• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM ASURANSI JIWA UNIT LINK SYARIAH DAN KONVENSIONAL. Asuransi dalam bahasa Inggris berasal dari kata assurance atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM ASURANSI JIWA UNIT LINK SYARIAH DAN KONVENSIONAL. Asuransi dalam bahasa Inggris berasal dari kata assurance atau"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM ASURANSI JIWA UNIT LINK SYARIAH DAN KONVENSIONAL

A. Asuransi

Asuransi dalam bahasa Inggris berasal dari kata assurance atau

insurance yang berarti jaminan atau perlindungan1. Dalam kitab

Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan bahwa yang dimaksud asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian (timbal balik), dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan peenggantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa tak tentu (onzeker vooral).2

Usaha perasuransian merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan bukan bank yang menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung (pihak yang mengasuransikan sesuatu) karena apabila terjadi sesuatu dengan yang diasuransikan tersebut dimasa mendatang, pihak tertanggung akan memperoleh uang untuk mengganti (mengurangi) kerugian yang terjadi.

1 http://pialangasuransi.com/?page_id=23 diakses pada tanggal 13 April 2015 pukul 20:28

WIB.

2

AM, Hasan Ali, Asuransi Dalam Prespektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 59.

(2)

Di dalam usaha perasuransian, yang dijadikan sebagai objek adalah benda dan jasa, jiwa dan raga kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau berkurangnya nilai.3

B. Pengertian Asuransi

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, dengan tujuan untuk memberikan:

 Penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan.

 Tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita oleh tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti.

 Suatu pembayaran uang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.4

1. Asuransi Konvensional

Kata asuransi berasal dari bahasa Belanda assurantie, yang dalam hukum Belanda disebut Verzekering yang artinya pertanggungan. Dari

3

Subgyo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN, 1999), hlm. 77-78.

4

(3)

peristilahan assurantie kemudian timbul istilah assuradeur bagi penanggung, dan geasurerrde bagi tertanggung.

Menurut Robert I Mehr sebagaimana dikutip oleh Subagyo, asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan sejumlah unit yang beresiko agar kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi tersebut kemudian dibagi dan didistribusikan secara proporsional diantara semua unit-unit dalam gabungan tersebut.

Sedangkan C Arthur Williams Jr dan Richard M. Heins, sebagaimana dikutip oleh Subagyo melihat asuransi dari dua sudut pandang. Sudut pandang pertama berupa asuransi merupakan perlindungan terhadap resiko oleh penanggung. Sedangkan sudut pandang yang kedua ialah alat yang mana resiko dua orang atau lebih atau perusahaan-perusahaan digabungkan melalui kontribusi premi yang pasti atau yang ditentukan sebagai dana yang dipakai untuk membayar klaim.5

Asuransi dalam sudut pandang ekonomi merupakan metode untuk mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan. Menurut sudut pandang bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya menerima/menjual jasa, pemindahan resiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi resiko diantara sejumlah

5

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm. 26-27.

(4)

nasabahya. Dari sudut pandang sosial asuransi sebagai sebuah organisasi sosial yang menerima pemindahan resiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota asuransi tersebut.

Asuransi dapat pula diartikan sebagai suatu persetujuan dimana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan mendapat premi, untuk mengganti kerugian, atau tidak diperolehnya keuntungan yang diharapkan, yang dapat diderita karena peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu. 6

2. Asuransi Syariah

Dalam bahasa Arab, asuransi dikenal dengan istilah at-ta’min ( أتلا نيم ), penanggung disebut mu’amin (نيماؤم (tertanggung disebut mu’amman

lahu ( هل نّماؤم ) atau musta’min ( نيمأتْسم ). At-ta’min (نيم أتلا ) diambil dari

amana ( نما ) yang artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman

dan bebas dari rasa takut. Pengertian dari at-ta’min ( نمأتلا )adalah seseorang yang membayar/menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang. Ahli fikih kontemporer, wahbah az-zuhaili sebagaimana dikutip oleh Wirdyaningsih mendefinisikan asuransi berdasarkan pembagiannya. Ia membagi asuransi dalam dua bentuk, yaitu at-ta’min at ta’awuni ( نينواعّتلا نيمأتلا ) dan

6

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: KENCANA, 2009), hlm. 244.

