• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN FORUM WARGA KOTA JAKARTA (FAKTA) SEBAGAI PIHAK TERKAIT DALAM PERKARA NOMOR 19/PUU-VIII/2010 DI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESIMPULAN FORUM WARGA KOTA JAKARTA (FAKTA) SEBAGAI PIHAK TERKAIT DALAM PERKARA NOMOR 19/PUU-VIII/2010 DI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KESIMPULAN

FORUM WARGA KOTA JAKARTA (FAKTA) SEBAGAI PIHAK TERKAIT

DALAM PERKARA NOMOR 19/PUU-VIII/2010

DI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Yang terhormat

Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Konstitusi Dalam Perkara Nomor 19/PUU-VII/2010

di Mahkamah Konstitusi

Jalan Medan Merdeka Barat no 6 Jakarta Pusat.

Dengan Hormat,

Bahwa kami yang bertandatangan di bawah ini, selaku Ketua dan Sekertaris Jenderal dari Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), yang tergabung dalam Tim Advokasi Hukum Jaringan Kerja Indonesia untuk Pengendalian Tembakau (Public Interest Lawyers for Indonesian Tobacco Control Network – PIL-ITCN) sebagai pihak terkait dalam perkara aquo, setelah mengikuti dan mempelajari seluruh proses persidangan dan berkas perkara aquo, maka dengan ini menyampaikan kesimpulan sebagai beriku:

UNDANG-UNDANG KESEHATAN PASAL 113 AYAT (1), (2) DAN (3) TIDAK BERTENTANGAN DENGAN ASAS KEADILAN. JUSTRU MERUPAKAN PRODUK HUKUM YANG MEMBERIKAN PENGAKUAN SECARA LEGAL TENTANG KEBERADAN ROKOK SEBAGAI ZAT ADIKTIF. DAN BUKTI KESERIUSAN NEGARA UNTUK MELINDUNGI WARGA NEGARANYA SESUAI AMANAH PEMBUKAAN UUD 1945.

1. Bahwa kami selaku PIHAK TERKAIT pada perkara aquo, tetap pada tanggapan dan bukti serta saksi yang telah kami ajukan dalam persidangan di Mahkamah Konstitusi. Bahwa kesimpulan ini disampaikan setelah membaca dan mendalami risalah-risalah Perkara

(2)

Pengujian Materil Pasal 133 ayat (1),(2),(3) UU Kesehatan Perkara Nomor 19/PUU-VII/2010, yang dilakukan oleh PEMOHON.

2. Bahwa tidaklah tepat dikatakan Undang Undang Kesehatan bertentangan dengan azas keadilan. Namun sebaliknya Undand-undang Kesehatan sebuah ujud realisasi hak konstitusional atas kesehatan,hak hidup dan hak-hak yang dijamin dalam UUD 1945;

3. Bahwa UNDANG-UNDANG KESEHATAN PASAL 113 AYAT (1), (2) DAN (3) TIDAK BERTENTANGAN DENGAN ASAS KEADILAN. JUSTRU MERUPAKAN PRODUK HUKUM YANG MEMBERIKAN PENGAKUAN SECARA LEGAL TENTANG KEBERADAN ROKOK SEBAGAI ZAT ADIKTIF. DAN BUKTI KESERIUSAN NEGARA UNTUK MELINDUNGI WARGA NEGARANYA SESUAI AMANAH PEMBUKAAN UUD 1945.

4. Bahwa Ketentuan Pasal 113 ayat (1) , (2) dan (3) UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan adalah sebagai bentuk keseriusan Negara untuk melindungi warganya dari ancaman bahaya kesehatan, dari berbagai penyakit dan kecacatan dan kematian yang ditimbulkan akibat tembakau dan produk tembakau, yang secara ilmiah sudah terbukti kebenarannya. Bahwa Ketentuan Pasal 113 ayat (1), (2) dan (3) UU Kesehatan merupakan realisasi hak konstitusi seluruh rakyat.

