• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DI LINGKUNGAN SEKOLAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

83

PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK

SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI

SOSIAL SISWA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Luluk Khurotul Aini1 dan Mochamad Nursalim2

Abstark: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penerapan bimbingan kelompok teknik sosiodrama untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa di lingkungan sekolah pada siswa kelas VII-7 di SMP Negeri 1 Krembung Sidoarjo tahun ajaran 2009-2010.

Rancangan penelitian ini termasuk dalam jenis pre-eksperimental design, dengan metode The One Group Pre Test – Post Test Design. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-7 SMP Negeri 1 Krembung Sidoarjo tahun ajaran 2009-2010, yang mempunyai kemapuan interaksi sosial yang rendah di lingkungan sekolah. Siswa yang memiliki interaksi sosial rendah tersebut dipilih yang berjumlah 10 siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistic dengan menggunakan analisis uji tanda.

Dari hasil penelitian di dapat nilai p=0,01 < α= 0,05, maka Ho ditolak. Dengan demikian menunjukkan bahwa teknik sosiodrama mampu meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa di lingkungan sekolah. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif pengguanaan teknik sosiodrama terhadap peningkatan kemampuan interaksi sosial pada siswa kelas VII-7 SMP Negeri 1 Krembung Sidoarjo tahun ajaran 2009-2010.

Kata Kunci: Interaksi sosial, Sosiodrama

Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial, dimana ia dituntut untuk melakukan hubungan sosial antar sesama dalam hidupnya. Hubungan sosial itu merupakan salah satu hubungan yang harus dilaksanakan, mengandung pengertian bahwa dalan hubungan itu setiap individu menyadari tentang kehadirannya di samping kehadiran individu lain. Manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain

untuk memenuhi kebutuhan biologisnya seperti makan, minum, dan sebagainya.

Di samping itu, manusia sebagai makhluk sosial menuntut adanya kehidupan berkelompok sehingga keadaan ini mirip sebuah comunity, seperti desa, suku bangsa, dan sebagainya, sehingga masing-masing kelompok memiliki ciri yang berbeda satu sama lain. Maka dari itu setiap 1

AlumiUniversitas Negeri Surabaya 2

(2)

individu harus menjalin interaksi sosial antar individu lain yang sama-sama hidup dalam satu kelompok,

(Santosa, 2006: 10).

Interaksi sosial adalah masalah yang paling unik yang timbul pada diri manusia. Interaksi ditimbulkan oleh bermacam-macam hal yang merupakan dasar dari peristiwa sosial yang lebih luas. Kejadian-kejadian di dalam masyarakat pada dasarnya bersumber pada interaksi individu dengan individu. Dapat dikatakan bahwa tiap-tiap orang dalam masyarakat adalah sumber-sumber dan pusat efek psikologis yang berlangsung pada kehidupan orang lain.(Ahmadi, 2007: 73)

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soekanto (2003: 61) bahwa interaksi sosial merupakan hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, antar kelompok dengan kelompok, maupun antar orang perorangan dengan kelompok. Dari pengertian tersebut manusia di tuntut untuk mampu mengembangkan dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat.

Interaksi sosial sangat berguna didalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Umpamanya di Indonesia dapat dibahas mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial yang berlangsung antara berbagai suku bangsa

atau antar golongan terpelajar dengan golongan agama. Dengan menegetahui dan memahami perihal kondisi-kondisi apa yang dapat menimbulkan serta mempengarauhi bentuk-bentuk interaksi sosial tertentu.(Soekanto,2003: 60)

Interaksi sosial bisa terjadi dimana saja. Interaksi sosial juga akan terjadi di lingkungan sekolah. Kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial antar siswa yang satu dengan siswa yang lain, antar siswa dengan guru, dan antar siswa dengan petugas sekolah, tidak sama. Siswa yang memiliki kemampuan interaksi tinggi akan mudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan ia tidak akan mengalami hambatan dalam bergaul dengan orang lain. Dewa Ketut Sukardi (1987: 81) menyatakan interaksi sosial siswa dengan teman-temanya di sekolah mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan anak. Tidak selamanya interaksi sosial menghasilkan kerjasama, adakalanya interaksi sosial menghasilkan pertentangan antar individu yang menjalaninya.

