• Tidak ada hasil yang ditemukan

DATA BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK MENCERDASKAN BANGSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DATA BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK MENCERDASKAN BANGSA"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PUSAT STATISTIK

DATA

MENCERDASKAN BANGSA

BADAN PUSAT STATISTIK

Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710, Kotak Pos 1003

(2)

TEKNIK PENYUSUNAN

TABEL INPUT-OUTPUT

Nomor Katalog : 9214.

ISBN

: 979-598-628-7

Nomor Publikasi: 06330.0001

Naskah

:

DIREKTORAT NERACA PRODUKSI

DIREKTORAT NERACA PENGELUARAN

Gambar Kulit :

SUBDIREKTORAT KONSOLIDASI NERACA

PRODUKSI NASIONAL

Diterbitkan oleh :

BADAN PUSAT STATISTIK

Dicetak oleh :

CV. Putra Sejati Raya.

(3)

Kata Pengantar

Konsep pembangunan ekonomi secara terpadu ternyata telah berkembang menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Seiring dengan hal tersebut maka kebutuhan terhadap informasi dan atau alat analisis yang dapat digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi pun menjadi semakin penting. Salah satu jenis data yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini adalah data yang dimuat dalam kerangka tabel input-output.

Tabel input-output sebagai sistem penyajian data sebenarnya telah mulai dikembangkan pada dekade 1930-an oleh Profesor Wasilly Leontief. Akan tetapi minat terhadap penggunaan tabel ini berikut kerangka analisisnya baru benar-benar meningkat pada dekade 1970-an. Tabel input-output sebenarnya hanyalah merupakan sistem pencatatan setiap transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan analisis keterkaitan antar sektor dalam melakukan kegiatan produksi. Kemampuan terakhir inilah yang merupakan salah satu keunggulan tabel input-output.

Sampai saat ini memang masih relatif sulit untuk menemukan referensi tentang tabel dan model input-output. Oleh karena itu salah satu tujuan dari penulisan buku ini adalah untuk memperkaya referensi tentang tabel input-output, khususnya dalam hal teknik penyusunannya.

Buku ini pada dasarnya dapat dianggap sebagai pelengkap dari Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output yang sebelumnya telah diterbitkan oleh BPS. Bab-bab yang dimuat sebenarnya merupakan kumpulan bahan yang telah disajikan dalam berbagai pelatihan tentang tabel input-output, baik yang diselenggarakan di BPS maupun di instansi lain. Oleh karena itu kepada para pengajar dari Direktorat Neraca Produksi dan Direktorat Neraca Pengeluaran Badan Pusat Statistik yang telah

menuangkan berbagai bahan pengajaran mereka ke dalam bentuk tulisan diucapkan banyak terima kasih.

Akhirnya kepada para pihak yang telah membantu dan berperan dalam mewujudkan buku ini diucapkan terima kasih. Disadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam buku ini. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan segala bentuk kritik dan saran untuk perbaikan. Begitu pun diharapkan buku ini dapat bermanfaat.

Jakarta, November 2008

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Sistematika Penyajian ... 5

BAB 2. KERANGKA TABEL INPUT-OUTPUT ... 7

2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output ... 7

2.2. Jenis-jenis Tabel Transaksi ... 15

2.2.1. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli ... 17

2.2.2. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Konstan ... 19

2.2.3. Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Pembeli ... 21

2.2.4. Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen ... 23

2.3. Konsep dan Definisi ... 25

BAB 3. PROSEDUR UMUM DAN PENDEKATAN PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT ... 27

3.1. Prosedur Umum ... 27

3.1.1. Persiapan ... 28

3.1.2. Penaksiran Isian Sel Tabel Input-Output ... 38

3.1.3. Rekonsiliasi ... 48

3.2. Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output ... 48

3.2.1.

Pendekatan Langsung (Metode Survei) ... 49

3.2.2.

Pendekatan Tak Langsung ... 51

BAB 4. PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: TEKNIK ESTIMASI PERMINTAAN ANTARA ... 53

4.1. Survei yang Diperlukan ... 53

4.1.1. Survei Khusus Input-Output (SKIO) ... 54

4.1.2. Non-SKIO ... 55

4.2. Estimasi Output dan Struktur Input Sektoral ... 56

4.2.1. Sektor Pertanian ... 56

4.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ... 62

4.2.3. Sektor Industri Pengolahan ... 63

4.2.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 79

4.2.5. Sektor Konstruksi ... 84

4.2.6. Sektor Perdagangan, restoran dan hotel ... 86

4.2.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 90

4.2.8. Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan ... 94

4.2.9. Sektor Jasa-jasa ... 104

BAB 5. PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: TEKNIK ESTIMASI PERMINTAAN AKHIR DAN IMPOR ... 109

5.1. Estimasi Permintaan Akhir dan Impor ... 110

5.1.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga ... 110

5.1.2. Konsumsi Pemerintah ... 120

5.1.3. Pembentukan Modal Tetap Bruto ... 135

5.1.4. Perubahan Inventori ... 141

5.1.5. Ekspor ... 143

(5)

BAB 6. PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: PROSES REKONSILIASI DAN PENYUSUNAN TABEL TRANSAKSI

HARGA PRODUSEN ... 167

6.1. Proses Rekonsiliasi (Penyeimbang Sisi kolom dan Sisi Baris) ... 167

6.1.1. Ilustrasi Proses Rekonsiliasi ... 169

6.1.2. Tahap dan Jenis Pelaksanaan Proses Rekonsiliasi ... 173

6.2. Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen ... 184

BAB 7. TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: METODE TIDAK LANGSUNG ... 195

7.1. Metode Non-Survei ... 195

7.1.1. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan Metode Non-Survei ... 197

7.1.2. Contoh Penerapan ... 200

7.2. Metode Semi-Survei ... 210

7.2.1. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan Metode Semi-Survei ... 210

7.2.2. Contoh Penerapan ... 212

BAB 8. PERLAKUAN KHUSUS ... 217

8.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga ... 217

8.2. Konsumsi Pemerintah ... 221

8.3. Perlakuan Subsidi ... 223

8.4. Produk Ikutan dan Sampingan ... 224

8.5. Perlakuan Barang Bekas dan Apkiran ... 227

8.6. Perbedaan Statistik (Statistical Discrepancy) ... 229

BAB 9. TABEL INPUT-OUTPUT REGIONAL ... 229

9.1. Tabel Input-Output Satu Region ... 230

9.1.1. Teknik Penyusunan ... 230

9.1.2. Permasalahan ... 232

9.2. Tabel Input-Output Antar Region ... 237

9.2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output Antar Region .... ... 238

(6)

1.1 Latar Belakang

Buku ini dimaksudkan untuk membahas tentang pendekatan dan teknik dalam menyusun suatu tabel input-output dan merupakan pelengkap dari buku yang telah diterbitkan BPS sebelumnya mengenai kerangka teori dan analisis tabel input-output. Berdasarkan hal ini maka pembahasan yang dilakukan akan lebih banyak tentang prosedur dan cara melakukan penaksiran atau estimasi dari isian sel-sel yang ada dalam suatu tabel output. Walaupun demikian kerangka teori dan pengertian dasar tabel input-output tetap akan dibahas secara ringkas, terutama pada beberapa bab awal. Tabel input-output pada dasarnya hanyalah merupakan suatu sistem pencatatan ganda (double entry system) dari neraca transaksi yang terjadi antar produsen dalam suatu perekonomian. Jadi, tabel input-output sama sekali bukan merupakan model atau perangkat yang mampu memberikan informasi secara rinci tentang berbagai inventori dan arus (flow) barang dan jasa yang terjadi pada suatu entitas ekonomi. Akan tetapi dengan menggunakan asumsi sederhana memang dapat disusun dan dikembangkan suatu model ekonomi yang cukup andal. Kenyataan terakhir inilah yang menjadikan tabel input-output diperhitungkan sebagai salah satu bagian dari sistem neraca nasional yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan suatu analisis ekonomi secara komprehensif.

Tabel input-output sebagai suatu sistem penyajian data dikembangkan pertama kali oleh Profesor Wassily Leontief pada akhir dekade 1930-an. Pengembangan sistem tersebut berikut kerangka analisisnya bahkan telah

Pendahuluan

menghantarkan Profesor Leontief sebagai penerima Hadiah Nobel untuk bidang ekonomi pada tahun 1973. Berdasarkan kerangka yang dikembangkan oleh Leontief, informasi yang dimuat dalam suatu tabel input-output pada hakekatnya merupakan transaksi barang dan jasa yang terjadi antar industri atau sektor ekonomi di suatu perekonomian. Inilah yang menyebabkan tabel input-output populer juga disebut sebagai tabel transaksi antar industri. Pemberian nama terakhir ini sejalan dengan tujuan dasar dari penyusunan suatu tabel input-output, yaitu untuk melakukan analisis saling ketergantungan atau keterkaitan antar industri dalam suatu perekonomian.

