• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan pendidikan merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi wewenang pemerintah kabupaten/kota. Di sisi lain, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendi-dikan diselenggarakan secara demokratis dan berke-adilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Dalam hal ini Umiarso dan Gojali (2010) menyatakan bahwa dua landasan normatif tersebut sebenarnya sudah cukup menjadi rambu-rambu bagi pelaksanaan desentralisasi pendidikan. Akan tetapi, perlu juga adanya standarisasi dan pengendalian mutu secara nasional sebagai upaya membentuk kesatuan “referensi” dalam mencapai pendidikan yang berkualitas. Standar pendidikan ini telah diperkuat dengan adanya PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Standarisasi, pengendalian dan peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui proses secara berkesinambungan dan menyeluruh disetiap jenjang pendidikan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Rencana Strategi Departemen Pendidikan Nasional tentang arah kebijakan pembangunan pendidikan

(2)

nasional tahun 2010-2014, yaitu: “Penerapan mana-jemen berbasis sekolah atau Madrasah merupakan kebijakan terobosan yang bertujuan untuk memberikan otonomi yang lebih besar pada sekolah dan madrasah untuk mengelola kegiatan pendidikan dengan menggali potensi dan kekuatan yang ada, kemudian mengem-bangkan dan memanfaatkannya untuk peningkatan mutu pendidikan, melalui kegiatan pengelolaan Bantu-an Operasional Sekolah, dBantu-an penyusunBantu-an Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan”.

Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di sekolah swasta pada dasarnya mengacu pada mana-jemen sekolah negeri yang berpusat pada kementerian pendidikan nasional bidang pendidikan dasar. Acuan tersebut sebagai pijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang berbasis pada sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut sekolah sebagai satuan pendidikan berfungsi sebagai unit yang mengembangkan kuri-kulum, silabus, strategi pembelajaran, dan sistem penilaian. Dengan demikian MBS memiliki peran strategis dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan termasuk di dalamnya peningkatan status sekolah.

Menurut Rivai dan Murni (2012), konsep MBS merupakan kebijakan baru yang sejalan dengan paradigma desentraliasi dalam pemerintahan. Strategi yang digunakan agar penerapan MBS dapat benar-benar meningkatkan mutu pendidikan adalah: Pertama, menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa. Kedua, membangun

(3)

budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Ketiga, pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Keempat, mengembangkan model program pember-dayaan sekolah. Model pemberpember-dayaan sekolah berupa pendampingan untuk memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan pola-pola lama berupa penataran MBS. Keempat strategi tersebut menjadi landasan dan kekuatan pendukung dalam peningkatan kualitas sekolah seiring penerapan MBS di sekolah sebagai dasar dari upaya peningkatan status SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga dari status potensial menjadi sekolah standar nasional.

Terkait strategi di atas, pemerintah menerapkan rencana strategi yang memuat lima pokok kebijakan peningkatan mutu, satu diantaranya yaitu, mengem-bangkan dan menetapkan standar nasional pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kemudian Standar Nasional Pendidikan inilah yang dijadikan sebagai standar kriteria minimal yang harus dipenuhi oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang berlaku di seluruh wilayah NKRI, baik satuan pen-didikan milik pemerintah maupun swasta dan dari berbagai status sekolah yang disandangnya (potensial, SSN), adapun Standar Nasional Pendidikan meliputi delapan standar yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana dan pra-sarana, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar manajemen, standar pembiayaan, dan standar penilaian.

(4)

Sebagai penyelenggara atau satuan pendidikan, SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga yang merupakan salah satu sekolah swasta potensial di Salatiga melalui manajemen sekolah mengimplementasikan MBS de-ngan memenuhi dan melaksanakan delapan standar nasional pendidikan yang menjadi dasar pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan sebagai syarat utama meningkatkan status sekolah potensial menjadi Seko-lah Standar Nasional (SSN). Tujuan yang hendak dicapai adalah SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga dapat sejajar dengan sekolah lain yang menyandang status SSN dan dapat lebih meningkatkan layanan pendidikan kepada masyarakat karena subsidi pen-danaan bagi sekolah yang berstatus SSN dari peme-rintah yang cukup besar diharapkan dapat membantu pembiayaan proses pendidikan di sekolah tersebut yang dipandang dan dirasakan semakin mahal dalam pe-menuhan pembiayaan operasionalisasinya meskipun telah didukung pendanaan dari orangtua siswa dan yayasan tetapi masih relatif terbatas.