Fenomena yang terjadi di SMP Negeri 1 Krembung Sidoarjo, dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru BK SMPN 1 Krembung Sidoarjo pada tanggal 4 Juli 2009 di dapatkan hasil bahwa

(3)

cukup banyak siswa kelas VII yang mempunyai masalah dalam kemampuan interaksi sosial. Hal ini diperkuat dengan laporan dari dari beberapa guru mata pelajaran yang mengatakan kalau siswa kelas VII masih terlihat pasif dalam kegiatan belajar mengajar.

Kenyataan tersebut didukung dari hasil angket kemampuan interaksi sosial yang sudah disebarkan pada tanggal 10 Oktober 2009 khususnya pada siswa kelas VII-7, diketahui bahwa hampir 30% pada siswa kelas VII-7 di SMP Negeri 1 Krembung Sidoarjo yang mempunyai kemampuan berinteraksi sosial yang rendah. Kenyataan tersebut juga didukung dari hasil sosiometri kelas VII-7, diketahui 30% dari 36 siswa kelas VII-6 di SMP N 1 Krembung Sidoarjo yang tidak terpilih dalam sosiometri pemilihan teman.

Gejala-gejala rendahnya kemampuan interaksi sosial siswa kelas VII ditunjukkan dengan: 1) sikap siswa yang terkesan pasif pada saat jam pelajaran berlangsung, 2) banyak siswa yang takut berkomunikasi dengan guru-guru saat KBM berlangsung, 3) pada kegiatan kelompok para siswa belum bisa menunjukkan adanya dinamika dalam kelompok tersebut, 4) siswa kelas VII kurang bisa membaur dengan siswa kelas VIII dan kelas IX pada saat jam istirahat

sekolah. Dari beberapa gejala-gejala yang nampak tersebut bisa menghambat proses bergaul siswa dan proses menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dalam bimbingan dan konseling terdapat banyak sekali starategi yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalahnya. Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam interaksi sosial di lingkungan sekolah adalah melalui bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama. Menurut Romlah (2006: 3) bimbingan kelompok proses pemberian bantuanyang diberiakan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditunjukkan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa. Dan menurut Gazda (1989) dalam Romlah (2006: 3) kegiatan bimbingan kelompok adalah kegiatan yang berupa penyampaian informasi yang tepat mengenai masalah pendidikan, pekerjaan, pemahaman pribadi. Informasi tersbut diberikan terutama dengan tujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri individu dan pemahaman terhadap orang lain.

Digunakannya teknik sosiodrama dalam penelitian ini karena teknik sosiodrama merupakan teknik dalam bimbingan kelompok untuk memecahkan

(4)

masalah-masalah sosial yang dialami oleh individu melalui kegiatan bermain peran. Misalnya pertengkaran antar kelompok sebaya, perbedaan nilai individu dengan nilai lingkungan dan sebagainya. Dalam penelitian ini teknik sosiodrama dijadikan alat untuk mengatasi siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang rendah, dikarenakan teknik sosiodrama memiliki kelebihan yaitu dapat membantu siswa dalam memahami seluk-beluk kehidupan dan suatu permasalahan khususnya permasalahan sosial atau konflik-konflik sosial. (Romlah, 2006: 104)

Dengan mengetahui kelebihan sosiodrama, maka penelitian ini lebih condong untuk memilih sosiodrama sebagai teknik untuk meningkatkan kemampuan interaksi soial siswa di lingkungan sekolah. Untuk meyakinkan pernyataan tersebut, perlu dilakukan penelitian. Adapun penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 1 Krembung Sidoarjo.

Secara oprasional masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Adalah adakah perbedaan tingkat kemampuan dalam berinteraksi sosial di lingkungan sekolah antara sebelum dan sesudah diberikan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama pada siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Krembung Sidoarjo?

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial di lingkungan sekolah pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Krembung Sidoarjo.

Pengertian kemampuan interaksi sosial Menurut Soekanto (2003: 61) interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelmopok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Menurut H. Bonner dalam Santosa (2006:11) interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia ketika kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok, yang saling bertemu, mempengaruhi atau memperbaiki kelakuan satu sama lain. Sedangkan syarat-syarat adanya interaksi sosial adalah (1) adanya kontak sosial yaitu

(5)