Tabel input-output pada dasarnya disusun berdasarkan data ekonomi dari suatu wilayah geografis tertentu (negara, provinsi, kabupaten/kodya dan sejenisnya) untuk suatu periode waktu tertentu (tahun, semester, triwulan, bulan dan sejenisnya). Informasi yang ada selanjutnya disajikan dalam bentuk matriks dan dapat digunakan untuk mengamati suatu kegiatan atau sekelompok kegiatan yang sekaligus bertindak sebagai produsen barang dan jasa (output) dan sebagai konsumen dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh industri lain (input). Dalam praktek, banyaknya sektor atau industri yang digunakan dalam penyusunan suatu tabel input-output dapat bervariasi, tergantung pada ketersediaan data, dana dan waktu. Jika data yang tersedia cukup rinci, maka dapat disusun tabel input-output dengan jumlah sektor relatif banyak. Begitupun jika dana yang tersedia terbatas, maka jumlah sektor tersebut harus dikurangi sesuai dengan kemampuan untuk membiayai pengolahan datanya. Begitu pula waktu yang tersedia juga dapat mempengaruhi penentuan jumlah sektor, karena umumnya semakin banyak sektor yang digunakan akan semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk melakukan pengolahan.

Informasi dasar yang sangat penting dalam analisis input-output adalah tentang arus produk dari setiap sektor yang diperlakukan sebagai produsen ke masing-masing sektor yang bertindak sebagai konsumen. Dalam tabel input-output, informasi ini berada pada kuadran 1 atau tabel transaksi antara. Informasi sepanjang baris pada tabel ini menjelaskan distribusi produk atau output suatu sektor ke seluruh sektor ekonomi yang ada, sementara

(7)

kolomnya menunjukkan komposisi input yang diperlukan untuk melakukan kegiatan produksi di suatu sektor tertentu. Berdasarkan informasi dasar inilah kemudian dapat dikembangkan suatu model yang dapat digunakan untuk melakukan analisis saling ketergantungan antar industri. Sehingga dengan mudah, misalnya, dapat diketahui dampak dari perubahan output (kapasitas produksi) terhadap output sektor lain. Barangkali kenyataan inilah yang membuat tabel input-output semakin banyak diminati oleh para analis dan perencana ekonomi akhir-akhir ini.

Tabel input-output untuk Indonesia sebenarnya sudah dikembangkan sejak tahun 1969, yaitu ketika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mulai melakukan exercise untuk menyusun Tabel Input-Output Indonesia 1969 melalui metode tidak langsung atau non-survey method. Selanjutnya BPS bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Institute of Developing Economics (IDE)-Jepang menyusun Tabel Input-Output Indonesia 1971 dengan metode langsung, yaitu pengumpulan datanya dilakukan secara langsung melalui berbagai survei. Sejak saat itulah Tabel Input-Output secara berkesinambungan disusun BPS untuk setiap periode lima tahunan. Jadi sampai saat ini BPS telah menyusun Tabel Input-Output Indonesia untuk tahun 1975, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000 dan 2005. Disamping itu BPS telah beberapa kali melakukan updating (penyusunan tabel input-output melalui cara tidak langsung) yaitu tahun 1988, 1993, 1998 dan terakhir 2003.

Pada awalnya penggunaan model input-output untuk perencanaan dan analisis ekonomi kurang diminati oleh para analis dan praktisi perencana pembangunan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh relatif kecilnya animo terhadap tabel-tabel input-output yang dihasilkan oleh BPS. Kebanyakan pengguna dari tabel-tabel tersebut justru lembaga-lembaga internasional dan konsultan asing. BPS telah melakukan berbagai upaya untuk memperkenalkan penggunaan model input-output, antara lain dengan menyelenggarakan berbagai pelatihan, khususnya bagi tenaga-tenaga teknis dari departemen maupun dari BPS sendiri. Seiring dengan upaya tersebut dan munculnya kebutuhan terhadap instrumen perencanaan yang bersifat

lintas sektoral, maka sejak awal 1980-an minat terhadap model input-output mulai meningkat.

Model-model input-output yang diimplementasikan dalam analisis ekonomi antara lain adalah analisis dampak kegiatan pariwisata, APBN dan ekspor terhadap perekonomian. Implementasi lain adalah untuk melakukan analisis dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penggunaan sumber daya alam, teknologi dan lingkungan.

Di tingkat internasional, BPS bekerjasama dengan IDE telah menyusun tabel input-output bilateral Indonesia-Jepang, untuk tahun 1975, 1985 dan 1990. Dengan menggunakan tabel-tabel ini maka dapat dikembangkan model input-output bilateral yang dapat digunakan untuk mengukur dampak kebijaksanaan ekonomi di suatu negara terhadap perekonomian negara lain. Bahkan sejak tahun 1999, atas kerja sama BPS dengan IDE-Jepang, telah dikembangkan tabel input-output multilateral untuk tahun 1995, 2000 dan 2005 yang meliputi 10 negara dan rest of the world (ROW).

Pada tingkat regional, kebutuhan model input-output sebagai alat perencanaan pembangunan dan analisis ekonomi juga mulai muncul. Kondisi ini didukung oleh meningkatnya kebutuhan terhadap data dan alat analisis yang memadai untuk menyusun perencanaan pembangunan regional. Apalagi dengan semakin kuatnya arus disentralisasi melalui kebijakan otonomi daerah, tuntutan kebutuhan terhadap alat analisis yang handal akan semakin meningkat. Dengan demikian suka atau tidak, perencanaan pembangunan regional harus mampu merefleksikan proses desentralisasi perencanaan di satu pihak dan bottom-up planning di lain pihak. Tentu saja dengan tetap memperhatikan tujuan dan sasaran pembangunan nasional. Salah satu model yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah model input-output regional. Melalui model ini antara lain dapat dilakukan analisis terhadap struktur dan keterkaitan ekonomi antar sektor di dalam suatu region tertentu atau keterkaitan dengan sektor di region lain bahkan dengan luar negeri. Untuk maksud tersebut, sejumlah provinsi telah mencoba melakukan penyusunan tabel input-output regional. Sebagian kecil dari tabel input-output provinsi tersebut disusun dengan metode langsung

(8)

(survey technique), dan sebagian besar justru masih menggunakan metode tidak langsung. Saat ini hampir semua provinsi telah berhasil menyusun tabel input-outputnya masing-masing, walaupun diakui masih banyak hambatan dan keterbatasan.

Sampai saat ini penggunaan model input-output baik di tingkat nasional maupun regional tampak masih menghadapi berbagai kendala. Pertama, kurangnya pemahaman terhadap manfaat dan jenis-jenis model input-output yang dapat dikembangkan telah mengakibatkan kurangnya apresiasi terhadap model output. Disamping itu, sebagai produsen tabel input-output, BPS baik di tingkat pusat maupun daerah juga menghadapi kendala sumber daya manusia dalam menyusun tabel input-output. Kendala lain adalah masih adanya perbedaan dalam hal rincian dan kelengkapan data antara nasional dan daerah. Masih dijumpai adanya ketidakseragaman dalam penggunaan metode dan pendekatan antara satu daerah dengan daerah lainnya dan antara daerah dengan nasional, termasuk perbedaan dalam penggunaan data.

Salah satu tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk mengurangi berbagai kendala yang telah disebutkan. Diharapkan buku ini dapat menjadi salah satu referensi utama, terutama bagi para penyusun tabel input-output atau para peminat lain. Tujuan ini penting mengingat sampai saat ini belum banyak referensi tentang input-output, khususnya tentang cara penyusunan tabel input-output.

1.2 Sistematika Penyajian

Selain Bab 1, buku ini memuat 8 bab lainnya. Pada Bab 2 akan diuraikan tentang kerangka dan pendekatan dalam menyusun tabel input-output. Pembahasan antara lain mencakup konsep dan definisi penting yang digunakan dalam tabel input-output, jenis-jenis tabel transaksi yang biasa disajikan dan asumsi serta keterbatasan dari model yang dikembangkan berdasarkan suatu tabel input-output.

Sementara itu Bab 3 menjelaskan tentang prosedur umum dan pendekatan penyusunan tabel input-output. Pembahasan dimulai dengan teknik penyusunan klasifikasi sektor dan dilanjutkan dengan cara melakukan estimasi terhadap isian sel-sel tabel input-output. Dalam bab ini didiskusikan pula secara ringkas beberapa metode yang biasa digunakan dalam penyusunan tabel input-output, yaitu metode langsung dan metode tak langsung.

