• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LAPAN PENGEMBANGAN KAPASITAS SISTEM PEMANTAUAN BUMI NASIONAL UNTUK INFORMASI SEBARAN TITIK PANAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LAPAN PENGEMBANGAN KAPASITAS SISTEM PEMANTAUAN BUMI NASIONAL UNTUK INFORMASI SEBARAN TITIK PANAS"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

2015

PUSAT PEMANFAATAN

PENGINDERAAN JAUH

LAPAN

PENGEMBANGAN KAPASITAS SISTEM

PEMANTAUAN BUMI NASIONAL UNTUK INFORMASI

SEBARAN TITIK PANAS

(2)

i

LAPORAN KEGIATAN LITBANGYASA

PENGEMBANGAN KAPASITAS SISTEM PEMANTAUAN BUMI

NASIONAL UNTUK INFORMASI SEBARAN TITIK PANAS

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

Jl. Kalisari No. 8 Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710

Telp. (021) 8710065 Faks. (021) 8722733

Oleh:

Sarno

Taufik Maulana

Winanto

Arum Tjahjaningsih

Sri Harini

Mukhoriyah

Saprudin

Soko Budoyo

Sunaryo

Taufik Hidayat

Anwar Anas

Esthi Kurnia Dewi

Galdita Aruba

Chulafak

(3)
(4)

iii

KATA PENGANTAR

Undang – undang No.21 tahun 2013 mengamanatkan kepada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) untuk menetapkan metode dan kualitas pengolahan data penginderaan jauh. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dilakukan kegiatan penelitian, pengembangan, dan perekayasaan (litbangyasa) pemanfaatan penginderaan jauh sebagai dasar dalam penentuan metode dan kualitas pengolahan data. Kegiatan litbangyasa tersebut tentunya tidak dilakukan dalam waktu setahun atau dua tahun sehingga metode dan kualitas data langsung ditetapkan, namun memerlukan proses dan waktu yang cukup panjang. Agar setiap kegiatan untuk menuju hal tersebut terdokumentasi dengan baik, maka disusunlah buku laporan setiap tahunnya.

Puji Syukur Kehadirat Allah Swt, Penyusunan Buku Hasil Litbangyasa DenganJudul Pengembangan Kapasitas Sistem Pemantauan Bumi Nasional: untuk Informasi Sebaran Titik Panas telah diselesaikan dengan baik. Buku ini disusun sebagai bukti pertanggung jawaban hasil kegiatan litbangyasa yang dibiayai oleh DIPA Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh. Buku ini intinya terdiri dari 6 Bab yang memuat (1) Pendahuluan, (2) Tujuan dan Sasaran, (3) Tinjauan Pustaka, (4) Bahan dan Metode, (5) Hasil dan Pembahasan, dan (6) Kesimpulan dan Saran. Buku ini disertai dengan lampiran-lampiran yang mendukung hasil kegiatan tersebut. Dalam penyusunan buku ini tentunya melibatkan tim litbangyasa yang bekerja selama tahun 2015, narasumber baik dari tim litbangyasa yang lain dan perguruan tinggi, dan juga pihak-pihak lain yang terkait. Masukan-masukan dan hasil-hasil diskusi memperkaya kegiatan ini sehingga mendapatkan hasil yang semakin baik. Kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu kegiatan ini, saya selaku Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Kepada tim litbangyasa yang telah melakukan kegiatan litbangyasa ini, selain buku ini diharapkan juga dipublikasikan hasil temuan-temuan yang sudah didapatkan dalam media yang lain seperti Jurnal, baik nasional maupun internasional.

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, buku ini tentunya tidak sempurna, namun ini akan menjadi dokumen yang penting dalam kegiatan penelitian dan pengembangan selanjutnya. Kritik dan saran terkait penyusunan buku ini dapat disampaikan langsung, baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini akan dapat membantu agar penyusunan buku berikutnya menjadi lebih baik.