UPAYA POLITIK KOTOR PENGHILANGAN AYAT ADIKTIF TIDAK BERHASIL, GILIRAN PENGHILANGAN SECARA LEGAL MELALUI UJI MATERIL DI MAHKAMAH KONSTITUSI

5. Bahwa selaku PIHAK TERKAIT, Forum Warga Kota jakarta (FAKTA) yang tegabung dalam KOALISI ANTI KORUPSI AYAT ROKOK (KAKAR) telah pernah melaporkan ke Badan Reserse Kriminal POLRI dan Bdan Kehormatan DPR RI, atas percobaan penghilangan ayat (2) pasal 113 Undang-Undang Kesehatan; hal ini karena adanya indikasi percobaan pihak-pihak tertentu untuk menghilangkan ayat ini secara ilegal; dan ayat ini pulalah yang akan kembali dihilangkan walaupun secara legal di mahkamah Konstitusi ini. Atau dengan kata lain upaya politik kotor di DPR RI telah ketahuan “tertangkap basah”, maka upaya lain dilakukan dengan permohonan pengujian ayat ini pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan di Mahkamah Konstitusi;

(3)

BURUH PABRIK ROKOK DAN PETANI TEMBAKAU KARENA BUKAN MELARANG PRODUKSI ROKOK DAN BUKAN MELARANG PETANI MENANAM TEMBAKAU MELAINKAN MENGATUR GUNA MELINDUNGI SEGENAP WARGA NEGARA DARI DAMPAK PRODUK TERSEBUT

6. Bahwa PARA PEMOHON dalam hal ini, patut diduga tidak mampu memahami/memaknai hak konstitusional perlindungan seluruh rakyat hak atas kesehatan dan hak hidup dari bahaya tembakaku dan produk tembaaku;

7. Bahwa tembakau dan produk tembakau beradasarkan bukti ilmiah merupakan zat bersifat adiktif maka perlu dilakukan pengendalian (Tobacco Control);

8. Bahwa dalam ketentuan Pasal 113 Undang-Undang Kesehatan tidak ada satupun aturan yang mengatur upaya menghilangkan atau memberangus produk tanaman tembakau, Petani dan Industri Rokok. Undang-Undang ini diamanahkan dalam UUD 1945 untuk menjalankan tujuan Negara dalam melindungi dan memprokteksi segenap rakyatnya dari bahaya tembakau dan produk tembakau. Jadi alasan PARA PEMOHON telah dirugikan hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dengan berlakunya Pasal 113 tidak mendasar; 9. Bahwa berdasarkan data survey Lembaga Demografi Universitas Indonesia menunjukan

50% rumah tangga miskin terjerat rokok, pengeluaran rumah tangga miskin untuk mengkonsumsi rokok lebih besar 15 kali dari pengeluaran untuk biaya kesehatan dan 9 kali lebih besar dari pengeluaran untuk biaya pendidikan;

JAKARTA JUGA INGIN MELINDUNGI WARGA KOTANYA DARI BAHAYA ASAP ROKOK DAN DAMPAK DARI ZAT ADIKTIF PRODUK TEMBAKAU (ROKOK)

MELALUI PENGENDALIAN ZAT ADIKTIF TERSEBUT MELALUI KEBIJAKAN GUBERNURNYA

10.Bahwa dalam konteks Jakarta, upaya pengendalian terhadap produk tembakau (rokok) telah dilakukan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 88 Tahun 2010 Tentang Kawasan Dilarang merokok yang merupakan mandat dari Peraturan Daerah Propinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. ;

11.Bahwa upaya lanmjutannya dalam pengendalian tembakau atau produk tembakau kembali dilakukan oleh Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan menerbitkan Seruan

(4)

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Mengurangi Konsumsi Rokok;

12.Bahwa usaha yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 88 Tahun 2010 dan Seruan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 2010 tidak lain adalah sebuah upaya melindungi warganya dari bahaya paparan asap rokok dan bahaya zat adiktif dari tembakau atau produk tembakau seperi Rokok. Dengan kata lain GUBERNUR telah menjakankan tujuan Negara dalam melindungi warga Jakarta;

13.Bahwa hubungan itu maka Permohonan PEMOHON, yang menyatakan bahwa Ketentuan Pasal 113 ayat (1),(2),(3) Undang-undang Kesehatan bertentangan dengan azas keadilan adalah tidak benar dan tidak berdasar ;

14.Bahwa untuk memperkuat argumentasi dari kesimpulan ini, kami selaku PIHAK TERKAIT telah mengajukan alat bukti kepada panitera mahkamah Konstitusi pada tanggal 8 Februari 2011 yang lalu.