Diskusi lebih jauh tentang teknik penyusunan tabel input-output dengan metode langsung berturut-turut dilakukan pada Bab 4, 5 dan 6. Bahasan pada Bab 4 adalah cara melakukan estimasi permintaan antara. Sementara estimasi permintaan akhir dan impor dibahas pada Bab 5. Setelah estimasi tersebut, maka perlu dilakukan rekonsiliasi agar diperoleh tabel input-output yang konsisten. Pembahasan tentang teknik rekonsiliasi ini disajikan pada Bab 6

Sementara pada Bab 7 diuraikan tentang teknik penyusunan tabel input-output dengan metode tak langsung. Pembahasannya antara lain mencakup model-model yang dapat digunakan, data atau informasi yang diperlukan serta mekanisme penyusunan tabel, baik untuk teknik non-survei maupun semi-survei.

Bab 8 secara khusus membahas tentang beberapa perlakuan khusus yang diperlukan sehubungan dengan alternatif yang akan ditempuh baik dalam penyusunan maupun penyajian tabel. Perlakuan khusus dimaksud mencakup pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pemerintah, barang bekas dan apkiran, subsidi dan produk sampingan.

Sebagai bab terakhir, diskusi pada Bab 9 adalah tentang tabel input-output Regional, baik untuk tabel input-input-output suatu region (intra regional) maupun tabel input-output antar region (inter regional). Walaupun secara umum teknik penyusunan tabel input-output regional sama dengan tabel input-output nasional, namun ada beberapa hal yang berbeda. Penekanan bahasan pada bab ini adalah pada teknik penyusunan dan berbagai masalah berikut upaya penyelesaiannya.

(9)

Tabel input-output pada dasarnya merupakan sistem penyajian data statistik tentang transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang terjadi di suatu wilayah. Namun demikian, tabel input-output tidak mampu memberikan informasi tentang persediaan dan arus barang dan jasa secara rinci menurut komoditi. Semua informasi yang dimuat oleh suatu tabel input-output terbatas pada informasi untuk sektor ekonomi, yang merupakan gabungan dari berbagai kegiatan ekonomi atau komoditi.

Akan tetapi dengan segala keterbatasannya, tabel input-output tetap merupakan sumber informasi yang komprehensif dalam melakukan berbagai analisis ekonomi. Berdasarkan tabel input-output antara lain dapat dikembangkan suatu model yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam melakukan evaluasi, analisis dan perencanaan pembangunan di bidang ekonomi.

Untuk memberikan gambaran tentang cara penyajian dan menginterpretasikan informasi yang disajikan dalam suatu tabel input-output, pada bab ini akan diuraikan tentang kerangka dasar tabel input-output, jenis-jenis tabel transaksi serta beberapa konsep dan definisi pokok yang pada umumnya digunakan dalam penyusunan tabel input-output.

2.1 Kerangka Dasar Tabel Input-Output

Tabel input-output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian data yang menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris

Kerangka

Tabel Input-Output

tabel input-output menunjukkan pengalokasian/pendistribusian dari output yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh sektor lainnya dan permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam kegiatan produksinya.

Sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya, secara umum matriks yang disajikan dalam tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi 4 sub matriks (kuadran) dengan kerangka penyajian seperti pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1

Kerangka Penyajian Tabel Input-Output

Kuadran I (n x n) Kuadran II (n x m) Kuadran III (p x n) Kuadran IV (p x m) Keterangan :

Simbol-simbol di dalam tanda kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks pada kuadran yang bersangkutan. Simbol pertama adalah banyaknya baris dan simbol kedua adalah banyaknya kolom.

Isian dari kuadran I adalah informasi tentang transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam kegiatan produksi. Kuadran I sering disebut juga sebagai input/permintaan antara untuk menegaskan bahwa semua transaksi pada kuadran ini hanya merupakan "antara" untuk diproses lebih lanjut, dan bukan untuk keperluan konsumsi akhir. Dengan demikian jelas, bahwa kuadran ini menunjukkan saling keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan kegiatan produksi. Isian sepanjang baris pada kuadran I

(10)

menunjukkan alokasi output yang dihasilkan oleh suatu sektor dan digunakan sebagai input oleh sektor-sektor produksi. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur penggunaan/input oleh suatu sektor yang diperoleh dari output sektor lainnya.

Sedangkan dalam kuadran II sekaligus dicakup dua jenis transaksi, yaitu transaksi permintaan akhir dan komponen penyediaan (supply). Permintaan akhir yang dimaksudkan dalam hal ini adalah permintaan atas barang dan jasa selain yang digunakan dalam kegiatan/proses produksi. Permintaan akhir pada umumnya dirinci lebih lanjut ke dalam komponen-komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan inventori dan ekspor. Sedangkan yang dimaksud dengan penyediaan adalah semua barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi permintaan (baik permintaan antara maupun akhir). Komponen penyediaan terdiri dari impor, margin perdagangan dan biaya pengangkutan serta output dari sektor-sektor domestik. Jadi, isian sepanjang baris pada kuadran II menunjukkan komposisi permintaan akhir dan penyediaan di suatu sektor menurut jenis komponen. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur masing-masing komponen permintaan akhir dan penyediaan menurut sektor.

Sementara itu, informasi pada kuadaran III adalah tentang input primer atau nilai tambah bruto (NTB), sehingga kuadran ini sering disebut sebagai kuadran Nilai Tambah Bruto (NTB) atau input primer. Input primer adalah input atau biaya yang timbul karena pemakaian faktor produksi dan terdiri dari upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Isian sepanjang baris kuadran III menunjukkan distribusi penciptaan komponen NTB menurut sektor. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan komposisi penciptaan NTB menurut komponennya di suatu sektor.

Kuadran IV memuat informasi tentang input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Informasi sepanjang baris kuadran IV menunjukkan alokasi komponen NTB menurut komponen

permintaan akhir. Sedangkan informasi sepanjang kolom menunjukkan struktur NTB untuk setiap komponen permintaan akhir. Namun demikian, kuadran ini bukan merupakan tabel pokok dan untuk beberapa alasan dalam penyusunan tabel input-output Indonesia, kuadran ini diabaikan.

Oleh karena tabel input-output pada hakekatnya merupakan suatu sistem pencatatan transaksi, maka dalam proses penyusunannya digunakan beberapa asumsi. Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan tabel input-output adalah:

a. Homogenitas (homogeneity), yaitu asumsi bahwa satu sektor hanya akan menghasilkan satu jenis output dengan struktur input yang tunggal dan tidak ada substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda. b. Proporsionalitas (proportionality), yaitu asumsi bahwa kenaikan

penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan output yang dihasilkan oleh sektor tersebut.

c. Aditivitas (additivity), yaitu asumsi bahwa jumlah pengaruh dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan hasil penjumlahan dari setiap pengaruh pada masing-masing sektor tersebut. Asumsi ini sekaligus menegaskan bahwa pengaruh yang timbul dari luar sistem input-output diabaikan.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka model yang dikembangkan berdasarkan tabel input-output memiliki berbagai keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain adalah pada rasio input yang diasumsikan konstan selama periode analisis. Akibatnya perubahan susunan input atau perubahan teknologi dalam kegiatan produksi tidak dapat dideteksi menggunakan model input-output.

Di samping itu, asumsi-asumsi tersebut juga menegaskan bahwa pelipatgandaan input di suatu sektor akan menghasilkan pelipatgandaan

(11)

output yang sebanding. Artinya, peningkatan output di suatu sektor hanya disebabkan oleh peningkatan inputnya dan bukan dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang digunakan seperti perubahan teknologi, peningkatan produktivitas faktor-faktor produksi dan lain sebagainya. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa perubahan harga dan kuantitas input dalam model input-output akan selalu sebanding dengan perubahan harga dan kuantitas outputnya.

Walaupun model input-output mengandung berbagai kelemahan seperti yang telah diuraikan, namun model input-output masih tetap merupakan alat analisis yang handal dan bermanfaat. Terutama karena kemampuannya untuk digunakan dalam analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensif.

Untuk memperjelas gambaran tentang penyajian tabel input-output, berikut ini diberikan ilustrasi tabel input-output (Tabel 2.2) pada sistem perekonomian yang terdiri dari 3 sektor produksi, yaitu sektor 1, 2 dan 3.

Tabel 2.2

Ilustrasi Tabel Input-Output Untuk 3 Sektor Produksi

Permintaan Antara Penyediaan Alokasi Output Struktur Input 1 2 3 Permintaan Akhir Impor Jumlah Output Input Antara 1 2 3 x11 x21 x31 x12 x22 x32 x13 x23 x33 F1 F2 F3 M1 M2 M3 X1 X2 X3 Input Primer V1 V2 V3 Jumlah Input X1 X2 X3

Keterangan: 1, 2 dan 3: kode sektor produksi.

