USAHA MEWUJUDKAN EKOSISTEM BISNIS SYARIAH
BERLANDASKAN NILAI-NILAI AL-QURA’AN DAN AS-SUNNAH DI ERA DIGITALISASI
Ditulis oleh No. Peserta : KT110
ʃ ʃ ʃ
\Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) 2024 Kabupaten Bengkulu Selatan
Cabang Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an (KTIQ) 26-28 Februari 2024
A. Pendahuluan
Bisnis syariah adalah metode berbisnis dengan mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan syar’i (agama), dengan tujuan agar mendapat keberkahan dan meraih keuntungan sebanyak-banyaknya di dunia, sekalipun jika mendapat keuntungan yang sedikit di dunia yang pasti ia akan mendapat keuntungan yang banyak di akhirat. Dewasa ini bisa kita perhatikan bahwa banyak pebisnis atau entrepreneur muslim yang menjalankan bisnisnya dengan tidak lagi berpatokan pada nilai-nilai dalam agama Islam, dan cenderung mengikut pada ideologi liberalism, yang pada akhirnya bukan kesejahteraan bersama yang menjadi tujuan, melainkan keuntungan pribadi dan golongan saja yang menjadi keinginan.
Maka dari itu, sangat penting kiranya bagi seorang muslim untuk berbisnis dengan prinsip agama Islam (Syariah), karena dalam prinsip agama Islam berbisnis merupakan hubungan Mu’amalah (sosial) yang berkaitan dengan hablum minannas, yang artinya dalam mencari keuntungan ekonomi pun, umat muslim tetap diperintahkan untuk saling memperhatikan antara satu dengan yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bisnis Syariah?
2. Bagaimana Konsep dan Komponen Ekosistem Bisnis?
3. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Bisnis Syariah?
4. Bagaimana upaya mewujudkan Ekosistem Bisnis Syariah di Era Digitalisasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Bisnis Syariah.
2. Untuk mengetahui tentang Konsep dan Komponen Ekosistem Bisnis.
3. Untuk mengetahui tentang Manajemen Bisnis Syariah.
4. Untuk mengetahui upaya mewujudkan Ekosistem Bisnis Syariah di Era Digitalisasi.
D. Pembahasan 1. Bisnis Syariah
Pengertian bisnis syariah secara etimologis atau bahasa, Syariah adalah jalan ke tempat pengairan, atau jalan yang harus diikuti, atau tempat lalu air sungai. Pengertian Syariah menurut pakar hokum Islam adalah “segala titah Allah yang berhubungan dengan tingkah laku manusia di luar yang mengenai akhlak”1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sayriah adalah ketentuan-ketentuan Allah yang wajib dipatuhi baik terkait dengan masalah aqidah (tauhid), ibadah ( hubungan kepada Allah), dan muamalah ( hubungan kepada sesama manusia).
Syariah mempunyai keunikannya tersendiri, tidak hanya komprehensif tapi juga universal,2 yang artinya bahwa syariah dapat diterapkan di setiap tempat setiap waktu dimana saja dan kapan saja oleh manusia. keuniversalan ini terutama pada bidang ekonomi, dimana ketetapan syariah tidak membeda-bedakan antara yang muslim dan non-muslim yang berprinsip keadilan bagi seluruh manusia tanpa membeda-bedakan keyakinan mereka terhadap Tuhan. Dengan mengacu pada hal tersebut, maka pengertian bisnis syariah dapat diartikan sebagai bisnis yang santun, penuh kebersamaan dan penghormatan atas hak masing- masing.
Pengertian bisnis secara umum adalah suatu aktifitas yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengelola berbagai sumber daya ekonomi secara efektif dan efesien.
Dapat disimpulkan bahwa bisnis syariah adalah serangkaian aktifitas jual beli dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya, baik barang ataupun jasa, tetapi dibatasi pada cara memperoleh dan menggunakannya. Artinya dalam mendapatkan dan menggunakan hartanya tidak boleh dengan cara-cara yang diharamkan oleh Allah Swt. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah : 42
1 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, jld. 1-2, (Logos Wacana Ilmu : Jakarta, 1999), hlm.1
2 Muhammad Syafi’i Antonio Bank Syariah ; Suatu Pengenalan Umum, (Tazkia Institut : Jakarta, 1999),
ﻭﻻ ﺗﻟﭔﺳﻭااﻟﺣق ﭔا ﻟﭔا ﻄﻞ ﻭﺗکﺗﻣﻭا اﻟﺣق ﻭاﻧﺗﻢ ﺗﻌﻟﻣﻭﻥ
“Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah : 42)
Berdasarkan ayat di atas, maka bisnis menurut ketentuan syariah tidak boleh bersifat liberal atau bebas, tetapi harus mengikuti norma halal, haram bahkan yang syubhat (ragu- ragu) lebih baik dijauhi daripada dilakukan. Orang Islam yang tidak memperhatikan ketentuan-ketentuan tersebut, maka keuntungan yang diperolehnya tidak akan mendapat ridho Allah, sedangkan sesuatu yang tidak mendapat ridho Allah tidak akan mendapat keselamatan. Bahkan mungkin hartanya akan membawa kesengsaraan kepada pemiliknya dan mengalami frustasi yang berlanjut dalam hidupnya.
