• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2. 1 Definisi Shoushika (少子化)

Shoushika (少子化) adalah fenomena rendahnya angka kelahiran dalam suatu masyarakat. Secara harafiah shoushi (少子) berarti sedikit anak, sedangkan ka (化) adalah perubahan atau

proses perubahan. 出生力が人口の置換水準を持続的に下回っている状態 (Oofuchi,

2008:10). Dapat diartikan keadaan ketika angka kelahiran secara terus menerus berada pada tingkat yang lebih rendah dari standar yang dibutuhkan untuk mempertahankan jumlah populasi. Sehingga antara generasi baru dan lama satu persatu kehilangan populasi pengganti.

2.2 Populasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, populasi adalah sekumpulan makhluk hidup di dalam suatu daerah yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang dapat berkembangbiak serta berada pada tempat yang sama dalam kurun waktu yang sama.

Suatu makhluk hidup dapat dikatakan sejenis atau satu spesies apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Menempati daerah atau habitat yang sama.

2. Mempunyai persamaan bentuk, struktur tubuh dan fungsi tubuh.

3. Mampu menghasilkan keturunan yang subur, yaitu keturunan yang mampu berkembang biak.

Arti kata populasi ini digunakan untuk menjelaskan populasi hewan, populasi tumbuhan, dan populasi manusia. Populasi manusia lebih dikenal dengan sebutan penduduk.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penduduk adalah Orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negeri, pulau, dan sebagainya), atau orang-orang yang

(2)

turun-struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian persebaran, mobilitas, dan kualitas serta ketahananya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Istilah kependudukan, populasi digunakan untuk menggambarkan jumlah penduduk di suatu daerah dalam waktu tertentu. Populasi sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan kehidupan makhluk hidup ataupun manusia, karena dengan adanya populasi kehidupan manusia akan terus berjalan. Generasi-generasi baru pun akan terus bermunculan.

2.2.1 Populasi Jepang

Jepang telah mengalami periode yang panjang dalam penurunan angka kelahiran. Pada tahun 1930 selama perang, pemerintah mendorong perempuan untuk memiliki banyak anak di bawah slogan umeyo fuyaseyo (Mari melahirkan! Mari meningkatkan!), dengan harapan setiap keluarga setidaknya memiliki lima orang anak. Pada tahun 1946 setahun setelah kekalahan Jepang di Perang Dunia II, angka kelahiran pun menurun drastis.

Namun, di tahun berikutnya yaitu tahun 1947, dua tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan adanya ledakan (boom) ditingkat kelahiran yang besar. Ledakan ditingkat kelahiran itu dikenal dengan istilah baby boom.

Pada tahun 1947-1949, pada tahun ini Jepang mengalami periode baby boom pertama. Pada baby boom pertama, menurut Biro Statistik 2008 angka kelahiran Jepang tercatat 4,54 jiwa dengan kelahiran hidup 70% lebih dari tahun 1946. (Jerre Bush, 2011 :20). Baby boom pertama ini terjadi karena berkaitan erat dengan meningkatnya angka pernikahan setelah Perang Dunia II.

Tetapi, reaksi pada jumlah penduduk Jepang yang melonjak tajam ini, membuat penurunan angka kelahiran pada saat itu dianggap hal yang positif oleh pemerintah Jepang, karena setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia ke II, ekonomi Jepang hampir semuanya lumpuh akibat kerusakan perang. Kekalahan Jepang ini menyebabkan kekurangan pangan, inflasi yang tak terbendung, dan pasar gelap dimana-mana. Jepang telah kehilangan semua wilayah jajahan, selain itu jumlah penduduk Jepang melonjak melampaui 80 juta dengan penambahan sekitar 6 juta orang yang pulang dari luar negeri.

Bagaimana pemerintah Jepang dapat mengatasi baby boom, dengan keadaan Jepang seperti itu. Hal ini membuat pemerintah Jepang mengalami kesulitan dalam usaha mengatasi pertambahan

(3)

jumlah penduduk yang tinggi. Untuk mengatasi itu semua pemerintah akhirnya memutuskan untuk menekan angka kelahiran, agar dapat mengatasi masalah tersebut.

