• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interview with mr: Giman Kartosentono

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Interview with mr: Giman Kartosentono"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Royal Institute for Southeast Asian and Caribbean Studies Reuvensplaats 2 2311 BE Leiden Netherlands

tel: (+)31 71 - 527 2295; email: kitlv@kitlv.nl

Interview with mr: Giman Kartosentono

Transcriptic summary (00:00)

Waktu kecil saya lahir di Lelydorp, Suriname, Amerika Selatan. Tahun 1940, saya masuk sekolah juga terlambat. Oh…..saya 16 Januari (lahirnya). Karena kita jauh sekolahnya. Saya sekolahnya lambat umur 8 baru sekolah. Sekolah di Lelydorp. Lely itu kembang, Dorp itu kampung. Jalan kaki itu 6 kilo itu mbak (dari rumah sampai sekolah-red). Iya, jalan kaki itu. Saya bersaudara ber-7, di Suriname semua. Saya nomer 2. Orangtua ke Suriname masih bujang. Bapak dari Cilacap, Ibu juga lahir di Suriname, cuma Nenek Lahir di Jepara. Iya…jadi itu nenek dari Jepara. Di Suriname, orangtua tani. Bertani, nanam ubi, kacang tanah.

Kebanyakan Lelydorp segitu luas itu orang jawa banyak, tapi 1 ada orang negro. Sehari-hari bahasa Jawa. Disana itu 1 kampung itu ada 1 toko orang cina. Kalau pada belanja di toko orang cina itu. Iya cuman 1…1 kampung itu…Jawa ga ada yang jualan.

Balik ke Indonesia tahun 50 an, 14 tahun. Ya karena lambat, sekolah baru kelas 5 itu. Pulang ya sama bapak sama ibu. Saudara-saudara juga, lengkap. Saudara yang di Suriname Nggak ada, Famili ada, dari Ibu.

Waktu pulang dari Suriname, Inget saya menderita, sodara saya kan 6 perempuan semua kan….Iya saya sendiri laki-laki…Orang tua kan tenaganya kurang, nggak ada tenaga pembantu, ada tenaga ya untuk mencangkul. Ya terpaksa saya sekolah mecari dana sendiri, dengan membuat areng. Apa areng itu? Ya areng lah buat masak, dari kayu laban itu kita

(2)

potongi sama, kalo belum kuat sama kampak ya sama ladeng itu saja. Dari SD sampai tamat SMP saya ke kota cari dana sendiri untuk biaya sekolah. Ga ada yg ngajari, Ya nengok-nengok itu aja, nengok-nengok-nengok-nengok orang itu aja bisa kita. Di Suriname belum tahu. kalau di Suriname kalau pulang sekolah mencari rumput untuk sapi, lembu. kebetulan orang tua tu mbikin tepung tapioca, kita mbantu juga untuk mengangkut apa itu ? ubinya itu, itu pahitkan?. Kita… kepala ini. Kalau ndak narik kereta sorong itu, ayah yang nyorong, kita yang narik. Ya cukup menderita kalau saya itu, kalau dibandingkan kawan-kawan yang lain, mungkin saya yang menderita.

(05:57)

Orang tua kan ada kesatuan PBIS. Kesatuan orang tua ingin pulang ke Indonesia, karena Indonesia sudah merdeka, kami mengumpulkan dana untuk kesini mbayar ongkos kapal sendiri. Uangnya dari nanam ubi itu, nanam ubi, kacang tanah. Ubi kita kerjakan sendiri, kita parut jadi tepung tapioca, sisa hasilnya kita setorkan ke pengurus PBI itu. Waktu pulang sekeluarga itu 7 tambah 2. Kami nggak ada (yang sakit-red). Perasaan waktu di kapal Ya..kalau saya ya senang…Masih anak-anak, main kesana kemari, naik ke dek…hehehehe Di Suriname sekolah di Open Bare School….Open Bare itu Umum. Di Lelydorp itu, Kopijompo. Namanya Lelydorp, tapi wong jowo namanya jadi Kopi Jompo hehehe…Kopi ya kopi, jompo itu lompat-lompat itu hehehe….kalau kita gak ke Indonesia gak jumpa sama orang rumah ini. Karena jauh. Dan kita belum pernah jumpa di Suriname.