Jakarta, 14 Desember 2015 Kepala

Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh,

(5)
(6)

v

DAFTAR ISI

Halaman:

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

I. PENDAHULUAN 1

II. TUJUAN 3

III. TINJAUAN PUSTAKA 3

3.1. SPBN 3

3.2. Mapserver 4

3.3. PostgreSQL 4

3.4. Geomoose 4

IV. BAHAN DAN METODE 5

4.1. Wilayah Penelitian 5

4.2. Data dan Informasi 5

4.3 Arsitektur Sistem 5

4.4. File Konfigurasi Web Map Server 7

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 8

5.1. Perangkat Lunak Sistem 8

5.2. Peta Dasar,Grid dan Backgrounds 9

5.3. Informasi Utama dan Operasi Sistem Pemetaan Web 9

VI. KESIMPULAN 12

DAFTAR PUSTAKA 12

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman: Gambar 1. Arsitektur Sistem Pemetaan Web [Ticheler, 2007]. 5 Gambar 2. Legenda Arsitektur Sistem Pemetaan Web [Ticheler, 2007]. 6 Gambar 3. Representasi Model Objek Map [Yewondwossen, A., 2007] 7 Gambar 4. Representasi Model Objek Layer [Yewondwossen, A., 2007] 8 Gambar 5. Sistem Pemetaan Web: Peta Dasar, Grid dan Background. 9 Gambar 6. Informasi Utama Sistem Pemetaan Web. 10 Gambar 7. Informasi Rinci Sistem Pemetaan Web: Operasi Identifikasi Titik

Panas

10

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman:

Source Code 15

(8)

PELAKSANAAN KEGIATAN LITBANG PEMANFAATAN DATA

PENGINDERAAN JAUH PENGEMBANGAN KAPASITAS SISTEM

PEMANTAUAN BUMI NASIONAL UNTUK INFORMASI SEBARAN TITIK

PANAS

Sarno*), Taufik Maulana, Winanto, Arum Tjahjaningsih, Sri Harini, Mukhoriyah, Saprudin, Soko Budoyo, Sunaryo,Taufik Hidayat, Anwar Anas, Esthi Kurnia Dewi,

Galdita Aruba Chulafak

Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN

*)

E-mail: sarno@lapan.go.id

I. PENDAHULUAN

Negara Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Sesuai dengan amanat Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, mulai dari tahap pra bencana, saat bencana sampai dengan pasca bencana [BNPB, 2012].

Salah satu bencana yang menjadi perhatian serius baik nasional maupun internasional adalah kebakaran hutan. Setiap tahun lahan hutan di Indonesia semakin berkurang akibat bencana kebakaran hutan dan lahan [Barus, 2013]. Peristiwa ini sudah berlangsung selama 50 tahun. Kerugian ekonomi dan dampak kesehatan sudah besar [Yunanto, 2015]. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menyebutkan, indikasi areal kebakaran hutan dan lahan-hingga 9 September 2015 di Kalimantan dan Sumatera seluas 190.993 hektar. Luasan tersebut terdiri dari 103.953 hektar di lahan pemanfaatan, 29.437 hektar di lahan perkebunan dari pelepasan, dan 58.603 hektar di lahan bidang tanah Badan Pertanahan Nasional (BPN). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi, kerugian ekonomi akibat bencana kabut asap yang terjadi karena kebakaran hutan dan lahan di beberapa provinsi di Indonesia pada 2015 bisa melebihi angka Rp 20 triliun. Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, yang kemudian menimbulkan bencana kabut asap, bukan yang pertama kali. Dalam 20 tahun terakhir, bencana serupa hampir setiap tahun terjadi [Marison, 2015].

Kebakaran hutan dapat dideteksi menggunakan penginderaan jauh dengan cara mendeteksi keberadaan titik panas (hotspot) di lokasi kebakaran. Sebaran titik panas di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik frekuensi maupun intensitasnya. Sumatera dan Kalimantan hampir tiap tahun menjadi langganan kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan polusi asap yang luar biasa. Adanya asap yang dihasilkan dari kebakaran ini akan menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA) karena kualitas udara yang tidak sehat.