(5)

ta’min al-qist ats-tsabit ( تباثلا طسقلاب نيمأتلا ). At-ta’min at ta’awuni (نيمأتلا نينواعّتلا ) atau asuransi tolong menolong adalah “kesepakatan sejumlah orang untuk membayar sejumlah uang sebagai ganti rugi ketika salah seorang diantara mereka mendapat kemudharatan.” At-ta’min bi qist sabit (تباثلا طسقلاب نيمأتلا ) atau asuransi dengan pembagian tetap adalah “akad yang mewajibkan seseorang membayar sejumlah uang kepada pihak asuransi yang terdiri atas beberapa pemegang saham dengan perjanjian apabila peserta asuransi mendapat kecelakaan, ia diberi ganti rugi7.”

Sedangkan menurut Musthafa Ahmad az-Zarqa, sebagaimana dikutip oleh Wirdyaningsih, asuransi adalah sebagai suatu cara atau metode untuk memelihara manusia dalam menghindari resiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya, atau dalam aktivitas ekonominya. Ia berpendapat, bahwa sistem asuransi adalah ta’awun ( نواعت ) dan tadhamun ( نم اظت ) yang bertujuan untuk menutupi kerugian peristiwa-peristiwa atau musibah-musibah oleh sekelompok tertanggung kepada orang yang tertimpa musibah tersebut. Penggantian tersebut berasal dari premi mereka.8

Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah, dijelaskan bahwa asuransi syari’ah (ta’min نيمأت,

takaful لفاكت, atau tadamun نم اظت ) adalah usaha saling melindungi dan

7

Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 221-222.

8

(6)

tolong-menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/ tabarru’ أّربت yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syari’ah.9

Beberapa istilah pokok yang harus dipahami untuk bisa mengenal usaha perasuransian syariah antara lain:10

a. Peserta asuransi, adalah pihak pertama yang berbagi resiko dan mempunyai hak untuk menerima sejumlah uang dari perusahaan asuransi sebagai ganti rugi atas terjadinya suatu resiko sebagaimana tercantum dalam perjanjian Peserta asuransi disebut juga sebagai pemegang polis.

b. Perusahaan asuransi, sebagai pengelola risk sharing. Dalam asuransi syariah, perusahaan asuransi adalah pengelola (operator) dana yang berhak memperoleh imbalan tertentu dalam bentuk fee dan/ atau bagi hasil. Sedangkan dalam asuransi konvensional, pengelola disebut penanggung karena menanggung resiko tertanggung (risk transfer). c. Al-Kafalah ةلافكل , adalah suatu kepentingan yng menjadi dasar ا

berlakunya suatu pertanggungan asuransi, yaitu adanya kepentingan terhadap kehidupan seseorang (insurable interest), benda atau

9

Abdul Ghofur Anshori, Assuransi Syari’ah di Indonesia (Regulasi dan

Operasionalisasinya didalam Kerangka Hukum Positif di Indonesia, (Yogyakarta: UII Press, 2007), hlm. 4.

10

Andi Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: KENCANA, 2009), hlm. 245-247.

(7)

terhadap tanggung gugat kepada pihak lain. Objek asuransi dapat berupa benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan/ atau berkurang nilainya.

d. Underwriting adalah proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta yang dikaitkan dengan besarnya risiko untuk menentukan besarnya premi. Atau dengan kata lain, merupakan proses seleksi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi jiwa untuk menentukan tingkat resiko yang akan diterima dan menentukan besarnya premi yang akan dibayar.

e. Polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi dengan perusahaan asuransi.

f. Premi asuransi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan peserta asuransi untuk mengikat kewajiban pengelola dalam membayar ganti rugi atas terjadinya resiko. Dalam asuransi syariah premi disebut dengan istilah kontribusi, yaitu merupakan dana peserta secara bersama-sama setelah dikurangi fee pengelola.

g. Jangka waktu pertanggungan yang menunjukkan lamanya suatu perjanjian asuransi berlaku. Masa pertanggungan akan habis saat jangka waktu yang ditetapkan habis.

h. Tanggal dikeluarkan polis adalah tanggal yang tercantum pada polis saat dikeluarkan atau diterbitkan oleh perusahaan asuransi.