TIDAK PERNAH ADA LAPORAN ILMIAH MANAPUN YANG MENYATAKAN ORANG TERKENA ADIKSI NIKOTIN KARENA MENGKONSUMSI TOMAT, KENTANG, PAPRIKA, TERONG, DST. ADA JUGA ORANG TERKENA ADIKSI NIKOTIN KARENA MENGKONSUMSI TEMBAKAU DAN PRODUK TEMBAKAU

15.Bahwa berkaitan dengan apa yang diterangkan oleh saksi Sdr. Rinaldo Prima bahwa pasal 113 a quo sangatlah tendensius menyebutkan hanya jenis tanaman tembakau saja yang mengandung zat adiktif yang sama sekali tidak memberikan perlindungan hukum bagi petani tembakau adalah salah besar..

16.Bahwa saksi Sdr. Rinaldo Prima telah salah memahami pengertian diskriminasi. Karena berdasarkan kajian ilmiah nikotin merupakan komponen utama dari nikotiana tabakum (tanaman tembakau) dengan kadar 18.500.000 ug/kg. Nikotin memang terdapat pula pada tanaman lain akan tetapi kadarnya sangat rendah dan tidak signifikan sehingga tidak menyebabkan ketagihan. kentang, tomat, paprika yang kadarnya kurang dari 10ug/kg dan terong yang kadarnya 100 ug/kg. Oleh sebab itu karena tembakau mengandung kadar

(5)

nikotin yang tinggi dan bersifat adiktif maka perlu dan merupakan kewajiban bagi pemerintah untuk melakukan perlindungan dengan cara mengendalikannya melalui Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

17.Mengenai saksi Jack Roebijoso bahwa adiksi dari nikotin dan bahan dari tembakau yang berdampak kesehatan tidak sulit ditangani karena teknologi dapat menjinakkan dampak buruk dari tembakau atau rokok merupakan kemampuan ahli-ahli di Indonesia masih dalam perdepatan ilmiah dan belum berupakan evidence base research .

18.Bahwa saksi Jack Roebijoso terlalu meremehkan akibat buruk dari adiksi tembakau dan tidak memperhatikan aspek-aspek kesehatan sama sekali.

19.Bahwa Pihak Pemberi Keterangan Tambahan yang dihadirkan Mahkamah Konstitusi Sdr. Yos Adiguna Ginting (PT. Sampoerna) menyatakan secara terbuka seluruh produk-produk yang dibuatnya, termasuk mengenai fakta bahwa rokok mengakibatkan ketergantungan atau adiksi dan mengakibatkan penyakit seperti Kanker Paru Paru dan Enfisema telah secara jelas dikomunikasikan di situs organisasi induk www.sampoerna.com dan www.pmi.com.

20.Bahwa Sdr. Yos Adiguna Ginting menyatakan pula bahwa komunikasi itu dilakukan dalam upaya untuk mengurangi dampak berbahaya yang disebabkan oleh tembakau.

21.Bahwa apa yang dikatakan Sdr. Yos Adiguna Ginting adalah bentuk pengakuan bahwa tembakau dan produk tembakau adalah bersifat adiktif dan perlu dilakukan pengendalian. 22.Bahwa Pihak Pemberi Keterangan Tambahan yang dihadirkan Mahkamah Konstitusi yaitu

Slamet Budiono (PT. Gudang Garam) menyatakan selaku industri kami sudah sampaikan, kami sepakat dengan apa yang telah dilakukan oleh pihak Sampoerna, dan kami juga memiliki empati yang sama.

23.Bahwa jelas ada pernyataan yang sama antara PT. Sampoerna dan PT. Gudang Garam selaku industri untuk melakukan upaya pengendalian tembakau dan produk tembakau. 24.Bahwa saksi fakta dari Pihak Terkait Sdri. Yanti Sampurna menjelaskan suaminya meninggal

setahun yang lalu adalah seorang dokter ahli anastesi yang sudah empat puluh tahun menjadi perokok dan tidak bisa berhenti sampai menjelang wafatnya, walaupun ia mengetahui bahkan mengalami sendiri akan bahaya merokok tidak menyurutkan kebiasaannya merokok. Jadi rokok sebagai produk tembakau bersifat adiktif.