Budaya Jawa berkembang juga, banyak macem budaya Indonesia. Ada ketoprak, ludruk ada…. Jaran kepang juga ada. Nikahan juga pakai adat, slametan, diajarkan orangtua dari Jawa. Bapak, kakak-kakak, adik bisa (bahasa Jawa-red) karena di kampung itu semua pakai bahasa jawa. Kalau di sekolah harus bahasa belanda.

Kaum ada tiap desa ada kaumnya, bayan…Wakil Lurah itu….bayan semacam itu. Tugasnya memberitahu, kalau ada yg meninggal memberi tahu, kalau mauled nabi memberi tahu tgl sekian kumpul dibalai desa, membawa ambeng. Ambeng itu ya nasi sama lauk-pauk, tumpeng. Kalau maulud nabi atau isra’ mi’raj itu juga bawa ambengan itu, setiap keluarga bawa. Isinya ada yg ayam, ada yg daging sapi, nasi sayur sama peyek…..ya kayak tumpeng gitu, sayurnya sambel goring, kalau gak ada ayam ya telur gitu…

(3)

Masih ada (hubungan dengan keluarga di Suriname-red), kemaren ada nelpon ke Suriname. Kami belanja kain panjang sama baju batik, kami kirim ke Suriname. (masih ada-red) 3 orang…..Keluarga dari ibu, om sama bibi. kalau dari saya sudah pada meninggal semua, tinggal anak-anaknya semua saya juga tidak tahu karena sudah tidak pernah berhubungan. nggak tau adik kakak tinggal dimana, bapak sendiri dari jauh.

Saudara kandung kebanyakan sekarang di kampung ini. Di sini…padang lawas 1, Duri 1…pekanbaru. (Waktu di bedeng-red) suk-sukkan kan…..tempat tidurnya ada yg tingkat gitu. Bikin sendiri, dari bamboo, kalau dari sana kan nggak bisa bawa apa-apa….Waktu pertama kali liat rumah ya ngeri, masuk kampung padahal malem jam 2 banyak harimau, kan masih hutan…..dulu masih ilalang, hutan semua…..hutan kayunnya masih segede-gede gini kayunya kok

Kita masih kecil ya sekolah terus, Sekolah SD sini, SR dulu kan ? SR kelas 5 sampai 6 terus langsung masuk SMP. Pak Sarmidi kakak kelas. Ini disini ada SMP nya, disini kebetulan, roboh kena angin. masuk sini, Gedungnya kan gedung darurat…jadi kami gotong royong mbangun gedung SMP darurat. Bisa roboh kenan angin, lalau mbangun. SD sini dipinjam darurat selama 2 tahun. Kebetulan waktu kelas 3 sini pemberontakan PRRI aturannya thn 59 ujian diundur jadi tahun 60. Ujiannya di Talu sana. iya tapi kami ujiannya diundur 1 tahun, ujiannya di Talu sana, waktu itu kan belum ada SMA. Terpaksa sudah tamat SMP sudah keluar. Ndak, keluar, ada yang meneruskan studi ya keluar. Rata-rata yg tamat SMP keluar semua dari Tongar ini, ada yang sekolah ada yang cari kerja. Kebetulan dulu cari kerja di caltek itu banyak, tamat SMA bisa kerja situ. Karena orang kita ada yg hidup PT di Jambi, kita ke Jambi. Bukan saudara, cuman satu kapal aja. PT itu mborong bikin jalan, nyiram jalan, ada perusahaan otobis, oplet, kebetulan teman saya itu bagian administrasinya.

(17:17)

Di Jambi sekitar 2 tahun sama di Jakarta itu. Di Jakarta 1 tahun, di Tamansari, kerja di kantornya, kan PT. Hidup Baru itu punya cabang, 1 di Balikpapan, di Jambi 1, Pusatnya di Jakarta. PT Hidup Baru Indonesia, bergerak di kontraktor dan banyak merekrut orang-orang jawa dari Suriname, termasuk Pak Sakri yang sekarang menantunya yg direktur PERURI itu, dulu itu sama. Tapi Sakri itu bernasib baik. Masuknya begitu masuk SMP, dia disekolahkan ke Solo kan, disekolahkan oleh PT Hidup Baru itu….sampai tamat STM, balik ke Jakarta

(4)

nggabung lagi, kawin dapat anaknya pak Sastro itu tadi. Gedang kepok gedang ijo, wong mondok dianggep bojo…hahahaha

Jakarta, Jambi, terus dari Jambi kan pulang…kebetulan orang tua kita disini bikin kebun cengkeh, karena bapak nggak ngurusi, kita disuruh ngurusi kebun cengkeh itu, jadi saya nggak merantau lagi. karena disuruh ngurusi kebun itu saya ndak merantau lagi. Waktu merantau belum menikah.