Landasan yang lain adalah SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga memiliki prestasi akademik yang baik, antara lain selama tujuh tahun berturut-turut melu-luskan 100% siswa kelas IX dengan pencapaian nilai yang seimbang dengan sekolah berstatus SSN di Salatiga, para siswa juga memiliki prestasi akademik dan non akademik yang baik di tingkat kota, provinsi maupun nasional. Sebutan sekolah potensial bagi SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga, selain pencapaian prestasi akademik dan non akademik tersebut, sarana prasarana serta fasilitas pendukung yang dimiliki

(5)

memadai bagi proses pembelajaran dan layanan bagi peserta didik.

Sejalan dengan uraian di atas, kepala SMP Kristen 2 Eben Haezer sebagai manajer diharapkan mampu mengelola sekolah swasta potensial dan bersinergi dengan semua komponen sekolah untuk dapat meraih status SSN melalui pemenuhan kriteria SSN dengan melengkapi dan memenuhi persyaratan layanan standar minimal dan pemenuhan delapan standar nasional pendidikan. Dalam merealisasikan pencapaian status SSN, Kepala SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga berupaya mengimplementasikan ma-najemen berbasis sekolah secara optimal dengan melibatkan guru, pengurus yayasan, dan komite seko-lah/orangtua siswa sebagai mitra kerja dalam me-rencanakan, melaksanakan, evaluasi, dan pelaporan dari implementasi MBS yang dilaksanakan sekolah.

Mengacu pada tujuan MBS, beberapa penelitian tentang implementasi MBS menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Idris (2006), menyimpulkan bahwa pe-laksanaan MBS pada SMP Negeri di Kabupaten Semarang kualitasnya lebih baik dibandingkan pada SMP Swasta karena adanya perbedaan fasilitas dari pemerintah. Pada SMP Negeri, sarana dan prasarana sebagian besar dari pemerintah, ketenagaan, serta gaji guru dari pemerintah sedangkan pada SMP Swasta sarana dan prasarana, ketenagaan serta gaji guru menerapkan yayasan based management; lebih lanjut Zaenullah (2007), menyimpulkan bahwa SDN Sawojajar telah melaksanakan manajemen sekolah, PAKEM

(6)

sudah berjalan walaupun perlu peningkatan-peningkatan, dan peranserta masyarakat sudah berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa MBS di SDN Sawojajar 1 Malang sudah berjalan, dan berdampak positif terhadap peningkatan mutu sekolah; Pendapat lain, Zaenudin (2008), dalam kritiknya ter-hadap kurikulum dan MBS mengungkapkan bahwa “Pada kenyataannya penerapan MBS tidak atau belum sesuai dengan ide-ide dasar MBS, sehingga pening-katan mutu pendidikan belum bisa tercapai secara maksimal. Sementara peningkatan mutu merupakan fokus MBS. MBS tidak ada artinya apabila tidak diorientasikan pada mutu”. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa penerapan MBS belum dapat dilaksanakan secara efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan; sementara Ferdinan (2009), menyimpulkan implemen-tasi MBS di SMA 1 Barumun Padang Lawas masih terdapat hambatan-hambatan dalam peningkatan par-tisipasi masyarakat, dan transparansi. Dalam hal partisipasi disebutkan bahwa orang tua lebih memper-hatikan hasil akhir sesuai dengan dana yang dikeluar-kan dan rendahnya kepedulian terhadap proses pendidikan; perbedaan keinginan dan pendapat antara warga sekolah yang menyulitkan pengambilan keputus-an untuk meningkatkkeputus-an mutu pendidikkeputus-an. Sementara dalam hal transparansi, masyarakat berpendapat bahwa sekolah belum terlepas dari pelaksanaan praktik-praktik Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) dalam pengelolaan sekolah; sedangkan Raniati (2010), me-nyimpulkan bahwa implementasi MBS di SMU se-Kota

(7)

Kupang-NTT masih terdapat hambatan yaitu peran serta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan di SMU se-Kota Kupang NTT dikategorikan masih rendah.

Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi MBS masih terdapat kendala antara lain: 1) Penerapan MBS belum sesuai dengan ide-ide dasar MBS, 2) MBS belum dapat dilakukan secara efektif dan maksimal berkaitan peningkatan mutu sekolah, 3) Partisipasi masyarakat masih rendah dan transparansi pelaksanaan MBS belum optimal serta belum terlepas dari KKN.