Isian sepanjang baris pada tabel tersebut memperlihatkan komposisi penyediaan dan permintaan pada suatu sektor. Penyediaan dapat berasal dari output domestik (

X

i) dan impor untuk produk sejenis (

M

i). Sedangkan

permintaannya terdiri dari permintaan antara (

x

ij) dan permintaan akhir (

F

i). Isian sepanjang kolom tabel tersebut menunjukkan susunan input yang

digunakan dalam proses produksi oleh suatu sektor. Input tersebut terdiri dari input antara (

x

ij) dan input primer (Vi).

Sesuai dengan cara pengisian angka-angka dalam sistem matriks, maka angka-angka setiap sel pada tabel tersebut bermakna ganda. Angka pada sel di kuadran I (transaksi antara), misalnya

x

12, dari sisi baris angka ini menunjukkan besarnya penyediaan di sektor 1 yang digunakan untuk memenuhi permintaan antara oleh sektor 2. Sedangkan dari sisi kolom, angka tersebut menunjukkan besarnya input sektor 2 yang diperoleh dari penyediaan sektor 1.

Berdasarkan cara membaca angka di setiap sel tersebut, terlihat bahwa penyajian informasi dalam tabel input-output menunjukkan suatu jalinan yang saling berhubungan dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh setiap sektor. Sebagai contoh untuk sektor 1, jumlah penyediaannya adalah sebesar

1 1

M

X

+

dan dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara oleh sektor 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar

x

11,

x

12 dan

x

13; sedangkan sisanya sebesar

F

1 digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Cara pengamatan

yang sama berlaku juga untuk sektor 2 dan 3. Selanjutnya, dari uraian tersebut maka untuk setiap baris pada tabel 2.2 dapat disusun persamaan:

(12)

3 3 3 33 32 31 2 2 2 23 22 21 1 1 1 13 12 11

M

X

F

x

x

x

M

X

F

x

x

x

M

X

F

x

x

x

+

=

+

+

+

+

=

+

+

+

+

=

+

+

+

..… (2.1)

Persamaan (2.1) selanjutnya dapat dituliskan dalam bentuk persamaan umum: i i i j ij

F

X

M

x

+

=

+

= 3 1 , untuk I = 1,2,3 ….. (2.2) atau i i j ij i

x

F

M

X

=

+

= 3 1 ... (2.3) di mana: ij

x

= Penyediaan sektor i yang digunakan oleh sektor j

X

i = Jumlah output (domestik) sektor i

F

i = Permintaan akhir terhadap sektor i

M

i = Impor pada sektor i

Dengan melakukan pengamatan dari sisi kolom terhadap tabel 2.2 dapat diperoleh gambaran susunan input di masing-masing sektor produksi. Sebagai contoh, untuk sektor 1 jumlah input yang digunakan adalah sebesar

X

1. Jumlah input tersebut terdiri dari input antara dan input primer. Besarnya

input antara yang diperoleh dari sektor 1, 2 dan 3 masing-masing adalah sebesar

x

11,

x

21 dan

x

31. Sedangkan input primernya adalah sebesar

V

1.

Dengan menggunakan cara yang sama dapat dilakukan pengamatan terhadap sektor 2 dan 3. Selanjutnya, berdasarkan pengamatan terhadap kolom-kolom di tabel 2.2 dapat diturunkan persamaan aljabar:

3 3 33 23 13 2 2 32 22 12 1 1 31 21 11

X

V

x

x

x

X

V

x

x

x

X

V

x

x

x

=

+

+

+

=

+

+

+

=

+

+

+

….. (2.4)

atau dalam bentuk persamaan umum:

j j j ij

V

X

x

+

=

= 3 1 , untuk j = 1,2,3 ….. (2.5) di mana

V

j = Input primer (NTB) sektor j

Sesuai dengan asumsi yang digunakan, pada tabel input-output berlaku bahwa jumlah input yang digunakan oleh suatu sektor harus sama dengan jumlah outputnya. Hal ini berarti

X

i

=

X

j, untuk i = j atau

= =

=

n j j n i i

X

X

1 1 ….. (2.6)

Persamaan (2.6) tersebut merupakan persamaan dasar yang menjelaskan hubungan antara angka-angka yang disajikan dalam tabel input-output dengan angka Produk Domestik Bruto (PDB).

Dari persamaan (2.3) dan (2.5) diperoleh:

M

F

x

X

i n =1 i i n =1 i ij n j=1 n =1 i i n =1 i

-+

=

…... (2.7a)

V

x

X

j n j=1 ij n =1 i n j=1 j n j=1

+

=

... (2.7b)

(13)

Berdasarkan persamaan (2.6), maka

i

x

ipada (2.7a) dapat di

substitusikan ke dalam (2.7b), sehingga:

V

x

M

F

x

j n j=1 ij n =1 i n j=1 i n =1 i i n =1 i ij n j=1 n =1 i

+

=

-+

karena,

∑∑

=

∑∑

n j n i ij n i n j ij x x maka diperoleh:

V

M

F

j n =1 i i n =1 i i n =1 i

=

-

... (2.8)

Sisi kanan pada persamaan (2.8) adalah jumlah NTB dari semua sektor perekonomian yang sebenarnya sama dengan angka Produk Domestik Bruto. Persamaan (2.8) hanya berlaku untuk sistem perekonomian secara keseluruhan dan tidak berlaku untuk masing-masing sektor.

2.2 Jenis-jenis Tabel Transaksi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, informasi yang disajikan pada kuadran I, II dan III tabel input-output adalah transaksi barang dan jasa antara sektor ekonomi. Berdasarkan hal ini maka tabel-tabel dalam ketiga kuadran, disebut juga sebagai tabel transaksi.

Sesuai dengan lingkup pencatatannya, transaksi yang disajikan pada tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu transaksi total dan transaksi domestik. Transaksi total mencakup semua transaksi barang dan jasa, baik yang berasal dari impor maupun dari produk sektor domestik.

Sedangkan pada transaksi domestik hanya mencakup transaksi barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah dalam negeri (domestik).

Di samping itu, penilaian atas transaksi yang disajikan dalam tabel input-output dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penilaian atas dasar harga produsen dan atas dasar harga pembeli (konsumen). Jika penilaiannya dilakukan atas dasar harga produsen, maka nilai transaksinya hanya mencakup harga barang/jasa yang dibayarkan kepada produsen barang/jasa tersebut. Sedangkan nilai transaksi atas dasar harga pembeli disamping mencakup harga yang dibayarkan kepada produsen juga mencakup margin perdagangan dan biaya pengangkutan yang timbul dari kegiatan penyaluran barang/jasa dari produsen ke konsumennya.

Berdasarkan uraian di atas, maka jenis-jenis tabel transaksi yang dapat disajikan dalam penyusunan tabel input-output akan terdiri dari (a) tabel transaksi total atas dasar harga pembeli, (b) tabel transaksi total atas dasar harga produsen, (c) tabel transaksi domestik atas dasar harga pembeli dan (d) tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen.

Penjelasan dari masing-masing jenis tabel transaksi tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut

(14)

2.2.1 Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli

Nilai transaksi yang disajikan pada tabel ini mencakup nilai transaksi dari seluruh barang/jasa (impor dan domestik) dan menggunakan dasar penilaian harga pembeli. Oleh karena itu pada tabel jenis ini, impor, margin perdagangan dan biaya pengangkutan diperlakukan sebagai kolom penyediaan. Oleh karena margin perdagangan dan biaya pengangkutan sudah dicakup pada setiap transaksi, maka tidak ada input antara yang berasal dari sektor perdagangan. Begitu juga input antara dari sektor pengangkutan, biaya pengangkutan selain biaya pengangkutan yang dicakup adalah seluruh biaya angkutan barang dagangan, seperti angkutan umum dan barang pindahan.

Contoh penyajian tabel transaksi total atas dasar harga pembeli dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.

(15)

2.2.2 Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen

Nilai transaksi pada tabel ini juga mencakup nilai dari semua transaksi barang/jasa baik impor maupun domestik, akan tetapi harga yang digunakan untuk menilai transaksinya adalah harga produsen. Oleh karena setiap transaksi hanya mencakup harga produsen, maka margin perdagangan dan biaya pengangkutan diperlakukan sebagai input antara yang berasal dari sektor perdagangan dan biaya pengangkutan. Dengan demikian margin perdagangan dan biaya pengangkutan di kolom penyediaan nilainya akan sama dengan nol. Tabel transaksi total atas dasar harga produsen dapat diperoleh dari tabel transaksi total atas dasar harga pembeli setelah margin perdagangan dan biaya pengangkutan dikeluarkan dari setiap sel transaksinya.