Saudara kebanyakan kerja petani-petani dan dirumah tangga aja. Karena perempuan-perempuan sampai SD saja. Karena gajinya kecil. Gaji dari yayasan itu, kan nebang hutan, dulu kan masuk tenaga … kan pakai kampak itu. Cuma gajinya gak sebegitu, jadi cuman uang saku…di rumah Cuma makan sama daun jenthik manis. Waktu baru disini ya minta-minta dengan orang-orang sekitar sini. kebetulan dulu belukar-belukar kalau ditebang ada daun-daun yg bisa dimakan, dari itu kita minta dari orang-orang kampung minta di ladangnya. tumbuh-tumbuhan…Belukar itu, kalau habis dibabat, muncul yg namanya jentik manis itu……itu dimasak enak, saya juga makan jentik manis dulu. Diurap. Dulu opo-opo enak, saiki nggak doyan….apalagi kan sekarang kan sudah tau kan, kalau itu sudah besar di mbunga kan banyak ulatnya kan, dimakan ulat.

(23:14)

Kalau jaman dulu cabe rawit itu bisa tumbuh di bukaan belukar, kan burung makan cabe dibawa kemana-mana dia tumbuh, asal belukarnya dibuka dibakar tumbuh itu. Itu sebagai akibat ladang berpindah-pindah. Jadi dulu pak Giman ini ikut mbuka ladang disini, babat habis, ambruk, tanemin padi lama-lama kalah sama ilalang, ilalang itu susah dibunuh, akhirnya kita pindah, buka sawah lagi. Buka ladang baru. Semua di Tongar, ditanah yang rencanya diberikan kita itu, yg katanya 2500 hektar itu. Kita pindah-pindah disitu aja. Kebetulan saya sudah dewasa kan? Ada waktu itu sempat bisa cetak sawah. Kebetulan saya dapat 2 hektar. Kebetulan waktu mbikin sawah sudah meninggal orang tua, dulu ya ada ladang-ladang gitu, tapi pindah-pindah jadi nggak bisa dikumpulkan karena pindah-pindah gitu. (Jadi sekdes-ed) ga dapat tanah bengkok. Pak Jorong ketua Yayasan, setelah itu kadesnya menantunya Pak Hardjo, Budiman itu. Pak Hardjo itu punya anak namanya Martini, suaminya Kamsuni itu pernah jadi lurah juga, terus digantikan sama Yanti. Yanti duluan baru Budiman. Kebetulan waktu kepala desanya Budiman, Tongar ini dapat juara lomba desa tingkat propinsi. Kebetulan waktu itu saya ketua LKMD jadi 87 kami ke Jakarta, menemui

(5)

pak Presiden, undanganlah, jadi kami ke Istana Merdeka. Yang berangkat cuma kepala desa, kepala PKK, ketua LKMD…jadi 3 orang. Satu propinsi itu. Pak Presiden di Taman Mini itu makan bersama. Pak Suharto waktu itu. Ya kebetulan ketua PKK nya ya Yanti itu, suaminya Budiman yg jadi Lurahnya. Jadi sekdes sebelum jadi ketua LKMD. Itu 87. Tugasnya untuk melaksanakan pembangunan kampung, desa, terutama membangun jalan-jalan…apapun yg dibangun kita bangun…

Ya dari jawa kan bapak kehendak sendiri. Waktu itu jalan-jalan terus diajak orang, mau nggak kamu diajak ke Suriname ? mau katanya. Disana ada perkebunan kopi, coklat, tebu….orang tua kami dipekerjakan di kebun itu sama Orang Belanda, dengan janji kontrak 5 tahun kalau sudah 5 tahun pulang ndak mbayar. Tapi kebetulan orang-orang tua itu senang tinggal disana, nggak mau kembali. Cari-cari kerjaan disana, ada yg jadi pegawai ada yg dikasih tanah untuk bertani. Sudah 5 tahun dikembalikan ke Indonesia, tapi orang-orangnya nggak mau…

(29:53)

Waktu habis kontrak belum mau pulang, karena sudah senang disana katanya. Tapi kemudian ketika ada gerakan mulih Jowo itu, akhirnya masuk kesatuan itu, mendengar Indonesia merdeka, mau pulang kan ingin ikut membangun tanah air.