Pada tahun 2015, Kebakaran hutan dan lahan kembali terjadi dan berlangsung lebih lama dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan Indonesia mengalami El Nino (iklim kering yang berkepanjangan). Kebakaran hutan dan lahan tidak hanya melanda Sumatera dan Kalimantan, Papua dan Sulawesi juga mengalami peristiwa

(9)

2

tersebut. Pada bulan September 2015 di beberapa tempat misalnya di Riau, indeks kualitas udara akibat kebakaran lahan dan hutan adalah antara 400 – 950, di Palangkaraya mencapai 2.550 pada akhir bulan September 2015. Angka 300 ke atas adalah angka berbahaya bagi kesehatan manusia, dan layak untuk dijadikan status darurat [Wishnu, 2015].

Untuk melakukan penanganan dan penanggulangan bencana tersebut perlu didukung oleh ketersediaan data dan cepatnya penyampaian informasi. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan informasi dan komunikasi yang mudah dijangkau termasuk ketersediaan data terkini yang cepat, tepat dan akurat. Informasi ini nantinya bisa digunakan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menetapkan keputusan dan langkah-langkah dalam penanggulangan bencana baik dalam situasi sedang tidak terjadi bencana (pra bencana), tanggap darurat(saat bencana) maupun pasca bencana (pasca bencana). Untuk kegiatan prabencana, sistem informasi yang terangkai dengan sistem peringatan dini multi hazard berbasis masyarakat, penting peranannya dalam mewujudkan pengurangan risiko bencana [PPK DEPKES, 2011].

Pusat Pemanfaataan Penginderaan Jauh (Pusfatja) dengan Program kegiatan pengembangan Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) menghasilkan dan mendukung penyediaan informasi pemanfaatan penginderaan jauh dalam sektor kehutanan, antara lain berupa pemantauan sebaran titik panas (hotspots) harian, berbasis pada data utama satelit MODIS Terra/Aqua [LAPAN,2013]. Informasi tersebut memiliki peran penting dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, terutama dalam mendukung dan mewujudkan kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Program SPBN telah mengintegrasikan informasi tersebut dalam layer-layer sistem pemetaan web GIS yang mampu untuk menyajikan dan mevisualisasikan spasial dinamis secara interaktif dan terhubung ke jaringan informasi elektronik berupa media web atau internet.

Ketersediaan produk informasi pemantauan sebaran titik panas terkini yang cepat, tepat dan akurat dapat meningkatkan pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung pengelolaan sumber daya kehutanan dan membangun sistem pemantauan yang akuntabel [LAPAN, 2014] dan dapat menjadi acuan dalam penyelengaraan kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan [Mel, 2015] sekaligus ikut serta dalam pengelolaan, menjaga keselamatan serta kelestarian sumber daya alamIndonesia yang berkelanjutan.

Mengingat pentingnya informasi dan komunikasi dalam penanggulangan krisis akibat bencana, maka upaya pemantapan dan pengembangannyamerupakan suatu langkah yang perlu diwujudkan [PPK DEPKES, 2011]. Salah satu pengaplikasiannya adalah dengan mengembangkan aplikasi pemetaan web GIS untuk diseminasi informasi pemantauan sebaran titik panas yang akan berfungsi dalam mendukung kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.

Laporan akhir ini berisi tahapan kegiatan pengaturan pengintegrasian, penyajian dan visualisai spasial dinamis produk informasi pemantauan sebaran titik panas indikasi kebakaran hutan dan lahan ke dalam SPBN di Pusfatja, LAPAN. Sistem operasional mampu memberikan kemudahan akses secara on line dan berkelanjutan dalam upaya memenuhi kebutuhan para pengguna. Sistem dapat diakses dan mudah dijangkau melalui situs web resmi Pusfatja - LAPAN yaitu http://pusfatja.lapan.go.id.

(10)

3

II. TUJUAN

Tujuan dari litbang ini adalah memperkuat kapasitas SPBN dengan pengembangan modul sistem informasi pemantauan titik panas. Modul sistem ini diharapkan dapat menjawab tantangan penyediaan informasi near real time, akurat dan user friendly (mudah diakses oleh pengguna). Dalam sistem ini pengguna dapat mengetahui informasi harian pemantauan titik panas dengan lebih mudah.