Contoh penyajian tabel transaksi total atas dasar harga produsen disajikan pada tabel 2.4.

(16)

2.2.3 Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Pembeli

Setiap sel pada tabel jenis ini hanyalah transaksi atas barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah dalam negeri (domestik) dan menggunakan dasar penilaian harga pembeli. Oleh karena setiap transaksinya hanya mencakup barang dan jasa domestik, maka kolom penyediaan yang berasal dari impor nilainya akan sama dengan nol. Untuk tetap menjaga keseimbangan jumlah input dan jumlah output, maka seluruh input yang berasal dari impor disajikan pada baris tersendiri.

(17)

2.2.4 Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen

Setiap nilai transaksi pada jenis tabel ini hanya mencakup barang/jasa domestik dan dinilai atas dasar harga produsen. Oleh karenanya kolom penyediaan dari impor dan margin perdagangan & biaya pengangkutan nilainya akan sama dengan nol. Tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen dapat juga diperoleh dari tabel transaksi domestik atas dasar harga pembeli dengan mengeluarkan margin perdagangan dan biaya pengangkutan dari setiap transaksinya. Tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen memiliki peran penting dalam analisis dengan model yang diturunkan dari tabel input-output, terutama karena transaksi pada jenis tabel ini benar-benar mencerminkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah domestik yang dinilai dengan harga produsen.

Contoh penyajian tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen dapat dilihat pada tabel 2.6.

(18)

2.3 Konsep dan Definisi

Beberapa konsep dan definisi dasar yang diperlukan dalam membaca informasi yang disajikan dalam suatu tabel input-output akan diuraikan secara ringkas berikut ini.

Output

Output adalah nilai dari seluruh produk (barang/jasa) yang dihasilkan oleh sektor produksi di suatu wilayah domestik. Oleh karena itu output sering juga disebut sebagai output domestik. Penghitungan output dilakukan dengan menjumlah nilai dari barang/jasa yang telah dihasilkan oleh suatu sektor tanpa membedakan pelaku produksinya. Jadi pelaku produksinya dapat berupa penduduk di wilayah domestik tersebut atau perusahaan dan penduduk asing. Seluruh produk barang dan jasa yang telah dihasilkan sebagai bagian dari output, tanpa memperhatikan apakah produk tersebut terjual atau tidak.

Dalam proses penyusunan tabel input-output penghitungan output memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai Control Total (

CT

) yang nilainya harus dipertahankan dalam proses rekonsiliasi antar sektor. Oleh karena itu penghitungan output harus dilakukan dengan cermat dan teliti.

Input

Input adalah seluruh barang dan jasa yang diperlukan oleh suatu sektor dalam kegiatan produksinya. Input dibedakan menjadi dua, yaitu input antara dan input primer. Input antara adalah seluruh barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi tersebut dapat berupa barang/jasa hasil produksi dalam negeri atau impor. Sedangkan input primer adalah balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi. Input primer dalam prakteknya berupa upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tak langsung neto.

Permintaan Akhir dan Impor

Permintaan akhir adalah permintaan barang dan jasa yang digunakan untuk keperluan konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan inventori dan ekspor.

Barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi permintaan akhir dapat berupa barang dan jasa hasil produksi domestik dan impor. Khusus untuk permintaan ekspor hanya boleh dipenuhi dari hasil produksi domestik. Sejalan dengan penjelasan tersebut jelas bahwa impor bukan merupakan komponen permintaan akhir, melainkan sebagai komponen penyediaan.

Ekspor dan impor dalam konteks tabel input-output adalah transaksi yang terjadi antara penduduk di suatu wilayah tertentu dengan penduduk di luar wilayah tersebut. Namun demikian khusus untuk pembelian langsung yang dilakukan oleh penduduk ada perlakuan khusus. Pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk asing diperlakukan sebagai transaksi ekspor, sebaliknya pembelian langsung oleh penduduk suatu wilayah yang dilakukan di luar wilayah tersebut diperlakukan sebagai transaksi impor.

Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan

Dalam praktek, produk yang dihasilkan oleh produsen pada umumnya melalui proses penyaluran terlebih dahulu agar dapat sampai ke produsen. Akibat dari proses penyaluran tersebut maka timbul selisih dari harga produk yang diterima oleh produsen dengan harga yang harus dibayar oleh pembeli (konsumen). Harga yang diterima oleh produsen disebut sebagai harga produsen dan harga yang dibayar oleh pembeli disebut harga pembeli.

Margin perdagangan dan biaya pengangkutan adalah selisih harga pembeli dan harga produsen. Selisih tersebut mencakup keuntungan perdagangan dan biaya pengangkutan atas barang yang diperdagangkan dari produsen barang ke pembeli.

(19)

Diskusi dan pembahasan pada bab ini hanya dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang proses dan teknik yang dapat digunakan dalam menyusun suatu tabel input-output. Sedangkan pembahasan secara rinci akan dilakukan pada bab-bab berikutnya. Sejalan dengan tujuan ini maka pembahasan pada bab ini hanya mencakup prosedur umum dan metode atau pendekatan yang dapat digunakan dalam menyusun tabel input-output.

3.1 Prosedur Umum

Secara umum tahapan penyusunan suatu tabel input-output adalah seperti yang disajikan pada diagram 3.1. Pertama, pada tahap persiapan disusun tim kerja dan klasifikasi sektor. Langkah berikutnya adalah melakukan penaksiran isian setiap sel dalam tabel input-output. Estimasi akan tabel input-output pada umumnya secara kolom terlebih dahulu, sehingga konsistensi isian secara baris belum tentu dapat terpenuhi. Untuk itulah perlu dilakukan proses rekonsiliasi yang tujuan utamanya untuk menyeimbangkan berbagai persamaan yang berlalu dalam suatu tabel input-output.

Prosedur Umum dan

Pendekatan Penyusunan

Tabel Input-Output

Diagram 3.1

Prosedur Umum Penyusunan Tabel Input-Output

3.1.1 Persiapan

Seperti halnya kegiatan lain, penyusunan tabel input-output pun memerlukan persiapan agar seluruh proses dapat berjalan lancar. Persiapan-persiapan yang diperlukan dalam penyusunan tabel input-output antara lain

3. Persiapan:

a. Penyusunan Tim Kerja

b. Penyusunan Klasifikasi Sektor

2. Proses Rekonsiliasi

Penyeimbangan baris dan kolom

1. Estimasi:

a. Output

b. Input Antara

c. Input Primer

d. Permintaan Akhir dan Impor

(20)

mencakup penyusunan tim kerja, pembuatan klasifikasi sektor, penetapan jadwal kegiatan dan penyusunan anggaran. Dua hal terakhir, jadwal dan anggaran, sangat tergantung pada dua hal pertama, yaitu tim kerja dan klasifikasi sektor yang digunakan. Semakin banyak anggota tim yang dilibatkan akan semakin besar dana yang dibutuhkan, sekurang-kurangnya untuk balas jasa anggota tim. Begitu juga semakin banyak sektor yang akan digunakan akan semakin lama pula waktu yang diperlukan, di samping semakin banyak pula tim yang diperlukan. Berdasarkan kenyataan tersebut maka uraian lebih lanjut tentang tahap persiapan hanya akan dibatasi pada dua hal pertama, yaitu penyusunan tim kerja dan klasifikasi sektor. Bagi para pihak yang berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang penyusunan jadwal dan anggaran dapat menggunakan bacaan lain sebagai acuan, misalnya berbagai buku yang membahas tentang manajemen proyek dan sejenisnya.

a. Penyusunan Tim Kerja

Pada bab-bab terdahulu telah dijelaskan bahwa tabel input-output pada hakekatnya hanyalah sebuah tabel yang memuat informasi tentang transaksi ekonomi antar pelaku ekonomi di suatu wilayah yang disajikan dalam bentuk matriks. Kenyataan tersebut menyiratkan dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam menyusun tim kerja dalam rangka menyusun suatu tabel input-output, yaitu transaksi ekonomi dan bentuk matriks. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa dalam penyusunan tabel input-output sekurang-kurangnya diperlukan dua kelompok tenaga ahli, yaitu kelompok ahli

ekonomi dan kelompok ahli pengolahan data.

Masing-masing tim ahli ekonomi dalam penyusunan tabel input-output pada umumnya mempunyai tanggung jawab terhadap suatu sektor ekonomi tertentu, oleh karena itu mereka biasa juga disebut sebagai penanggung jawab sektor. Kualifikasi dasar yang diperlukan bagi seorang penanggung

jawab sektor adalah pengetahuan tentang karakteristik dari sektor yang bersangkutan.