(6)

25.Bahwa hal yang sama disampaikan oleh saksi fakta Pihak Terkait Tony Karundeng yang dalam penjelasannya ia mengatakan mulai merokok pada umur lima belas tahun dan pernah mengalami stroke ringan dua kali yang diakibatkan karena rokok dan tidak bisa berhenti merokok. Pada tahun 2010 divonis terkena Kanker Paru ganas.

26.Bahwa hal yang sama disampaikan juga oleh saksi Pihak Terkait Yanti Koorompis menyatakan menderita kanker stadium 3B pada saat usia tiga belas tahun. Saksi merupakan perokok yang sulit untuk menghentikan kebiasaan merokoknya. Akan tetapi pada saat saksi berada pada daerah yang menerapkan Kawasan Dilarang Merokok saksi merasa terbantu untuk dapat mengendalikan kebiasaanya merokoknya tersebut.

27.Bahwa hal yang sama juga disampaikan oleh saksi Pihak Terkait Nani Royani dia menyatakan sebagai perokok sejak usia tujuh belas tahun sampai saat ini mengalami kesulitan untuk menghilangkan kebiasaan merokoknya, bahkan sebagai Ibu Rumah Tangga dia lebih mementingkan untuk membeli rokok daripada membeli kebutuhan pokok lainnya.

28.Bahwa saksi Pihak Terkait Fuad Baradja sebagai terapist pada klinik berhenti merokok mengalami kesulitan membantu orang untuk berhenti merokok diakuinya sedikit sekali diantara mereka yang berhasil berhenti merokok dengan terapi karena sifat adiksi dari rokok sebagai produk tembakau.

29.Bahwa para saksi Pemohon yang dihadirkan pada sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 8 Februari 2011 masih mengemukakan soal diskriminasi terkait pasal 113 ayat (2) upaya untuk melindungi warga negara dengan hak-hak lain bukan hanya dari bahaya rokok, tembakau atau zat adiktif yang lain.

30.Bahwa apa yang diterangkan para saksi lebih mengedepankan kepentingan pengusaha dibandingkan kepentingan negara dalam upaya melindungi warganya dari bahaya tembakau dan produk tembakau.

31.Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka kami selaklu PIHAK TERKAIT perkara a quo memohon kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusio Republik Indonesia untuk menolak permohonan yang diajukan oleh PEMOHON untuk seluruhnya.

(7)

32.Dan menyatakan bahwa ketentuan pasal 113 ayat (2) UU Kesehatan tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar kemanusiaan dan Konstitusi Negara Republik Indonesia.

Dengan kesimpulan kami, terima kasih.

Jakarta, 17 Februari 2011 Hormat kami,

Forum Warga Kota jakarta (FAKTA)

Azas Tigor Nainggolan, SH, M.Si Ari Subagyo Wibowo, SH

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penyelenggaraan Sayembara Desain Arsitektur Gedung LKPP yaitu untuk mewujudkan ide atau gagasan paling optimal sesuai dengan program ruang yang dibutuhkan serta dapat

Subbagian Administrasi Pendidikan, Subbagian Administrasi Tenaga Kependidikan, Subbagian Administrasi Praktek Kerja Nyata, dan Subbagian Administrasi Ketarunaan dan

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

SUB POKOK PEMBAHASAN NILAI EKSPEKTASI RATAAN VARIANS MOMEN FUNGSI PEMBANGKIT MOMEN 15 DAFTAR PUSTAKA 5 April 2017 Terima Kasih. Chandra

Dihadapan 263 peserta yang terdiri dari unsur guru, komite sekolah, kepala sekolah, pengawas dan unsur dinas pendidikan serta kemenag Kabupaten Bener Merian, Wakil Bupati,

Variable bebas dalam penelitian ini adalah stress kerja, sebagai akibat dari permasalahan yang ditimbulkan oleh perubahan organisasi yang dilakukan oleh

Pengujian dilakukan dengan aplikasi yang telah dirancang berbasis visual terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu input gambar, melakukan proses Fisherface dan hasil

Berdasarkan dinamika atmosfer yang terjadi di wilayah Provinsi Jawa Tengah pada saat kejadian longsor di Pejawaran Kabupaten Banjarnegara menunjukkan sebaran jenis