2. Konsep dan Komponen Ekosistem Bisnis (1). Konsep Ekosistem Bisnis
Ekosistem bisnis adalah jaringan bisnis yang kompleks dan saling bergantung yang dirancang untuk menciptakan dan mendistribusikan nilai bisnis. ini dapat dilihat dari beberapa perspektif pula yaitu :3
persfektif web
Ekosistem didefenisikan sebagai suatu jaringan kompleks yang terdiri dari berbagai organisasi dan entitas, termasuk pemasok, distributor, pelanggan, pesaing, lembaga pemerintah dan lainnya, yang secara bersama-sama terlibat dalam pengiriman produk atau layanan tertentu. Dalam interaksi ini dapat melibatkan berbagai pihak dalam beberpa aspek yaitu aspek persaingan dan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama.
interdependent
Teknologi baru membuat bisnis lebih pintar, cepat dan terukur. ketika dunia semakin terhubung, organisasi semakin sulit bersaing sendiri dan perlu melihat diri mereka sebagai bagian dari ekosistem.
3 Deden A. Wahab, dkk. Ekosistem Bisnis dan Transformasi Digital Perspektif Keberlanjutan Usaha Kecil Kuliner, (CV AA Rizky : Banten, 2023), hlm. 35
relationships
Misalnya Apple dan Fitbit yang menciptakan ekosistem yang berfokus pada pengembangan applikasi kebugaran dan kesehatan.
Ekosistem bisnis dan pasar tradisional tidak sama, namun terdiri dari pelaku dan interaksi, yaitu :
Pelaku
Pelaku individu dan kelompok yang mendefenisikan : - Fungsi pelaku
- Kemampuan pelaku untuk memperluas kegiatan atau interaksi dengan lingkungan - Rentang kegiatan yang dapat dilakukan oleh pelaku.
Interaksi
Produk atau layanan yang dibeli oleh pelaku ditentukan oleh :4
- Serangkaian prinsip eksplisit yang mengatur perilaku dalam suatu lingkungan.
- Keterkaitan di lingkungan yang menghubungkan elemen seperti : data, pengetahuan dan produk.
- Kecepatan dan arah dimana barang atau nilai dipertukarkan di antara para pelaku.
(2). Komponen Ekosistem Bisnis
Ekosistem yang berkembang harus melibatkan komponen-komponen sebagai berikut :5
1. Pengusaha berpotensi : Terdapat individu atau kelompok pengusaha yang berminat untuk memulai dan mengembangkan usaha baru dalam ekosistem.
4 Ibid, hlm. 36
2. Sumber Daya Manusia berkualitas : Ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, yang dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan perusahaan dalam ekosistem tersebut.
3. Institusi yang berkompeten : Keterlibatan institusi-Institusi yang memiliki pengetahuan dan sumber daya yang relevan untuk mendukung perkembangan bisnis di dalam ekosistem tersebut.
4. Modal dan pendanaan : Adanya individu atau institusi yang dapat menyediakan modal bagi pengusaha dan perusahan yang beroperasi dalam ekosistem tersebut.
5. Aksesibilitas Universal : Adanya aksesibilitas yang luas dalam ekosistem sehingga semua pihak memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan bisnis.
6. Infrastruktur pendukung : Tersedianya infrastruiktur yang memfasilitasi interaksi antar anggota-anggota dalam ekosistem serta mendukung pertukaran ide dan sumber daya lainnya.
7. Inspirasi dari kisah sukses : Keberadaan kisah-kisah inspiratif dari pelaku bisnis atau perusahan yang telah berhasil dalam ekosistem yang dapat menjadi panduan atau motivasi bagi anggota lainnya.