Dalam bab-bab yang lalu telah pula dijelaskan bahwa setiap sel pada suatu tabel memiliki makna ganda, yaitu sebagai bagian output dari suatu sektor (informasi sepanjang baris) dan sebagai bagian dari input sektor yang bersangkutan (informasi menurut kolom). Sesuai dengan hal ini maka seorang penanggung jawab sektor sekurang-kurangnya dituntut untuk mengetahui secara logis susunan input dari sektor yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga penanggung jawab sektor yang bersangkutan dapat memutuskan apakah susunan input dari sektor yang diolahnya sudah layak atau belum. Begitu juga seorang penanggung jawab sektor harus mengetahui sektor-sektor apa saja yang menjadi konsumen dari output sektor yang menjadi tanggung jawabnya dan diharapkan mampu menilai kelayakan dari alokasi output sektor bersangkutan ke sektor-sektor ekonomi lain. Dengan kata lain, seorang tim ahli ekonomi yang terlibat dalam proses penyusunan tabel input-output dituntut untuk mengetahui karakteristik input dan output dari sektor-sektor yang menjadi tanggung jawabnya. Sesuai dengan uraian tersebut jelas bahwa banyaknya anggota dari tim ahli ekonomi yang diperlukan akan sangat tergantung dari banyaknya sektor ekonomi yang digunakan dalam tabel dan tingkat kapabilitas masing-masing anggota untuk menjadi penanggung jawab sektor.

Seperti yang telah disebutkan, disamping ahli ekonomi dalam penyusunan tabel input-output diperlukan juga tim ahli pengolahan data. Banyaknya tim ahli pengolahan data untuk penyusunan tabel input-output pada umumnya sekitar dua atau tiga orang. Sedangkan kualifikasi dasar yang dibutuhkan adalah kemampuannya untuk mengolah data dalam bentuk matriks, yaitu sistem pengolahan data yang menggunakan dua dimensi, baris dan kolom. Dengan berkembangnya perangkat lunak komputer, terutama untuk melakukan pengolahan data dalam bentuk lembar-lembar kerja (spreadsheets), tuntutan kualifikasi ini relatif tidak sulit untuk dipenuhi. Sebab

(21)

pada fasilitas yang disediakan oleh berbagai perangkat lunak sejenis ini, misalnya Excel atau Mini Tab, memungkinkan untuk melakukan pengolahan data dalam bentuk matriks menjadi mudah.

b. Penyusunan Klasifikasi Sektor

Penyusunan klasifikasi sektor merupakan tahap penting yang harus diselesaikan dengan baik dalam tahap persiapan. Hasil dari tahap ini akan menentukan dan mempengaruhi tahap pekerjaan berikutnya, termasuk akan mempengaruhi besar kecilnya tim yang diperlukan, jadwal penyelesaian dan anggaran yang diperlukan. Oleh karena itu penyusunan klasifikasi sektor dalam proses penyusunan tabel input-output pada umumnya justru dilakukan sebelum tim kerja terbentuk. Walaupun ada juga yang melakukannya secara simultan bersamaan dengan pembentukan tim kerja. Untuk memperoleh tabel input-output yang baik dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, maka dalam proses penyusunan klasifikasi sektor perlu dipertimbangkan untuk melibatkan berbagai pihak, baik pihak penyedia data maupun pihak calon pengguna tabel. Tanpa melibatkan kedua pihak ini kemungkinan klasifikasi sektor yang dihasilkan justru tidak operasional atau kurang bermanfaat.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun klasifikasi sektor antara lain adalah peranan suatu komoditi dalam perekonomian, ketersediaan data dan berbagai kebijakan tentang komoditi strategis di wilayah perekonomian yang akan disusun tabel input-outputnya. Pertimbangan-pertimbangan tersebut selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan apakah suatu komoditi dapat dijadikan suatu sektor ekonomi tersendiri atau harus digabungkan terlebih dahulu dengan komoditi lain.

Dalam praktek penyusunan tabel input-output Indonesia yang dilakukan oleh BPS, pertimbangan utama yang digunakan adalah peranan suatu

komoditi dalam perekonomian. Dalam hal ini peranan antara lain ditentukan dengan menggunakan parameter output, nilai tambah dan atau tingkat pentingnya suatu komoditi dalam perekonomian. Namun demikian pada umumnya pertimbangan terhadap peranan tersebut digabungkan dengn pertimbangan tentang ketersediaan data, sebab walaupun suatu komoditi memiliki peranan yang sangat penting tetapi jika datanya tidak memadai akan menimbulkan persoalan dalam proses penaksiran isian sel-sel untuk komoditi yang bersangkutan.

Selain berbagai pertimbangan seperti yang telah diuraikan, untuk menetapkan eksistensi suatu kegiatan dalam tabel input-output juga mengikuti prinsip teknologi tunggal dalam proses produksi.Teknologi tunggal yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bahwa hanya ada satu teknologi atau cara yang digunakan untuk menghasilkan seluruh output oleh suatu sektor ekonomi. Atau dengan kata lain dalam satu sektor berlaku prinsip homogenitas output. Disamping itu hubungan antara output dengan input bersifat linier, artinya peningkatan output suatu sektor akan diikuti dengan peningkatan input yang sebanding. Penerapan prinsip dasar tersebut dalam penyusunan klasifikasi sektor untuk tabel input-output Indonesia diwujudkan dalam bentuk keseragaman komoditi dan atau aktivitas ekonomi dalam satu sektor ekonomi.

Sayangnya, prinsip teknologi tunggal ternyata tidak selalu mudah diterapkan. Penciptaan suatu produk pada kenyataannya selalu memerlukan teknologi tersendiri. Akibatnya jika prinsip teknologi tunggal diterapkan, maka jumlah sektor dalam tabel input-output akan sama banyaknya dengan jenis produk yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan produksi yang beroperasi di suatu wilayah. Hal ini berarti bahwa jumlah sektor dalam tabel input-output Indonesia harus mencapai puluhan ribu untuk mengakomodir seluruh produk yang dihasilkan oleh seluruh perekonomian Indonesia. Sudah barang tentu kondisi ini akan sangat menyulitkan pengolahan datanya, disamping kenyataan bahwa jumlah sektor yang digunakan dalam tabel input-output

(22)

juga sangat mempengaruhi besarnya biaya, waktu dan data atau informasi harus disediakan.

Itulah sebabnya penerapan prinsip teknologi tunggal untuk pembentukan sektor dalam tabel input-output harus dikompromikan dengan berbagai kondisi seperti ketersediaan data, dana dan waktu. Sebagai konsekwensi dari hal tersebut maka beberapa komoditi yang mempunyai sifat fisik serupa atau diproses dengan teknologi serupa dapat digabungkan menjadi satu sektor yang sama. Bahkan untuk beberapa sektor terpaksa tidak lagi menganut prinsip dasar, karena eksistensinya merupakan tempat penampungan dari komoditi atau teknologi yang heterogen sebagai sisa pilihan dari sektor-sektor yang terbentuk sebelumnya. Sektor yang terakhir ini biasanya diberi nama Sektor Lainnya.

Jadi, dengan menggunakan berbagai pertimbangan, prinsip dan berbagai kondisi lain akhirnya diharapkan dapat disusun suatu klasifikasi sektor dalam tabel input-output yang dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak. Baik pihak yang menggunakan tabel input-output sebagai basis data maupun sebagai bahan dasar untuk melakukan analisis perekonomian. Sejauh mungkin juga harus diupayakan agar klasifikasi sektor yang dihasilkan sudah merupakan hasil optimal setelah mempertimbangkan data yang tersedia serta tingkat ketelitian yang ingin dicapai.

b.1 Sistem Pemberian Nama (Judul) Sektor

Ada dua sistem yang dapat digunakan untuk memberikan nama atau judul sektor dalam tabel input-output, yaitu berdasarkan nama komoditi, berdasarkan jenis kegiatan atau aktivitas dan gabungan antara keduanya.

Pemberian nama sektor pada kegiatan yang termasuk dalam lapangan usaha pertanian dan pertambangan pada umumnya didasarkan pada nama komoditi yang dihasilkan. Begitu juga pada sebagian lapangan usaha bangunan dan jasa-jasa. Sedangkan pada kegiatan ekonomi industri,

pengangkutan, perdagangan dan pemerintahan yang digunakan sebagai nama sektor adalah nama kegiatannya. Namun demikian dalam tabel input-output Indonesia yang dihasilkan oleh BPS, pemberian nama sektor sejauh mungkin diupayakan menggunakan nama komoditi, misalnya sektor industri

semen menjadi sektor semen saja, tidak lagi mengandung kata industri.

b.2 Prinsip Dasar Penyusunan Klasifikasi

Disamping penggunaan prinsip teknologi tunggal, penyusunan klasifikasi atau pengelompokkan komoditi/kegiatan, harus memenuhi syarat beberapa syarat, yaitu

a. Semua komoditi atau kegiatan perekonomian di suatu wilayah harus terbagi habis ke dalam sektor. Dengan kata lain tidak boleh ada satupun komoditi/kegiatan yang tidak masuk ke dalam salah satu sektor tertentu. b. Tidak ada penafsiran ganda terhadap penempatan suatu komoditi atau

kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan pencatatan ganda terhadap transaksi ekonomi yang terjadi.

c. Tidak ada keragu-raguan terhadap cakupan komoditi pada setiap sektor yang dibentuk.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, klasifikasi sektor tabel input-output dapat didasarkan pada: (a) komoditi, (b) aktivitas dan (c) gabungan antara komoditi dan aktivitas. Cara yang paling ideal sebenarnya adalah menempatkan satu jenis komoditi pada satu sektor. Namun hal itu tidak mungkin dilakukan karena jumlah sektor yang akan terbentuk akan menjadi terlalu banyak.