Suatu kontak sosial dapat bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, sedangkan kontak sekunder dapat dilakukan melalui alat-alat seperti telpon, telegram, radio dan sebagainya, (2) adanya komunikasi yaitu Proses komunikasi adalah pemberian tafsiran pada perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap yang diwujudkan dengan perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Kemudian dasar-dasar interaksi sosial adalah (1) imitasi yaitu Imitasi adalah adanya tingkah laku yang bersifat otomatis sehingga menimbulkan atau mengakibatkan tingkah laku yang seragam, (2) Sugesti adalah pemberian pengaruh kepada yang lain tanpa dikritik terlebih dahulu sehingga akibatnya terjadi tingkah laku yang seragam diantara mereka, (3) Identifikasi adalah sebagai proses menyamakan dirinya dengan individu lain, atau dengan kata lain sebagai alat untuk sosialisasi individu dalam kehidupan sehari-hari, (4) Simpati adalah suatu proses tertariknya seseorang individu kepada individu lain dalam suasana atau situasi sosial. Adapun bentuk interaksi sosial (1) Kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial ketika tujuan anggota kelompok yang

satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga setiap individu hanya dapat mencapai tujuan apabila individu lain juga mencapai tujuan, (2) Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial ketika seorang individu dapat mencapai tujuan sehingga individu lain akan terpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut, (3) Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi sosial ketika individu atau kelompok dapat mencapai tujuan sehingga individu atau kelompok lain akan hancur, (4) Akomodasi adalah usaha-usaha individu untuk meredakan suatu pertentangan atau ketegangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai suatu kestabilan, (5) Asimilasi adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat diantara individu atau kelompok dan juga merupakan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

Teknik Sosiodrama

Menurut Nursalim (2002: 63) Sosiodarama merupakan teknik dalam bimbingan kelompok untuk memecahkan

(6)

masalah-masalah sosial melalui kegiatan bermain peran.

Menurut Winkel dalam Dewa Ketut Sukardi ( 1987: 543 ) menyatakan bahwa sosiodrama adalah salah satu problem yang kerap dihadapi oleh murid dalam pergaulan sehari-hari yang diperankan atau dimainkan oleh beberapa murid dengan tujuan bersama-sama mencari penyelesaian.

Menurut Romlah (2006: 104 ) sosiodrama adalah permainan peran yang ditujukan utuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Dari pengertian beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Sosiodarama merupakan teknik dalam bimbingan kelompok untuk memecahkan maslah-masalah sosial melalui kegiatan bermain peran. Dalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peran tertentu dari suatu situasi masalah sosial. Sehingga individu akan dapat menghayati secara langsung seperti betul-betul terjadi dalam situasi yang sebenarnya. Tujuan penggunaan teknik sosiodrama adalah Sedangkan menurut Nursalim (2002: 63-64) menyatakan bahwa tujuan sosiodrama adalah: (1) Mengambarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang menghadapi suatu situasi

soial, (2)Mengambarkan bagaimana cara memecahkan masalah sosial, (3) Mengembangkan sikap kritis terhadap tingkah laku yang harus atau jangan dilakukan dalam situasi sosial tertentu, (4)Memberikan kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari berbagai sudut pandang. Pelaksanaan Sosiodrama

a. Menentukan judul dan garis besar cerita yang akan didramatisasikan

b. Membuat skenario sosiodarama

c. Menjelaskan judul dan garis besar permasalahan kepada anggota kelompok d. Memilih siswa yang akan memainkan

peran dan siswa yang menjadi kelompok penonton

e. Melaksanakan sosidrama

f. Menghentikan sosiodrama pada saat situasi sedang memuncak dan kemudian membuka diskusi umum.

g. Ulangan permainan Kerangka Berpikir Lingkungan Sekolah

Interaksi Sosial

Siswa Yang Mempunyai Interaksi Sosial Rendah

Kemampuan Interaksi Sosial

Siswa Menjadi Tinggi

Pemberian Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama

(7)

Metode

Rancangan penelitian ini termasuk dalam jenis pre-eksperimental design, dengan metode The One Group Pre Test –

Post Test Design. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-7 SMP Negeri 1 Krembung Sidoarjo tahun ajaran 2009-2010, yang mempunyai kemapuan interaksi sosial yang rendah di lingkungan sekolah. Siswa yang memiliki interaksi sosial rendah tersebut dipilih yang berjumlah 10 siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistic dengan menggunakan analisis uji tanda.