(8)

i. Manfaat Asuransi atau Jumlah Uang Pertanggungan merupakan jumlah uang yang dinyatakan dalam polis sebagai proteksi maksimum yang akan dibayarkan perusahaan asuransi kepada peserta sebagai ganti rugi atas terjadinya suatu resiko.

C. Jenis-jenis Asuransi

Asuransi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: berdasarkan kejadian yang tidak dikehendaki (asuransi jiwa) dan asuransi umum/ non jiwa (property and casualty insurance)

1. Asuransi Jiwa

Asuransi jiwa merupakan asuransi yang memberikan perlindungan terhadap aliran pendapatan kepada ahli waris akibat kematian. Jika pemegang polis meninggal dunia, perusahaan asuransi akan melakukan pembayaran dalam jumlah besar sekaligus atau melalui serangkaian pembayaran kepada ahli waris.11 Pada asuransi yang berbasiskan syariah, asuransi jiwa dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Asuransi jiwa dengan sistem saving ( ada unsur tabungan)

Setiap nasabah asuransi wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur kepada perusahaan. Besar premi yang dibayarkan tergantung kepada keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang akan dibayarkan. Setiap

11

Ktut Silvanita Mangani, Bank & Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Erlangga, 2009) hlm. 43.

(9)

premi yang dibayarkan oleh peserta, akan dipisah dalam dua rekening yang berbeda.

1) Rekening tabungan peserta, yaitu dana yang merupakan milik peserta, yang dibayarkan apabila:

 Perjanjian berakhir

 Peserta mengundurkan diri

 Peserta meninggal dunia

2) Rekening tabarru’ أّربت, yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu, yang dibayarkan apabila:

 Peserta meninggal dunia

Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)

Kumpulan dana nasabah akan diinvestasikan sesuai dengan syariat islam. Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi reasuransi), akan dibagi menurut prinsip mudharabah.

b. Asuransi jiwa non saving

Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam rekening tabarru’ أّربت perusahaan. Yaitu, kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dan kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu, dan dibayarkan bila:

(10)

 Peserta meninggal dunia

 Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)

Kumpulan dana nasabah ini akan diinvestasikan sesuai dengan syarat. Keuntungan hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi reasuransi), akan dibagi antara nasabah dan perusahaan menurut sistem mudharabah dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dan nasabah.12

Pada dasarnya, asuransi jiwa akan memberikan benefit (manfaat) apabila orang yang ditunjuk sebagai tertanggung dalam kontrak asuransinya atau dalam polisnya meninggal dunia. Dalam kelompok ini terdapat 3 jenis produk (insurance plan), yaitu13:

a. Term Life Insurance, yaitu asuransi jiwa yang memberikan manfaat atau santunan jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransinya atau dalam periode kontrak asuransinya.

b. Cash Value Life Insurance yang juga dikenal sebagai Permanent Life Insurance, merupakan asuransi jiwa yang memberikan santunan selama hidup tertanggung dan juga mengandung unsur tabungan/savings element.

12

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 177-178.

13

Noor Fuad, dkk, Dasar-Dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan, Edisi Pertama, www.scribd.com/doc/30880145/dasar-dasar-asuransi-jiwa-dan-asuransi-kesehatan, Diakses pada tanggal 22 September 2014 pukul 10:58.

(11)

c. Endowment Insurance, merupakan asuransi jiwa yang memberikan santunan kepada ahli waris yang ditunjuk jika tertanggung meninggal dunia dalam masa kontrak asuransinya, atau memberikan sejumlah uang pertanggungan pada saat tertentu apabila tertanggung masih tetap hidup (survive).