Kakak kelahiran Suriname, kakak saya cuman 1, yg 5 adik. Di Suriname masih bujang, bujang tanggung…..ya kebanyakan masih bujang orang-orang yang kontrak itu, yg perempuan yg laki-laki ya masih bujang-bujang itu. Perempuan kerja di perkebunan itu juga. Kalau perempuan pekerjaannya ringan, nggak seberat pekerjaannya laki-laki. Bagian-bagiannya kan sendiri-sendiri, kebonnya kebon kopi, kebon tebu. Kalau kita kesana, waktu disana bertani aman karena nggak ada Hama, kalau nanam padi disana kan nggak ada burung kan. Di sana punya tanah sendiri, luasnya kurang lebih 1 hektar kalau nggak salah. Orang yang mampu kan bisa beli tanah lagi. Ternak sapi juga sama usaha tepung tapioca. Sapi ada 3. Tanah ditanami kacang tanah, ubi racun itu untuk bikin tepung tapioca, dijadiin tepung…. Ada yang buka kebun limau, kalau di sana Limau tinggi-tinggi, kopi juga tinggi-tinggi disana bukan kopi robusta, kopi yang besar. Sapi untuk pedaging itu….beli kecil kan murah, nanti kita kasih makan setelah 1 tahun kita jual kepada pemotong.

(6)

Di Suriname makan nasi….kalau yg banyak roti, kentang. Kami tetap makan nasi. Ya…ada yang nasi, ada yg ubi….kalau pagi, tapi untuk makanan pokoknya tetap nasi. Lauknya ya masakan jawa lah, wong kebanyakan orang-orang dari jawa.

(35:05)

Umumnya sama kayak disini, nasi ya nasi, terus lauknya umumnya tumis. ikan di tahu juga ada. Ikan terapung namanya, diambil dagingnya terus di bikin tahu, jadi tahun ikan lah…waduh itu rasanya enak banget hehehehe. Ya kalau dulu, waktu hidup disana ya seneng disana. Kebetulan waktu baru disini dengan lama disana ya enak disana. Masih baru kan serba kekurangan kan ? ……kalo sekarang kan sama saja….

Waktu di Suriname Pak Basar itu kan di Kota, ini di Desa….jadi laen, anak orang mampu pula Pak Basar itu. Begitu di sini kaget, sedih aja, nangis dalam hati hehehehe. Sering cerita pengalaman ke anak-anak, rata-rata mereka tau….kebetulan anak-anak kita kan kita ajari pula, setelah pulang sekolah kita suruh bekerja, cari rumput, nggembala sapi, membantu babat-babat di ladang gitu …sekarang ndak punya sapi. Anak 6 orang. Cucu 11 orang. Sama sekali nggak ada (kontak dengan keluarga di Cilacap-red), kan ndak tau alamatnya. Belum pernah ke sana, cuma tau desanya itu saja…. Itu desa Kahuripan. Belum…kemaren juga nggak sempat, malah ke Jogja, ke Bandung, ka nada pertemuan di Bandung itu, di Subang. Kalau kampong di Suriname tau, kalau di Jawa ya itu aja, desa Bebudian, desa Kuripan

hehehehe. Kalau anak taunya ya kampung Suriname itu tadi, tempat kita lahir hehehe…kampong Negara orang. Kebetulan anak-anak kami yg mencar ini, 3 di Pekanbaru, 1 guru, 1 Caltex…. Satu lagi disana. Anak ke 4 di Bukittinggi, yg disini anak nomer 2 sama nomer 5, yg di kampong. Anak-anak sekolah SMA, ada yg kuliah, itu yg jadi guru. Yg nomer 3 itu guru SMK, kuliah dia. Guru di Pekanbaru, kuliahnya di IKIP padang.