Pada tahun 1948, Hukum Perlindungan Eugenik membolehkan ataupun mengijinkan aborsi secara legal. Pemerintah pun melakukan kampanye keluarga berencana untuk mengatasi jumlah penduduk yang melonjak ini. (Jerre Bush, 2011 : 20). Tetapi, walaupun pada saat itu populasi Jepang sudah bisa ditekan dan di atasi, terdapat perbedaan antara jumlah anak-anak yang diinginkan oleh pemerintah dengan jumlah anak-anak yang dilahirkan dalam suatu keluarga.

Sehingga penekanan angka kelahiran ini yang pada mulanya bernilai positif, sekarang justru menjadi sebuah bumerang bagi Jepang. Penekanan angka kelahiran ini memunculkan permasalahan baru, yaitu menurunnya jumlah kelahiran. Jepang sekarang penduduknya di dominasi dengan penduduk yang berusia 65 tahun ataupun lebih, kerena semakin berkurangnya jumlah anak-anak dan juga berkurangnya jumlah penduduk berusia produktif. Dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini :

Tabel 2.1 Perkembangan Angka Kelahiran Total Setelah Perang Dunia ke II Tahun Angka Kelahiran

Total (TFR) 1950 3,65 1955 2,37 1960 2,00 1965 2,14 1966 1,58 1970 2,13 1975 1,91 1980 1,75

(4)

1985 1,76 1990 1,54 1995 1,42 2000 1,36 2005 1,26 2010 1,39

Sumber : Kouseiroudousho (Ministry of Health, Labor and Welfare)

Data di atas ini memberikan angka untuk jumlah rata-rata anak-anak yang dilahirkan per wanita. Jika melihat tabel di atas, penekanan angka kelahiran yang awalnya dianggap positif pada kenyataanya mengakibatkan tingkat kelahiran di Jepang selalu mengalami penurunan. Pada tahun 1950, angka kelahiran Jepang mencapai angka 3,65, tapi dari titik ini dan selanjutnya angka kelahiran akan terus mengalami penurunan.

Setelah baby boom pertama, dalam waktu enam tahun (1949-1955), angka fertilitas menurun tajam, hingga pada tahun 1955 Total Fertility Rate (TFR) hanya 2,37 (turun dari 4,32 pada tahun 1949). Namun, terjadi penurunan yang sangat drastis pada tahun 1966. Pada tahun ini dalam penanggalan Cina disebut dengan tahun kuda api, yang menyatakan bahwa “anak-anak perempuan yang lahir pada tahun ini akan membawa kehancuran pada suami mereka kelak”. Oleh karena itu, banyak wanita Jepang memutuskan untuk tidak memiliki anak pada tahun ini, sehingga angka kelahiran pun mengalami penurunan menjadi 1,58. Pada tahun selanjutnya pun angka kelahiran terus mengalami penurunan populasi. (Jerre Bush, 2011 : 21).

Pada tahun 1970-an , pada tahun ini Jepang mengalami baby boom kedua, yaitu Total Fertility Rate (TFR) naik menjadi 2,13. Meskipun tidak setinggi baby boom yang pertama, tapi untuk masa itu, angka ini merupakan kenaikan yang cukup besar. Baby boom yang kedua ini merupakan dampak dari ledakan yang pertama. Para wanita yang lahir pada masa baby boom yang pertama telah memasuki masa menikah dan melahirkan, maka baby boom yang kedua ini tidak sebesar yang pertama.

(5)

Setelah tahun 1970, angka fertilitas terus mengalami penurunan, tercatat Total Fertility Rate (TFR) pada tahun 1990 sebesar 1,54, dan terus mengalami penurunan menjadi 1,42 pada tahun 1995.