Oleh karena itu, dipandang perlu untuk diadakan penelitian lebih lanjut mengenai implementasi MBS. Dalam hal ini dilakukan penelitian tentang imple-mentasi MBS untuk meningkatkan status Sekolah Potensial menjadi Sekolah Standar Nasional pada SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga yang berorientasi pada perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan implementasi MBS dengan melibatkan kepala sekolah, guru, pengurus yayasan dan komite sekolah.

Implementasi MBS yang selama ini dilaksanakan SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kualitas pengelolaan sekolah dan tata kelola sekolah secara menyeluruh sesuai dengan pedoman yang digunakan oleh sekolah negeri atau sederajat di Salatiga.

1.2

Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, permasalahannya adalah:

(8)

a) Bagaimanakah perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah pada SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga? b) Bagaimana upaya yang dilakukan Manajemen SMP

Kristen 2 Eben Haezer untuk meningkatkan status sekolah potensial menjadi Sekolah Standar Nasio-nal?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a) Menganalisis perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah pada SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga; b) Menganalisis upaya-upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan status sekolah potensial menjadi Sekolah Standar Nasional.

1.4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat dan sumbangan secara teoretis maupun praktis bagi sekolah, Dinas Pendidikan, dan masyarakat yang terlibat dalam jasa pendidikan.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian dan kontribusi pengetahuan tentang pengelolaan pendidikan tingkat SMP swasta melalui Manajemen Berbasis Sekolah.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi kepala sekolah, guru, komite sekolah dan pengurus yayasan yang terlibat dalam

(9)

pendidi-kan, diharapkan menjadi bahan masukan dan evaluasi yang konstruktif dalam peran sertanya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. b) Bagi Dinas Pendidikan, diharapkan dapat

menjadi bahan kajian dan pertimbangan dalam kegiatan evaluasi dan pengambilan kebijakan lebih lanjut berkaitan dengan upaya peningkat-tan kualitas pendidikan melalui pengembangan Manajemen Berbasis Sekolah di Salatiga.

1.5

Sistematika Penelitian

Penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I :

Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II:

Telaah pustaka, menguraikan tentang manajemen pendidikan, manajemen berbasis sekolah (MBS), sekolah potensial, dan sekolah standar nasional. Bab III :

Metode penelitian, menguraikan tentang jenis dan lokasi penelitian, instrumen penelitian, sampel sumber data/informan, teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, teknik pemeriksaan keabsahan data, teknik analisis data, dan ke-rangka penelitian.

(10)

Bab IV :

Mengemukakan hasil penelitian dan pembahasan, tujuan dari analisis dan bahasan analisis ini adalah untuk menjawab permasalahan penelitian. Bab ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: deskripsi subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V:

Memaparkan simpulan dari hasil penelitian yang merupakan jawaban dari pemasalahan penelitian. Dari kesimpulan tersebut diusulkan saran untuk perbaikan terhadap kelemahan yang ditemukan dalam implementasi MBS, seperti perlunya peningkatan pelibatan warga sekolah, peningkatan kinerja sekolah, pembimbingan, dan pendamping-an pemenuhpendamping-an delappendamping-an SNP dari dinas pendidikpendamping-an untuk mencapai status sekolah potensial menjadi SSN.

Referensi

Dokumen terkait

1. Adanya perasaan senang terhadap belajar. Adanya keinginan yang tinggi terhadap penguasaan dan keterlibatan dengan kegiatan belajar. Adanya perasaan tertarik yang

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang memuat identitas responden, riwayat penggunaan kontrasepsi, serta keluhan dan gejala

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ekstrak Etanolik Herba Ciplukan memberi- kan efek sitotoksik dan mampu meng- induksi apoptosis pada sel kanker payudara MCF-7

Pada saat biji gandum melewati alat ini, biji gandum dipisahkan antara separation round grain (biji bulat) dan separation long grain (biji panjang). Hal ini dilakukan

[r]

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

Bertanggung jawab untuk melakukan produksi sesuai dengan penjadwalan yang telah dilakukan dan menjaga kelancaran proses produksi sehingga dapat memenuhi permintaan pasar..

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 29 ayat (4) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.10/Menhut-II/2007 tentang Perbenihan Tanaman Hutan, maka perlu