(41:00)

Kemaren itu dikirim ke Jakarta juga, Anakku seng nomer 3. Untuk ikut ngerakit sepeda motor di Kerawang, dulu SMK bagian mesin. Kalau yg di Caltex itu kerja di kantor, pindah-pindah department itu, dari kantor satu ke kantor laen. Dulu SMA sambil kuliah, trus kerja sambil kuliah. Sudah tamat kursus-kursus dulu, kursus computer. dia kan pengurus bagian rumah … kan kalau pegawai bisa bikin rumah di jogja dia kesana, ke bandung, kadang Surabaya. Kalau bikin rumah orang kantor kan bisa di kampungnya. nah dia meneliti tempat itu, memenuhi syarat apa tidak.

(7)

Anak-anak bisa bahasa Jawa. Bapakke jowo mbokne jowo kok hehehehe……Tapi kalau jaman sekarang ibuknya jawa, bapaknya jawa belum tentu bisa jawa….anaknya nggak bisa. Cucu kami iya, belajar bahasa Indonesia, kecuali yg dikampung.

Kebetulan yg nomer 1 tadi dapat orang Sunda, jadi mantennya disana, adat jawa dan adat Sunda, kalau anak perempuan ya pakai adat jawa disini….

Dari Suriname kita belum ada ketampilan, ketrampilan saya cuman cari rumput. Ya kalau Belanda ya tau, tapi cuman sedikit, bisa baca tapi kurang tau artinya…hehehehe. Kebudayaan jawa itu semua masih. Kalau ada yg meninggal masih biasa pakai kendurian, 7 harian begitu….slametan sampai 1000 hari, dah nggak ambeng lagi, sudah di racik. Ya……dulunya sih dibikin ambeng, tapi karena di tonga sini kan cari daun pisang kan agak payah gitu….jadi sekarang nggak di ambeng lagi, pake manci/baskom kecil-kecil gitu sekarang. ya ada penyakit pisang kan. baskom kecil-kecil itu, ya di taruh situ kalo mau kenduri.

(48:37)

Bantuan sih nggak ada kalau bantuan….kalau kampung ya ada, itu jalan di aspal tahun 87. Sebelum itu Tongar 1 yg diaspal…Kalau Listrik sebelum tahun 87….kalau nggak salah. Dulu kan rencana Tongar kan mau dibikin kota kan ? makannya jalannya jalannya di Rajang-rajang rencananya kota Tongar itu. Jadi perencanaan kota nya bagus itu, dulu saya harapkan simpang 4 itu disini saya harapkan dulu. Jadi ibukota Pasaman barat itu saya harapkan disini, tapi karena sini belum maju ya ibukota Pasaman barat yg sekarang ini jadi ibukota. Tongar 2 ada sekitar 1 tahun setelah masuk. Kebetulan dibagi dapatnya sini. Bedeng-bedeng itu Tongar 1, Tongar depan lah ya ? nah jadi gini kita datang tuh nempati bedeng, ya sekitar 3 x 4 meter lah kira-kira. Keluarga dia, anaknya banyak dapat sekian juga, kalau saya yg hanya ber-2 sama bapak saya ya lumayan. Terus setelah itu dibagi tanah, tanah pekarangan yg kira-kira 20x40 itu yg mencar-mencar itu. Bedengnya dari bambu itu dindingnya, atapnya rumbiya, lantainya papan, halamannya masih ilalang. Kalau mandi ke sungai, karena belum ada sumur….belum dibikinkan. Kamar mandi bikin habis itu.

Di Suriname kamar mandi ada, kalau sana ada tukang periksa kamar mandi, dokter kakus namanya, datang. Dia neliti dari kampung ke kampung, kalau nggak bagus kena denda. Waktu datang ke sini ya kaget sih kaget.

(8)

Ya terus hubungan (dengan teman-teman), sekarang kan komunikasi sama hape, di Jakarta ada, saudara sepupu. nang nggone besan barang, besan arep duwe gawe.

Kkalau embah, mbah Kartosentiko, tapi kalau embah wedok malah nggak tau, pernah saya Tanya soalnya…Ibu lahir di Suriname, kakek dari Jepara. Bapak ga pernah ngajak nengok saudara-saudara mungkin juga karena kondisi ekonomi juga…hehehehe. Jadi begitu kita datang kesini mulai 54 sampai 58 dan seterusnya itu, ekonomi sini amblek-mblek hehehehehe… susah. Ya…nggak kepikir gitu (mulih Njowo-red), pikirannya untuk cari makan gitu hehehe…..bisa makan kita bersukur, gitu aja….