TFR yang rendah mulai terlihat setelah baby boom kedua, karena TFR yang dibutuhkan oleh negara maju seperti Jepang adalah harus melampaui angka 2, dengan angka kelahiran seperti itu dapat dikatakan jumlah anak perempuan yang lahir dari setiap wanita akan cukup untuk menggantikan posisinya di masa yang akan datang. Sehingga, dengan begitu jumlah anak atau regenerasi mendatang akan teratasi.

Tetapi, di Jepang tingkat kelahiran selalu mengalami penurunan, dan penurunan tersebut berada di bawah angka 2, di bawah Total Fertility Rate (TFR) yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi.

Grafik 2.1 Populasi Umur di Jepang Pada Tahun 2014

Sumber : CIA World Factbook

Hasil yang diperoleh dari data di atas adalah 0-14 tahun berjumlah 13,2%, laki-laki 8.681.728 dan perempuan 8.132.809, 15-24 tahun berjumlah 9,7%, laki-laki 6.429.429 dan perempuan 5.890.991, 25-54 tahun berjumlah 38,1%, laki-laki 23.953.643 dan perempuan 24.449.655, 55-64 tahun berjumlah 13,2%, laki-laki 8.413872 dan perempuan 8.400.953, dan yang

(6)

terakhir usia 65 tahun ke atas adalah 25,8% dengan laki-laki berjumlah 14.218.655 dan perempuan 18.531.653. (indexmundi.com, 21 Mei 2016).

Grafik di atas menjelaskan tentang jumlah penduduk berdasarkan umur. Informasi juga disertakan dengan kelompok jenis kelamin beserta usia. Jika melihat data di atas Jepang memang sedang krisis anak-anak dan jumlah penduduk yang masih produktif, jumlah penduduk didominasi pada usianya yang sudah tidak bisa dibilang produktif. Jika masalah ini tidak cepat-cepat ditangani, kepunahan Jepang akan benar-benar terjadi. Hal ini hanya menunggu waktunya, seperti bom waktu yang saatnya akan meledak.

2.3 Demografi

Mengutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Demografi, demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan.

Demografi muncul karena adanya kesadaran bahwa data statistik kependudukan dapat menjelaskan berbagai kondisi masyarakat dan perubahan-perubahannya. Misalnya, untuk melihat data kelahiran dan kematian, sehingga dapat menjelaskan perubahan jumlah dan kepadatan suatu wilayah. Demografi dipengaruhi oleh 3 hal yaitu (Nia, 2015 : 9) :

1. Kelahiran (natalitas) 2. Kematian (mortalitas) 3. Migrasi (perpindahan)

Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya pertumbuhan penduduk adalah sebagai berikut (Nia, 2015 : 9) :

1. Struktur umur 2. Struktur perkawinan 3. Umur pernikahan pertama 4. Paristas

5. Disrupsi perkawinan 6. Proporsi nikah

(7)

Tujuan adanya penggunaan demografi ada 4 yaitu :

1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu.

2. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya, persebarannya, dengan sebaik-baikya, dan dengan data yang tersedia.

3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial.

4. Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.

Beberapa aplikasi penggunaan demografi adalah kesehatan masyarakat (fertilitas dan mortalitas), penggunaan tanah (pertumbuhan penduduk, dan distribusinya), penggunaan sekolah, fasilitas umum (jumlah penduduk, struktur umur, distribusi penduduk), pemasaran, ketenagakerjaan (jumlah penduduk, struktur umur, distribusi penduduk).

2.4 Total Fertility Total (TFR)

Mengutip dari https://sirusa.bps.go.id/index.php?r=istilah/view&id=1549, fertilitas merupakan sebuah istilah demografi yang diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita, dengan kata lain fertilitas ini mengenai masalah banyaknya bayi yang lahir hidup. Selain itu, fertilitas juga mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk.

Sri Harjati Hatmadji di dalam tulisannya “Fertilitas” (1981:57-58) menguraikan konsep yang ada di dalam fertilitas , yaitu konsep lahir hidup (live birth), lahir mati (still birth), abortus , dan masa reproduksi (childbearing age). Penjelasan dari konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut :

1. Lahir hidup (live birth) menurut United Nations dan World Health Organization adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti : bernafas, ada denyut jantung, atau denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot.

2. Lahir mati (still birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

(8)

3. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu. Ada dua macam abortus, yaitu disengaja dan tidak disengaja.

4. Masa reproduksi (childbearing age) adalah masa dimana wanita mampu melahirkan, yang disebut juga usia subur (15-49 tahun).

Seorang wanita yang secara biologis subur tidak selalu melahirkan anak-anak yang banyak, misalnya wanita tersebut mengatur fertilitas dengan cara kontrasepsi. Sehingga kemampuan biologis seorang perempuan untuk melahirkan sangat sulit untuk diukur. Oleh karena itu, ahli demografi hanya menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup saja.

Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kelahiran, yaitu : 1. Kontrasepsi (pencegahan pembuahan)

2. Aborsi (pengguguran)

3. Perubahan keadaan pernikahan (perceraian, menunda pernikahan, ataupun tidak menikah) 4. Mandul (tidak bisa punya anak)

2.5 Modernisasi dalam Masyarakat

Dapat disadari atau tidak perubahan dalam masyarakat itu pasti terjadi, meskipun didalamnya perubahan itu tidak selamanya mencolok atau sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia.

Perubahan pada masyarakat dunia ini merupakan gejala yang normal, sebab pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian lain, antara lain karena adanya komunikasi modern. Komunikasi modern ini karena adanya penemuan-penemuan baru dibidang teknologi, terjadinya revolusi, modernisasi dan seterusnya yang terjadi disuatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang letaknya jauh dari tempat tersebut.

Pada dasarnya semua bangsa dan masyarakat di dunia ini senatiasa terlibat dalam proses modernisasi, meskipun kecepatan dan arah perubahannya berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan yang lain. Modernisasi pun pada hakikatnya merupakan suatu proses perubahan atau pembaharuan.

(9)

Pembaharuan mencakup bidang-bidang yang sangat banyak, tergantung dari bidang mana yang akan diutamakan oleh penguasa. Jika individu atau masyarakat terbuka terhadap hal-hal baru, maka ada kecenderungan proses modernisasi itu akan berjalan dengan cepat. Proses modernisasi itu sangat luas, hampir - hampir tidak bisa dibatasi ruang lingkup dan masalahnya, mulai dari aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan seterusnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, modernisasi adalah proses pergeseran sikap di dalam warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntunan masa kini. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju, di mana dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Modernisasi menimbulkan perubahan di berbagai bidang nilai, sikap dan kepribadian. Sebagian besar masalah ini terhimpun dalam konsep “manusia modern”. Menurut Lerner, dalam Modernizations : Social Aspect (1968), secara sosiologis masyarakat modern adalah orang yang gemar mencari-cari sesuatu sendiri, mempunyai kebutuhan untuk berprestasi dan gemar mencari sesuatu yang berbeda dari orang lain.

2.6 Industrialisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia industrialisasi berasal dari kata industri yang berarti memiliki makna kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, melalui mesin. Jadi industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris (pertanian) menjadi masyarakat industri. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi di mana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.

Negara pertama yang melakukan industrialisasi adalah Inggris ketika terjadi revolusi industri pada abad ke 18. Namun dengan berjalannya waktu, pada akhir abad 20, negara di Asia Timur telah menjadi bagian dunia yang paling banyak melakukan industrialisasi.

Revolusi industri tejadi pertama kali pada pertengahan abad ke 18 sampai awal abad ke 19 di daerah Eropa Barat , Amerika Utara, dimulai pertama kali di Inggris. Revolusi Industri kedua terjadi pada pertengahan abad ke 19 setelah penemuan mesin uap, listrik, mesin pembakaran dalam

(10)

2.7 Perubahan Sosial

Menurut Macionis perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berfikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu (Sztompka, 2010 : 5). Perubahan sosial terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaharuan yang diadopsi oleh para anggota system sosial yang bersangkutan. Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan hasil atau produk tetapi merupakan sebuah proses.

Faktor-faktor pendorong perubahan sosial adalah sebagai berikut (Sri Rahayu, 2014 : 21-23) :

1. berinteraksi dengan kebudayaan lain, bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu memberikan berbagai penemuan yang telah dihasilkan, sehingga menghasilkan perpaduan antara budaya asli dan budaya asing. 2. Sistem pendidikan formal yang maju, pendidikan merupakan faktor yang dapat mengukur

tingkat kemajuan sebuah masyarakat. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman, dan memerlukan sebuah perubahan atau tidak.

3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju, apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan pendorong bagi usaha penemuan baru,misalnya hadiah.

4. Sistem terbuka lapisan masyarakat, sistem stratifikasi yang terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertical atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat.

5. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu. Rasa tidak puas dapat menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan revolusi untuk mengubahnya.

6. Orientasi ke masa depan. Kondisi yang senantiasa berubah merangsang orang untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan.

7. Nilai bahwa manusia harus senantisa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya. Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan.

(11)

2.8 Gaya Hidup

Mengutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_hidup, gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung dari zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya Gaya hidup bisa dilihat dari cara berpakaian, kebiasaan, dan sebagainya.

Gaya hidup itu adalah sekumpulan kebiasaan, pandangan dan pola-pola respons terhadap hidup, terutama perlengkapan untuk hidup. Gaya hidup ini mencakup cara berpakaian, cara kerja, pola konsumsi, bagaimana individu mengisi kesehariannya merupakan unsur-unsur yang membentuk gaya hidup. Gaya hidup dipengaruhi oleh keterlibatan seseorang dalam kelompok sosial, dari seringnya berinteraksi dan menaggapi berbagai macam karakter yang berbeda-beda.

Beberapa sifat umum dari gaya hidup menurut Piliang (Isnaini Mauludiyah, 2014 : 29) antara lain: (1) gaya hidup sebagai sebuah pola, yaitu sesuatu yang dilakukan atau tampil secara berulang-ulang; (2) yang mempunyai massa atau pengikut sehingga tidak ada gaya hidup yang sifatnya personal; dan (3) mempunyai daur hidup (life cicle), artinya ada masa kelahiran, tumbuh, puncak, surut dan mati.

Gambar

Tabel 2.1 Perkembangan Angka Kelahiran Total Setelah Perang Dunia ke II  Tahun  Angka Kelahiran
Grafik 2.1 Populasi Umur di Jepang Pada Tahun 2014
Grafik di atas menjelaskan tentang jumlah penduduk berdasarkan umur. Informasi juga  disertakan dengan kelompok jenis kelamin beserta usia

Referensi

Dokumen terkait

Skenario yang dapat digambarkan adalah ketika sebuah sistem hanya memberikan beberapa layanan pada port tertentu, sedangkan akses yang masuk dari jaringan eksternal melalui port

Pada siklus II tidak semua siswa mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), akan tetapi terlihat adanya peningkatan nilai

Kampung Malang adalah kampung yang unik dengan karakteristik yang khas yaitu adanya bangunan kuno yang berarsitektur jawa dan cina, adanya legenda atau cerita rakyat yang

Hal ini di antaranya lebih disebabkan oleh konflik Aceh yang berkepanjangan (BAPPEDA Aceh Tengah, 2008). Selain faktor di atas, pesatnya alih fungsi lahan juga semakin berdampak

1 Saya merasa puas dengan Gaji yang saya terima saat ini 2 Saya merasa puas dengan Bonus yang diberikan perusahaan 3 Saya merasa puas dengan Tunjangan yang

pertanyaan berkaitan tentang ciri-ciri, sifat dan reproduksi virus dan protista ( mikroorganisme air ) Mengeksplorasi / Eksperimen  Melakukan kajian literatur

3) Modul Nrf24l01 bertugas untuk mengirimkan data yang telah dikumpulkan oleh mikrokontroler yang berasal dari sensor menggunakan gelombang radio dengan frekuensi

Short Term Memory (STM) atau memori jangka pendek memiliki kapasitas yang kecil sekali, namun sangat besar peranannya dalam proses memori, yang merupakan tempat