8. Budaya kerja kolaboraitf : Terwujudnya budaya kerja yang mengedepankan kolaborasi, kerjasama, kepercayaan, pertukaran timbal-balik, serta fokus pada kebaikan bersama dalam ekosistem bisnis tersebut.6
Sumber daya yang diperlukan oleh pengusaha sebagai aset bisnis dapat dengan mudah ditemukan dalam ekosistem bisnis yang berhasil. Sumber daya – sumber daya ini meliputi hal-hal seperti modal finansial, calon karyawan berbakat, fasilitas kantor, layanan profesional, serta pasokan bahan baku. Sumber daya – sumber daya ini tersedia dalam jumlah yang melimpah dan dapat diakses oleh semua individu yang berpartisipasi dalam ekosistem bisnis tersebut.
6 Ibid, hlm. 38
3. Manajemen Bisnis Syariah (1) Terminologi istilah
a. Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno “management” yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Selain itu kata manajemen mungkin juga berasal dari bahasa Italia “managgiare” yang berarti mengendalikan.7
b. Bisnis
Bisnis berasal dari bahasa Inggris “business” yang berarti usaha, perdagangan, usaha komersial.8 Bisnis juga berarti “aktifitas guna meningkatkan nilai tambah barang dan jasa”.9
c. Syariah
Syariah berasal dari bahasa Arab “syara” atau “syari’at” yang berarti the moslem law atau hukum Islam.10 Syariah juga berarti perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan.11 Dengan demikian dapat disimpulkan Manajemen Bisnis Syariah adalah pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana mengatur, mengelola, dan melaksanakan kegiatan bisnis yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
(2) Teologi Manajemen Bisnis Syariah
Bumi tempat kita tinggal di dunia ini menurut keyakinan agama Islam diciptakan oleh Allah Yang Maha Esa. Allah menyiapkan dan mengatur segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia sebagai khalifah fil ardi (QS. Hud : 61) berbunyi :
ﻫﻭ اﻨﺷا ﻜﻢ ﻣﻦ اﻻﺭﺾﻭاﺳﺗﻌﻣﺭﻜم…
7 Kamaludin dan Alfan, Etika Manajemen Islam, (Pustaka Setia : Bandung, 2010), hlm. 27
8 R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam Al-Qur’an, (Pustaka Pesantren : Yogyakarta, 2006), hlm. 26 9 A. Riawan Amin, Menggagas Manajemen Syariah, (Salemba Empat : Jakarta, 2010), hlm. 10 10 Ma’ruf Abdullah, Manajemen Bisnis Syariah, (Aswaja Pressindo : Yogyakarta, 2014), hlm. 1
11 Didin Hafidhuddin dan Hendry Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, ( Gema Insani : Jakarta,
“dan kepada Kaum Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (Rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya).”12 (QS. Hud : 61)
Untuk dapat mengelola kehidupan di muka bumi ini dengan sebaik-baiknya, dan bertanggung jawab, maka manusia memerlukan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan sikap kerja yang profesional, yang dalam istilah modern dikenal dengan sebutan Manajemen. Manajemen dalam pandangan Islam diartikan bahwa segala sesuatu harus dilakukan secara baik, teratur, tertib, rapi dan benar. Tidak boleh dilakukan secara asal- asalan, hal ini sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah SAW
“Sesungguhnya Allah Swt. sangat mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan dilakukan secara itqan (baik, teratur, tertib, rapi, benar, jelas dan tuntas)” (HR. Thabrani) Kegiatan bisnis merupakan bagian dari kehidupan ummat, karena dalam berbisnis sudah barang tentu ada transaksi jual beli (berdagang) yang mana berdagang juga merupakan profesi yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw, setelah beliau menggembala kambing tepatnya pada usia 20 tahunan. berbeda dengan riba atau menggandakan uang secara ugal-ugalan yang jelas haram hukumnya.