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. SPBN

SPBN dicanangkan oleh Lapan sejak tahun 1990-an yang saat itu diberi nama Proyek Pemantauan Bumi. Pada program ini terdapat beberapa kegiatan yang penting dan berskala nasional yang antara lain: pemantauan liputan awan, pemantauan titik api kebakaran lahan dan hutan, pemantauan tingkat kekeringan lahan, dan pemantauan penutup dan penggunaan lahan. Secara khusus program ini dimunculkan kembali secara lebih komprehensif mulai tahun 2011 dengan mempertimbangkan pada modalitas kekuatan litbang dan informasi yang dihasilkan oleh Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja).

SPBN ini terdiri atas 12 Informasi yang dikemas dalam Sistem Informasi Geografi (SIG) berbasis web. Sistem Informasi Geografis berbasis web adalah sebuah aplikasi sistem informasi geografis yang dapat dijalankan dan diaplikasikan pada suatu web browser. Aplikasi tersebut bisa dijalankan dalam suatu jaringan global yaitu internet, dalam suatu jaringan lokal atau jaringan LAN, dan dalam suatu komputer yang memiliki web server.

Dua belas informasi yang ada dalam SPBN adalah perubahan lahan hutan non-hutan, fase pertumbuhan padi di lahan sawah, sumberdaya air danau, zona potensi penangkapan ikan, mangrove, terumbu karang, potensi banjir harian, sistem peringkat bahwa kebakaran, titik api dan kebakaran lahan/hutan, tingkat kekeringan lahan, respon bencana, dan gunung api. Sistem ini dapat mendukung digunakan dalam pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan disuatu lokasi.

3.2. Mapserver

MapServer merupakan salah satu lingkungan pengembangan perangkat lunak Open Source yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi-aplikais internet-based yang melibatkan tampilan data spasial(peta digital).

Bahwa tidak semua fungsionalitas SIG (desktop) terimplementasi didalam web based GIS, MapServerpun demikian. MapSever tidak dilengkapi dengan semua fitur system SIG (terutama seperti pada umumnya yang berbasiskan dek stop) dan memang tidak direncanakan untuk seperti itu. Meskipun demikian, MapServer memiliki cukup fungsionalitas inti SIG yang dapat mendukung berbagai aplikasi web yang terkait spasial. Selain itu, MapSever juga sangat unggul didalam me-render data spasial (citra,data vector dan peta digital lainnya) untuk aplikasi web.

3.3. PostgreSQL

PostgreSQL merupakan sebuah Object-Relational Database Management System (ORDBMS) berdasarkan pada PostgreSQL Versi 4.2 yang dikembangkan di Universitas California pada Berkeley Computer Science Department.

(11)

4

PostgreSQL sebagi pelopor bagi banyak software DBMS lain yang kemudian menjadi komersial. PostgreSQL memiliki lisensi GPL (General Public License) dan oleh karena itu PostgreSQL dapat digunakan, dimodifikasi dan didistribusikan oleh setiap orang tanpa perlu membayar lisensi (free of charge) baik untuk keperluan pribadi, pendidikan maupun komersil. PostgreSQL merupakan DBMS yang open-source yang mendukung bahasa SQL secara luas dan menawarkan beberapa fitur-fitur modern seperti :

 Complex Queries

 Foreign Keys

 Triggers

 Views

 Transactional Integrity

 Multiversion Concurrency Control

Selain itu, PostgreSQL telah mendukung teknologi lama dengan menambahkan fitur-fitur baru pada :

 Data Types  Functions  Operators  Aggregate Functions  Index Methods  Procedural Languages 3.4. Geomoose

Geomoose adalah sebuah web client dengan javascript framework untuk menampilkan data kartografi. Geomoose mempunyai kekuatan dimana ia sudah menyediakan modularitas, konfigurasi dan penyampaian nilai inti pada satu paketnya. Geomoose juga baik dalam menghandle sejumlah permintaan dari pengguna, dengan layer yang besar dan services yang luas tidak akan memuat server error.

Inti dari framework ini adalah javascript dan html. Hal ini memudahkan dalam menjalankannya tidak seperti web server umum (Ngix, Apache, IIS). Disamping inti dasarnya adalah pengguna, Geomoose dalam paketnya dibangun dalam services berbasi PHP. Jika kita mempunyai script yang sudah ada, geomoose dapat dijalankan dengan services lagi.