Hasil dan Pembahasan

a. Analisis Data kemampuan interaksi sosial siswa No. Subje k Pre-test (XB) Post – test (XA) Arah perbedaan Tanda 1. Apl 86 121 XB < XA + 35 2. Psg 80 123 XB < XA + 43 3. Mlt 79 120 XB < XA + 41 4. Lly 83 121 XB < XA + 38 5. SLk 80 117 XB < XA + 37 6. Mln 75 102 XB < XA + 27 7. Dk 86 120 XB < XA + 34 8. Ngk 84 117 XB < XA + 33 9. Agr 83 119 XB < XA + 36 10. Mwr 80 122 XB < XA + 42

Berdasarkan tabel tersebut maka tahap selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga

p dengan daerah penolakan untuk α = 0,05

dengan ketentuan jika p yang dihasilkan dari test tanda lebih kecil dari α maka Ho ditolak. Sesuai dengan judul penelitian, rumusan masalah serta teori-teori yang digunakan hipotesis yang digunakan adalah:

a. Hipotesis nol (Ho) : tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan sosiodrama.

b. Hipotesis alternatif (Ha): ada perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan bimbingan kelompok sosiodrama.

Berdasarkan hasil analisis uji tanda dapat diketahui bahwa X=0 dan N= 10. X adalah jumlah tanda yang paling sedikit dan N adalah jumlah subyek penelitian. Tebel di atas menunjukkan arah perubahan yang positif dikarenakan ada peningkatan skor dari pretest (XB) ke pos-test (XA). Hasil tersebut menunjukkan p= 0,01 < α (0,05). Hal ini berarti bahwa ada perbedaan skor antara pre test dan post tes. Berdasarkan hasil mean pre test dan post tes pada lampiran 5 menunjukkan ada peningkatan skor antara sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan bimbingan kelompok sosiodrama, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak.

(8)

b. Pembahasan

Dari tabel diatas menunjukan arah perubahan yang positif dikarenakan ada peningkatan skor dari pre-test (XB) ke

pos-test (XA). Hal ini menujukan p=0,01 lebih

kecil dari α= 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari skor kemampuan interaksi sosial di lingkungan sekolah sebelum dan sesudah diberikannya bimbingan kelompok teknik sosiodrama pada siswa kelas VII-7 SMP Negeri 1 Krembung Sidoarjo. Dengan diberikannya layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama, manfaat yang dirasakan sangat besar dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial di lingkungan sekolah. Yang semula siswa sangat pasif saat kegiatan belajar mengajar, sangat pasif dalam kegiatan kelompok, merasa gugup saat di lihat orang banyak dan kurang bisa beriteraksi dengan siswa lain selain di lingkup kelas mereka. Setelah diberikan layanan bimbingan kelompok teknik

sosiodrama siswa-siswa tersebut menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, lebih aktif dalam kegiatan kelompok, dan dapat berinteraksi dengan siswa lain selain dilingkungan kelas mereka sendiri. Setelah mendapat perlakuan layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama, peningkatan skor kemampuan interaksi sosial siswa di lingkungan sekolah yang menjadi subyek penelitian berbeda-beda. Hal ini terjadi karena setiap individu memiliki kemampuan interaksi sosial di lingkungan sekolah yang berbeda-beda.

Penutup a. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama mampu membantu meningkatkan kemampuan interaksi sosial di lingkungan sekolah pada siswa kelas VII-7 SMP Negeri 1 Krembung Sidoarjo. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan pada skor kemampuan interaksi sosial di lingkungan sekolah antara sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama. Sehingga hipotesis penelitian yang berbunyi Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama 0

50 100 150

Apl Psg Mlt Lly SLk Mln Dk Ngk Agr Mwr

Sko

r

subyek penelitian

Diagram Post Test dan Pre Test

pre tes pos tes

(9)

untuk Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial di Lingkungan Sekolah pada Siswa Kelas VII-7 di SMP Negeri 1 Krembung Sidoarjo” dapat diterima. b. Saran

1. Bagi Konselor

Dengan adanya bukti bahwa layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat meningkakan kemapuan interaksi sosial siswa di lingkungan sekolah, Konselor dapat menggunakan teknik sosiodrama sebagai salah satu teknik untuk memberikan layanan bimbingan kepada siswa.