Untuk memilih dan mengelompokkan komoditi atau aktivitas menjadi suatu sektor dengan cermat maka harus dilakukan dengan membuat daftar atau listing dari semua jenis komoditi yang ada lengkap dengan segala

(23)

sifat-sifat fisik dan teknologi pembuatannya. Akan tetapi untuk melakukan hal ini ternyata tidak mudah. Oleh sebab itu akan lebih mudah bila sistem klasifikasi tabel input-output diawali dan didasarkan pada klasifikasi yang sudah ada seperti Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), Klasifikasi Komoditi Indonesia (KKI), International Standard of Industrial Clasification (ISIC) dan Harmonized System (HS). Cara kedua inilah yang pada umumnya digunakan untuk menyusun klasifikasi sektor dalam penyusunan tabel-tabel input-output di Indonesia.

Struktur klasifikasi pada KBLI terdiri dari lima tingkat, tiap tingkat menunjukkan digit dan diberi kode nomor. Digit pertama menunjukkan sektor, digit kedua, ketiga, keempat dan kelima berturut-turut menunjukkan subsektor, golongan pokok, golongan dan subgolongan. Subgolongan merupakan kelompok terkecil yang masih mencapai tingkat homogenitas. Oleh karena klasifikasi tabel input-output didasarkan pada homogenitas komoditi atau aktivitas, maka pengambilan kelompok KBLI tidak hanya bertumpu pada salah satu tingkat, melainkan beranjak dari subsektor sampai ke subgolongan.

Untuk penyusunan sektor-sektor pertanian pada umumnya digunakan sampai tingkat golongan. Sedangkan untuk sektor-sektor industri pengolahan digunakan sampai pada tingkat subgolongan. Sebagai contoh, golongan 01111 KBLI adalah pertanian padi dan dalam tabel input-output menjadi

sektor padi (dalam tabel input-output Indonesia 2005 kodenya adalah 001).

Sementara subgolongan 15321 (KBLI, industri tepung terigu) menjadi sektor

industri tepung terigu (kode 058 dalam tabel input-output Indonesia 2005).

c. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Komoditi

Penggunaan teknologi tunggal pada proses produksi biasanya menghasilkan satu jenis komoditi. Kalaupun hasilnya lebih dari satu jenis umumnya tidak mempunyai bobot yang sama dalam arti jika salah satu hasil

merupakan produk utama, maka yang lainnya merupakan produk ikutan, sampingan atau tambahan. Kegiatan bercocok tanam ketela pohon misalnya, hanya menghasilkan satu produk utama yaitu umbi, tetapi di samping itu ada hasil ikutan berupa daun dan batang ketela. Walaupun teknologi yang digunakan pada usaha penanaman ketela pohon merupakan teknologi tunggal, ternyata hasilnya tidak tunggal, yaitu terdiri tiga jenis komoditi. Ketiga jenis komoditi tersebut dalam tabel input-output dihimpun dalam satu sektor.

Pembentukan sektor kadang-kadang hanya ditentukan oleh keseragaman dalam cara penggunaan satu komoditi tanpa memperhatikan teknologi pembuatannya. Komoditi yang tergabung dalam sektor ini kadang-kadang mempunyai fisik yang sangat berbeda, begitu pula cara melakukan kegiatannya. Contohnya sektor buah-buahan terdiri dari berbagai jenis komoditi utama antara lain durian, semangka dan pepaya. Cara menanam durian dan semangka sudah barang tentu sangat berbeda, begitu pula sifat fisiknya. Namun semua jenis komoditi buah-buahan dihimpun ke dalam sektor yang sama. Hal ini terpaksa dilakukan untuk menghindari terlampau banyaknya jumlah sektor input-output.

Beragamnya teknologi yang digunakan dalam suatu sektor akan menyebabkan koefisien teknis menjadi kurang akurat, sehingga matriks pengganda yang dihasilkan juga menjadi kurang berdaya guna. Hal tersebut kerapkali tidak dapat dihindari, berhubung sangat banyaknya jenis komoditi dalam suatu sektor, khususnya produk-produk industri manufaktur. Dalam

sektor kosmetik, misalnya, terdapat ratusan jenis komoditi, begitu pula pada sektor kimia dasar, obat-obatan, tekstil, insektisida dan sebagainya.

Di samping sektor-sektor seperti tersebut di atas yang mempunyai bermacam-macam teknologi, terdapat pula beberapa sektor yang amat heterogen komoditinya baik sifat fisik maupun teknologi pembuatannya, yaitu sektor-sektor dengan sebutan perkebunan lainnya. Contohnya adalah sektor

(24)

sirih, nilam dan lain-lain. Sifat fisik dan teknologi penanaman kakao jelas berbeda dengan panili, tetapi tetap dihimpun dalam satu sektor.

d. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Aktivitas

Hasil dari suatu kegiatan pada umumnya terdiri dari beberapa jenis komoditi, dan dalam proses produksinya sering kali menggunakan beberapa teknologi. Kegiatan penyulingan minyak bisa dilakukan terhadap minyak bumi, minyak kayu putih, bahkan terhadap air. Teknologi yang digunakan untuk penyulingan minyak bumi, jauh berbeda dengan teknologi penyulingan minyak kayu putih, begitu pula hasilnya amat berbeda baik sifat fisik maupun cara penggunaannya. Bandingkan misalnya kerosin sebagai hasil dari pengilangan minyak bumi dengan minyak kayu putih.

Makna aktivitas ditinjau dari urutan proses lebih dekat dengan jenis kegiatan perusahaan/usaha (enterprise, establishment), sehingga pembahasan tentang aktivitas selalu terkait dengan perusahaan. Produk-produk suatu perusahaan memang sangat beragam, namun tetap dapat ditentukan jenis komoditi tertentu sebagai produk utamanya. Komoditi di luar produk utama harus dapat dipindahkan (transfer out) ke sektor lain sesuai dengan jenis komoditinya. Sebagai contoh, yang dihasilkan pada perusahaan pupuk adalah pupuk, amoniak dan listrik. Dalam hal ini maka amoniak ditransfer ke sektor amoniak dan listrik ditransfer ke sektor listrik, sehingga perusahaan pupuk menjadi sektor tunggal yang hanya menghasilkan komoditi pupuk.

Bagi suatu kegiatan/perusahaan yang menghasilkan sejumlah komoditi dengan sifat fisik tidak serupa dengan produk utama sektor lain, maka tidak perlu dilakukan transfer out. Komoditi-komoditi itu tetap tergabung dalam sektor yang sama. Contohnya industri pengolahan kedele menghasilkan tauco, kecap, tahu, tempe dan oncom. Sepanjang tidak ada sektor tauco,

kecap, tahu atau tempe yang berdiri sendiri maka sektor industri pengolahan kedele tetap menjadi satu sektor.

e. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Aktivitas dan Komoditi

Cara menentukan sesuatu sektor berdasarkan aktivitas dan komoditi dilakukan apabila peran dari keduanya adalah sama. Misalnya industri semen akan menghasilkan semen, sehingga semen dimunculkan menjadi sektor karena pertimbangan kegiatan dan sekaligus komoditi.

f. Klasifikasi Impor

Barang-barang impor dikelompokkan ke dalam suatu sektor berdasarkan komoditi, selaras dengan komoditi-komoditi domestik. Sebagian komoditi impor, ditinjau dari segala aspek serupa dengan komoditi domestik, sebagian lainnya terdapat perbedaan-perbedaan. Pensil impor, misalnya, serupa dengan pensil dalam negeri, tetapi buah apel impor berbeda dengan buah apel dalam negeri.

Barang-barang impor dapat dikenali dengan mempelajari keterangan-keterangan pada klasifikasi HS, sedang barang-barang dalam negeri dikenali melalui KBLI/KKI. Berdasarkan matching klasifikasi-klasifikasi tersebut maka barang-barang impor dapat ditentukan dalam sektor input-output tertentu.