IV. BAHAN DAN METODE

Metode penginderaan jauh dan Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi spasial (TIK-Spasial) menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pemecahan suatu masalah dengan memanfaatkan data dan informasi spasial pemanfaatan penginderaan jauh. TIK-Spasial khususnya model penyajian informasi spasial atau pemetaan web (web mapping) adalah sebuah sistem yang digunakan untuk menyajikan informasi spasial secara dijital berbasis teknologi Internet dan media web.

Pemanfaatan TIK-Spasial, penginderaan jauh dan sistem informasi geografis atau pemetaan berbasis web dalam ekstraksi informasi spasial, pengelolaan sumberdaya alam dan penyediaan informasi spasial pemanfaatan penginderaan jauh tematik lainnya, termasuk pemantuan lingkungan dan mitigasi bencana, khususnya informasi pemantauan sebaran titik panas, mempunyai

(12)

5

peran penting dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, terutama dalam mendukung dan mewujudkan kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.

4.1. Wilayah Penelitian

Sesuai dengan judul, wilayah rancang bangun sistempemetaan web untuk diseminasi informasi pemantauan sebaran titik panas dalam mendukung kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan adalah seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia.

Aktivitas kegiatan pengrancang bangun sistem dilaksanakan di lingkungan LAPAN,Deputi Bidang Penginderaan Jauh, Pusfatja, Bidang Produksi Informasi, Pekayon - Pasar Rebo, Jakarta Timur.

4.2. Data dan Informasi

Rancang bangun sistem pemetaan web untuk diseminasi informasi pemantauan sebaran titik panas dalam mendukung kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesiamenggunakan informasi spasial, antara lain:

 Informasi utama berupa informasi pemantauansebaran titik panas harian tahun 2015 berbasis pada data satelit MODIS Terra/Aqua, hasil program pengembangan SPBN di Pusfatja LAPAN.

 Peta Dasar berupa Peta Batas Administrasi Indonesia (sumber: Badan Informasi Geospasial), Sebaran Gambut (sumber: BBSDLP, Kementrian Pertanian).

 Grid Peta berupa grid mulai dari 1 – 5 Degree

 Informasi backgrounds berupa Google (Streets, Physical, Hybrid, Satellite), MapQuest (OSM, Satellite Tiles), ESRI (Ocean Base Map, World Imagery)

4.3 Arsitektur Sistem

Rancang bangun sistem ini dilakukan dengan perangkat lunak open source dan merupakan implementasi tahapan operasi dan dukungan’prototyping development metodology with open source software’ (Brian, 2013). Implementasi dititikberatkan pada keterpaduan dan kepraktisan bagi kebutuhan pengguna berupa multi aplikasi GeoFOSS (Geospasial Free and Open Source Software) melalui proses pembenahan berbagai komponen pembentuk agar diperoleh sistem yang sederhana dan mudah dipahami. Metode tersebut biasa dikenal dengan istilah re-engineering, yaitu proses analisis teknologi untuk mengidentifikasi komponen-komponen dan hubungannya serta mengembangkan sistem dalam bentuk baru.

(13)

6

Gambar 1. Arsitektur Sistem Pemetaan Web [Ticheler, 2007].

Rancang bangun sistem pemetaan web untuk diseminasi informasi pemantauan sebaran titik panas dalam mendukung kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menerapkan 3-Tiers Architecture, ditunjukkan seperti Gambar 1, dengan legenda seperti Gambar 2 [Ticheler, 2007].

Pada lapisan atas (client) berada pengguna dan aplikasi. Akses ke muataninformasi dimungkinkan baik melalui Desktop, berupa paket perangkat lunak dengan kemampuan geovisualisasi dan fungsi Desktop GIS, seperti paket perangkat lunak Quantum GIS atau melalui Thin Web Map Client untuk antarmukapenyajian dan visualisasi informasi spasial dinamis.

Pada lapisan tengah (middleware): disusun, disesuaikan dan diintegrasikan semua layanan yang membantu aksesibilitas ke repositori informasi. Lapisan tengah juga menyediakan Layanan Akses langsung ke Basis Datainformasi untuk query dan analisis informasi.

Pada lapisan paling bawah: disusun, disesuaikan dan diintegrasikan tempat penyimpanan berupa server basis data informasi dan sistem file dalam rangka mencapai manajemen data yang lebih efisien.

(14)

7

Gambar 2. Legenda Arsitektur Sistem Pemetaan Web [Ticheler, 2007].

4.4. File Konfigurasi Web Map Server

Konfigurasi web map server merupakan proses untuk pengaturan menggambar dan berinteraksi dengan map. File konfigurasi web map server atau lebih dikenal dengan istilah file map merupakan komponen utama dan jantung dari Minesota MapServer. File map

digunakan oleh MapServer untuk pengaturan dan akses data. Pengaturan mencakup data layer yang akan digambarkan, memfokuskan letak geografis dalam map, sistem proyeksi dan format keluaran image yang akan digunakan, serta mengatur legenda dan skala.

File map merupakan file teks sederhana yang menggunakan struktur hirarkis objek, terdiri dari objek-objek. Setiap objek memiliki kata kunci untuk memulai dan kata END untuk mengakhiri. Objek dapat memiliki subobjek lain di dalam objek tersebut [Tyler M., 2005]. Representasi grafis struktur hirarkis model objek file map, ditunjukkan seperti pada Gambar 2-3, model objek map seperti pada Gambar 4 dan model objek layer seperti pada Gambar 5 [Yewondwossen, A., 2004].

(15)

8

Gambar 3.Representasi Model Objek Map [Yewondwossen, A., 2007]

Gambar 4.Representasi Model Objek Layer [Yewondwossen, A., 2007]

Sistem pemetaan web informasi pemantauan sebaran titik panas dalam mendukung tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, dapat diakses melalui situs web resmi Pusfatja - LAPAN yaitu http://pusfatja.lapan.go.id.

Berikut ini adalah perangkat lunak sistem, peta dasar, grid dan informasi backgrounds, serta informasi utama sistem pemetaan web hasil rancang bangun tersebut.

(16)

9

V.

HASIL PEMBAHASAN

Sistem pemetaan web informasi pemantauan sebaran titik panas dalam mendukung tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, dapat diakses melalui situs web resmi Pusfatja - LAPAN yaitu http://pusfatja.lapan.go.id.

Berikut ini adalah perangkat lunak sistem, peta dasar, grid dan informasi backgrounds, serta informasi utama sistem pemetaan web hasil rancang bangun tersebut.

5.1.

Perangkat Lunak Sistem

Rancang bangun sistem pemetaan web informasi sebaran titik panas dalam mendukung tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menerapkan 3-Tiers Architecture:

Framework perangkat lunak Geomoose [Geomoose, 2013], digunakan sebagai aplikasi web map client/viewer, disusun dan disesuaikan sebagai antarmuka sistem untuk penyajian dan visualisasi spasial dinamisinformasi pemantauan sebaran titik panas.  Perangkat lunak UMN (University of Minnesota) MapServer [Kropla, B., 2005;

MapServer, 2013] digunakan sebagai web map server, disusun dan disesuaikan untuk mempublikasikan informasi dan sebagai server pemetaan yang menyediakan fungsi-fungsi operasi sistem pemetaan web, memfasilitasi akses dan penggunaan informasi spasial online.

 Perangkat lunak PostgreSql/PostGis [Obe, Regina O., 2011; PostGis, 2013] digunakan sebagai geospatial Database Management System Server disusun dan disesuaikan untuk manajemen basisdata informasi spasial dan Sistem tata kelola file atau berkas raster citra satelit penginderaan jauh dalam format GeoTiff.

5.2. Peta Dasar,Grid dan Backgrounds

Dalam sistem pemetaan web tersebuttelahdiintegrasikan: Peta Dasar berupa Peta Batas Administrasi dan sebaran Gambut di Indonesia; Grid Peta berupa grid mulai dari 1, 2, 3, 4 dan 5 derajat (degree); dan Informasi backgrounds berupa Google (Streets, Physical, Hybrid, Satellite), MapQuest (Open Street Map, Satellite Tiles), ESRI (Ocean Base Map, World Imagery), seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

(17)

10

Pada Gambar 5 tersebut nampak bahwa layer informasi yang dalam keadaan aktif adalah semua layer Peta Dasar yaitu Peta Batas Administrasi dan sebaran Gambut, Grid 5 degree

dan backgrounds Google Satellite.Layer informasi yang lain pada Grid dan backgrounds

dalam keadaan tidak aktif.

5.3. Informasi Utama dan Operasi Sistem Pemetaan Web

Informasi utama sistem pemetaan web berupa informasi pemantauansebaran titik panas harian berbasis pada data satelit MODIS Terra/Aqua. Informasi yang telahdiintegrasikanmerupakan hasil kegiatan program pengembangan SPBN di Pusfatja LAPAN yang disusun dan disajikan sesuai tanggal dan seperti Gambar 4.

Gambar 6. Informasi Utama Sistem Pemetaan Web.

(18)

11

Pada Gambar 7 tersebut nampak bahwa telah dipersiapkan wadah layer informasi mulai dari bulan Januarisampai dengan bulan Desember Tahun 2015 dan informasihasil pemantauansebaran titik panas harian (2015-10-18 dan 2015-10-19), dalam keadaan aktif dan yang lainnya tidak aktif.

Melalui tombol pilihan atau navigasi pada layar browser memungkinkan pengguna dapat secara dinamis berinteraksi dengan menampilkan peta dan menemukan hubungan informasi dalam peta.

Gambar 8. Layout Peta Informasi Titik Panas

Gambar 9. Hasil Print Peta Informasi Titik Panas Ke File PDF

Pengguna juga dapat menjalankan beberapa operasi pada informasi sebaran titik panas, seperti zoom-in dan zoom-out, memperoleh informasi rinci tertentu seperti identifikasi titik

(19)

12

panas, seperti ditunjukkan pada Gambar 9 atau melakukan pencetakan (print) ke dalam file pdf, seperti ditunjukkan pada Gambar 7 dan Gambar 8.

6. KESIMPULAN

Litbang ini telah menghasilkan rancang bangun sistem pemetaan web informasi sebaran titik panas dalam mendukung tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Sistem mempunyai antarmuka pengguna, berupa tombol pilihan atau navigasi untuk menjalankan operasi fungsi-fungsi sistem pemetaan web. Antarmuka tersebut memungkinkan pengguna dapat secara mudah melakukan pengelolaan penyajian informasi spasial sebaran titik panas dalam mendukung tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan. Sistem operasional memberikan kemudahan akses melalui situs web http://pusfatja.lapan.go.id.

DAFTAR ISI

BNPB (2012). PeraturanKepala Badan Nasional Penanggulangan BencanaNomor 07 Tahun 2012TentangPedoman Pengelolaan Data dan Informasi Bencana Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Kropla B.( 2005),Beginning Mapserver : Open Source GIS Development., USA., Appres.. LAPAN.(2014), Program Penginderaan Jauh INCAS: Metodologi dan Hasil, Versi 1.,

LAPAN-IAFCP., Jakarta.

Obe, Regina O. (2011), et. al., [PostGIS in Action]. Manning, USA..

PPK DEPKES (2011). Pedoman Pos InformasiPenanggulangan Krisis KesehatanAkibat Bencana. Pusat Penangggulangan Krisis(PPK) - Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Brian, N.H., (2013). Open source software, web services, and internet-based geographic information system development, School of Information Science, Claremont Graduate University, 130 East Ninth Street, Claremont, CA 91711. http://www.cartogis.org/docs/proceedings/2005/hilton.pdf., [Agustus 2013].

Geomoose (20013). Documentation. http://geomoose.org., [29 September 2013].

LAPAN, Kepala (2013). Dukungan Teknologi Penginderaan Jauhdalam Penilaian Sumberdaya Hutan (Forest Resource Assessment) Tingkat Nasional:Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannyahttp://www.forda-mof.org//files/Dukungan_Teknologi_Penginderaan_Jauh_-_LAPAN.pdf. [09 September 2015].

MapServer (2013)., [MapServer Documentation]., http://www.mapserver.org/MapServer.pdf., [Agustus 2013].

Marison G (2015). Kebakaran Hutan dan Kejahatan Korporasi. http://nasional.kompas.com/read/2015/10/03/16191531/Kebakaran.Hutan.dan.Kejahatan. Korporasi. [29 September 2015].

Mel (2015). SiPongi - Deteksi Dini Kebakaran Hutan dan Lahan. http://bpphp13.web.id/index.php/menuartikel/42-sipongi.[19 September 2015]

Ticheler, J., (2007). SDI-Architecture, http://geonetwork-opensource.org/download/SDI-Architecture.ppt, 2007.

(20)

13

Wishnu S (2015). Asap lagi, Asap

lagi.http://www.kompasiana.com/wishnubio/asap-lagi-asap-lagi_5609995463afbd400ca7d8ac.[29 September 2015].

Yunanto W., U(2015). Cerita Ultimatum hingga Satgas Doa, di Balik Rapat Pejabat tentang

Kebakaran Hutan.

http://sains.kompas.com/read/2015/09/16/07000091/Cerita.Ultimatum.hingga.Satgas.Doa. di.Balik.Rapat.Pejabat.tentang.Kebakaran.Hutan.[29 September 2015].

Yewondwossen (2007), A., Daniel, M., “PHP Mapscript”., DM Solutions Group Inc., http://dl.maptools.org/dl/omsug/osgis2004/., (Agustus 2007).

Sarno. 2015. Pengembangan Kapasitas Sistem Pemantauan Bumi Nasional: Rancang Bangun Sistem Pemetaan Web Informasi Sebaran Titik Panas Dalam Mendukung Tanggap Darurat Bencana Kebakaran Hutan/Lahan. SINASJA 2015.

(21)

14

(22)

15

A.

Source Code

Gambar A–1. Source Code Untuk Admin Indonesia

(23)

16

(24)

17

Gambar A–4. Source Code Untuk Mengatur Simbol Titik Panas

(25)

18

(26)

19

B.

Contoh Tampilan Web Gis pertiga hari

Gambar B–1. Sistem Pemetaan Web: Informasi Titik Panas Tanggal 01 – 04 Januari 2015

(27)

20

Gambar B –3. Sistem Pemetaan Web: Informasi Titik Panas Tanggal 08 – 10Januari 2015

(28)

21

Gambar B –5. Sistem Pemetaan Web: Informasi Titik Panas Tanggal 14 – 16Januari 2015

(29)

22

Gambar B –7. Sistem Pemetaan Web: Informasi Titik Panas Tanggal 20 – 22Januari 2015

(30)

23

Gambar B –9. Sistem Pemetaan Web: Informasi Titik Panas Tanggal 22 –28Januari 2015

(31)
(32)

Gambar

Gambar 1. Arsitektur Sistem Pemetaan Web [Ticheler, 2007].
Gambar 2. Legenda Arsitektur Sistem Pemetaan Web [Ticheler, 2007].
Gambar 4.Representasi Model Objek Layer [Yewondwossen, A., 2007]
Gambar 5. Sistem Pemetaan Web: Peta Dasar, Grid dan Background.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penyusunan pedoman adalah untuk menyediakan petunjuk teknis dalam pengumpulan dan pengolahan data penginderaan jauh untuk identifikasi tanaman mangrove yang

Dengan beragamnya resolusi spasial satelit penginderaan jauh, maka pemanfaatan data satelit penginderaan jauh dan produk turunannya makin luas di berbagai sektor

Pada sasaran strategis penguatan penelitian dan pengembangan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh, secara total ditargetkan 18 dokumen teknis yang terdiri dari

Pemanfaatan data satelit penginderaan jauh untuk kegiatan pemantauan yang berkaitan dengan pengelolaan danau dan DAS telah banyak dilakukan, seperti: pemantauan perubahan

Penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2013, telah berhasil dikembangkan metode deteksi daerah terkontaminasi limbah B3 (acid sludge) dengan data penginderaan jauh

Geospatial Web Service. b) Tersedianya peta jalan dan proses bisnis serta desain GeoPortal SPBN LAPAN – Pusfatja. c) Tersusun, tersesuaikan dan terintegrasikannyaperangkat

Informasi spasial Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) berbasis data satelit penginderaan jauh yang secara operasional dibuat di Bidang Sumber Daya Wilayah Pesisir dan

Ada beberapa masukan data/informasi dalam pengembangan model bahaya dan risiko banjir yang dapat diekstraksi dari data penginderaan jauh, antara lain penutup/penggunaan