2. Bagi peneliti lain

a. Bagi peneliti lain di harapkan agar waktu pemberian perlakuan di perpanjang 8 sampai 10 kali perlakuan agar hasil layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama lebih maksimal.

b. Dalam penelitian ini juga hanya melakukan satu kali post tes sehingga tidak diketahui secara pasti sampai berapa lama efek pemberian treatment terhadap peningkatan kemapuan interaksi sosial di lingkungan sekolah terhadap subyek penelitian. Ada baiknya jika dilakukan lebih dari

satu kali pemberian pos test untuk melihat tingkat efektivitas jangka penjang pemberian treatment teknik sosiodrama terhadap kemampuan interaksi social di lingkungan sekolah.

c. Dalam penelitian ini sebaiknya ada kelas kontrol untuk membandingkan perbedaan tingkat keberhasilan dalam pemberian treatmen.

d. Penelitian ini dalam menguji validitas dan reliabilita masih menggunakan subjek yang relative kecil, diharapkan peneliti lain dapat menguji kembali angket dengan menggunakan subyek yang lebih besar, sesuai dengan buku skala statistik yang ditulis oleh Syaifudin Azwar

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Haji. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, M. 2006. Metodologi Riset Pendidikan

Teori Dan Praktik. Surabaya: Unesa

University Press.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik.

(10)

Azwar, Saifudin. 2003. Realibilitas dan

Validitas. Yogyakarta: Pusataka

pelajar.

Budiningsih, C Asri. 2005. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta

Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktik

Konseling dan psikoterapi.

Terjemahan oleh E. Koeswara. Bandung: PT Refika Aditama

Dayakisni, Tri dan Hudaniah. 2009.

Psikologi Sosial. Malang: UMM

Press.

Djumhur, I dan Surya, Mohammad. 1975.

Bimbingan dan Penyuluhan di

Sekolah. Bandung: CV Ilmu.

Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori

Komunikasi. Malang: UMM Press

Nurihsan, Achmad Juntika.2006.Bimbingan

dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika

Aditama.

Nursalim, Mochammad dkk. 2002. Lyanan

Bimbingan dan Konseling. Surabaya:

Unesa University Press.

Romlah, Tatiek. 2006. Teori dan Praktek

Bimbingan Kelompok. Malang:

UMM Press.

Santosa, Slamet. 2006. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara Sinaga, Dannerius dkk.1988. Sosiologi dan

Antropologi 1 Untuk Kelas 2 Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas.

Kotif Klaten: PT Intan Pariwara.

Soekanto, Soerjono. 2003. Soiologi suatu

Pengantar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Suhanadji, dkk. 2008. Pengantar

Antropologi. Surabaya: Unesa

University press.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses

Belajar Mengajar. Bandung. Sinar

Baru.

Sukardi, Dewa Ketut. 1987. Bimbingan

karier di Sekolah. Jakarta: Gramedia.

Suryabrata, S. 1987. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Rajawali press.

Surya, Moh dan Rohman Natawijaja. 1993.

Pengantar Bimbingan Dan

Penyuluhan. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II dan Pendidikan Kependudukan. TIM MKDK IKIP Surabaya. 1998.

Perbedaan Interaksi Sosial Antara Calon Tamtama Marinir Dengan Tamtama Marinir Di Pusat Pendidikan (PUSDIKMAR) Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PPB FIP UNESA

Winkel. 1991. Bimbngan dan Konseling di

Institusi Pendidikan. Yogyakarta:

Gambar

Diagram Post Test dan Pre Test

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sikap konsumen terhadap minyak goreng kemasan berada pada kategori sangat penting terhadap minyak goreng kemasan yang beredar

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki karakteristik masyarakat yang majemuk. Kemajemukan tersebut yang menghasilkan adanya stratifikasi sosial atau pengelompokan

Kedua definisi diatas menjelaskan bahwa kualitas dinilai dari kemampuannya untuk memenuhi harapan-harapan pelanggan dan juga merupakan suatu ciri-ciri dan karakteristik

selaku dosen pembimbing I dan Bapaka Julian Supardi, M.T selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, ilmu pengetahuan, dukungan, kritik dan saran yang

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari pengaruh variabel review beauty vlogger dan labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk wardah pada

(1) Perwatakaan para tokoh dalam novel Di Tanah Lada digambarkan secara variatif, baik secara jenis tokoh maupun dari segi dimensi fisiologis, psikologis, dan

Tantangan untuk meraih prestasi terdiri dari 2 faktor yaitu faktor dari dalam diri sendiri (faktor internal) dan faktor dari luar (faktor eksternal). kedua faktor

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian ekstrak almond terhadap jumlah morfologi sperma mencit jantan putih ( Mus musculus ) galur Swiss