3.1.2 Penaksiran Isian Sel Tabel Input-Output

Setelah klasifikasi sektor tabel input-output disusun, maka tahap kegiatan berikutnya adalah mengisi sel-sel sesuai dengan kerangka tabel input-output. Untuk keperluan tersebut maka ada beberapa informasi yang diperlukan. Untuk mengisi kuadran I dan III, misalnya, diperlukan data tentang output, input antara dan biaya primer (nilai tambah). Sedangkan untuk mengisi

(25)

kuadran III harus tersedia data tentang konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal termasuk perubahan inventori dan ekspor-impor.

Dalam praktek, seluruh data yang diperlukan tersebut tidak selalu tersedia secara lengkap. Oleh karena itu diperlukan penaksiran atau estimasi agar semua sel tabel input-output dapat terisi. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas tentang prosedur estimasi sel-sel tabel input-output beserta pengertiannya.

a. Output

Output adalah nilai dari seluruh produksi yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di suatu wilayah pada periode waktu tertentu. Produk dalam hal ini mencakup seluruh produksi yang dihasilkan tanpa memperhatikan apakah produk tersebut terjual atau tidak dalam periode perhitungan. Output disebut sebagai output domestik karena hanya mencakup produksi dalam suatu wilayah, tanpa melihat pelaku ekonominya.

Produksi pada dasarnya dapat dibedakan antara produksi barang dan produksi jasa. Sektor-sektor yang wujud produksinya berupa barang adalah sektor primer (pertanian, pertambangan dan penggalian) dan sektor sekunder (industri, listrik, gas dan air minum). Sedangkan untuk sektor-sektor yang produksinya berwujud jasa sebagai sektor tersier yang antara lain mencakup kegiatan usaha perdagangan, pengangkutan, bank dan lembaga keuangan lainnya, pemerintahan dan jasa-jasa lainnya. Oleh karena itu penghitungan kedua wujud produksi tersebut memiliki ciri tersendiri.

Untuk sektor-sektor produksi yang menghasilkan barang, penghitungan outputnya dapat dirumuskan:

X

i

= ×

P Q

i i

di mana:

i

X

= output sektor i

i

P

= harga per unit produksi sektor i

i

Q

= kuantitas (jumlah) sektor i

Namun demikian dalam praktek sering dijumpai masalah, yaitu jumlah (kuantitas) produksi tidak diketahui. Untuk mengatasinya diperlukan suatu pendekatan dengan indikator produksi. Sebagai contoh, subsektor perikanan darat, terdapat indikator rata-rata produksi per bulan. Output perikanan darat dapat diperoleh dengan mengalikan produksi setahun (rata-rata produksi perbulan x bulan produksi) dengan harga tertimbang dari jenis ikan yang dibudidayakan. Secara lengkap metode estimasi penghitungan output setiap sektor akan dibahas pada Bab 4.

Produk yang dihasilkan oleh suatu sektor dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan teknologi yang digunakan, yaitu produk utama, produk ikutan dan produk sampingan. Produk utama adalah hasil produksi yang memiliki nilai atau kuantitas yang dominan di antara produk yang dihasilkan lainnya. Produk ikutan adalah hasil produksi yang terbentuk secara otomatis pada saat menghasilkan produk utamanya dengan menggunakan metode tunggal. Sedangkan produk sampingan adalah produk yang dihasilkan sejalan dengan produk utama tetapi menggunakan teknologi yang terpisah. Misalnya, industri semen, untuk memenuhi kebutuhan listrik dan penciptaan outputnya, industri tersebut memproduksi listrik sendiri. Ada sebagian produk listrik yang dijual ke pihak lain, dan ini merupakan produk ikutan yang dalam penyusunan input-output akan tercakup ke dalam sektor listrik.

Sementara penghitungan sektor-sektor yang produknya berupa jasa harus digunakan pendekatan lain, sebab tidak dengan mudah dapat dihitung banyaknya jasa yang dihasilkan berikut harganya. Pendekatan yang lazim digunakan untuk menghitung output dari sektor penghasil jasa adalah nilai jual dari jasa yang dihasilkan oleh masing-masing sektor. Jika pendekatan ini

(26)

dirasa masih sulit maka digunakan pendekatan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan jasa yang bersangkutan.

b. Input Antara

Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan habis dalam proses produksi berupa bahan tidak tahan lama dan jasa. Barang dan jasa tersebut dapat diperoleh dari produksi dalam negeri maupun impor. Barang tidak tahan lama berupa barang yang habis dalam sekali pakai atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Sebagai contoh adalah bahan baku, bahan penolong, jasa asuransi, jasa perusahaan dan sebagainya. Penilaian atas pembelian barang dan jasa yang digunakan sebagai input antara dilakukan atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat pembelian barang dan jasa tersebut.

Dalam praktek penghitungan kita harus berhati-hati memisahkan biaya yang dikeluarkan oleh produsen, apakah termasuk dalam input antara, input primer atau pembentukan modal. Misalnya produsen memberi cuma-cuma atau harga lebih rendah dari pasar kepada pegawainya, sepanjang pengeluaran tersebut untuk kesejahteraan pegawai dimasukkan sebagai balas jasa pegawai (upah dan gaji). Perbaikan ringan atas barang-barang modal dicatat sebagai input antara, sedangkan pengeluaran untuk perbaikan berat atau rehabilitasi besar-besaran yang dapat memperpanjang usia pemakaian barang modal dikategorikan sebagai pembentukan modal bagi produsen. Secara rinci estimasi pengisian sel-sel pada struktur input antara sektoral akan dibahas bab 4.

Struktur input antara di dalam kuadran I, tabel input-output dibentuk dari data/informasi yang diperoleh dari survei-survei yang dilakukan BPS maupun data penunjang lainnya. Di samping dari pendekatan survei, pembentukan komposisi input suatu sektor diperoleh dengan metode tak langsung yang dibahas pada Bab V.

c. Input Primer

Input primer adalah balas jasa atas pemakaian input yang berupa faktor produksi, terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto yang merupakan selisih antara output dan input antara. Komponen input primer dalam penyajian tabel input-output adalah upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tak langsung neto. Pada dasarnya nilai tambah bruto yang diciptakan oleh setiap sektor ekonomi dalam tabel input-output adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bila cakupan wilayahnya regional. PDB/PDRB diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah sektoral dengan pajak penjualan impor dan bea masuk yang sebenarnya merupakan bagian dari nilai tambah sektoral identik dengan PDB/PDRB maka penghitungannya ada beberapa pendekatan:

1. Menurut pendekatan produksi, yaitu jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit/produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendekatan unit-unit produksinya adalah setiap sektor yang tercakup dalam klasifikasi sektor tabel input-output.

2. Menurut pendekatan pendapatan, merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Komponen nilai tambah dari pendekatan ini adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan atas barang modal dan pajak tak langsung neto.

3. Menurut pendekatan pengeluaran, yaitu semua komponen permintaan akhir, seperti: a) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, b) komsumsi pemerintah, c)

Gambar

Gambar Kulit   :
Tabel Input-Output
Tabel  4.4  kolom  (2)  dan  (3)  diturunkan  dari  hasil  pengolahan  SKIO  dengan  mengambil  rincian-rincian  yang  berkaitan  dengan  biaya  antara   jasa-jasa
Tabel  di  bawah  ini  memperlihatkan  contoh  bagaimana  indikator  survei  AKI  dan  Non  AKI  dapat  memecah  output  total  menjadi  output  sektor-sektor  menurut klasifikasi tabel input-output
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ervina (2017) yang menyatakan bahwa LKS berbasis discovery learning efektif untuk

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran pasien kondiloma akuminata pada pasien yang terinfeksi HIV di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

Seluruh protein yang terkandung dalam pakan akan dihidrolisa oleh mikroba rumen menjadi asam amino.. Hidrolisa protein menjadi asam amino tersebut diikuti oleh

Indikator kinerja untuk siswa membaca hasil diskusi didepan kelas (penelitian awal sebelum tindakan) sebesar 0%, siklus I sebesar 37,5%, siklus II sebesar 50%, siklus

Hasil Analisis Vegetasi Tumbuhan dalam Komunitas Nepenthes mirabilis di Hutan Kampus Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi ditemukan di sekitar

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui: 1) Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah terhadap kualitas laporan keuangan

Taman Satwa Semarang harus dilakukan secara profesional dengan menganut prinsip tata kelola perusahaan yang baik guna menunjang pertumbuhan perekonomian daerah dan

Data dalam penelitian ini yang didapatkan adalah film itu sendiri yang berisi adegan- adegan yang berupa monolog maupun dialog, kutipan-kutipan dalam bentuk dialog