Berdagang diperbolehkan dalam Islam karena adanya akad jual beli, walau memang uang yang dimiliki akan berganda juga pada akhrinya diakibarkan dari keutungan yang diperoleh oleh si penjual. Hal ini selaras dengan hadits dari Rasulullah Saw yang artinya
“Sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu terdapat dalam usaha berdagang dan sepersepuluhnya ada dalam usaha beternak” (HR. Ibnu manshur)
Mereka yang berpropesi sebagai pedagang (berbisnis) berpeluang untuk banyak berbuat kebajikan, sebagaimana menurut hadits Nabi Saw yang artinya :13
12 Fadhal AR Bafadal, Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahannya (Sygma Examedia Arkanleema : Bandung, 2007)
13 Ma’ruf Abdullah, Manajemen Bisnis Syariah, (Aswaja Pressindo : Yogyakarta, 2014), hlm. 3
“Pedagang (pebisnis) yang jujur dan amanah akan tinggal bersama para Nabi, Shiddiqin dan para Syuhada di hari Kiamat” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dalam hadits lain disebutkan :
“Allah mengasihi seseorang yang murah dalam menjual, mudah dalam membeli dan lapang dada dalam menagih hutang” (HR. Bukhari)
Kemudian kesempatannya untuk berbuat kebajikan itu ternyata juga berbanding lurus dengan kenistan yang akan dialaminya, manakala ia lupa diri seperti misalnya ingin cepat mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dengan melakukan perbuatan yang curang dan berkhianat sehingga pelanggannya atau orang lain, sebagaimana yang difirmankan Allah yang artinya sebagai berikut :14
“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah-pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah-pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Az-Zalzalah : 7-8)
4. Upaya Mewujudkan Ekosistem Bisnis Syariah di Era Digitalisasi (1) Pengertian Digital Bisnis
Bisnis digital adalah aktifitas promosi baik itu untuk sebuah brand ataupun produk menggunakan media elektronik (digital).15 Dari pengertian ini, dapat kita pahami bahwa sebenarnya, fungsi utama media elektronik (digital) bagi pelaku bisnis adalah sebagai sarana promosi, namun dalam perkembangannya pada saat ini juga bertambah fungsinya sebagai media transaksi dan pengelolaan sumber daya manusia.
(2). Unsur-Unsur Digital Bisnis
Unsur-unsur pada e-business, diantaranya sebagai berikut : a. Pelaku bisnis
Diantaranya seperti organisasi, produsen, supplier, rekan bisnis, konsumen, dll.
14 Ibid, hlm. 4
b. Alat, media atau juga sumber daya yang digunakan
Diantaranya seperti teknologi informasi serta juga komunikasi (komputer, internet, dll.)
c. Kegiatan dan sasarannya
Diantaranya seperti aktifitas atau kegiatan dan juga proses bisnis (penjualan, pelayanan & transaksi) dan juga operasi bisnis utama.
d. Tujuannya
Diantaranya seperti koordinasi, komunikasi, pengolahan organisasi, transformasi proses bisnis serta juga berbagi informasi
e. Beberapa keuntungan yang bisa didapatkan
Seperti dengan pendekatan yang relatif aman, peningkatan keuntungan, lebih fleksibel, peningkatan produktifitas bisnis yang terintegrasi dll.
f. Contoh e-business
Banyak contoh e-business pada saat sekarang ini yang kita ketahui, baik yang bergerak pada bidang pengelolaan keuangan, sektor perbelanjaan, jasa, transportasi, dan juga informasi. Contoh perubahan bisnis di bidang informasi pada saat ini adalah yang dulunya masyarakat mendapatkan informasi melalui media TV ataupun media cetak seperti koran.
Sekarang masyarakat dapat menerima informasi seputar negara bahkan daerahnya hanya melalui smarphone mereka masing-masing dikarenakan pergeseran karena dengan digitalisasi, semua bisa diakses serba cepat.16
(3) Contoh e-commerce yang berkembang pesat di Indonesia a. Bukalapak
Startup e commerce yang diluncurkan sejak 2010 silam ini, merupakan salah satu Unicorn yang ada di Indonesia. Mewadahi jutaan pelapak dalam platformnya, Bukalapak memang cukup sukses dan diminati.
b. Shopee
16 Ibid, hlm. 12
Meskipun bisa dikatakan masih bau kencur apabila dibandingkan, dengan e commerce yang ada sebelumnya. Namun platform satu ini tidak bisa disepelekan.
Dengan beragam promosi menarik mulai dari gratis ongkir, flash sale, cashback, hingga undian. Shopee berhasil menjadi salah satu e commerce dengan tingkat transaksi paling tinggi di Indonesia.
c. Lazada
E commerce ini merupakan salah satu yang paling terkenal di tanah air. Sebagai salah satu start up yang sudah berdiri sejak lama, Lazada memang berhasil mempertahankan eksistensinya.
d. Gojek
E business jenis online to offline ini juga berkembang dengan cepat setelah diluncurkan. Bahkan saat ini Gojek sudah masuk dalam daftar start up Unicorn di Indonesia. Memiliki ribuan driver yang tersebar di seluruh tanah air. Gojek memang menawarkan kemudahan transportasi.