(62:36)

Waktu PRRI Untung kita agak aman disini, soalnya di lain tempat, teman-teman kita rumahnya ada yang dibakar gitu. Karena kita datang dari Suriname, jadi Jawa Suriname. Tapi mereka yg eks-Trans, yg di Padanglawas, Bandarrejo, itu kan Jawa, dari Jawa, itu yg dimusuhi sama PRRI, ya walupun tidak semata-mata ya, tapi mereka banyak yg dirusak rumahnya, banyak yg akhirnya lari kesini, nginep kesini. Kita waktu itu masih kecil, masih sekolah. Malem jaga, kalau gak dijaga jebol tanahnya habis jadi abu, resiko besar itu, kan sudah dibakar sebelum dibakar timbun tanahkan kasih rumput dulu, nanti kalau malam jebol itu, ndak ada lagi arengnya itu jadi abu, apinya besar kan? Kerjanya umumnya ber-2. Dijual ke toko kalau ada yang membutuhkan. Jualan areng cukup buat mbayar sekolah. Sekolah di Simpang Empat, jalan kaki.

Keinginan (berkunjung ke Suriname-red) ada, tapi karena ekonominya begini ya hehehehe. Keluarga di sana belum pernah ke sini. Saudara cuma 3. Dari bapak cuma 3 kesini semua. (67:29)

(Waktu pertama datang-red) Waktu itu belum tau kan bahasa sini. tapi lama-lama juga tau, kan bahasa Indonesia ya belum tau juga.

Budaya ludruk ya tau nonton aja, maen nggak pernah. Disana (Suriname-red) ada juga Ludruk. kebetulan di kapal itu ada orang Indonesia pada main ludruk, jadi kapal yang langkuas itu, kapal barang yang dicarter tapi krunya, kru yang tukang masak itu umumnya orang Surabaya, nah orang Surabaya yang tukang masak itu, umumnya orang Surabaya itu ya ludrukan gitu. Di kapal ya sama kawan-kawan, sama keluarga kalau tidur….pagi siang ngantri buat ambil makan. dikelompokin per keluarga. Ada yang jatuh ke laut, Stanley, kenek jaring. main-main kelewat itu. Stanley itu anaknya pak Kariodimejo, wakil ketua Yayasan

(9)

yang memimpin rombongan di kapal itu, orangnya baik, baik sekali, yang di pakem meninggalnya itu. Dikapal itu kalau sarapan Roti, kalau nggak roti kentang gitu. Siang sama sore, sarapan, bubur kacang ijo, roti, kentang.

(73:32)

Perjalanan sebulan penuh itu. Tanggal 4 Januari dari Paramaribo, sampai padang 5 Februari thn 54. sempat mampir ke Capetown, di sana malamnya pendek. Terus mau ke padang kita masih lewat Bukit tinggi, masih lewat lubuk sekaping, masih lewat talu, baru kesini, nginep di lubuk sekaping. Naik bis, bis model dulu kan, gak model sekarang. padang, kita nginep di lubuksekaping, semalam, baru besoknya berangkat, trus sampai sini masuk, lah… bedeng… Nggak pernah kecewa waktu pulang ke sini. Kita harus sukuri aja lah, apapun yg terjadi. Di sini ga ada paguyuban keturunan Suriname.

(80:37)

Jarang ada peringatan (kedatangan warga Suriname-red). Soalnya orang kita kan nggak banyak, jadi sudah pada campur-campur. Jadi satu kesatuan warga jawa eks Suriname itu sudah buyar, sudah membaur sama yg lain-lain, kalau dulu masih kuat. Transmigrasi dari Jawa tahun 68. Lokasi disini, kita yg minta…karena orang udah pada pergi, tanah siapa ? kita minta 100 KK dari jawa. minta ke Pemerintah, jawatan Transmigrasi. Kira-kira tinggal seperempat dari 300 itu yang masih tinggal di sini. Ya tempat kita kan kebanyakan setelah tamat SMA keluar, kebanyakan begitu.

