sama dengan kata Moral, keduanya berrati adat kebiasaan. Perbedaannya hanya pada Bahasa asalnya. Etika berasal dari Bahasa Yunani, sedangkan Moral berasal dari Bahasa Latin.
• Arit kata Moral sama dengan arti kata Etika, yaitu nilai-nilai dan norma yang menjadi peganagn seseorang atau suatu kelompok dalam mengantur tingkah lakunya.
• Moralitas berasal dari Bahasa latin Moralis yang pada dasarnya mempunyai arti sama dengan Moral, tetapi lebih bersifat abstrak. Moralitas suatu perbuatan arinya segi moral atau baik buruknya suatu perbuatan.
• Moralitas adalah keseluruhan asas dan nilai yang berkenan dengan baik dan buruk, dengan perkataan lain Moralitas meruapakan kualitas perbuatan manusiasi dalam arti perbuatan itu baik atau buruk, benar atau salah.
• Penentuan baik atau buruk, benar atau salah tentunya berdasarkan norma sebagai ukurannya
PENGERTIAN HUKUM
Beberapa Ahli telah memberikan pendapat mereka mengenai pengerian hukum, berikut adalah beberapa pendapat hukum yang dapat kami tuliskan:
1. Plato: Hukum adalah seperangkat peraturan peraturan yang tersusun dengan baik dan teratur dan bersifat mengikat hakim dan masyarakat
2. Immanuel Kant : Hukum adalah segala keseluruhan syarat dimana seseorang memiliki kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain dan menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.
3. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja: Hukum adalah keseluruhan kaidah serta semua asas yang mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat dan bertujuan untuk memelihara ketertiban serta meliputi berbagai lembaga dan proses guna mewujudkan berlakunya kaidah sebagai suatu kenyataan dalam masyarakat.
• Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa ataupemerintah.
Beberapa produkhukum adalah undang-undang atau peraturan untuk pembantuan pergaulan hidup masyarakat, patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa tertentu, keputusan yang ditentukan oleh hakim proses melalui pengadilan dan juga vonis.
• Hukum terbentuk untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang tertib dan adil. Agar tujuan hukum dapat tercipta maka hukum yang terbentuk seharusnya dapat memenuhi fungsinya sebagai baru atau pengarahan, pengawasan atau pengendalian sosial kontrol), penyelesaian sengketa (penyelesaian sengketadan rekayasa sosial (rekayasa sosial)
PERSAMAAN dan PERBEDAAN ETIKA dan HUKUM
A. Persamaan antara Etika dan Hukum, yaitu bahwa keduanya :
1. Berfungsi sebagai sarana atau alat untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat.
2. Mempelajari dan menjadikan tingkah laku manusia sebagai obyeknya.
3. Memberikan batas ruang gerak hak wewenang seseorang dalam pergaulan hidup supaya tak saling merugikan.
4. Sumbernya dari pemikiran dan pengalaman.
5. Menggugah kesadaran manusiawi.
B. Perbedaan Etika dan Hukum adalah :
1. Etika keberadaannya tidak tertulis sedangkan hukum dalam bentuk tertulis atau terbukukan sebagai hukum negara.
2. Etika bersifat subyektif dan fleksibel, sedangkan hukum bersifat obyektif dan tegas.
3. Etika tidak memerlukan bukti fisik dalam menjatuhkan vonis, sebaliknya hukum memerlukan bukti fisik dalam menjatuhkan vonis.
4. Etika bersifat memberikan tuntunan, sedangkan hukum bersifat menuntut.
5. Etika tidak memerlukan alat untuk menjamin pelaksanaannya, hukum memerlukan alat penegak hukum untuk pelaksanaannya.
ETIKA HUKUM
1. Dibuat dari, oleh dan untuk kalangan prosesi itu sendiri 1. Proses pembuatan Hukum dibuat berdasarkan Peraturan Negara oleh lembaga-lembaga Negara
2. Berlaku untuk lingkungan Kelompok/profesi. 2. Berlaku untuk Umum.
3. Disusun berdasarkan kesepakata anggota Kelompok/Profesi. 3. Disusun oleh Badan Pemerintah.
4. Tidak seluruhnya tertulis dengan pasal-pasal. 4. Tercantum secara rinci di dalam Kitab UU dengan pasal-pasal termasuk sanksi terhadap pelanggaran.