(4) Usaha Mewujudkan Ekosistem Bisnis Syariah di Era Digitalisasi
Globalisasi ini telah menimbulkan dampak besar terhadap kehidupan manusia, termasuk yang paling berpengaruh adalah kegiatan ekonomi bisnis. Bentuk-bentuk bisnis, dan isu-isu baru berkembang dengan cepat dan salah satu instrumen ekonomi bisnis adalah lembaga-lembaga perbankan dan keuangan. Produk-produk perbankan dan keuangan sangat banyak dan terus dikembangkan secara inovatif, untuk bisa memenuhi kebutuhan dan persaingan pasar.
Oleh sebab itu, untuk mengimbangi kebutuhan pasar tersebut maka pengajaran fiqh muamalah khususnya masalah ekonomi tidak cukup secara prioritas bersandar (merujuk) pada kitab-kitab klasik semata, karena formulasi fiqh muamalah masa lampau sudah banyak yang mengalami irrelevansi dengan konteks kekinian. Rumusan-rumusan fiqh muamalah
tersebut harus diformulasi kembali agar bisa menjawab segala problem dan kebutuhan ekonomi modern.17
Maka dari itu, sebagai usaha dari mewujudkan ekosistem bisnis syariah di Indonesia, menurut penulis adalah dengan kembali memformulasi ijtihad-ijtihad yang dilakukan dengan disesuaikan dengan problematika ekonomi di zaman sekarang, tentunya dengan tidak keluar dari nilai-nilai utama Al-Qur’an dan Sunnah. Selain dari usaha para mujtahid sebagai masyarakat juga perlu bagi kita untuk belajar terus tentang syariat agar kita terus berada dalam fondasi beragama Islam dalam menjalankan setiap aktivitas kita termasuk ketika berniaga (berbisnis)
E. Kesimpulan
Dari judul yang penulis angkat dalam karya tulis ilmiah ini, serta dari pembahasannya, penulis menyimpulkan bahwa sangat penting bagi kita sebagai umat Islam untuk menjalankan bisnis dengan mengikut kepada syariat, karena walaupun belum mendapatkan keuntungan yang besar di dunia karena mengikut pada syariat, namun orang muslim yang beriman tentu mempercayai bahwa bisnis yang sebenarnya adalah bisnis untuk kehidupan yang abadi di akhirat kelak.
Senadainya pun kita merugi karena mengikut pada prinsip syariat, namun yakin dan percayalah bahwa Allah akan membalasnya dengan jauh lebih baik, karena Allah itu Maha Teliti lagi Cepat Perhitungannya. Walaupun penulis sendiri meyakini bahwa, orang yang benar-benar menerapkan prinsip syariat dalam bisnisnya tidak mungkin merugi bahkan untuk kehidupan dunianya, bahkan sering kali kita melihat banyak pengusaha-pengusaha muslim yang sukses karena menjalankan perintah Allah dalam bisnisnya, maka sesungguhnya sangat merugi bila kita tidak menerapkannya dalam bisnis yang kita jalani.
17 Agustianto, Reformulasi Fiqh Muamalah di Era Modern, (dalam http://www.agustiantocentre.com, dikutip pada 27 Februari 2024)
F. Daftar Pustaka
Abdullah, Ma’ruf. 2014. Manajemen Bisnis Syariah. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
Agustianto, Reformulasi Fiqh Muamalah di Era Modern, (dalam
http://www.agustiantocentre.com, dikutip pada 27 Februari 2024)
Amin, A. Riawan. 2010. Menggagas Manajemen Syariah. Jakarta : Salemba Empat.
Antonio, Muhammad Syafi’I. 1999. Bank Syariah ; Suatu Pengenalan Umum. Jakarta : Tazkia Institut.
Bafadal, Fadhal AR. 2007. Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahannya.Bandung : Sygma Examedia Arkanleema.
Fauroni, R. Lukman. 2006. Etika Bisnis dalam Al-Qur’an. Yogyakarta : Pustaka Pesantren.
Hafidhuddin, Didin dan Hendry Tanjung. 2003. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta : Gema Insani.
Kamaludin dan Alfan. 2010. Etika Manajemen Islam. Bandung : Pustaka Setia.
Musnaini, dkk. 2020. Digital Busines. Banyumas : Pena Persada Redaksi.
Syarifuddin, Amir. 1999. Ushul Fiqh, jld. 1-2. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Wahab, Deden A. dkk. 2023. Ekosistem Bisnis dan Transformasi Digital Perspektif Keberlanjutan Usaha Kecil Kuliner. Banten : CV AA Rizky.