(86:13)

Dokumen serah terima dari pemerintah ke kita terbakar pak Hardjo itu…entah terbakar atau dibakar nggak tau. Karena penduduk kurang, tanahnya diberikan ke transmigran. rata-rata dapat 100 hektar. kalau pergi kan nggak ada yg nggarap ya nggak ada yg tahu. Ada juga yang dijual ke yang mau atau yang butuh.

lha bapakku wonge nang kono, terus tuku nang kene nggone pabrik es kan, ngalih rene lha sing lemah kono ki di takoke meneh karo pak Hardjo biyen ngomonge wes didol, padahal wonge isih meger neng kene. Ikulah masalahe, ngono kui wonge, wonge isih meger-meger, wes kui di tekoke malih dadi penyakite. Yak arena gak ke garap iku, klopo kan di entekne beruang, dadi ra ono tanda nek dimiliki kita. tapi kan wes ngerti omahe dewe biyen nang kono, bagian seko Suriname. Wong yo bukak alas dewe. pokoke tekan pabrik mrono kui wes entek, enek wonge ra enek wonge wes d idol kabeh. Didol atas nama yayasan. Nggak ada

(10)

kompensasi, itu ya itu payahnya gitu itu dulu itu, dulu rumah kita disana jauh, jadi orang-orang itu pergi merantau, tinggal berapa rumah? 3 rumah kalo ndak salah itu, lalu beli tanah disini, terus pindah, disana ndak ada kawannya, disana banyak beruang, kelapa-kelapa habis dimakan beruang. Ditanyakan lagi ke Pak Hardjo, ‘tanahku yang sana bagaimana? Habis dijual’. Ya itu tadi kalau di Tongar, kalau tanah sudah nggak diurus lagi sama penghuninya maka diambil lagi sama yayasan, jadi yayasan yg punya.

Kalau Martini menguasai suaminya, kepala desa yang gerakkan istrinya. Kalau Yanti bisa ngemong masyarakat.

Transmigran pertama datang sudah dibikinkan rumah sama jawatan transmigrasi. (91:10)

Nggak ada konflik sama pendatang, cuman pendatang yg nggak kerasan, soalnya banyak hama disini, yg dikeluhkan petani kan hama, disini hamanya Babi. Siamang sudah jauh sekarang, dulu iya. Sekarang nanam jagung masih sering dimakan babi. Nggak ada konflik antar warga, Nggak ada, Betul nggak ada…hubungannya udah seperti keluarga besar begitu…..jadi kita kan merasa senasib sepenanggungan, seperjuangan jadi kita menyatu, dimana kita berada, sedulurku wong suriname.

Nama Lengkapku Giman Karto Sentono. Ibu Jumiyem, lahirnya di Suriname. Tanggal 29 Desember 1949, pekerjaan ibu rumah tangga. Ga inget tanggal menikah, kira-kira tahun 1966. Anak pertama tahun 67. Anak ada 6, namanya Ahmad Paimun lahir di Tongar, Painten (perempuan), Sutriyono (laki2), Kemi Lestari, Nurmiyati, Sutejo.

(96:36)

Semua lahir di Tongar, sudah menikah semua. Saudara Kandung ada 6, 1. Tija lahir Suriname, 2. Giman, 3. Ponija, 4. Misem, 5. Tukirah, 6. Jumilah, 7. Legirah. Ibu rumah tangga semua, kalo bapaknya namanya Kartosentono, dari cilacap. Kalo ibu namanya Leginem. Kakek dari bapak, Kartosentiko. Kakek dari ibu, Nitibrono. Ibu dari ibu, Lasiyem. Bapaknya istri namanya Tamsir, lahir disuriname, tukang bikin rumah. Belajar otodidak, nengok-nengok gitu aja.

(101:34)

Ibunya ibu, Ngadinah lahir di Suriname. kakek dari bapak Todikromo. Bapak di Suriname dari tahun 1940 sampai 1954. Di Suriname Cuma di Lelydorp. Di Tongar sampai tahun 60, terus ke Jakarta setahun, di Jambi satu setengah tahun. Di Jakarta kerja administrasi itu.

(11)

Serabutan kerjanya ya pembukuan. Yang ngajak pak Kromo itu. dia itu presiden direkturnya itu. Pres dir-nya itu Kromoyahyo, kalau Sastro Midi itu direktur cabang. Pak Kromo itu orang Suriname juga.

(106:27)

Pak Kromo kerja sama dengan kawan-kawannya. Dia ikut rombongan. Di Suriname kerja mekanik. Dulu dia kerjasama mendirikan perusahaan dulu, kita menyusul kemudian. kita dateng minta kerja. Kita dating sama karyawan dari situ yang sedang pulang. Kita ikut sama dia, dan kesananya tidak bisa lewat darat kan, situasi Pekanbaru Bukittinggi kan belum aman kan, kita lewat Sasak Padang, ya kayak pak Sarmuji itu, lewat kapal, aturannya lewat darat cepet. Lewat laut kita. lewat langsung Padang.