2. Asuransi Umum/ Non-Jiwa

Asuransi non-jiwa dapat terdiri dari asuransi harta benda/properti (property insurance), asuransi kecelakaan (casualty insurance), atau asuransi harta benda dan kecelakaan (property and casualty insurance). a. Auransi harta benda, asuransi yang memberikan perlindungan terhadap

aliran pendapatan (rumah, mobil, toko, pabrik dan sebagainya) akibat kejadian seperti kecelakaan, kebakaran, pencurian, bencana alam, dan kejadian yang tidak dapat dihindarkan lainnya.

b. Asuransi tanggung gugat (liability insurance), memproteksi pihak tertanggung terhadap klaim pihak ketiga akibat produk cacat atau kecelakaan.

Berbeda dengan asuransi jiwa, kontrak dari asuransi harta benda dan kecelakaan bersifat jangka pendek (kurang dari satu tahun dan dapat diperbaharui), sehingga sumber dana relatif sulit diprediksi. Selain itu, kejadian buruk yang diproteksi sulit diprediksi karena berhubungan dengan banyak kejadian sehingga kerugian potensial menjadi sulit diprediksi. Karena alasan tersebut, sehingga besar dana perusahaan

(12)

asuransi non-jiwa dialokasikan ke aset jangka pendek yang lebih likuid dibandingkan aset asuransi jiwa.14

3. Asuransi jiwa unit link

Dari tahun ke tahun, asuransi jiwa unit link mendapatkan animo yang besar dari masyarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat cenderung lebih memilih investasi yang memberikan keuntungan yang jelas dan adanya manfaat yang nyata berupa uang yang dapat diambil daripada asuransi jiwa tradisional maupun term life. Asuransi jiwa unit link adalah sebuah produk asuransi jiwa yang dikombinasikan dengan unsur investasi.

Pada dasarnya cara kerja asuransi unit link hampir sama dengan asuransi jiwa tradisional. Hal yang membedakannya adalah produk unit link menggabungkan manfaat investasi dan proteksi dalam satu paket. Pada produk asuransi jiwa unit link, nasabah diberikan keleluasaan untuk memilih penempatan dana investasi sesuai dengan kebutuhannya. Penempatan dana investasi pada asuransi unit link diletakkan pada beberapa instrumen seperti deposito, obligasi, saham atau kombinasi ketiganya.15 Berikut ini adalah gambaran/ ilustrasi cara kerja unit link:16

14

Ktut Silvanita Mangani, Bank & Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 43-45.

15

Albert Lutano, http://www-asuransi.com/ diakses pada tanggal 14 Februari 2015 pukul 16:13 WIB.

16

Rio Queserto, http://www.duwitmu.com/pengertian-asuransi-jiwa-unit-link-manfaat-dan-implikasinya/ diakses pada tanggal 14 Februari 2015 pukul 16:16 WIB.

(13)

Gambar 2.1.

Ilustrasi cara kerja unit link

a. Premi yang dibayarkan pemegang polis akan masuk ke instrumen investasi yang dipilih, yang kemudian menghasilkan nilai polis. Namun sebelum menghasilkan nilai polis, premi akan dipotong untuk membayar sejumlah biaya terutama biaya akuisisi di awal tahun. Jadi, porsi premi yang masuk sebagai investasi itu merupakan net biaya yang dibayarkan ke perusahaan asuransi.

b. Nilai polis yang merupakan hasil dari investasi adalah uang yang digunakan untuk membayar biaya akuisisi, biaya asuransi tambahan dan biaya administrasi jadi proteksi asuransi dibayar dari hasil investasi. Dari sini bisa dilihat bahwa pemotongan biaya di unit link dilakukan dengan dua cara, 1) Premi langsung dipotong untuk membayar biaya akuisisi (hanya di 5 tahun pertama). 2) Nilai investasi dipotong secara rutin untuk membayar biaya asuransi (selama-lamanya polis hidup).

(14)

c. Setelah membayar semua biaya tersebut, sisanya adalah nilai polis atau nilai tunai yang bisa diambil oleh pemegang polis. Ini adalah nilai yang bisa dicairkan untuk dana pendidikan dan dana pensiun.

d. Selama nilai polis cukup untuk membayar akuisisi, proteksi asuransi tetap aktif. Kalau nilai polis tidak cukup, otomatis proteksi asuransi berhenti, sering disebut sebagai polis lapse. Sebelum terjadi polis lapse, perusahaan asuransi akan meminta nasabah melakukan penambahan dana (top-up) atau bayar lagi diluar premi yang dibayarkan.

e. Jadi dalam unit link, nilai polis adalah titik pentingnya. Nasabah asuransi harus paham faktor-faktor yang mempengaruhi nilai polis. Pertama, jumlah dana yang masuk dalam pembayaran premi dasar, dan yang Kedua, kinerja return investasi yang dipengaruhi instrumen yang dipilih (saham, obligasi, deposito dan lain-lain), serta kemampuan manajer investasi dalam mengelola dana. Didalam asuransi unit link, tidak ada jaminan return dari investasi.

Dalam keputusan ketua badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan no KEP-104/BL/2006, produk unit link adalah produk asuransi jiwa yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Nilai manfaat yang dijanjikan ditentukan oleh kinerja subdana investasi yang dibentuk untuk unit link tersebut.

b. Nilai manfaat yang diperoleh dari subdana investasi yang dinyatakan dalam unit

(15)

Besarnya uang pertanggungan kamatian alami untuk polis dalam mata uang rupiah sekurang-kurangnya >Rp. 15.000.000 dengan 125% dari premi sekaligus, untuk polis dengan pembayaran premi sekaligus dan lebih besar diantara Rp. 75.000.000 dengan 5 kali premi tahunan, untuk polis dengan pembayaran premi berkala. Sedangkan besarnya uang pertanggungan kamatian alami untuk polis dalam mata uang asing sekurang-kurangnya lebih besar diantara US$1,500 atau yang setara dengan itu untuk mata uang asing lainnya dengan 125% dari premi sekaligus, untuk polis dengan pembayaran premi sekaligus dan lebih besar diantara US$750 atau yang setara dengan itu untuk mata uang asing lainnya dengan 5 kali premi tahunan, untuk polis dengan pembayaran premi berkala.17

D. Prinsip Dasar Asuransi

1. Asuransi syariah

Prinsip dasar asuransi syariah memiliki 10 macam, yaitu:18 a. Tauhid (unity)

Dalam berasuransi, semua pihak yang melakukan aktivitas berasuransi harus terdapat keyakinan dalam hati bahwa Allah SWT selalu mengawasi seluruh gerak langkah dan selalu berada bersama kita.

17

http://www.bapepam.go.id/perasuransian/regulasi_asuransi/peraturan_asuransi/KEP_Ketu a_Bapepam-LK_Nomor_104_Th_2006.pdf Diakses pada tanggal 14 september 2014 pukul 20:12 WIB

18

Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis & Praktis, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 125-134.

(16)

b. Keadilan (justice)

Keadilan dalam hal ini sebagai upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi. Pertama, nasabah asuransi wajib membayar premi dalam jumlah tertentu kepada perusahaan asuransi dan mempunyai hak untuk mendapatkan sejumlah dana santunan jika terjadi peristiwa kerugian. Kedua, perusahaan asuransi (lembaga pengelola dana) mempunyai kewajiban membayar klaim (dana santunan) kepada nasabah.

Di sisi lain, keuntungan (profit) yang dihasilkan oleh perusahaan asuransi dari hasil investasi dana nasabah harus dibagi sesuai dengan akad yang disepakati sejak awal

c. Tolong-menolong (ta’awun نواعت )

Sejak awal, seseorang yang masuk asuransi syariah harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan meringankan beban nasabah lainnya apabila suatu saat mendapatkan musibah atau kerugian. d. Kerja sama (cooperation)

Kerja sama dalam bisnis auransi dapat berwujud dalam bentuk akad yang dijadikan acuan antara nasabah dan perusahaan asuransi. dalam operasionalnya, akad yang dipakai dalam bisnis asuransi dapat memakai konsep mudharabah ةبرضم atau musyarakah ةكرشم.

(17)

e. Amanah (trustworthy/ al-amanah ةنملاا)

Dalam hal ini, perusahaan asuransi harus memberi kesempatan bagi nasabah untuk mengakses laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh parusahaan asuransi harus mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta melalui auditor public. Seorang nasabah wajib menyampaikan informasi yang benar terkait dengan pembayaran dana premi dan tidak memanipulasi kerugian yang menimpa dirinya.

f. Kerelaan (al-ridhaاضرلا )

Dalam bisnis asuransi, dari awal setiap nasabah harus merelakan sejumlah dana (premi) yang disetorkan ke perusahaan asuransi sebagai dana sosial (tabarru’). Dana sosial ini harus digunakan untuk tujuan membantu nasabah asuransi yang lain jika mengalami kerugian.

g. Larangan riba

h. Larangan maisir رسيم (judi)

Unsur judi (maisir رسيم ) dalam asuransi sangat jelas terlihat apabila nasabah/ pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya pada tahun ketiga. Maka nasabah/ pemegang polis yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja.

(18)

i. Larangan gharar ررغ (ketidakpastian)

Dalam asuransi syariah, akad pertukaran harus jelas berapa yang harus dibayarkan dan berapa banyak yang harus diterima

2. Asuransi konvensional

Dalam asuransi konvensional terdapat 6 prinsip dasar yaitu:19 a. Insurable interest (kepentingan yang dipertanggungkan)

Seorang nasabah dikatakan memiliki kepentingan atas objek yang diasuransikan apabila menderita kerugian keuangan atas objek tersebut. Apabila terjadi musibah atas objek yang diasuransikan dan terbukti bahwa nasabah tidak memiliki kepentingan keuangan atas objek tersebut, maka nasabah tidak berhak menerima ganti rugi.

b. Utmost good faith (kejujuran sempurna)

Nasabah asuransi berkewajiban memberitahukan sejelas-jelasnya mengenai segala fakta-fakta yang berkaitan dengan objek yang diasuransikan.

c. Indemnity (indemnitas)

Apabila objek yang diasuransikan terkena musibah dan menimbulkan kerugian maka pihak penanggung (perusahaan asuransi) akan memberikan ganti rugi untuk memulihkan ekonomi tertanggung pada posisi yang sama sebelum terjadi kerugian tersebut. Dengan

19

(19)

demikian, tertanggung tidak berhak memperoleh ganti rugi yang lebih besar daripada kerugian yang diderita.

d. Subrogation (subrogasi)

Apabila tertanggung (nasabah) mengalami kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pihak ketiga, maka penanggung (perusahaan asuransi) akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam mengajukan tuntutan kepada pihak ketiga setelah memberikan ganti rugi ke nasabah.

e. Contribution (kontribusi)

Hak penanggung untuk menuntut perusahaan-perusahaan lain yang terlibat suatu pertanggungan (secara bersama-sama menutup asuransi harta milik nasabah) untuk membayar bagian kerugian masing-masing yang besarnya sebanding dengan jumlah pertanggungan yang ditutupnya.

f. Proximate cause (kausa proksimal)

Suatu penyebab yang aktif dan efektif yang menyebabkan suatu kerugian.

E. Nilai tunai

Salah satu kelebihan asuransi jiwa unit link dibandingkan dengan asuransi jiwa tradisional (asuransi jiwa berjangka dan asuransi jiwa seumur hidup) adalah nilai tunai. Nilai tunai adalah jumlah uang yang dikembalikan

(20)

oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi jiwa pada saat polis tersebut dibatalkan.20 Nilai tunai merupakan keuntungan yang akan nasabah asuransi jiwa unit link dapatkan yang akan memberikan return yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan deposito bank. Pada umumnya hasil investasi unit link berkisar antara 10% - 15 % jauh lebih tinggi dari return deposito bank yang hanya 3% - 5% saja.

Pada asuransi jiwa unit link berbasiskan konvensional, ketika masa kontrak asuransinya berakhir maka nasabah akan mendapatkan nilai tunai. Nilai tunai ini tidak terlepas dari hasil investasi yang didapatkan nasabah. Banyaknya hasil investasi dipengaruhi oleh instrumen investasi yang dipilih. Berikut ini beberapa jenis penempatan dana investasi yang terdapat pada asuransi jiwa unit link:21

1. Cash fund

Dana investasi akan ditempatkan di instrumen pasar uang seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, dan surat utang dengan jangka waktu di bawah satu tahun serta memiliki resiko yang paling rendah.

20

http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/nilai_tunai.aspx diakses pada tanggal 14 Februari 2015 pukul 10:06 WIB.

21

Erlangga Djumena, “Mengenal Produk Unit Link”, Viva News, 28 Oktober 2011, http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/10/28/14550489/Mengenal.Produk.Unit.Link diakses pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 17:45 WIB.

(21)

2. Fixed income

Dana investasi akan ditempatkan di instrumen surat utang sebesar 80% dan 20% akan ditempatkan pada instrumen pasar uang. Peenempatan dana investasi ini akan memperoleh tingkat keuntungan yang relatif stabil. 3. Managed fund

Penempatan dana jenis ini bisa beragam seperti saham, surat utang dan instrumen pasar uang. Jenis ini cocok untuk kalangan nasabah yang menginginkan pendapatan yang memadai sambil mengharap hasil investasi jangka panjang.

4. Equity fund

Penempatan dana jenis ini sangat beragam tetapi pada umumnya, porsi terbesar ditempatkan pada instrumen saham. Nasabah yang memilih jenis ini akan mendapatkan hasil investasi yang tinggi dengan resiko yang tinggi pula. High risk high return.

Sedangkan, pada asuransi jiwa unit link berbasiskan syariah, selain mendapatkan nilai tunai, nasabah juga akan lebih diuntungkan dengan adanya surplus keuntungan. Surplus keuntungan adalah tambahan uang untuk peserta diluar hasil investasi, yang berasal dari kontribusi asuransi syariah yang dibayarkan oleh semua nasabah/ peserta dan digunakan untuk membayar

(22)

klaim. Ada 2 kemungkinan yang akan terjadi pada biaya kontribusi yang dibayarkan nasabah, yaitu:22

1. Apabila kontribusi lebih besar dari jumlah klaim, maka terdapat yang namanya surplus keuntungan.

Surplus keuntungan akan dibagi dengan ketentuan 60% ditahan dalam saldo tabarru’, dengan rincian pembagian 30% kepada nasabah/ peserta dan 10% kepada pengelola. Pembagian surplus keuntungan kepada nasabah/ peserta adalah proposional sesuai kontribusi. Semakin besar kontribusi, porsi surplus keuntungan akan semakin besar pula, begitu juga sebaliknya.

2. Apabila klaim lebih besar dari jumlah kontribusi, maka terdapat defisit keuntungan dan pembagian surplus keuntungan.

22

Rio Queserto, http://www.duwitmu.com/pengertian-asuransi-syariah/ diakses pada tanggal 21 Februari 2015 pukul 19:00 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya, nilai min bagi strategi yang paling sedikit digunakan oleh pelajar asing dalam mempelajari BM berdasarkan kemahiran menulis ialah 2.89 (D3), iaitu cuba menulis

a) Telah dilakukan SK Koordinator kerjasama BROL dengan mitra. b) Telah dilakukan inisiasi kerja sama dan penyusunan draft PKS dengan BPPT terkait dengan uji coba

Perlengkapan tari yang digunakan meliputi empat buah obor (terbuat dari batang bambu besar dibuatkan kaki untuk berdirinya dan setinggi bahu orang dewasa, di atasnya

Polis asuransi yang mempunyai nilai premi tahunan (premi bersih datar) yang dibayarkan oleh tertanggung lebih besar dari nilai premi tahunan (premi bersih datar) asuransi seumur

Polis : Dokumen perjanjian asuransi jiwa baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy antara penanggung dengan pemegang polis, sebagaimana dalam syarat-syarat umum

dokumen perjanjian asuransi antara Perusahaan dengan Pemegang Polis atau Tertanggung, termasuk namun tidak terbatas pada Ketentuan Umum Polis, Ketentuan Khusus

Proses manajemen data adalah proses dimana admin dapat menambah (create), melihat (read), mengubah (update) dan menghapus (delete) data-data pada sistem, seperti

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah efektifitas penggunaan VCO terhadap pencegahan