5. Sanksi terhadap pelanggaran berupa tuntutan dan sanksi Organisasi.
Sanksi hanya terbatas pada moral dan kalaupun ada tambahan tetap dalam kaitannya unruk menjaga moral profesi
5. Sanksi terhadap pelanggaran berupa tuntutan, baik perdata maupun pidana.
Sanksi hukum dapat bersifat apapun juga yang bersifat konkret dan dapat dipaksakan dengan bantuan pihak ketiga.
6. Pelanggaran diselesaikan oleh Majelis Etika.
Bersifat Moralitas, selama suatu Tindakan tercela belum dilegalkan, maka pelaku Tindakan tersebut tidak dapat di hukum
6. Pelanggaran diselesaikan melalui Pengadilan atau sanksi Administrasi.
Bersifat Legalitas formal
7. Penyelesaian pelanggaran seringkali tidak diperlukan/disertai bukti fisik.
Bersifat Batniah
6. Penyelesaian pelanggaran memerlukan bukti fisik.
Hukum secara filosofi lebih bersifat lahiriah
BISNIS PERLU BERETIKA
• Karena bisnis tidak hanya bertujuan untuk profit melainkan perlu mempertimbangan nilai-nilai manusia, apabila tidak akan mengobarkan hidup banyak orang, sehingga masyarakat pun brekepentingan agar bisnis dilaksanakan secara etis.
• Bisnis saat ini dilakukan dalam persaingan yang sangat ketat, maka dalam persaingan bisnis tersebut, orang yang bersaing dengan tetap memperhatikan norma-norma etis pada iklim yang semakin professional justru akan menang.
• Etika dalam berbisnis ternyata diperlukan sebagai control akan kebijakan, demi kepentingan perusahaan itu sendiri.
• Perkembangan dunia usaha yang maju dengan teknologi perusahaan yang berskala produksi besar dan menyerap banyak tenaga kerja, khususnya dengan adanya perubahaan tersebut harus menyadari bahwa dalam beroperasi harus memperhatikan kelestarian lingkungan hidup
PEKERJAAN DAN PROFESI
A. PEKERJAAN
• Manusia dikatakan mempunyai martabat apabila dia mampu bekerja keras. Dengan bekerja manusia dapat memperoleh hak dan memiliki segala apa yang diinginkannya. Bekerja merupakan kegiatan pisik dan pikir yang terintegritasi.
• Pekerjaan dapat dibedakan menurut:
1. Kemampuan, yaitu pisik dan intelektual.
2. Kelangusngan, yaitu sementara dan tetap (terus menerus).
3. Lingkup, yaitu umum dan khusus (spesialisasi).
4. Tujuan, memperoleh pendapatan dan tanpa pendapatan.
• Pekerjaan dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Pekerjaan dalam arti umum, yaitu pekerjaan apa saja yang mengutamakan kemmapuan pisik, baik sementara atau tetap dengan tujuan memperoleh pendapatan (Upah).
2. Pekerjaan dalam arti tertentu, yaitu pekerjaan yang mengutamakan kemampuan pisik atau inteletual, naik sementara atau tetap dengan tujuan pengabdian.
3. Pekerjaan dalam arti khusus,yaitu pekerjaan bidang tertentu mengutamakan kemampuan pisik dan inteletual, bersifat tetap dengan tujuan memperoleh pendapatan.
• Dari 3 jenis pekerjaan yang disebutkan diatas,Prpfesi adalah pekerjaan yangtercantum pada butir C dengan kriteria sbb:
1. Bidang tertentu saja (Spesialilsasi), adalah pekerjaan bidang terntu yang dikaitkan dengan bidang keahlian yang dipelajari dan ditekunin, biasana tidak ada rangkapan dengan pekerjaan lain di luar keahliannya.
2. Keahlian dan keterampilan, pekerjaan bidang tertntu berdasarkan keahlian dan ketrampilan khusus yang diperolehnya melalui pendididkan dan laithan. Keahlian dan keterampilan yang diperolehnya itu dibuktikan oleh Sertifikasi yang dikeluarkan oleh Instansi pemerintah atau Lembaga lain yang di akui oleh pemerintah.
3. Tetap atau terus menerus, pekerjaan dibidang tertentu bersifat tetap atau terus menerus, artinya tidak berubah ubah pekerjaan, sedangkan terus menerus artinya terlangsung untuk jangka waktu lama sampai pension.
4. Mengutamakan pelayanan, pekerjaan tertentu yang lebih mendahulukan pelayanan daripada imbalan (pendapatan), artinya mendahulukan apa yang harus dikerjakan bukan bayar yang diterima. Kepuasan konsumen lebih diutamkan
• Dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan Catatan Keuangan perusahaan
semata (single botton line) melainkan sudah meliputi aspek keuangan, aspek
social dan aspek lingkungan yang biasa disebut Triple Bottom Line.
PERAN ETIKA DALAM BISNIS
• Untuk membangun kultur bisnis yang sehat, idealnya imulai dari perumusan etika yang akan digunakan sebagai norma perilaku sebelum aturan (hukum0 perilaku dibuat dan laksanakan, atau aturan 9norma0 etika tersebut diwujudkan dalam bentuk aturan hukum.
• Sebagai control terhadap Individu, Pelaku dalam bisnis yaitu melalui penerapan kebiasaan atau budaya moral atas pemahaman dn penghayatan nilai-nilai dalam prinsip moral sebagai inti kekuatan sustu perusahaan dengan mengutamakan kejujurn, bertanggung jawab, disiplin, berperilaku tanpa diskriminasi.
• Etika bisnis hanya bisa berperan dalam suatu komunitas moral, tidak
merupakan komitmen Individual saja, tetapi tercantum dalam suatu kerangka
social.
• Etika bisnis menjamin bergulirnya kegiatan bisnis dalam jangka panjna, tidak berfokus pada keuntungan jangka pendek saja.
• Pengelolan bisnis secara professional:
a. Berdasarkan keahlian dan ketrampilan khusus b. Mempunyai komitmen moral yang tinggi
c. . Menjalankan usahanya berdasarkan profesi/keahlian.
• Prinsip etika bisnis pada umumnya melihat juga bagaimana budaya yang ada disekitarnya atau lingungan turut mewarisi budaya perusahaan, seperti budaha bangsa Jepankg dengan Bashido, dimana bisnis berawal dari team work keluarga yang terus melekat pada budaya perusahasaan
• Permasalahan yang sering ditemukan dalam kehidupan bisnis, terjadi penyimpangan etika bisnis yang sudah mandarah daging, sehingga sangat sulit diatasi dalam waktu singkat, seperti sogok, suap dan sebagainya. Oleh karena itu peranan dar penerapan hukum sangat penting dan diperlukan sebagai saranan yang telah tepat untuk mendorong ditaatinya nilai etis tertentu dalam bisnis.
PRINSIP-PRINSIP DALAM ETIKA BISNIS
• Prinsip Otonomi, merupakan kemampuan untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan keselarasan tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secar moral atas keputusan yang diambil.
• Prinsip Kejujuran, merupakan kunci keberhasilan suatu isnis, kjujuran dalam pelaksanaan control terhadap konsumen, dalam hubungan kerja dan sebagainya.
• Prinsip Keadilan, bahwa setiap orang dalam berbisnis diperlukan sesuai dengan haknya masing-masing dan tidak ada yang boleh dirugikan.
• Prinsip Saling Menguntungkan, daam bisnis yang kompetitif.
• Prinsip Intergritas Moral, merupakan dasar dalam berbisnis, harus menjaga
nama baik perusahaan tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.
• Dalam pengelolaan Perusahaan yang baik dikenal prinsip “GOG” (Good Corporate Governance) a. Transparansi (Transparancy), yaitu kertebukaaan dalam melaksnakan proses
pembamgilan keputusan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
b. Kemandirian, suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa bentruan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak mananpun yang dimananpun yang tidak sesuai dengan peraturan perUUan yang berlaku dan prinsip-prinsip Koporasi yang
c. Akuntabilitas (Accoountability), kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ, sehingga pengelola perusahaan terlaksanan secara efektif.
d. Pertanggungjawaban (Responsibility), kesesuainn di dalam pengelolaan perusahaan terhadp peraturan per Uuan yang berlaku.
e. Keadilan/Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam mememnuhi hak-hak stakeholder yang berdasarkan perjanjian dan peraturan perUUan yang berlaku.