Pemberontakan PRRI itu, kan di Sulawesi ada PERMESTA. Ahmad Husein, mantan pangdam. Ahmad Husein, Letkol. Intinya, ini kan orang minang itu ingin melepaskan dari Pusat, di prakarsai oleh tentara dalam hal ini Ahmad Husein. terus kontak lagi sama yang di Sulawesi itu. trus pada waktu itu, yang ingin memisahkan diri ini, mau mempromlamirkan diri merdeka, di pimpin oleh Amir Sariffudin atau Amir Syamsudin itu. Nah sebelum itu pemerintah pusat, intel pemerintah pusat kan udah jalan ya? Seblum berontak, anggaplah sudah berontak itu. Pemerintah pusat mendatangkan CTN (Corp Tjadangan Nasional) oleh pemerintah pusat di tempatkan di Ophir, di perkebunan kelapa sawit. Saya gak tahu jumlahnya berapa, di pimpin oleh Pak Sutrisno diantaranya itu, nah ternyata belakangan kita tahu, begitu sini berontak dia bangkit dari dalam dulu. Jadi sebelumnya disusupkan lebih dulu. Ini setelah saya pelajari belakangan, saya tahu. Karena begitu ini berontak, CTN di gempur duluan oleh grupnya ahmad husein tadi itu. Karena ini wong jowo kabeh, di situ kita tahu bahwa paham ini keras. Terus di datangkan lewat sasak, penyelundupan senjata besar-besaran memepersenjatai CTN tadi itu. CTN itu akhirnya cross country dari sini menuju ke Bukittinggi. Di Bukittinggi derekrut kembali oleh Pak Ahmad Yani menjadi batalyon 132. Kalau ini aku tahu pasti. Jadi intinya Ras diskriminasi, karena waktu itu Sumatra tengah ini mau merdeka. Kawilarang, Simbolon dari medan ikut, Ahmad Husein. Nah yang galak, kasar, sadis, itu mereka yang antara lain dari batak-batak itu. Nah kita gak tahan , kita banyak yang melarikan diri. Setelah kita aman setelah kita masuk sini, yang pertama kali masuk sini adalah Marinir, namanya KKO waktu itu, KKO itu membebaskan sini dulu karena orang-orang

(12)

Surabaya. Langsung kesini, ngedrop tongar dulu. Lewat sasak atau Air bangis waktu itu. Air Bangis langsung kesini, karena disini banyak orang jawa itu. Iki ijik ngalamin nang kene. (114:04)

Ada KKO yang menikah dengan orang tongar sini. Bojone Sabinem itu tapi ketemunya di Padang. BR itu Banteng Riders dari Semarang yang baret ijo itu. Kalimah iku yo di pek tentara nggowo mulih njowo, kalimat adike kamit. Ada satu lagi yang di Belanda, Sutinah. Itu juga gitu kawin dapat CTN, terus tinggal di padang. CTNnya sudah meninggal, kenal sama bule, ke Indonesia waktu itu sedang vacansi bule-nya, dibawa ke Belanda dan tinggal di Belanda sekarang.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dilakukan dengan tiga kegiatan yaitu kegiatan awal (tahap pendahuluan), kegiatan inti (tahap think, pair dan share) dan

referensi adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk.. koleksi-koleksi khusus seperti kamus, ensiklopedi

“Anggota dewan komisaris, direksi atau pegawai bank yang lain memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan (2) dan Pasal 34 ayat (1)

[r]

: Memberikan Honorarium kepada Panitia Pengadaan dan Peneruna/Pemeriksa Alat Perku- liahan Praktik Olahraga Dana Luncuran Tahun 2006 FIK UNY sebagaimana tersebut pada lampu-an

nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. • Setiap pemulihan kembali diakui

Penyedia Barang/Jasa yang lulus prakualifikasi hanya 1 (satu) peserta, Pelelangan/Seleksi ulang dilakukan seperti Proses Penunjukkan Langsung.” Bahwa berdasarkan

Menunjuk Kepada Keputusan Bupati Manggarai Timur Nomor : DPPKAD 01.012.1/DPA/6/I/2012 Tahun 2013,Tanggal 03 Januari 2013 tentang Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan